KLASIFIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL Richmond, Mc Craken, dan Payne pernah mengatakan bahwa :
“pesan yang dihasilkan dari setiap kategori tidaj berdiri sendiri namun hadir bersamaan dengan pesan dari kategori yang lain, pesan verbal, konteks dan manusia sebagai penerima pesan.”
Klasifikasi pesan non-verbal terbagi menjadi dua kategori komprehensif, yakni yang dihasilkan oleh tubuh (penampilan, gerakan, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan dan parabahasa), dan hal-hal seperti ruang lingkup (tempat, waktu, dan sikap diam).
1. Perilaku tubuh
a. Pengaruh Penampilan
Sebagai manusia kita begitu gigih dalam usaha menyampaikan pesan melalui penampilan tubuh kita. Mulai dari spray rambut hingga tata rias wajah begitu diperhatikan. Bahkan, di Amerika Serikat hampir 14 juta orang menghabiskan 10 miliar dolar pada bedah kosmetik dan suntik botox. Keating menggarisbawahi perubahan fisik kita terhdap orang lain dalam tulisannya, “kekuatan komunikasi untuk mendekatkan atau menjauhkan orang lain berasal dari bagaimana kita berpenampilan juga dari bahasa yang kita pergunakan.”
Perhatian terhadap penampilan pribadi ternyata sudah dilakukan sejak 40.000 tahun lalu, saat masa manusia purba. Seperti yang dinyatakan oleh Peoples dan Bailey, “manusia di seluruh dunia ssangat kreatif menyangkut penampilan fisik mereka.” Fakta bahwa hal tersebut sudah dimulai sejak lama terlihat dari bukti historis dan arkeologis menunjukkan bahwa manusia telah menunjukkan ketertarikannya terhadap tubuh mereka. Dengan melekatkan benda-benda ke tubuh, memakaikan baju, mewarnai tubuh, menanggalkan baju, bahkan mengubah bentuk dan memutilasinya demi kecantikan. Selain itu, seperti yang dikatakan oleh antorpolog Keesing, “penggunaan tubuh untuk dekorasi kelihatannya merupakan budaya yang universal”. hal ini selaras dengan budayadi afrika, amerika Selatan, dan di antara suku asli amerika.
b. Menilai keindahan
Komponen penting dari penampilan yakni persepsi mengenai kecantikan.
Menurut Gardiner dan Kosmitzki, “gambaran tubuh seseorang dan kepuasan terhadapnya berasal dari perbandingan dengan pandangan dan standar budaya yang implisit.” Hal ini memiliki arti bahwa standar kecantikan bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya. Seperti gigi gingsul di Jepang merupakan suatu hal yang cantik disaat hal tersebut bertentangan diwilayah lainnya. Sama hal nya dengan definisi cantik di Korea Selatan adalah tinggi langsing putih, sementara di afrika seorang Perempuan gemuk lebih cantik daripada Perempuan bertubuh langsing.
Penilaian terhadap kecantikan di antara budaya merupakan persepsi yang dapat menyuburkan etnosentrisme. Apa yang terjadi menurut antropolog Ferraro adalah bahwa “orang-orang yang tidak menoleransi Tindakan dan budaya yang berbeda terkadang tidak menyadari kalau mereka juga dibesarkan di salah sat ubudaya tersebut.
Budaya merupakan hal yang dinamis, maka menarik untuk mengamati perubahan persepsi mengenai keidahan di Jepang, Afrika, Rusia, India, Cina, dan Irak semakin seiring tingginya intensitas hubungan dengan media barat.
PESAN DARI WARNA KULIT
warna kulit merupakan indikator penting dalam komunikasi budaya karena warna kulit menimbulkan pandangan mengenai perbedaan. Knapp dan Hall menuliskan, “dalam beberapa hal, warna kulit menjadi stimulus tubuh paling kuat dalam menentukan respons interpersonal dalam budaya kita.”
Warna kulit mungkin juga merupakan dasar untuk menentukan kkeadaan ekonomi dan psikologis seorang yang berhubungan dengan hak-hak Istimewa yang diberikan pada anggota dari budaya dominan.
PESAN DARI PAKAIAN
Selain berfungsi sebagai pelindung tubuh, pakaian juga merupakan bentuk komunikasi. Adler dan Rodman menyatakan, “pakaian dapat digunakan untuk menampilkan status ekonomi, Pendidikan, status sosial, standar moral, kemampuan atletik, dan/atau ketertarikan, sistem kepercayaan (politik, filosofi, agama), dan tingkat kepuasan. Seperti yang dapat dilihat di Amerika, pakaian dapat menjadi bahan identifikasi suatu masyarakat. Sesederhana bando yang digunakan oleh geng di Los Angeles Timur sebagai suatu pernyataan keanggotaan atas sebuah kelompok-warna biru untuk kelompok Crisp dan merah untuk kelompok Bloods. Pakaian juga merupakan pandangan terkait suatu budaya.
Misalanya seperti di Malaysia, Perempuan kadang mengenakan pakaian yang disebut baju kurung. Pakaian ini longgar dan tidak menunjukkan lekuk tubuh. Pernyataan lebih ekstrem mengenai kesederhanaan Perempuan dapat dilihat di negara-negara timur Tengah.
Hubungan antara nilai budaya dan pakaian dapat dilihat pada orang Filipina. Gochenour mengatakan, “nilai yang berhubungan dengan status dan kekkuasaan merupakan dasar masyarakat Filipina untuk berpakaian dengan benar.
Perhatian terhadap cara berpakaian juga ditemukan di Argentina, di mana
“pakaian yang elegan merupakan hal yang sangat penting.” Morrison, Conaway dan Douress menuliskan bahwa masyarakat Argentina
menghargai diri mereka dengan berpakaian sesuai mode di Paris dan Milan.
Banyak masyarakat yang masih menggunakan pakaian daerah di beberapa bagian dunia ini. Gaya berpakaian menurut Peoples dan Bailey
“secara historis berperan sebagai indikator identitas etnis. Seperti Perempuan Guatemala yang menggunakan blus (huipils) erwarna warni maupun laki-laki Afrika yang mengenakan Dashikis (pakaian tradisional dari beberapa budaya ) berwarna putih.
GERAKAN TUBUH (KINESIK)
Ada pernyataan yang menyatakan “Tindakan menyatakan suatu hal.” Imai dengan jelas menyatakan pentingnya Tindakan sebagai sebagai bentuk komunikasi dalam tulisannya,
Dunia ini merupakan montase membingungkan dari gerakan tubuh. Polisi lalu lintas, pedagang kaki lima, supir, guru, anak-anak di lapangan bermain, atlet dengan rangkulannya, tinju yang diacungkan, dan tanda tos lima jari. Manusia di seluruh dunia menggunakan tangan, kepala, dan tubuhnya untuk berkomunikasi secara terbuka.
Asumsi dasar sistem pesan ini dinyatakan oleh Morreale, Spitzberg, dan Barge: “bagaimana manusia berdiri, duduk, dan berjalan memiliki pesan non-verbal yang kuat. Apakah anda bermaksud untuk mengirim pesan atau tidak, setiap gerakan anda secara potensial menyatakan sesuatu mengenai anda dan orang lain.” Pembelajaran mengenai bagaimana gerakan berkomunikasi disebut kinesik. Petunjuk kinesik adalah gerakan tubuh yang dapat dilihat yang dapat mengirimkan pesan mengenai sika panda terhadap orang lain, keadaan emosi anda, dan keinginan anda untuk mengontrol gerakkan tangan anda untuk mengusir nyamuk.
Beberapa prinsip penting dalam memahami kekuasaan dan pengaruh gerak tubuh yakni sebagai berikut :
1. Di beberapa kesempatan pesan yang dibuat oleh tubuh terjadi bersamaan dengan pesan yang lain.
2. Pesan yang diartikan dalam pesan non-verbal arti yang ditimbulkannya bergantung pada suatu budaya.
Para ahli menyatakan bahwa manusia dapat melakukan 700.000 tanda fisik yang berbeda. Budaya mengajarkan anda bagaimana untuk menggunakan dan menginterpretasikan gerakan-gerakan tersebut.
POSTUR
Postur dapat menandakan apakah seseorang sedang memerhatikan atau tidak, tingkatan status ketika berhubungan, dan bahkan manusia saling membenci atau menyukai. Postur juga menyatakan sikap keagamaan seperti (duduk, berlutut, membungkuk, dan lain-lain).
Penelitian yang diterbitkan oleh Proceedings of The National Academy of Sciences menyatakan “bahwa postur tubuh sama pentingnya dengan wajah dalam menyatakan rasa takut.”
Dalam sistem antarbudaya postur juga memberikan pemahaman mengenai sistme dan nilai dan struktur dalam suatu budaya, contohnya Jepang, Thailand, dan India. Di Jepang, membungkuk lebih dari sekadar sapaan melainkan pernyataan kepedulian dan hormat dari yang lebih muda kepada yang lebih tua, status serta tingkatan yang tinggi. Ketika pelakunya berada di status yang setara maka mereka membungkukkan badan secara bersamaan dengan cara yang sama dan mengakhirinya di waktu yang sama.
Postur juga diasosiasikan dengan bagaimana anda duduk. Seperti di Jerman dan Swedia, anak-anak masih diajarkan untuk duduk dengan posisi tegak. Sedangkan duduk dengan postur malas-malasan dianggap sebagai ketidaksopanan dan menunjukkan cara mendidik yang kurang baik. Remland memberikan contoh lain dalam tulisannya,
“Tindakan tidak bersalah dari menyilangkan kaki (di man amata kaki bertemu dengan lutut), merupakan hal umum bagi laki-laki di Amerika Serikat, dapat menjadi Tindakan melecehkan (menunjukkan tapak Sepatu) di Arab Saudi, Mesir, Singapura, atau Thailand.” Menurut Ruch, Tindakan sederhana yang sama berarti menghina di Ghana dan Turki.
Di Amerika juga ada perbedaan subkultur dan bagaimana manusia bergerak, berdiri, dan duduk selama interaksi. Perempuan lebih sering merapatkan kaki dan jarang menyilangkannya. Postur tubuh lebih terbatas dan kurang santai dibandingkan postur tubuh laki-laki. Banyak penelitian menganai komunikasi gender menyimpulkan, bahwa perbedaan ini berhubungan dengan isu seperti status, kekuasaan, dan afiliasi.
Menurut Hecht,Collier, dan Ribeau, “cara berjalan yang umum adalah lambat dan santai dengan kepala terangkat, satu tangan terayun dan yang lainnya santai. Car aberjalan juga menunjukkan budaya dominan yang kuat dan berkuasa di masyarakat Amerika.”
GERAKAN TUBUH
Nilai dari gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi yang dicerminkan dalam fakta bahwa kelompok subkultur tuli di Amerika serikat memiliki kosakata yang dibentuk dari gerakan. Sedikit variasi dalam gerakan tubuh tertentu dapat menjadi katalisator dari konfrontasi kekerasan. Pentingnya gerakan tubuh dalam komunikasi antar budaya diperlukan dalam berkomunikasi dapat memiliki beragam makna, karena gerakan tubuh yang positif, humoris, atau tidak berbahaya memiliki arti sebaliknya pada budaya lain.
Pada bagian gerakan tubuh bahasan kali ini akan terbatas pada masalah (1) Menunjuk, (2) gerakan idiosinkratik, (3) Isyarat, (4) penerimaan dan pemahaman, dan variasi yang berhubungan (5) frekuensi dan intensitas suatu gerakan.
Menunjuk merupakan gerakan umum di Amerika Serikat. Masyarakat amerika menunjuk dengan jari telunjuk, orang kerman menunjuk dengan jari kelingking, dan orang Jepang menunjuk dengan seluruh tangan, dengan telapak menghadap ke atas. Sementara di negara- negara Arab dan banyak bagian Asia menunjuk seseorang dengan menggunakan telunjuk dianggap kasar.
Gerakan idiosinkratik. Gerakan idiosinkratik banyak ditemukan disetiap budaya. Gerakan ini memiliki arti fitur dan sifat dari budaya tertentu. Contohnya seperti meletakkan tangan di dada kiri tempat jantung berada, dalam budaya Cina dapat diartikan sebagai janji dengan kesungguhan. Di Irak, gerakan yang sama berarti “terima kasih”. Gerakan membentuk huruf “O” dengan jari telunjuk dan jempol pada budaya Jepang dan Korea memiliki arti ‘uang’ atau (okane). Bagi orang Tunisia, gerakan yang sama berarti “aku akan membunuh anda.”
Selain itu terdapat gerakan dengan konotasi seksual juga berkaitan dengan budaya tertentu. Di Amerika menunjukkan jari Tengah menyatakan gerakan yang menghina dan cabul. Sama dengan gerakan huruf ‘O’ sebelumnya, menurut Lynch dan Hanson, “merupakan gerakan melecehkan dalam budaya Latin. Ferraro menyatakan bahwa cara non-verbal untuk mengkomunikasikan rasa takjub dapat menjadi salah satu kategori paling idiosinkratik dari gerakan tubuh.
Isyarat. Tanda yang dibuat manusia sebagai isyarat berdasarkan budaya. Di amerika serikat, ketika seorang ingin menandakan seseorang untuk mendekat biasanya akan membuat gerakan dengan satu tangan, telapak tangan menghadap atas dan menggerakkan jari secara bersamaan kea rah telapak tangan.
Penerimaan dan pemahaman. Gerakan yang menunjukkan penerimaan dan pemahaman misalnya seperti menganggukkan kepala. Namun, gerakan yang sama dapat pula dinyatakanberbeda pada budaya lain. Seperti yang dinayatakan oleh Lynch dan Hanson,
“gerakan yang sama inidinilai berbeda dalam budaya yang lain. Di antara masyarakat pribumi Amerika, Timur Tengah, dan Kepulauan Pasifik, hal ini berarti, ‘saya mendengar apa yang Anda katakan.’ Hal tersebut tidak menandakan bahwa pendengar memahami pesan Anda atau bahwa ia setuju.” Seperti yang terdapat pada budaya orang India, mereka menggelengkan kepala saat menyatakan setuju, dan menganggukkan kepala untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka.”
Frekuensi dan Intensitas. Terdpat perbedaan budaya yang mengatur intensitas dan frekuensi gerakan tubuh. Budaya di Italia, Amerika Selatan, Latin, Afrika, dan Timur Tengah lebih banyak menggunakan komunikasi non-verbal dibandingkan dengan budaya- budaya Jepang, Cina, Finlandia dan Skandinavia. Frekuensi dan intensitas penggunaan komunikasi non-verbal pada budaya daerah yang telah disebutkan menyatakan semangat dan antusiasme mereka dalam mengekpresikan penyampaian pesan. Namun, pada budaya lainnya hal tersebut dianggap terlalu menggebu dan kurang sopan.
Seperti budaya pada orang Jerman yang lebih sedikit menggunakan tangan mereka dalam berkomunikasi dan mengedepankan ketenangan dan martabat ketika berbicara.
EKSPRESI WAJAH
Isyarat wajah penting untuk diperhatikan karena wajah dapat menyatakan sejumlah Tindakan, menyatakan pesan dari sikap tunduk dan dominan secara sosial, memberitahukan orang bagaimana tertariknya anda, menandakan tingkat keterlibatan, pemahaman, dan menyatakan apakah reaksi anda spontan atau tidak.
Ferrraro menekankan pentingnya ekspresi wajah dengan menyatakan bahwa wajah merupakan pusat dari roses komunikasi, sehingga manusia kadang berbicara “wajah ke wajah” dan “kehilangan muka” di tempat-tempat seperti Jepang.
EKSPRESI WAJAH DAN BUDAYA
Ekman menyatakan, setidaknya ada enam ekspresi wajah yang dibawa, bersifat universal dan memiliki makna yang sama di seluruh dunia. Ekspresi tersebut yakni Bahagia, sedih, takut, marah, jijik, dan terkejut.
Di luar ekspresi wajah yang alamiah secara biologis, ada ekspektasi dan norma budaya yang jelas menyatakan kapan, dimana, bagaimana, dan kepada siapa ekspresi wajah dinyatakan. Hal ini menyatakan bahwa budaya yang berbeda menetapkan peraturannya sendiri mengenai ekspresi wajah yang pantas berikut perilaku yang mengikutinya.
BEBERAPA CONTOH BUDAYA DAN EKSPRESI WAJAH
1. Menahan ungkapan emosional pada masyarakat Jepang, Cina, dan Korea Selatan
2. Melebih-lebihkan tanda duka atau sedih pada budaya masyarakat mediterania
3. Senyuman sebagai ungkapan emosional penanda kebahagiaan atau peranan yang mennetukan waktu yang tepat untuk tersenyum.
- Senyum yang dilakukan orang Jepang dengan status rendah kepada status tinggi sebagai bentuk penerimaan perintah orang lain yang statusnya lebih tinggi
- Senyum dalam budaya jepang untuk menyembunyikan rasa malu
- Tertawa dalam budaya Jepang untuk menyembunyikan rasa marah.
- Senyum dalam budaya Amerika untuk menunjukkan kesan ramah pada orang yang mereka kenal.
- Terlalu banyak senyum menandakan bahwa seseorang itu bersifat picik dalam budaya korea
- Kurang tersenyum dapat diartikan sebagai tanda permusuhan.
4. Dalam suatu budaya, suatu kelompok lebih sering menggunakan ekspresi wajah ketimbang kelompok lainnya. Misalnya pada penelitian mengenai perbedaan gender, Pearson, West dan Turner menyatakan bahwa dibandingkan dengan laki-laki Wanita lebih banyak menggunakan ekspresi wajah, lebih ekspresif, sering tersenyum, dan lebih tertarik pada orang yang tersenyum.
KONTAK MATA DAN TATAPAN
Mata merupakanhal yang penting dalam proses komunikasi. Hal ini karena pesan yang dikirimkan dengan mata tak terbatas jumlahnya. mata adalah gambaran jiwa seseorang. Hal ini banyak diungkapkan dalam beberapa karya sastra dan music mengenai mata dalam ratusan tahun.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Robert juga menemukan bahwa 67 dari 186 budaya yang diteliti menganggap bahwa “mata iblis” itu nyata adanya. Zuniga menggarisbawahi kekuatan mata iblis (mal ojo) di Meksiko dan Puerto Rico yang menyebabkan ibu-ibu mungkin saja menyembunyikan anak mereka agar tidak menjadi sasaran dari mal ojo yang hadir karena rasa takjub yang berlebihan hingga timbuk keinginan untuk menjadi bagian dari sesuatu.
KONTAK MATA DAN BUDAYA DOMINAN
Di Amerika Serikat, mata merupakan hal penting dalam berkomunikasi.
Mata menyatakan emosi, memonitor umpan balik, menandakan tingkat ketertarikan, mempengaruhi perubahan sikap, menjelaskan kekuatan serta status sebuah hubungan, dan berperan sebagai pemberi kesan.
Sebaliknya, mengalihkan pandangan mata diasosiasikan sebagai kurangnya rasa tertarik, tidak jujur, kelicikan, dan sifat negatif.
BEBERAPA CONTOH BUDAYA
Budaya yang menggunakan kontak mata langsung :
Timur Tengah
Prancis
Jerman
Budaya dominan Amerika Serikat
Subkultur penderita Tunarungu
Budaya yang sedikit menggunakan kontak mata :
Korea
Jepang
Afrika
Pribumi Amerika
India Timur
Contoh lain budaya kontak mata di dunia :
1. Kontak mata langsung diartikan sebagai hal yang tabu dan menghina pada budaya Jepang. Maka tak heran jika masyarakat Jepang melihat kebawah, menunduk, memalingkan pandangan, atau bahkan menutup mata ketika berbicara.
2. Menghindari kontak mata ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua sebagai ungkapan hormat pada budaya Amerika Latin, Karibia, dan Afrika.
3. Jumlah kontak mata yang diberikan bergantung pada status sosial mereka di masyarakat (orang dari kelas sosial ekonomi menghindari kontak mata satu sama lainnya)
4. Laki-laki dan Perempuan yang tidak saling mengenal menghindari kontak mata dengan alasan menghormati ajaran agama (di mesir dan negara muslim atau orang muslim secara umum).
5. Tatapan lama dan intens menandakan ketertarikan pada sesama jenis oleh sub-kultur gay di Amerika Utara.
6. Masyarakat Navajo tidak suka mempertahankan kontak mata sehingga menghubungkannya dengan mitos “ia yang membunuh dengan matanya”.
7. Masyarakat Amerika-Meksiko mengaggap orang yang mempertahankan kontak matanya saat berbicara sebagai sifat yang kasar. Hal tersebut diartikan sebagai sikap kurang ajar. Sementara menghindari kontak mata merupakan tanda hormat.
8. Anggota komunitas tunarungu menggunakan kontak mata sebagai salah satu penyampaian pesan mereka ketika berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
SENTUHAN
Sentuhan merupakan perasaan paling tua, primitive dan mandarah daging.
Menyentuh merupakan refleksi atas apa yang sedang dirasakan atau dialami.
Dengan demikian, sentuhan memiliki arti dalam proses penyampaian pesan kepada orang lain.
Sentuhan penting dilakukan dan akan berefek signifikan pada biologis dan emosional. Penelitian menyebutkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan sentuhan akan tumbuh dengan masalah biologis dan emosional.
Dalam budaya dominan amerika serikat ada lima kategori dasar perilaku menyentuh, yakni sebagai berikut.
1. Sentuhan professional (dilakukan oleh dokter, perawat, atau penata rambut) 2. Sentuhan kesopanan sosial (diasosiasikan dengan cara menyapa dan
menyatakan apresiasi, sperti mencium tangan orang tua sebagai bentuk kesopanan)
3. Sentuhan persahabatan (menunjukkan perhatian kepada keluarga atau sahabat)
4. Sentuhan keintiman kasih sayang (belaian, pelukan, rangkulan, ciuman, dsb) 5. Sentuhan seksual yang dilakukan untuk membangkitkan gairah seks.
BEBERAPA CONTOH BUDAYA
Ferraro menyatakan bahwa “setiap budaya memiliki sejumlah arti yang berhubungan dengan sentuhan. Oleh karena itu, setiap budaya mengartikan siapa yang menyentuh siapa, pada bagian mana, dalam kesempatan apa dan bagaimana”. Intinya, terdapat perbedaan besar dalam setiap budaya untuk mengartikan sentuhan.
1. Orang Arab dan muslim makan dan melakukan hal lain menggunakan tangan kanan yang utama tapi tidak menyapa dengan tangan kiri. Hal ini dianggap tidak sopan atau penghinaan karena tangan kiri digunakan dalam fungsi dasar biologis (cebok dengan tangan kiri).
2. Di Cina, laki-laki dan Perempuan jarang menunjukkan rasa sayang secara fisik di muka publik.
3. Ciuman di negara barat dianggap umum sedangkan pada budaya Asia dianggap sebagai hal yang tidak pantas dilakukan di muka umum.
4. Hasil penelitian Morreale, spitzberg, dan Barge menunjukkan bahwa Perempuan lebih sering memeluk dan menggunakan sentuhan untuk menunjukkan dukungannya sementara laki-laki menggunakan sentuhan untuk menyatakan kekuatan atau keinginan seksual.
5. Menyentuh kepala dalam beberapa budaya seperti pada budaya sub-kultur afrika-amerika menganggap hal tersebut sebagai penghinaan jika dilakukan oleh orang kulit putih. Hal ini karena memiliki kesamaan arti dengan “good boy” atau “good girl” yang ditunjukkan untuk memuji peliharaan mereka ketika menuruti perintah yang diminta.
6. Orang Yahudi Ortodoks atau Muslim Fundamentalis tidak akan menjabat tangan lawan jenis yang bukan keluarga karena tidak diizinkan secara budaya.