• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS - Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS - Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah dalam suatu

penelitian. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang

paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun. 1995).

Adapun teori yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi non verbal

a. Definisi Komunikasi Non-verbal

Komunikasi non-verbal menyangkut ‘rasa’ atau ‘emosi’. Di samping

itu, jenis dan jumlah tindakan-tindakan non-verbal sangat beraneka ragam

dan banyak, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari, perilaku non-verbal

sangat membantu pembentukan makna pada setiap pesan komunikasi yang

ada. Sebagai contoh, ketika seorang anak tampak senang karena mendapat

nilai bagus dalam ujian matematika, dia tidak hanya bercerita pada

kawan-kawannya tentang kegembiraannya, tetapi secara atraktif dia

meloncat-loncat dan tertawa kegirangan.

Frank E.X. Dance dan Carl E. Larson (1976) dalam bukunya ‘The

Functions of Human Communication : A Theorical Approach’,

menawarkan satu definisi tentang komunikasi non-verbal sebagai suatu

stimulus yang pengertiannya tidak ditentukan oleh makna isi simboliknya.

Sebagai contoh, orang mengedipkan mata, merah muka, mengetuk-ketuk

jari ke meja, duduk bersandar, berdiri tegak, dan sebagainya. Makna dari

tindakan-tindakan itu tidak tergantung dari makna isi gerakan-gerakan

tersebut, tetapi tergantung pada interpretasi dari orang-orang lain yang

mengamatinya. Tentunya, hal ini akan menimbulkan interpretasi makna

yang berbeda-beda.

Di lain pihak, Judee K. Burgoon dan Thomas J. Saine (1978) dalam

(2)

Communication’, memberikan definisi kerja sebagai berikut: “Komunikasi

non-verbal adalah tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja

dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi

akan adanya umpan balik (feedback) dari yang menerimanya”.

Hickson dan Stacks (1989) dalam bukunya ‘Non-verbal

Communication Studies and Apllications’, memperluas pengertian dari

Burgoon dan Saine di atas, dengan mengatakan bahwa: “Stimuli tertentu

dari perilaku non-verbal mungkin terjadi dengan tidak disadari dan

perilaku non-verbal diatur oleh norma-norma yang dihasilkan oleh

interaksi manusia.”

Di samping itu, suatu pengertian yang praktis diberikan oleh Ronald

B. Adler dan neil Towne (1987) dalam bukunya ‘Looking Out Looking in’,

yaitu : “apabila komunikasi verbal ‘kata-kata’, tersebut tidak akurat,

karena kalau dilihat dalam kenyataannya pesan-pesan tertentu ada yang

tidak terucapkan dan ada aspek-aspek vokal yang tidak nyata sebagai

pesan verbal. Sebagai contoh, kadangkala kita sulit untuk menggambarkan

dengan kata-kata tentang ‘keindahan’, di lain waktu kita sering mengeluh

yang terekspresikan lewat suara-suara ‘huh,ckk’ dan sebagainya.”

Merangkum beberapa penjelasan di atas, Komunikasi non-verbal bisa

didefinisikan secara umum sebagai “pesan-pesan yang diekspresikan

secara sengaja atau tidak sengaja melalui gerakan/tindakan/perilaku atau

suara-suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam

bahasa”.

b. Fungsi Komunikasi non verbal

Sejumlah cara berkomunikasi verbal berbeda dengan komunikasi

non-verbal, tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai suatu

komunikasi yang efektif. Dengan menggabungkan keduanya,

pembentukan makna suatu pesan komunikasi akan tercapai secara

keseluruhan. Gambaran ini merupakan fungsi umum dari komunikasi non

(3)

Sebenarnya ada beberapa fungsi umum dari komunikasi non verbal,

tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi non verbal

bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna suatu pesan

komunikasi. Dalam hal ini komunikasi non-verbal memodifikasi

komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan pendapat Paul Ekman

(1965) sebagai berikut:

1. Repetisi atau pengulangan

Perilaku non verbal merupakan pengulangan untuk memperkuat

makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika seseorang

menanyakan agar ditunjukkan letak suatu tempat, kita akan

memberikan penjelasan dengan kata-kata dan kemudian menegaskan

atau memperkuat penjelasan terdahulu dengan menunjukkan jari

kemana arah tempat tersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan

dengan memberikan gambaran dengan peragaan-peragaan non verbal

yang lain.

Fungsi repetisi ini bisa berlaku pula untuk pemakaian isyarat atau

tanda. Penggunaan tanda atau isyarat biasanya berkaitan dengan kultur

atau budaya. Seperti, menganggukkan kepala berarti ‘ya’,

menggelengkan kepala berarti ‘tidak’.

Namun seperti yang dijelaskan di atas, penggunaan tanda gestur

itu bisa berarti lain pada kebudayaan lain yang berbeda.

2. Kontradiksi atau berlawanan

Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang

sifatnya berlawanan. Tindakan ini biasanya terekspresikan secara

berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap

ini akan menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap.

Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang

atau bahkan diri kita sendiri melakukan tindakan-tindakan yang

(4)

Orang akan lebih percaya pada perilaku non verbal dibandingkan

pesan verbal di dalam komunikasi yang bermakna ganda. Seringkali

proses yang demikian itu akan mempengaruhi hubungan antarpribadi

yang sudah ada.

3. Subsitusi atau pengganti

Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang

dikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan

sesuatu, kita hanya ‘angkat bahu’ utuk mengatakan tidak tahu. Dalam

hal ini sering tidak didasari tindakan-tindakan non verbal. Seperti

tersenyum, menarik nafas panjang, atau mengerutkan kening.

4. Komplemen atau pelengkap

Tindakan non verbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan

verbal. Biasanya tindakan non verbal mengadaptasi pesan-pesan

verbal. Kita juga menggunakan komunikasi non-verbal untuk

memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh

pesan verbal.

Misalnya, anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah

lucu, atau menggelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran

seseorang. Dari contoh tersebut, banyak tindakan non verbal dari

seluruh bagian tubuh digunakan melengkapi pembentukan makna

pada pesan verbal. Contoh itu juga menjelaskan, bahwa tindakan non

verbal dapat berfungsi melukiskan suatu ungkapan verbal. Dengan

gerakan-gerakan yang wa ilustratif, proses komunikasi akan lebih

bermakna.

5. Regulasi atau pengatur

Perilaku non verbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau

pengatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya

berupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju.

(5)

keinginan anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir,

mencodongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk

menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu merupakan

contoh-contoh dari fungsi mengatur ini.

6. Aksentuasi atau penekanan

Tanda non verbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan

pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang rekan dengan

menunjukkan jari atau dengan intonasi suara yang tinggi. Fungsi

aksentuasi ini sama prinsipnya dengan tanda-tanda italik (kursif atau

garis miring) dalam bahasa verbal. Misalnya, anda mungkin

tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau dapat

memukulkan tangan anda ke meja untuk menekankan suatu hal

tertentu.

c. Ciri-ciri dari Komunikasi Non-verbal

Ciri-ciri berikut ini akan memberikan kerangka untuk mengamati

kekhususan komunikasi non-verbal.

1. Komunikatif

Perilaku non-verbal dalam suatu situasi interaksi selalu

mengkomunikasikan sesuatu. Tidak hanya berlaku untuk semua

komunikasi, tetapi khususnya berlaku untuk komunikasi

non-verbal. Kita tidak mungkin tidak bertingkahlaku, dan karenanya,

kita tidak mungkin tidak mengkomunikasikan sesuatu. Apapun

yang anda lakukan atau tidak anda lakukan, dan apakah

tindak-tanduk anda disengaja atau tidak, perilaku non-verbal anda

mengkomunikasikan sesuatu. Selanjutnya, pesan-pesan ini bisa

diterima secara sadar ataupun tidak sadar. Kita tidak perlu

menyadari bahwa kita sedang menerima pesan agar mereka

(6)

Bahkan gerakan kecil pada mata, tangan, dan otot wajah juga

melakukan komunikasi, seperti gerakan nyata tubuh, duduk di

sudut, atau memandang keluar jendela. Gerakan-gerakan kecil ini

sangat penting dalam hubungan antarpribadi. Kita seringkali dapat

mengatakan, misalnya, bahwa dua orang saling menyayangi atau

bahwa mereka sekadar hanya bersikap santun satu sama lain.

Seringkali kita mendasarkan penilaian ini pada perilaku-perilaku

non-verbal kecil semacam itu. Gerakan otot di sekitar mata, tingkat

kontak mata, cara mereka saling memandang semuanya

memberikan petunjuk bagi kita untuk membuat penilaian itu.

Semua perilaku non-verbal, betapa pun kecilnya, sangatlah penting.

Setiap perilaku itu mempunyai makna; masing-masing melakukan

komunikasi.

a. Kesamaan Perilaku

Satu cara yang sering kita gunakan untuk menyimpulkan

apakah dua orang saling menyukai atau tidak adalah kesamaan

perilaku (France & Mayo. 1978). Istilah ini mengacu pada

kesamaan perilaku non-verbal dua orang, yang mungkin

mempunyai banyak bentuk. Salah satu mungkin meniru orang

lain, atau kedua orang ini mungkin secara spontan berperilaku

sama. Kita dapat melihat kesamaan perilaku dalam gerak-gerik

tubuh secara umum serta gerakan tangan selain juga

sikap-sikap yang lain dan pada suara. Pada umumnya, kesamaan

perilaku merupakan indeks dari rasa saling menyukai.

b. Komunikasi Artifaktual

Walaupun disini kita memusatkan pembahasan pada

perilaku, janganlah berasumsi bahwa semua komunikasi

non-verbal terjadi dalam bentuk perilaku. Banyak pesan non-non-verbal

dikomunikasikan melalu cara berpakaian dan artifak-artifak

(7)

digunakan, mobil yang anda kendarai, rumah yang anda diami,

pemilihan Emoticon saat berkomunikasi via Instant

Messaging, dan, nyatanya, hampir semua benda yang berkaitan

dengan anda mengkomunikasikan makna. Apapun yang anda

kenakan dan apapun yang anda miliki semua

mengkomunikasikan sesuatu tentang anda.

2. Kontekstual

Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi non-verbal

terjadi dalam suatu konteks (situasi, lingkungan), dan konteks

tersebut membantu untuk menentukan makna dari setiap

perilaku non-verbal. Perilaku non-verbal yang sama mungkin

mengkomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang

berbeda. Mengedipkan mata kepada seorang wanita cantik

dalam bis kota mempunyai makna yang berbeda dengan

mengedipkan mata di meja poker. Begitu juga, makna perilaku

non-verbal tertentu akan berbeda tergantung pada perilaku

verbal yang menyertainya. Menggunakan Emoticon ‘senyum

dengan menjulurkan lidah’ saat bercanda sangat berbeda

maknanya dengan menggunakan Emoticon ‘senyum dengan

menjulurkan lidah’ di saat mengatakan maaf.

3. Paket

Perilaku non-verbal, apakah menggunakan tangan, mata, atau

otot tubuh, biasanya terjadi dalam bentuk “paket”, atau tandan

(cluster). Seringkali perilaku seperti itu saling memperkuat;

masing-masing pada pokoknya mengkomunikasikan makna

yang sama. Adakalanya perilaku bertentangan satu sama lain.

a. Paket Non-verbal

Semua bagian tubuh biasanya bekerja bersama untuk

(8)

menyatakan rasa takut dengan mata anda sementara bagian

tubuh yang lain bersikap santai seperti tidur. Sebaliknyalah,

keseluruhan tubuh mengekspresikan emosi ini.

Sebelum dapat menerka sebarang perilaku non-verbal,

perlu dilihat bagaimana keseluruhan paket ini berkaitan

dengan konteks tertentu dan bagaimana setiap perilaku

spesifik bersesuaian dengan paket itu. Seorang gadis cantik

yang mengedipkan mata ke arah anda mungkin

mengisyaratkan undangan, tetapi jangan abaikan

kemungkinan bahwa lensa kontaknya tidak terpasang

dengan baik.

Pada umumnya kita tidak banyak menaruh perhatian pada

sifat paket dari komunikasi non-verbal yang keliatan begitu

wajar sehingga berlalu begitu saja tanpa disadari. Tetapi,

bila ada inskosistensi barulah kita memperhatikannya.

b. Paket Verbal dan Non-verbal

Komunikasi non-verbal juga terpaket dengan pesan verbal

yang menyertainya. Bila anda menunjukkan rasa marah

secara verbal, tubuh dan wajah anda menegang, dahi anda

berkerut, dan mungkin anda menunjukkan sikap siap

berkelahi. Sekali lagi, kita seringkali tidak memperhatikan

hal ini karena ini sepertinya wajar saja. Tetapi bila pesan

non-verbal dari sosok atau wajah seseorang bertentangan

dengan pesan verbalnya, kita menaruh perhatian khusus.

Bila perilaku non-verbal bertentangan dengan perilaku

verbal, tampaknya sangat beralasan untuk mempertanyakan

kemungkinan komunikator ini dapat dipercaya.

4. Dapat dipercaya (Believable)

Kita cepat mempercayai perilaku non-verbal. Ini tetap

(9)

perilaku verbal. Periset non-verbal pada tahun 1968

mengemukakan bukti bahwa dampak total dari suatu pesan

merupakan fungsi dari formula berikut: Dampak Total = 0,007

verbal + 0,38 vokal + 0,55 wajah. Formula ini menunjukkan

sangat kecilnya pengaruh pesan verbal. Lebih dari sepertiga

dampak berasal dari suara atau vokal (parabahasa), dan lebih

dari setengah pesan dikomunikasikan melalui wajah (roman

muka). Di lain sisi, Mehrabian dan kawan-kawannya

mengembangkannya dari telaaah mereka atas dampak

emosional suatu pesan. Karenanya, formula ini tidak berlaku

untuk semua pesan. Menurut periset non-verbal Judee

Burgoon, David Buller, dan W. Gill Woodall (1989), perkiran

Ray Birdwhistell bahwa 60 sampai 65 persen dari makna

dikomunikasikan secara non-verbal lebih layak dipercaya.

5. Dikendalikan oleh aturan

Komunikasi non-verbal, seperti halnya komunikasi verbal,

dikendalikan aturan (rule-governed) (McLaughlin. 1984).

Sebagai anak-anak, kita belajar kaidah-kaidah kepatutan

sebagian besar melalui perilaku orang dewasa. Sebagai contoh,

ketika berkomunikasi dengan Emoticon, tidak patut saat

seseorang berbicara dengan serius dan kita menggunakan

Emoticon tertawa. Kita belajar bahwa menggunakan Emoticon

‘senyum’ ketika memaafkan seseorang lebih terlihat

meyakinkan daripada tidak memakai Emoticon sama sekali.

Seperti perilaku non-verbal itu sendiri, kita mempelajari

aturan-aturan ini tanpa menyadarinya, sebagian besar melalui

pengamatan atas orang lain. Aturan-aturan ini disadari adanya

hanya dalam diskusi formal tentang komunikasi non-verbal,

seperti dalam buku ini, dan bila kita melanggarnya dan

pelanggaran ini menarik perhatian kita. Orang mengetahui

(10)

belum tentu dapat menuangkannya dalam bentuk kata-kata.

Fungsi utama dari unit-unit selanjutnya mengenai komunikasi

non-verbal ini adalah menyadarkan akan adanya aturan-aturan

implisit ini serta makna dan implikasinya di balik penggunaan

mereka yang patut dan tidak patut.

6. Metakomunikasi

Setiap perilaku, verbal ataupun non-verbal, yang mengacu

pada komunikasi bersifat metakomunikasi. Perilaku non-verbal

seringkali bersifat metakomunikasi. Komunikasi non-verbal

mungkin juga merupakan komentar atas komunikasi non-verbal

yang lain. Contohnya adalah ketika dia mengatakan sedang

sedih, tetapi mengeluarkan Emoticon senyum. Disni pesan

verbal (teks) sangat bertentangan dengan pesan non-verbal

yang dia pakai.

Paling sering, bila perilaku non-verbal bersifat

metakomunikasi ia menguatkan perilaku verbal atau non-verbal

lainnya. Anda mungkin menggunakan Emoticon senyum saat

berkenalan dengan orang baru di grup chat atau mengatakan

bahwa anda akan terlambat dengan Emoticon kecewa.

2.1.2 Emoticon

Emoticon berasal dari gabungan dua kata Emotion (Emosi) dan Icon

(ikon). Emoticon yang merupakan singkatan dari Emotional Icon adalah

hal yang menggambarkan ekspresi wajah yang diwakilkan dengan karakter

dan gambar, yang dibuat sesuai dengan suasana hati seseorang. Emoticon

juga sering digunakan untuk merespon suatu berita dan dapat mengubah

interpretasi dari sebuah teks melalui perbedaan emosi yang mendasari

berita atau pesan tersebut. Emoticon yang tepat dapat membantu

mengekspresikan perasaan pada tulisan ataupun komentar khususnya di

internet. Dalam konteks komunikasi melalui internet, Emoticon juga

(11)

mencegah kesalahpahaman yang sering terjadi saat sang penulis ingin

membuat sebuah candaan, yang sering disalah artikan sebagai penghinaan

oleh pengguna lain. (Sanderson. 1997)

Emoticon tidak lepas dengan chatting atau Instant Messaging. Instant

Messaging adalah teknologi

dalam jaringan

langsung pada saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks

kepada pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama.

Dibandingkan dengan Media Sosial, Instant Messaging menjadi salah satu

yang paling banyak menggunakan Emoticon sebagai pengganti

komunikasi non-verbal.

a. Emoticon sebagai Komunikasi Visual

Bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat,

memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan

kita menyandi peristiwa yang ada dalam bentuk kata-kata. Melalui bahasa,

manusia mengkomunikasikan pemikirannya kepada orang lain dan

menerima satu sama lain.

Meski demikian ada keterbatasan dalam bahasa: (1) terbatasnya

jumlah kata untuk mewakili sebuah obyek, (2) kata-kata memiliki sifat

ambigu dan kontekstual, (3) kata-kata mengandung resiko bias budaya.

Sementara ada beberapa fungsi dari komunikasi visual: (1) visual

dapat berfungsi menterjemahkan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan oleh

kata-kata, teks, naskah dan bisa juga sebagai pendukung teks, (2) visual

sebagai representasi, (3) visual menggambarkan kenyataan yang

sebenarnya (realitas), (4) visual dapat menggambarkan kesan tertentu dan

menimbulkan citra tertentu, (5) visual sebagai daya tarik, (6) visual

sebagai pemberi instruksional, (7) visual sebagai daya tarik tertentu.

Penglihatan merupakan indera yang memberi informasi yang cepat

dan lengkap, diperkirakan bahwa 70% hingga 80% dari pengetahuan

manusia diperoleh melalui indera mata (Laseau, Paul. 1980) . Selain

(12)

manusia menterjemahkan informasi yang diterima indera lain ke dalam

kesan penglihatan. Dengan demikian dalam berbagai hal indera

penglihatan berfungsi juga sebagai terjemahan indera yang lain.

Komunikasi visual adalah penyampaian pesan melalui bahasa rupa.

Dapat kita saksikan bahwa saat ini pemakaian visual untuk berkomunikasi

semakin berkembang dan semakin baik. Kita hidup dalam media-media

visual yang sangat cepat. Mulai dari yang dua dimensi statis hingga tiga

dimensi dinamis. Visual-visual itu mengisi halaman surat kabar, majalah,

buku, pakaian, billboard, layar komputer, layar handphone, televisi dan

lain sebagainya. Salah satunya yang bisa menjadi penanda adalah:

Emoticon. Para pemakai aplikasi mobile seperti Line, KakaoTalk,

WhatsApp pasti sudah sangat akrab dengan bahasa visual

seperti sticker dan Emoticon yang lebih bisa mengekspresikan pesan. Hal

ini terjadi semakin cepat pada satu dasawarsa terakhir. Tiada terasa kita

telah berubah. Sesuatu yang belum pernah tejadi pada sejarah komunikasi

massa sebelumnya. Kita telah menjadi sebuah komunitas yang

dihubungkan secara visual.

Gambar 2.1

Stiker atau Emoticon pada aplikasi LINE

Sumber:http://www.bangkokpost.com/

Pernahkah terpikirkan oleh Anda, mengapa para pengendara/

pengemudi kendaraan bermotor berhenti di depan lampu lalu lintas yang

menyala merah di persimpangan jalan? Mengapa mereka patuh

‘diperintah’ oleh sebuah lampu lalu lintas? (kecuali yang memang bandel

(13)

menjalankan kendaraannya ketika lampu menyala hijau. Atau Anda para

perempuan tak perlu jatuh malu hanya karena salah masuk ke toilet

laki-laki di tempat umum?

Gambar 2.2

Simbol untuk membedakan toilet Pria dan Wanita

Sumber: http://clipartbest.com/

Itulah salah satu bentuk dari komunikasi visual. Kita dapat melihat –

walau kadang kita tidak sadari – betapa luar biasa efek komunikasi visual

itu. Polisi lalu lintas berkomunikasi dengan para pengguna lalu lintas

dengan mempergunakan lampu pengatur lalu lintas. Pengelola gedung

mempersilakan kita masuk ke toilet yang benar sesuai jenis kelamin kita.

Meskipun manusia telah mempergunakan komunikasi tulisan dan

verbal dalam kehidupan sehari-hari, namun komunikasi visual tetap

memegang peranan penting dalam proses dan upaya penyampaian pesan.

Komunikasi visual sebagai bentuk pesan verbal memiliki beberapa fungsi:

(1) mengulang kembali pesan yang telah disampaikan secara verbal

(repetisi), (2) menggantikan lambang-lambang verbal (substitusi), (3)

menolak pesan verbal atau memberi arti lain dari pesan verbal

(kontradiksi), (4) melengkapi pesan verbal (komplemen), (5) menegaskan

pesan verbal (aksentuasi).

Dalam beberapa kasus, komunikasi visual lebih efektif

dibandingkan jenis komunikasi yang lain. Pada keadaan perbedaan bahasa,

keterbatasan literatur, ketiadaan teknologi komunikasi, hambatan cuaca,

jarak ataupun situasi, maka komunikasi visual dapat dipergunakan di sini.

(14)

konvensi/persetujuan untuk dapat sama-sama dipahami dan juga lingkup

referensi yang sama.

b. Emoticon sebagai Komunikasi non verbal

Komunikasi non-verbal secara umum dipahami sebagai proses

komunikasi dengan cara mengirim dan menerima pesan di luar kata-kata

dan tulisan (yang disebut pesan verbal). Beberapa pesan dapat

disampaikan melalui gesture (gerak tubuh), bahasa tubuh atau postur,

ekspresi wajah dan kontak mata. Obyek atau benda-benda juga bisa

dipakai sebagai sarana komunikasi non-verbal seperti pakaian, gaya

rambut dan hingga arsitektur, simbol dan infografis.

Pidato atau pembicaraanpun juga mengandung unsur komunikasi

non-verbal yang dikenal sebagai paralinguistik, termasuk kualitas suara,

emosi dan gaya bicara seperti halnya pada ciri-ciri prosody yaitu: ritme,

intonasi dan tekanan. Teks tertulis pun juga memiliki elemen non-verbal

seperti tipografi, gaya tulisan tangan, jarak antar kata atau pemakaian

Emoticon.

Namun, beberapa studi mengenai komunikasi non-verbal difokuskan

pada interaksi langsung (face to face) di mana bisa diklasifikasikan

menjadi tiga bagian: keadaan lingkungan di mana komunikasi dijalankan,

karakter fisik dari penyampai pesan dan perilaku penyampai pesan selama

berinteraksi.

Ada beberapa pembagian pesan non-verbal, meski belum ada

kesepakatan di antara para ahli komunikasi. Salah satunya adalah menurut

Leathers (Jalaludin. 2011) yang membaginya ke dalam tiga kelompok

besar: non-verbal visual (kinetic, proxemic dan artifactual), non-verbal

auditif (paralinguistic dan auditory), non-verbal nonvisual nonauditif

(tactile/tactual, olfactory).

Emoticon mempunyai beberapa elemen Komunikasi Non-verbal

yang biasanya umum terlihat, yaitu ekspresi wajah dan gerakan tubuh.

Awalnya, Emoticon hanya terdiri dari bulatan kuning dengan garis yang

(15)

teknologi, sekarang Emoticon juga dibuat berdasarkan karakter kartun

tertentu dan juga tidak hanya terdiri dari ekspresi, melainkan gerakan

tubuh.

1. Ekspresi Wajah

Wajah tanpa ekspresi adalah suatu teka-teki, menyulitkan sekaligus

bebas untuk ditafsirkan. Sutradara film “Queeen Christina” –yang

dibintangi oleh Garbo- menisbahkan keberhasilan film ini kepada

penyutradaraannya dalam adegan terakhir: “Jangan memikirkan apapun”,

begitu katanya pada sang aktris. Film ini berakhir ketika Garbo, dengan

wajah tanpa ekspresi, berdiri di geladak kapal, menatap kosong pada air

yang bergejolak. Akhir yang samar-samar ini memberi kesempatan kepada

penonton untuk memberi penafsiran masing-masing.

Kebanyakan anggota suatu budaya tidak tahan menghadapi wajah tanpa

ekspresi untuk jangka waktu yang lama. Sungguh, wajah manusia amat

mudah berubah, sehingga dapat melukiskan kebosanan, heran, rasa kasih,

dan ketidak setujuan, satu setelah yang lainnya dalam sekian detik saja.

Kita secara konstan membaca ekspresi dari wajah-wajah orang.

Kenyataannya, isyarat-isyaat wajah merupakan sumber tunggal

komunikasi non-verbal yang paling penting.

Penelitian terbaru menguatkan penelitian terdahulu yang dilakukan

Smith, Chase, dan Leiblich (1974) serta Dolgin dan Sabini (1982) bahwa

mengatupkan kedua bibir dan menjulurkan lidah menunjukkan

kesegenanan untuk berinteraksi dengan orang lain, juga mengecilkan

kontak sosial. Dua penelitian oleh Jones (1987) yang dikerjakan

bersama-sama dengan para mahasiswa menemukan bahwa menampakan lidah

memberi pengaruh yang nyata dalam menghalangi keinginan untuk

mengganggu orang lain yang sedang sibuk.

Penelitian juga menunjukkan bahwa kita cenderung menggambarkan

wajah dalam istilah dimensi penilaian yang umum (baik atau buruk, cantik

atau jelek, baik hati atau jahat, dan seterusnya) dan dalam dimensi yang

(16)

(Williams. 1965). Tampaknya, sebagian orang lebih akhli menafsirkan

isyarat-isyarat wajah daripada sebagian orang lainnya.

Memisahkan wajah mana yang menunjukkan suatu emosi khusus, jauh

lebih sulit daripada sekedar menilai sebuah wajah. Dalam usaha (Harrison.

1965) untuk mengartikan suatu sandi wajah (facial code), kepada subjek

diperlihatkan ilustrasi sederhana (“Pictomorph”). Suatu analisis statistik

atas hasilnya menghasilkan kesimpulan bahwa alis yang diangkat

separuhnya menunjukkan kekahawatiran, sebelah alis diangkat

menunjukkan sikap argu-ragu; mata setengah tertutup, kebosanan; mata

tertutup, tidur; mulut yang melengkung ke atas, kebahagiaan; dan mulut

yang melengkung ke bawah, ketidakbahagiaan. Senyuman dengan mulut

tertutup namun tergambar pada air muka –kesan, hampir pada semua

orang, sebagai wajah yang bahagia.

Penelitian isyarat wajah sebagai ekspresi empsi khusus memiliki

sejarah panjang. Salah seorang ilmuwan yang paling terkenal dalam

meneliti subjek ini adalah Charles Darwin. Darwin mencoba menemukan

apakah perilaku wajah yang diasosiasikan dengan emosi khusus berlaku

universal. Suatu metode yang digunakannya adalah meminta kepada

subjek untuk mengenali emosi spesifik dari sejumlah wajah orang. Dalam

The Espression of the Emotions in Man and Animals, diterbitkan tahun

1872, Darwin menyajikan beberapa kesimpulan dan spekulasinya tentang

perliaku yang ekspresif. Ia merasa bahwa kebanyakan tindakan manusia

yang ekspresif, seperti yang dimiliki hewan, merupakan perilaku naluriah,

bukan perilaku yang dipelajari. Misalnya, “Kita dapat melihat seorang

anak, baru berusia dua atau tiga tahun, dan bahkan mereka yang dilahirkan

buta, memerah wajahnya karena merasa malu” (Darwin. 1959).

Argumentasi Darwin tentang ekspresi wajah anak yang buta didukung

oeh sejumlah penelitian selama lebih dari setengah abad setelah buku

Darwin diterbitkan. Ekman dan Friesen (1971) meminta anggota budaya

New Guinea untuk menilai emosi dari ekspresi orang Barat. Meskipun

demikian, mereka melakukan identifikasi yang sama dengan yang

(17)

membedakan antara ekspresi takut dengan heran. Para peneliti

menyimpulkan bahwa, paling sedikit dalam beberapa hal, ekspresi perilaku

wajah adalah konstan di berbagai budaya. Mereka mengakui bahwa

perbedaan kultural memang ada tetapi berpendapat bahwa perbedaan ini

tercermin “dalam lingkungan yang menimbulkan emosi, dalam tindakan

akibat suatu emosi dan dalam cara menampilkannya yang menentukan

pengelolaan perilaku wajah dalam kondisi sosial terntenu”..

Menurut Melvin Konner (1987), seorang antropolog, senyum

tampaknya merupakan penampilan sosial manusia yang universal.

Misalnya, film karya Eibl-Eibesfeldt dari berbagai belahan dunia,

menunjukkan senyum sebagai suatu “bentuk salam yang konsisten,

seringkali dikombinasikan dengan mengangkat alis”. Namun, bagaimana

senyum kita ditafsirkan bergantung pada sejumlah variabel. Forgas (1987)

menemukan bahwa daya tarik fisik komunikator dapat mempengaruhi cara

penafsiran isyarat ekspresi wajah. Senyuman seseorang yang tidak

menarik dapat ditafsirkan sebagai tanda ketundukan dan kurang percaya

diri; senyuman subjek menarik cenderung dipersepsi sebagai keramahan

dan rasa percaya diri.

Ahli komunikasi verbal lainnya, termasuk Ray Birdwhistell dan Weston

La Barre, tidak sependapat mengenai kemungkinan bahwa isyarat wajah

adalah universal. Mereka yakin bahwa isyarat-isyarat itu khas dalam suatu

budaya. Pertentangan ini tidak dapat diselesaikan. Bukti eksperimen hanya

sedikit dan kontradiktif. Beberapa peneliti melaporkan hasil negatif dari

hanya menggambarkan wajah saja. Misalnya, Motley dan Camden (1988)

menemukan bahwa dalam komunikasi antarpersona, ekspresi spontan

wajah jauh lebih sulit dikenali daripada ekspresi wajah yang secara

tradisional ditampilkan dalam kajian formal. Jadi, mereka

mempertanyakan penelitian terdahulu untuk digeneralisasikan. “Bila kita

tergantung hanya pada ekspresi wajah saja”, kata mereka,”kita dapat

membaca orang seperti buku hanya bila orang tersebut bermaksud dibaca”.

Suatu survei atas pebelitian mengenai peran perasaan dalam

(18)

yang terpisah “proses spontan yang berdasarkan pada perubahan keadaan

afektif emosional/motivasional dalam interaksi dan suatu proses simbolik

yang meilbatkan pesan-pesan yang disengaja” (Buck. 1984). Secara

umum, kecermatan kita dalam mengidentifikasi emosi tampaknya

meningkat dengan bertambahnya isyarat yang kita lihat. Perilaku di jalan

yang dianut orang Amerika mengizinkan yang berpapasan saling

bertatapan sampai mereka berjarak sekitar delapan kaki. Pada titik ini,

kedua belah pihak menundukkan pandangannya sehingga mereka tidak

tampak sedang menatap adalah suatu pengakuan diam-diam bahwa kontak

mata mungkin merupakan isyrat wajah tunggal yang paling penting, yang

kita gunakan dalam berkomunikasi.

Kita merujuk pada suatu teori yang berkaitan bahwa orang memilih

saluran-saluran yang digunakan untuk meneruskan dan menerima

informasi: visual (berhubungan dengan penglihatan), oditori (berhubungan

dengan bunyi), atau kinestestetik (data yang berhubungan dengan

sentuhan, pengecapan, penciuman, atau perasaan).

2. Gerakan Tubuh

Emoticon juga terdapat gerakan tubuh yang juga menjadi salah satu

unsur komunikasi Non-verbal. Sebagaimana Emoticon yang terdapat pada

LINE dan KakaoTalk, tidak hanya terdapat ekspresi, tetapi juga gerakan

tubuh yang menandakan suatu kegiatan tertentu.

Klasifikasi yang ditawarkan oleh Paul Ekman dan Wallace V. Friesem

(1969) dalam membahas gerakan tubuh sangat berguna. Mereka

membedakan lima kelas (kelompok) gerakan non-verbal berdasarkan

asal-usul, fungsi, dan kode perilaku ini.

a. Emblim (emblems)

Emblim adalah perilaku non-verbal yang secara langsung

menerjemahkan kata atau ungkapan. Emblim meliputi, misalnya,

(19)

menumpang’. Emblim adalah penganti non-verbal untuk kata-kata atau

ungkapan tertentu.

Walaupun emblim bersifat alamiah dan bermakna, mereka

mempunyai kebebasan makna seperti sebarang kata apa pun dalam

sebarang bahasa. Oleh karenanya, emblim dalam kultur kita sekarang

belum tentu sama dengan emblim dalam kultur kita 300 tahun yang

lalu atau emblim dalam kultur lain.

b. Ilustrator

Ilustrator adalah perilaku non-verbal yang menyertai dan secara

harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal. Dalam mengatakan ‘ayo,

bangun’, misalnya, kita mungkin menggerakan kepala dan tangan anda

ke arah menaik, atau kita bisa juga meggunakan Emoticon dengan

gerakan kepala dan tangan ke arah menaik. Begitu biasanya kita

melakukan gerakan demikian sehingga sukar bagi kita untuk

menukar-nukarnya atau menggunakan gerakan yang tidak tepat.

Kita hanya menyadari sebagian ilustrator yang kita gunakan.

Kadang-kadang ilustrator ini perlu kita perhatikan. Ilustrator bersifat

alamiah, kurang bebas, dan lebih universal ketimbang emblim.

Mungkin sekali ilustrator ini mengandungg komponen-komponen yang

sudah dibawa sejak lahir selain juga yang dipelajari.

c. Affect display

Affect display adalah geraka-gerakan wajah yang mengandung

makna emosional; gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa

takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Eksprsi

wajah demikian “membuka rahasia kita” bila kita berusaha

menampilkan citra yang tidak benar dan membuat orang berkata

“Anda kelihatan kesal sekali hari ini, mengapa?”. Tetapi kita dapat

secara sadar mengendalikan affect display, seperti aktor yang

memainkan peran tertentu. Affect display kurang bergantung pada

(20)

Affect display dapat tidak disengaja –seperti ketika gerakan-gerakan

ini membuka rahasia kita –tetapi mungkin juga disengaja. Kita

mungkin memperlihatkan rasa marah, cinta, benci, atau terkejut dan

biasanya kita mampu melakukannya dengan baik.

d. Regulator

Regulator adalah perilaku non-verbal yang “mengatur”, memantau,

memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Ketika anda

mendengarkan orang lain, anda tidak pasif. Anda menganggukan

kepala, mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata, dan membuat

berbagai suara paralinguistik seperti “mmm-mm” atau “tsk”. Regulator

jelas terikat pada kultur dan tidak universal.

Regulator mengisyaratkan kepada pembicara apa yang kita

harapkan mereka lakukan –misalnya, “Teruskanlah,” “lalu apalagi?”

“Saya tidak percaya” atau “Tolong agak lambat sedikit”. Bergantung

pada kepekaan mereka, mereka mengubah perilaku sesuai dengan

pengarahan dari regulator.

e. Adaptor

Adaptor adalah perilaku non-verbal yang bila dilakukan secara

pribadi –atau di muka umum tetapi tidak terlihat –berfungsi memenuhi

kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai. Misalnya, bila anda

sedang sendiri mungkin anda akan menggaruk-garuk kepada sampai

rasa gatal hilang. Bila di muka umum dan ada orang yang melihat,

anda melakukan perilaku adaptor ini hanya sebagian. Anda mungkin,

misalnya, hanya menaruh jari anda di kepala dan menggerakannya

sedikit, tetapi barangkali tidak menggaruk cukup keras seperti yang

anda lakukan ketika anda sendirian.

2.1.3. Instant Messaging

Pesan instan (bahasa Inggris: Instant Messaging) adalah sebuah

(21)

jaringan

pada saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks kepada

pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama.

Konsep yang digunakan oleh teknologi ini muncul pada awal-awal

pengembangan

yang sudah masuk log dapat mengirimkan perintah berupa talk, write,

dan finger untuk melihat siapa saja yang sudah masuk log dan akhirnya

mengirimkan pesan singkat kepada mereka.

Istilan pesan instan (Instant Messaging) saat ini pada umumnya

mengacu kepada sebuah teknologi yang dipopulerkan oleh

perusahaan-perusahaan lainnya.

Berikut Aplikasi Instant Messaging yang paling banyak digunakan

berdasarkan data statistik pengguna:

1. LINE

Salah satu aplikasi chatting yang dikenal karena Emoticonnya

adalah LINE. Pengguna LINE bisa saling bertukar pesan, gambar,

video, suara, gratis video call dan percakapan hold for audio and

video. LINE diluncurkan di Jepang pada tahun 2011 oleh Perusaahaan

NAVER dan segera mendapatkan 100 juta pengguna pada 18 bulan

kemudian. Pada tahun 2013, LINE menjadi jaringan sosial terbesar di

Jepang dengan 300 juta pengguna di seluruh dunia dan 50 juta berasal

dari Jepang.

2. Whatsapp

WhatsApp Messenger adalah aplikasi Pesan Instan layanan

berlangganan untuk smartphone dengan akses internet. Selain pesan

teks, pengguna dapat saling mengirim gambar lain, video, dan pesan

(22)

Pada November 10, 2013, WhatsApp memiliki lebih dari 190 juta

pengguna aktif bulanan, 400 juta foto yang dibagi setiap hari, dan

sistem pesan menangani lebih dari 10 miliar pesan setiap hari. Dalam

sebuah posting blog Desember 2013, WhatsApp mengklaim bahwa

400 juta pengguna aktif menggunakan layanan ini setiap bulan.

3. Facebook Messenger

Facebook Messenger adalah layanan messaging dan aplikasi

perangkat lunak instan yang menyediakan teks dan berkomunikasi

dengan suara. Terintegrasi dengan fitur obrolan berbasis web

Facebook dan dibangun di atas protokol MQTT open-source,

Facebook Messenger memungkinkan pengguna Facebook untuk

chatting dengan teman-teman baik di ponsel dan di situs utama.

4. Blackberry Messenger

BlackBerry Messenger, disingkat BBM, adalah

perangkat

aktivitas yang populer di kalangan pengguna perangkat telepon

genggam. Contohnya fitur di aplikasi

menggunakan BlackBerry Messenger adalah dengan penghubung

nomor

resmi bisa digunakan lintas Operating System dengan dirilisnya BBM

unt

5. WeChat

Pada perkembangannya, aplikasi yang tersedia di Operating

System

pengguna sebanyak 300 juta jiwa saat ini, sedangkan pada

(23)

diklaim pertumbuhannya naik dari 30 ribu pendaftar tiap hari menjadi

90 ribu pendaftar untuk setiap harinya.

1.7 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam

memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan

kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan

penelitian (Nanawi. 1995).

Dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian

merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka

acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrumen penelitian (Bungin. 2011).

Adapun konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini yaitu Penggunaan

Komunikasi non verbal Emoticon dalam media sosial di kalangan Mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Komunikasi non verbal dalam penggunaannya meliputi Repetisi,

Subsitusi,Regulas Kontradiksi, Aksentuasi, dan Komplemen. Emoticon adalah

salah satu contoh Komunikasi non-verbal di internet yang mewakili perasaan dan

ekspresi pengguna saat berkomunikasi via internet. Instant Messaging adalah

salah satu media yang memperbolehkan pengguna internet saling berkomunikasi

dengan instan dan menyampaikan ekspresi dan perasaan melewati Emoticon.

1.8 Model Teoritis

Adapun variabel di dalam penelitian ini adalah :

Komunikasi Non Verbal

Emoticon

Instant Messaging (LINE, Whatsapp, Facebook Messenger, Blacberry Messenger, dan WeChat)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Fungsi Komunikasi Non Verbal: 1. Repetisi 3. Kontradiksi

(24)

1.9 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka

dibuatlah suatu operasional variabel agar dapat membentuk kesesuaian dan

kesamaan dalam penelitian.

Tabel 2.1

Variabel Teoritis dan Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Komunikasi non verbal dalam

bentuk Emoticon

2. Instant Messaging

3. Karakteristik Responden

1. Repetisi

2. Subtitusi

3. Kontradiksi

4. Komplemen

5. Regulasi

6. Aksentuasi

1. LINE

2. Whatsapp

3. Skype

4. Facebook Messenger

5. WeChat

Tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan

Ilmu Komunikasi yang aktif dari

angkatan 2011 – 2013 yang

menggunakan salah satu atau lebih dari

kelima aplikasi Instant Messaging yang

terpilih.

(25)

a. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan dan

penjabaran lebih lanjut dari kerangka konsep. Definisi operasional adalam

definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat

diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat

pengambil data yang digunakan. Penyusunan definisi operasional perlu

dilakukan, karena dengan teramatinya konsep atau konstruksi yang diselidiki,

maka memudahkan proses pengukurannya (Syafruddin. 2012).

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas (X) tentang Komunikasi non verbal Emoticon

1. Komunikasi non verbal Emoticon

1. Repetisi

Perilaku non verbal merupakan pengulangan untuk memperkuat

makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Emoticon dapat

mengulangi teks untuk memperkuat makna pesan-pesan teks dalam

Instant Messaging.

2. Kontradiksi

Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang

sifatnya berlawanan. Tindakan ini biasanya terekspresikan secara

berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap

ini akan menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap. Emoticon

dapat membantah atau bertentangan dengan teks dan bisa memberikan

makna lain terhadap pesan teks tersebut .

3. Subtitusi

Suatu tanda juga dapat menggantikan pesan verbal yang

dikomunikasikan. Emoticon dapat menggantikan teks dalam Instant

Messaging, jadi tanpa mengetik teks pengirim pesan bisa berinteraksi

(26)

4. Komplemen

Tindakan non verbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan

verbal. Biasanya tindakan non verbal mengadaptasi pesan-pesan

verbal. Emoticon dapat meregulasi pesan teks pada Instant Messaging.

5. Regulasi

Perilaku non verbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau

pengatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya

berupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju.

Emoticon dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan

pengguna untuk mengatur arus pesan teks.

6. Aksentuasi

Tanda non verbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan

pesan-pesan verbal. Emoticon memperteguh, menekankan atau

melengkapi pesan teks pada Instant Messaging.

2. Instant Messaging

1. LINE

Salah satu aplikasi chatting yang dikenal karena

Emoticonnya adalah LINE. Pengguna LINE bisa saling bertukar

pesan, gambar, video, suara, gratis video call dan percakapan hold

for audio and video. Dalam pemakaiannya, akan dilihat bagaimana

penggunaan Komunikasi Non-verbal Emoticon dalam aplikasi

LINE.

2. Whatsapp

WhatsApp Messenger adalah aplikasi Pesan Instan layanan

berlangganan untuk smartphone dengan akses internet. Selain

pesan teks, pengguna dapat saling mengirim gambar lain, video,

(27)

Dalam pemakaiannya, akan dilihat bagaimana penggunaan

Komunikasi Non-verbal Emoticon dalam aplikasi Whatsapp.

3. Facebook Messenger

Facebook Messenger adalah layanan messaging dan

aplikasi perangkat lunak instan yang menyediakan teks dan

berkomunikasi dengan suara. Terintegrasi dengan fitur obrolan

berbasis web Facebook dan dibangun di atas protokol MQTT

open-source, Facebook Messenger memungkinkan pengguna

Facebook untuk chatting dengan teman-teman baik di ponsel dan

di situs utama. Dalam pemakaiannya, akan dilihat bagaimana

penggunaan Komunikasi Non-verbal Emoticon dalam aplikasi

Facebook Messenger.

4. Blackberry Messenger

BlackBerry Messenger, disingkat BBM, adalah

perangkat

mengadopsi kemampuan fitur atau aktivitas yang populer di

kalangan pengguna perangkat telepon genggam. Dalam

pemakaiannya, akan dilihat bagaimana penggunaan Komunikasi

Non-verbal Emoticon dalam aplikasi BBM.

5. WeChat

Wechat adalah aplikasi Pesan Instan layanan berlangganan

untuk smartphone dengan akses internet. Dalam pemakaiannya,

akan dilihat bagaimana penggunaan Komunikasi Non-verbal

Emoticon dalam aplikasi WeChat.

(28)

Responden terdiri dari Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2010 –

2013, yang menggunakan salah satu dari kelima aplikasi Instant

Messaging yang telah terpilih.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara yang terletak di jalan

Prof A.Sofyan No.1 Kampus USU Medan, Sumatera Utara. Departemen Ilmu

Komunikasi pertama kali dibuka di FISIP USU pada tahun 1980 dengan nama

jurusan Ilmu Komunikasi, dengan visi sebagai berikut :

1. Departemen Ilmu Komunikasi mampu menghasilkan sarjana-sarjana yang

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

(e) Pengukuran dan penandaan diameter dan panjang bibit (f) Bibit R.mucronata pada naungan 25% (g) Bibit R.mucronata pada intensitas 0% (h) Pemanenan bibit (i) Akar bibit

Maka asuhan yang diberikan pada bayi Ny.W adalah penatalaksanaan resusitasi pada asfiksia sedang yaitu dengan langkah awal mencegah kehilangan panas

(2) to find out how far the use of Task Based Learning can improve students’ writing skill s or not. The methodology of the research is Classroom Action Research. The

Agar kasus serupa dengan kasus Enron Corporation tidak terulang kembali dalam perusahaan dan kemudian merugikan berbagai pihak yang terlibat, maka penulis

Fase intuitif terletak antara fase prekonsepsual dan fase konrit operasional. Sebagai ilustrasi, seorang anak dihadapkan pada dua gelas A1 dan A2 yang sama persisi ukurannya.

Pemaparan radiasi gamma pada mencit dengan variasi 5 waktu menunjukkan bahwa semakin lama paparan radiasi gamma yang diberikan, maka semakin banyak radikal bebas yang

unit simpan pinjam Koperasi Syariah dalam metode pencatatan akuntansinya standar yang digunakan menggunakan PSAK dari IAI, yaitu PSAK No3. Dengan demikian, secara

Hal ini mengakibatkan tidak adanya standar yang jelas tentang proses audit internal yang dilakukan oleh tim auditor (dari pihak yayasan), maupun standar pelaporan audit. d) Dalam