• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM INSTANT

MESSAGING

(STUDI DESKRIPTIF FUNGSI KOMUNIKASI NON VERBAL

EMOTICON

DALAM

INSTANT MESSAGING

PADA

MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI USU)

SKRIPSI

ARTHA ARIHTA SINURAYA

100904044

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

(2)

FUNGSI KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM INSTANT

MESSAGING

(STUDI DESKRIPTIF FUNGSI KOMUNIKASI NON VERBAL

EMOTICON

DALAM

INSTANT MESSAGING

PADA

MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI USU)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

ARTHA ARIHTA SINURAYA

100904044

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Artha Arihta

NIM : 090904090

Departemen : Ilmu Komunikasi (JURNALISTIK)

Judul Skripsi : Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon

dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

Medan, Juni 2014

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Mazdalifah ,M.si Ph.D Dra. Fatma Wardy Lbs, MA

NIP. 196507031989032001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP-USU,

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat), maka saya bersedia diproses

sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Artha Arihta Sinuraya

NIM : 100904044

Tanda Tangan :

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan kemuliaan bagi Allah pemilik kehidupan, Tuhan Yesus

Kristus yang sudah memberikan kesehatan, hikmat dan anugerahnya kepada

peneliti sehingga penulis dapat melewati banyak hal didalam bersamaNya dan

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penelitian skripsi ini berjudul “Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non

Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa”, merupakan

salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan program sarjana

di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam proses

penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan masih

jauh dari sempurna, karena itu peneliti menerima saran dan kritik untuk

perbaikan sehingga skripsi dapat menjadi lebih baik.

Peneliti menyampaikan terimakasih kepada orangtua peneliti Bapak Bakti

Rafles Sinuraya yang sudah memberikan semangat, menjadi teladan dan

pemimpin yang baik untuk keluarga yang juga menjadi inspirasi bagi peneliti

untuk memberikan yang terbaik. Ibunda terkasih Nelce Kaloeti yang selalu

menjadi motivator bagi peneliti dalam menjalani hidup, buat cinta dan kasih yang

tulus yang sudah beliau berikan, tempat peneliti menceritakan keluh kesah dan

penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih buat doa dan

semangat yang selalu diberikan kepada peneliti hingga saat ini bahkan dalam

melewati masa-masa yang sulit. Terimakasih untuk cinta yang luar biasa yang

Tuhan sudah titipkan.

Skripsi dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan doa-doa setiap

orang yang ada dalam hidup peneliti, karena itu peneliti juga menghaturkan

banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi

FISIP USU.

(6)

5. Ibu Mazdalifah, M.Si, P.hD selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan sabar membimbing, mengajari dan memberikan banyak hal

didalam pengerjaan skripsi ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan baik.

6. Pak Yoseph Manalu beserta Istri selaku Bapak Rohani peneliti, yang

selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada peneliti semasa

pengerjaan skripsi ini.

7. Hadrian Nicoyama Pasaribu, seorang sahabat di setiap waktu baik

dalam suka dan duka, terimakasih sudah menerima kekurangan dan

kelebihan peneliti selama 4 tahun ini dan bersedia memfasilitasi

peneliti semasa pengerjaan skripsi.

8. Sahabat- sahabat peneliti di MDN48, Rere, Dora, Olak, Sari, Dewi,

Bawana, Debi, Ceem, dan Yua, buat semangat dan tawa dalam segala

hal, dan menjadi kenangan manis buat peneliti.

9. Kak Maya yang sudah banyak membantu dalam hal administrasi sejak

peneliti masuk kuliah.

10.Seluruh teman dan keluarga yang tidak dapat disebutkan satu per satu

yang sudah banyak memberikan dukungan kepada peneliti, biarlah

kiranya Allah yang membalas berlipat kali ganda.

Akhir kata, segala puji, hormat dan syukur hanyalah milik Allah saja

yang sudah banyak berperan dalam kehidupan peneliti daan memberikan

kepercayaan dalam segala hal. Peneliti berharap, penelitian dapat

bermanfaat serta memberikan inspirasi bagi pendidikan di Indonesia di

masa yang akan datang.

Medan, Juni 2014

Peneliti

(7)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ARTHA ARIHTA SINURAYA NIM : 100904044

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non exclusive Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

FUNGSI KOMUNIKASI NON VERBAL EMOTICON DALAM INSTANT MESSAGING (Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam

Instant Messaging pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada tanggal : 30 Juni 2014

Yang Menyatakan,

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Fungsi Komunikasi Non verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu analisis yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik tertentu secara faktual dan cermat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui maksud fungsi Emoticon oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi USU. Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi non verbal dan komunikasi visual .Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 271 orang dimana populasi merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU yang menggunakan Smartphone dan penarikan sampel berdasarkan rumus Surakhmat sehingga diperoleh 118 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan

proportional stratified sampling dan random sampling dimana setiap anggota populasi memilki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan pertanyaan pada kuesioner yang disusun berdasarkan indikator yang terdapat pada Fungsi Komunikasi Non Verbal.Setelah data diperoleh, data tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisa tabel tunggal melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 16.0.Hasil penelitian menunjukkan fungsi Emoticon sebagai komunikasi non verbal dalam aplikasi Instant Messaging pada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU berada pada tingkat medium, yang artinya kemampuan untuk mengakses dan menggunakan

Emoticon sudah cukup baik, namun dalam hal memahami dan mengevaluasi fungsi komunikasi non verbal Emoticon yang didapatkan masih harus ditingkatkan kembali. Pentingnya penggunaan Emoticon di era teknologi ini menjadikan setiap orang khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk peka dan cermat menggunakan Emoticon sesuai dengan fungsinya.

(9)

ABSTRACT

This study, entitled Non-Verbal Communication Functions Emoticons in Instant Messaging among students. This study used a descriptive analysis, the analysis aims to describe systematically the facts or certain characteristics factually and accurately. The purpose of this study is to determine the intent Emoticon function USU Student Communication Studies. Theories relevant to this study is the non-verbal communication and visual communication. Total population in this study was a population of 271 people in which the Faculty of Social Communication Studies USU student who uses a Smartphone and sampling based Surakhmat formula in order to obtain 118 respondents. The sampling technique using proportional stratified sampling and random sampling in which every member of the population has an equal opportunity to be sampled. Data collection techniques using the questions on the questionnaire were prepared based on the indicators contained in the Communication Function of Non Verbal.Setelah the data obtained, the data is then analyzed using a single table analysis through SPSS (Statistical Product Service Solution) 16.0. Result studies show emoticons function as non-verbal communication in Instant Messaging applications on USU Faculty of Social communication Studies students are at the medium level, which means the ability to access and use emoticons are already quite good, but in terms of understanding and evaluating the function of non-verbal communication emoticons obtained remains to be improved again. The importance of the use of emoticons in this era of technology makes everybody especially for students of Communication Sciences sensitive and careful use of emoticons in accordance with its function.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

ABSTRAK ... ix

2.5 Definisi Operasional Variabel ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

3.2 Metode Penelitian... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 42

4.2 Teknik Pengolahan Data. ... 42

4.3 Analisis Tabel Tunggal. ... 43

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 70 5.2 Saran ... 70

DAFTAR REFERENSI

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Variabel Teoritis dan Variabel Operasional 32

3.1 Data Populasi Responden 38

3.2 Sampel Per-Angkatan Ilmu Komunikasi USU 39

4.1 Jenis Kelamin 44

4.2 Angkatan 44

4.3 Uang Saku Per Bulan 45

4.4 Operating System Smartphone yang digunakan 46

4.5 Aplikasi Instant Messenger yang sering digunakan 47

4.6 Aspek yang Menarik dari Memakai Aplikasi Instant Messenger 48

4.7 Lama Pemakaian Aplikasi Instant Messenger 49

4.8 Interaksi dengan Instant Messenger 50

4.9 Pengetahuan tentang Aplikasi 51

4.10 Pemakaian Ekspresi Emoticon 52

4.11 Alasan Memakai Emoticon 56

4.12 Fungsi Repitisi 57

4.13 Fungsi Subsitusi 58

4.14 Fungsi Komplemen 59

4.15 Fungsi Regulasi 60

4.16 Fungsi Kontradiksi 61

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Perbedaan memakai komunikasi non verbal Emoticon 1

1.2 Beberapa Bentuk komunikasi non verbal Emoticon dalam aplikasi

Instant Messaging 3

1.3 Bentuk Emoticon yang terkenal pada era tahun 2000-an 4

2.1 Stiker atau Emoticon pada aplikasi LINE 20

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

• Kuesioner

Fortran Cobol

• Biodata Peneliti

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Fungsi Komunikasi Non verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu analisis yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik tertentu secara faktual dan cermat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui maksud fungsi Emoticon oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi USU. Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi non verbal dan komunikasi visual .Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 271 orang dimana populasi merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU yang menggunakan Smartphone dan penarikan sampel berdasarkan rumus Surakhmat sehingga diperoleh 118 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan

proportional stratified sampling dan random sampling dimana setiap anggota populasi memilki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan pertanyaan pada kuesioner yang disusun berdasarkan indikator yang terdapat pada Fungsi Komunikasi Non Verbal.Setelah data diperoleh, data tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisa tabel tunggal melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 16.0.Hasil penelitian menunjukkan fungsi Emoticon sebagai komunikasi non verbal dalam aplikasi Instant Messaging pada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU berada pada tingkat medium, yang artinya kemampuan untuk mengakses dan menggunakan

Emoticon sudah cukup baik, namun dalam hal memahami dan mengevaluasi fungsi komunikasi non verbal Emoticon yang didapatkan masih harus ditingkatkan kembali. Pentingnya penggunaan Emoticon di era teknologi ini menjadikan setiap orang khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk peka dan cermat menggunakan Emoticon sesuai dengan fungsinya.

(16)

ABSTRACT

This study, entitled Non-Verbal Communication Functions Emoticons in Instant Messaging among students. This study used a descriptive analysis, the analysis aims to describe systematically the facts or certain characteristics factually and accurately. The purpose of this study is to determine the intent Emoticon function USU Student Communication Studies. Theories relevant to this study is the non-verbal communication and visual communication. Total population in this study was a population of 271 people in which the Faculty of Social Communication Studies USU student who uses a Smartphone and sampling based Surakhmat formula in order to obtain 118 respondents. The sampling technique using proportional stratified sampling and random sampling in which every member of the population has an equal opportunity to be sampled. Data collection techniques using the questions on the questionnaire were prepared based on the indicators contained in the Communication Function of Non Verbal.Setelah the data obtained, the data is then analyzed using a single table analysis through SPSS (Statistical Product Service Solution) 16.0. Result studies show emoticons function as non-verbal communication in Instant Messaging applications on USU Faculty of Social communication Studies students are at the medium level, which means the ability to access and use emoticons are already quite good, but in terms of understanding and evaluating the function of non-verbal communication emoticons obtained remains to be improved again. The importance of the use of emoticons in this era of technology makes everybody especially for students of Communication Sciences sensitive and careful use of emoticons in accordance with its function.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Internet sebagai alat komunikasi telah berkembang menjadi sebuah media

yang efektif dan bersifat global. Instant Messaging (pesan instan), Chatting,

Facebook, Twitter, situs pribadi, dan berbagai ragam media sosial lainnya

membuat sebuah media dimana para pengguna internet bisa saling berhubungan

satu sama lain di seluruh dunia, serta mendapatkan informasi dan hiburan.

Namun, terbatasnya pesan non-verbal yang tersampaikan lewat internet, membuat

para pengembang membuat suatu inovasi baru yaitu menciptakan kumpulan

gambar-gambar yang mewakili pesan non-verbal. Gambar-gambar tersebut

bernama Emoticon, yang dimana biasa digunakan untuk menekankan suatu

pernyataan sewaktu berkomunikasi secara online, dan juga memberitahu para

responden terhadap suasana hati yang terdapat pada pernyataan. Emoticon

tersebut sangat diperlukan karena menurut Nugroho (2010), kata-kata saja tidak

cukup untuk menjelaskan suatu arti pesan. Oleh karena itu, komunikasi

non-verbal sangat dibutuhkan, terlebih dengan adanya Emoticon, komunikasi di

internet secara alami mengijinkan para pengguna untuk mengekspresikan

pendapat dan perasaan mereka dengan menggunakan sebuah gambar yang

mewakili suasana hati dan ekspresi wajah tersebut.

Gambar 1.1

Tanpa memakai Komunikasi Non-Verbal

Emoticon

Dengan menggunakan Komunikasi

Non-Verbal Emoticon

(18)

Gambar 1.1 merupakan salah satu contoh bagaimana pentingnya Emoticon

dalam menjelaskan suatu makna pesan. Dalam contoh tersebut terlihat bagaimana

persepsi akan makna yang terbentuk ketika menggunakan dan tidak menggunakan

Emoticon. Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya:

bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan

sebagainya), namun juga melalui perilaku verbalnya. Pentingnya pesan

non-verbal ini misalnya dilukiskan dalam frase, “bukan apa yang ia katakan,

melainkan bagaimana ia mengatakannya”. Sebagai contoh, ketika kita merasa

ragu terhadap seseorang, kita lebih percaya tingkah lakunya daripada apa yang

dikatakannya (Deddy, 2005). Hal ini juga berlaku ketika kita pertama kali

bertemu seseorang, apa yang dia kenakan, gestur tubuh, nada suara, dan segala

perilakunya dapat menimbulkan pesan non-verbal yang akhirnya berujung kepada

suatu kesimpulan berupa pesan tentang bagaimana sebenarnya orang tersebut.

Secara sederhana, pesan non-verbal adalah semua isyarat yang bukan

kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non-verbal

mencakup semua rangsangan dalam suatu setting komunikasi yang mempunyai

nilai pesan potensial bagi pengirim dan penerima (Deddy. 2013). Rangsangan itu

bisa berupa ekspresi wajah, gestur tubuh, nada suara, bahkan penampilan fisik. Di

internet, semua rangsangan itu bisa ditemukan pada saat melakukan Video Call

(gestur tubuh) atau Internet Phone Call (suara), ketika mengunggah sebuah foto

profil di Facebook atau Twitter (penampilan fisik), dan menggunakan Emoticon

(ekspresi wajah).

Emoticon biasanya digunakan untuk pengganti kekurangan ketika

melakukan komunikasi secara online, dimana menggunakan teks saja tidak cukup

efektif. Berbeda dengan model komunikasi yang lainnya, berkomunikasi secara

online selalu penuh dan jelas dengan banyaknya informasi yang dimasukkan,

tetapi di saat yang sama pengguna ingin sebisa mungkin lebih efektif dan

ekspresif ketika berkomunikasi. Lawson dan Leck menemukan bahwa Emoticon

digunakan untuk mengganti beberapa petunjuk non verbal dan para

verbal.Emoticon juga digunakan untuk membuat hubungan yang dekat di dalam

ketidakleluasaannya Internet, untuk mengidentifikasi apakah pengguna lain itu

(19)

digunakan sebagai alternatif untuk bahasa tubuh seperti pandangan yang sopan

dan kedipan mata yang dimana tidak mudah ditiru secara online (Whitty. 2003).

Emoticon tidak lepas dengan chatting atau Instant Messaging. Instant

Messaging adalah teknologi

jaringan untuk mengirimkan pesan-pesan singkat secara langsung pada

saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks kepada pengguna

lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama. Berbeda dengan Media

Sosial, Instant Messaging menjadi salah satu yang paling banyak menggunakan

Emoticon sebagai pengganti komunikasi non-verbal. Instant Messaging yang

paling banyak dipakai adalah LINE, Whatsapp, BBM, KakaoTalk, dan Wechat.

Gambar 1.2 adalah salah satu contoh bentuk Emoticon di aplikasi Instant

Messsaging LINE. Pada gambar di bawah ini digambarkan bagaimana Emoticon

pada aplikasi LINE sangat ekspresif dalam menyampaikan perasaan dan ekspresi,

bahkan sebagian ada yang menyimbolkan beberapa kegiatan. Salah satu Emoticon

sedang menyimbolkan perasaan sedih karena tidak punya uang, dilihat dari

gambarnya yang sedang terlihat sedang mengeluarkan isi kantong celananya yang

kosong dengan ekspresi sedih (gambar Emoticon sebelah kanan atas).

Gambar 1.2

Beberapa bentuk Komunikasi non verbal Emoticon dalam aplikasi Instant

Messaging LINE.

(20)

Emoticon mempunyai fungsi sebagai pengganti komunikasi non-verbal

dalam berkomunikasi dengan Instant Messaging. Emoticon juga sering digunakan

pada komunikasi online berbasis teks untuk menyampaikan perasaan atau

menunjukkan ekspresi wajah seperti senyum atau terkejut (Mallen,dkk. 2005).

Seiring berkembangnya teknologi, Emotion semakin memiliki banyak rupa dan

bentuk. Tidak lagi hanya menggambarkan ekspresi dan perasaan, melainkan juga

melambangkan kegiatan yang sedang dilakukan. Gambar 2 adalah contoh

beberapa Emoticon yang sudah melalui proses perkembangan teknologi. Emoticon

pada Gambar 1.2 menggunakan karakter dengan kepribadian tertentu,

dibandingkan dengan Emoticon pada era tahun 2000-an yang hanya berbentuk

bulatan kuning dengan guratan garis yang menggambarkan wajah dengan ekspresi

umum (lihat Gambar 3).

Gambar 1.3

Bentuk Emoticon yang terkenal pada era tahun 2000-an

Sumber:

Emoticon sangat berperan dalam mengekspresikan perasaan terhadap teks

tertentu ketika berkomunikasi melalui Instant Messaging. Emoticon membantu

komunikan dan komunikator dalam mengartikan maksud suatu pesan teks dan

mencegah terjadinya kesalahpahaman akan maksud suatu teks tertentu. Seperti

yang telah dipaparkan pada Gambar 1.1, Emoticon membantu para pengguna

Instant Messaging untuk memberi makna tersendiri pada suatu pesan teks.

Teknologi komunikasi dalam perkembangannya semakin mudah dan cepat.

Salah satu perkembangan yang signifikan adalah dengan adanya teknologi

(21)

dengan mudah lewat internet. Menurut data dari website ecommerceonline.com,

para pengguna internet di Indonesia yang mayoritas berusia 14-24 tahun yang

umumnya terdiri dari pelajar, hingga mahasiswa. Mahasiswa (umur 18- 24 tahun)

adalah pengguna internet terbanyak pertama setelah para pelajar SMP dan SMA.

Ketika menggunakan internet, para pengguna lazim menggunakan Instant

Messaging sebagai sarana berkomunikasi dan saling bertukar pesan. Kebutuhan

akan informasi yang cepat dan mudah membuat mahasiswa menjadi pemakai

Instant Messaging dengan pengguna terbanyak. Hal ini juga didasari oleh

kebutuhan bersosialisasi yang besar, sehingga kemudahan berkomunikasi menjadi

salah satu alasan utama mahasiswa sering menggunakan Instant Messaging.

Mahasiswa yang lebih ekspresif dalam berkomunikasi cenderung banyak

memakai komunikasi non verbal dalam berkomunikasi, termasuk ketika

berkomunikasi dengan Emoticon.

Sebagian besar aplikasi Instant Messaging yang terkenal menjadikan

Emoticon menjadi salah satu daya tarik para pengguna. LINE terkenal akan

Emoticon yang terdiri dari berbagai macam karakter terkenal dengan ekspresi

yang sesuai kepribadian karakter tersebut. KakaoTalk terkenal akan Emoticon

berformat GIF atau gambar bergerak yang juga terdiri dari berbagai macam

karakter. BBM pada pembaruan aplikasi pada bulan Februari 2014 telah

menambah jumlah Emoticonnya untuk menambah daya tarik pengguna.

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian berfokus kepada

mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU yang menggunakan aplikasi

Instant Messaging yang terpilih. Pemilihan tempat lokasi penelitian berfokus

kepada mahasiswa jurusan Komunikasi FISIP USU dikarenakan, sebagai

mahasiswa jurusan Komunikasi FISIP USU tentunya mempunyai interaksi yang

luas dan menggunakan Instant Messaging. Berdasarkan deskripsi di atas, maka

peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana fungsi Emoticon sebagai bentuk

Komunikasi non verbal dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa Ilmu

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus

masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana fungsi Komunikasi Non-verbal

Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi

USU?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti

agar penelitian tidak terlalu luas dan fokus terhadap permasalahan yang sedang

diteliti, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

2. Instant Messaging yang diteliti melingkupi 5 aplikasi teratas yang diunduh

lebih dari 10 juta kali menurut data Google Play Store.

3. Penelitian berfokus untuk mengetahui bagaimana penggunaan Emoticon

sebagai bentuk komunikasi non-verbal ketika berkomunikasi dengan

menggunakan Instant Messaging.

4. Objek penelitian adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU

angkatan 2011-2013 yang menggunakan Smartphone.

1.4Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi bentuk Emoticon yang paling sering digunakan oleh

mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU ketika menggunakan Instant

Messaging.

2. Mengetahui aplikasi yang sering digunakan ketika berkomunikasi dengan

Emoticon melalui Instant Messaging di kalangan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

3. Mengetahui Fungsi Emoticon oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

(23)

1.5Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

dalam bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan

pengetahuan peneliti maupun mahasiswa lainnya mengenai peran

Emoticon sebagai bentuk komunikasi non-verbal ketika menggunakan

aplikasi Instant Messaging.

3. Secara praktek, penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi

mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dalam

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah dalam suatu

penelitian. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang

paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun. 1995).

Adapun teori yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi non verbal

a. Definisi Komunikasi Non-verbal

Komunikasi non-verbal menyangkut ‘rasa’ atau ‘emosi’. Di samping

itu, jenis dan jumlah tindakan-tindakan non-verbal sangat beraneka ragam

dan banyak, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari, perilaku non-verbal

sangat membantu pembentukan makna pada setiap pesan komunikasi yang

ada. Sebagai contoh, ketika seorang anak tampak senang karena mendapat

nilai bagus dalam ujian matematika, dia tidak hanya bercerita pada

kawan-kawannya tentang kegembiraannya, tetapi secara atraktif dia

meloncat-loncat dan tertawa kegirangan.

Frank E.X. Dance dan Carl E. Larson (1976) dalam bukunya ‘The

Functions of Human Communication : A Theorical Approach’,

menawarkan satu definisi tentang komunikasi non-verbal sebagai suatu

stimulus yang pengertiannya tidak ditentukan oleh makna isi simboliknya.

Sebagai contoh, orang mengedipkan mata, merah muka, mengetuk-ketuk

jari ke meja, duduk bersandar, berdiri tegak, dan sebagainya. Makna dari

tindakan-tindakan itu tidak tergantung dari makna isi gerakan-gerakan

tersebut, tetapi tergantung pada interpretasi dari orang-orang lain yang

mengamatinya. Tentunya, hal ini akan menimbulkan interpretasi makna

yang berbeda-beda.

Di lain pihak, Judee K. Burgoon dan Thomas J. Saine (1978) dalam

(25)

Communication’, memberikan definisi kerja sebagai berikut: “Komunikasi

non-verbal adalah tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja

dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi

akan adanya umpan balik (feedback) dari yang menerimanya”.

Hickson dan Stacks (1989) dalam bukunya ‘Non-verbal

Communication Studies and Apllications’, memperluas pengertian dari

Burgoon dan Saine di atas, dengan mengatakan bahwa: “Stimuli tertentu

dari perilaku non-verbal mungkin terjadi dengan tidak disadari dan

perilaku non-verbal diatur oleh norma-norma yang dihasilkan oleh

interaksi manusia.”

Di samping itu, suatu pengertian yang praktis diberikan oleh Ronald

B. Adler dan neil Towne (1987) dalam bukunya ‘Looking Out Looking in’,

yaitu : “apabila komunikasi verbal ‘kata-kata’, tersebut tidak akurat,

karena kalau dilihat dalam kenyataannya pesan-pesan tertentu ada yang

tidak terucapkan dan ada aspek-aspek vokal yang tidak nyata sebagai

pesan verbal. Sebagai contoh, kadangkala kita sulit untuk menggambarkan

dengan kata-kata tentang ‘keindahan’, di lain waktu kita sering mengeluh

yang terekspresikan lewat suara-suara ‘huh,ckk’ dan sebagainya.”

Merangkum beberapa penjelasan di atas, Komunikasi non-verbal bisa

didefinisikan secara umum sebagai “pesan-pesan yang diekspresikan

secara sengaja atau tidak sengaja melalui gerakan/tindakan/perilaku atau

suara-suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam

bahasa”.

b. Fungsi Komunikasi non verbal

Sejumlah cara berkomunikasi verbal berbeda dengan komunikasi

non-verbal, tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai suatu

komunikasi yang efektif. Dengan menggabungkan keduanya,

pembentukan makna suatu pesan komunikasi akan tercapai secara

keseluruhan. Gambaran ini merupakan fungsi umum dari komunikasi non

(26)

Sebenarnya ada beberapa fungsi umum dari komunikasi non verbal,

tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi non verbal

bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna suatu pesan

komunikasi. Dalam hal ini komunikasi non-verbal memodifikasi

komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan pendapat Paul Ekman

(1965) sebagai berikut:

1. Repetisi atau pengulangan

Perilaku non verbal merupakan pengulangan untuk memperkuat

makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika seseorang

menanyakan agar ditunjukkan letak suatu tempat, kita akan

memberikan penjelasan dengan kata-kata dan kemudian menegaskan

atau memperkuat penjelasan terdahulu dengan menunjukkan jari

kemana arah tempat tersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan

dengan memberikan gambaran dengan peragaan-peragaan non verbal

yang lain.

Fungsi repetisi ini bisa berlaku pula untuk pemakaian isyarat atau

tanda. Penggunaan tanda atau isyarat biasanya berkaitan dengan kultur

atau budaya. Seperti, menganggukkan kepala berarti ‘ya’,

menggelengkan kepala berarti ‘tidak’.

Namun seperti yang dijelaskan di atas, penggunaan tanda gestur

itu bisa berarti lain pada kebudayaan lain yang berbeda.

2. Kontradiksi atau berlawanan

Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang

sifatnya berlawanan. Tindakan ini biasanya terekspresikan secara

berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap

ini akan menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap.

Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang

atau bahkan diri kita sendiri melakukan tindakan-tindakan yang

(27)

Orang akan lebih percaya pada perilaku non verbal dibandingkan

pesan verbal di dalam komunikasi yang bermakna ganda. Seringkali

proses yang demikian itu akan mempengaruhi hubungan antarpribadi

yang sudah ada.

3. Subsitusi atau pengganti

Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang

dikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan

sesuatu, kita hanya ‘angkat bahu’ utuk mengatakan tidak tahu. Dalam

hal ini sering tidak didasari tindakan-tindakan non verbal. Seperti

tersenyum, menarik nafas panjang, atau mengerutkan kening.

4. Komplemen atau pelengkap

Tindakan non verbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan

verbal. Biasanya tindakan non verbal mengadaptasi pesan-pesan

verbal. Kita juga menggunakan komunikasi non-verbal untuk

memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh

pesan verbal.

Misalnya, anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah

lucu, atau menggelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran

seseorang. Dari contoh tersebut, banyak tindakan non verbal dari

seluruh bagian tubuh digunakan melengkapi pembentukan makna

pada pesan verbal. Contoh itu juga menjelaskan, bahwa tindakan non

verbal dapat berfungsi melukiskan suatu ungkapan verbal. Dengan

gerakan-gerakan yang wa ilustratif, proses komunikasi akan lebih

bermakna.

5. Regulasi atau pengatur

Perilaku non verbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau

pengatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya

berupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju.

(28)

keinginan anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir,

mencodongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk

menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu merupakan

contoh-contoh dari fungsi mengatur ini.

6. Aksentuasi atau penekanan

Tanda non verbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan

pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang rekan dengan

menunjukkan jari atau dengan intonasi suara yang tinggi. Fungsi

aksentuasi ini sama prinsipnya dengan tanda-tanda italik (kursif atau

garis miring) dalam bahasa verbal. Misalnya, anda mungkin

tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau dapat

memukulkan tangan anda ke meja untuk menekankan suatu hal

tertentu.

c. Ciri-ciri dari Komunikasi Non-verbal

Ciri-ciri berikut ini akan memberikan kerangka untuk mengamati

kekhususan komunikasi non-verbal.

1. Komunikatif

Perilaku non-verbal dalam suatu situasi interaksi selalu

mengkomunikasikan sesuatu. Tidak hanya berlaku untuk semua

komunikasi, tetapi khususnya berlaku untuk komunikasi

non-verbal. Kita tidak mungkin tidak bertingkahlaku, dan karenanya,

kita tidak mungkin tidak mengkomunikasikan sesuatu. Apapun

yang anda lakukan atau tidak anda lakukan, dan apakah

tindak-tanduk anda disengaja atau tidak, perilaku non-verbal anda

mengkomunikasikan sesuatu. Selanjutnya, pesan-pesan ini bisa

diterima secara sadar ataupun tidak sadar. Kita tidak perlu

menyadari bahwa kita sedang menerima pesan agar mereka

(29)

Bahkan gerakan kecil pada mata, tangan, dan otot wajah juga

melakukan komunikasi, seperti gerakan nyata tubuh, duduk di

sudut, atau memandang keluar jendela. Gerakan-gerakan kecil ini

sangat penting dalam hubungan antarpribadi. Kita seringkali dapat

mengatakan, misalnya, bahwa dua orang saling menyayangi atau

bahwa mereka sekadar hanya bersikap santun satu sama lain.

Seringkali kita mendasarkan penilaian ini pada perilaku-perilaku

non-verbal kecil semacam itu. Gerakan otot di sekitar mata, tingkat

kontak mata, cara mereka saling memandang semuanya

memberikan petunjuk bagi kita untuk membuat penilaian itu.

Semua perilaku non-verbal, betapa pun kecilnya, sangatlah penting.

Setiap perilaku itu mempunyai makna; masing-masing melakukan

komunikasi.

a. Kesamaan Perilaku

Satu cara yang sering kita gunakan untuk menyimpulkan

apakah dua orang saling menyukai atau tidak adalah kesamaan

perilaku (France & Mayo. 1978). Istilah ini mengacu pada

kesamaan perilaku non-verbal dua orang, yang mungkin

mempunyai banyak bentuk. Salah satu mungkin meniru orang

lain, atau kedua orang ini mungkin secara spontan berperilaku

sama. Kita dapat melihat kesamaan perilaku dalam gerak-gerik

tubuh secara umum serta gerakan tangan selain juga

sikap-sikap yang lain dan pada suara. Pada umumnya, kesamaan

perilaku merupakan indeks dari rasa saling menyukai.

b. Komunikasi Artifaktual

Walaupun disini kita memusatkan pembahasan pada

perilaku, janganlah berasumsi bahwa semua komunikasi

non-verbal terjadi dalam bentuk perilaku. Banyak pesan non-non-verbal

dikomunikasikan melalu cara berpakaian dan artifak-artifak

(30)

digunakan, mobil yang anda kendarai, rumah yang anda diami,

pemilihan Emoticon saat berkomunikasi via Instant

Messaging, dan, nyatanya, hampir semua benda yang berkaitan

dengan anda mengkomunikasikan makna. Apapun yang anda

kenakan dan apapun yang anda miliki semua

mengkomunikasikan sesuatu tentang anda.

2. Kontekstual

Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi non-verbal

terjadi dalam suatu konteks (situasi, lingkungan), dan konteks

tersebut membantu untuk menentukan makna dari setiap

perilaku non-verbal. Perilaku non-verbal yang sama mungkin

mengkomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang

berbeda. Mengedipkan mata kepada seorang wanita cantik

dalam bis kota mempunyai makna yang berbeda dengan

mengedipkan mata di meja poker. Begitu juga, makna perilaku

non-verbal tertentu akan berbeda tergantung pada perilaku

verbal yang menyertainya. Menggunakan Emoticon ‘senyum

dengan menjulurkan lidah’ saat bercanda sangat berbeda

maknanya dengan menggunakan Emoticon ‘senyum dengan

menjulurkan lidah’ di saat mengatakan maaf.

3. Paket

Perilaku non-verbal, apakah menggunakan tangan, mata, atau

otot tubuh, biasanya terjadi dalam bentuk “paket”, atau tandan

(cluster). Seringkali perilaku seperti itu saling memperkuat;

masing-masing pada pokoknya mengkomunikasikan makna

yang sama. Adakalanya perilaku bertentangan satu sama lain.

a. Paket Non-verbal

Semua bagian tubuh biasanya bekerja bersama untuk

(31)

menyatakan rasa takut dengan mata anda sementara bagian

tubuh yang lain bersikap santai seperti tidur. Sebaliknyalah,

keseluruhan tubuh mengekspresikan emosi ini.

Sebelum dapat menerka sebarang perilaku non-verbal,

perlu dilihat bagaimana keseluruhan paket ini berkaitan

dengan konteks tertentu dan bagaimana setiap perilaku

spesifik bersesuaian dengan paket itu. Seorang gadis cantik

yang mengedipkan mata ke arah anda mungkin

mengisyaratkan undangan, tetapi jangan abaikan

kemungkinan bahwa lensa kontaknya tidak terpasang

dengan baik.

Pada umumnya kita tidak banyak menaruh perhatian pada

sifat paket dari komunikasi non-verbal yang keliatan begitu

wajar sehingga berlalu begitu saja tanpa disadari. Tetapi,

bila ada inskosistensi barulah kita memperhatikannya.

b. Paket Verbal dan Non-verbal

Komunikasi non-verbal juga terpaket dengan pesan verbal

yang menyertainya. Bila anda menunjukkan rasa marah

secara verbal, tubuh dan wajah anda menegang, dahi anda

berkerut, dan mungkin anda menunjukkan sikap siap

berkelahi. Sekali lagi, kita seringkali tidak memperhatikan

hal ini karena ini sepertinya wajar saja. Tetapi bila pesan

non-verbal dari sosok atau wajah seseorang bertentangan

dengan pesan verbalnya, kita menaruh perhatian khusus.

Bila perilaku non-verbal bertentangan dengan perilaku

verbal, tampaknya sangat beralasan untuk mempertanyakan

kemungkinan komunikator ini dapat dipercaya.

4. Dapat dipercaya (Believable)

Kita cepat mempercayai perilaku non-verbal. Ini tetap

(32)

perilaku verbal. Periset non-verbal pada tahun 1968

mengemukakan bukti bahwa dampak total dari suatu pesan

merupakan fungsi dari formula berikut: Dampak Total = 0,007

verbal + 0,38 vokal + 0,55 wajah. Formula ini menunjukkan

sangat kecilnya pengaruh pesan verbal. Lebih dari sepertiga

dampak berasal dari suara atau vokal (parabahasa), dan lebih

dari setengah pesan dikomunikasikan melalui wajah (roman

muka). Di lain sisi, Mehrabian dan kawan-kawannya

mengembangkannya dari telaaah mereka atas dampak

emosional suatu pesan. Karenanya, formula ini tidak berlaku

untuk semua pesan. Menurut periset non-verbal Judee

Burgoon, David Buller, dan W. Gill Woodall (1989), perkiran

Ray Birdwhistell bahwa 60 sampai 65 persen dari makna

dikomunikasikan secara non-verbal lebih layak dipercaya.

5. Dikendalikan oleh aturan

Komunikasi non-verbal, seperti halnya komunikasi verbal,

dikendalikan aturan (rule-governed) (McLaughlin. 1984).

Sebagai anak-anak, kita belajar kaidah-kaidah kepatutan

sebagian besar melalui perilaku orang dewasa. Sebagai contoh,

ketika berkomunikasi dengan Emoticon, tidak patut saat

seseorang berbicara dengan serius dan kita menggunakan

Emoticon tertawa. Kita belajar bahwa menggunakan Emoticon

‘senyum’ ketika memaafkan seseorang lebih terlihat

meyakinkan daripada tidak memakai Emoticon sama sekali.

Seperti perilaku non-verbal itu sendiri, kita mempelajari

aturan-aturan ini tanpa menyadarinya, sebagian besar melalui

pengamatan atas orang lain. Aturan-aturan ini disadari adanya

hanya dalam diskusi formal tentang komunikasi non-verbal,

seperti dalam buku ini, dan bila kita melanggarnya dan

pelanggaran ini menarik perhatian kita. Orang mengetahui

(33)

belum tentu dapat menuangkannya dalam bentuk kata-kata.

Fungsi utama dari unit-unit selanjutnya mengenai komunikasi

non-verbal ini adalah menyadarkan akan adanya aturan-aturan

implisit ini serta makna dan implikasinya di balik penggunaan

mereka yang patut dan tidak patut.

6. Metakomunikasi

Setiap perilaku, verbal ataupun non-verbal, yang mengacu

pada komunikasi bersifat metakomunikasi. Perilaku non-verbal

seringkali bersifat metakomunikasi. Komunikasi non-verbal

mungkin juga merupakan komentar atas komunikasi non-verbal

yang lain. Contohnya adalah ketika dia mengatakan sedang

sedih, tetapi mengeluarkan Emoticon senyum. Disni pesan

verbal (teks) sangat bertentangan dengan pesan non-verbal

yang dia pakai.

Paling sering, bila perilaku non-verbal bersifat

metakomunikasi ia menguatkan perilaku verbal atau non-verbal

lainnya. Anda mungkin menggunakan Emoticon senyum saat

berkenalan dengan orang baru di grup chat atau mengatakan

bahwa anda akan terlambat dengan Emoticon kecewa.

2.1.2 Emoticon

Emoticon berasal dari gabungan dua kata Emotion (Emosi) dan Icon

(ikon). Emoticon yang merupakan singkatan dari Emotional Icon adalah

hal yang menggambarkan ekspresi wajah yang diwakilkan dengan karakter

dan gambar, yang dibuat sesuai dengan suasana hati seseorang. Emoticon

juga sering digunakan untuk merespon suatu berita dan dapat mengubah

interpretasi dari sebuah teks melalui perbedaan emosi yang mendasari

berita atau pesan tersebut. Emoticon yang tepat dapat membantu

mengekspresikan perasaan pada tulisan ataupun komentar khususnya di

internet. Dalam konteks komunikasi melalui internet, Emoticon juga

(34)

mencegah kesalahpahaman yang sering terjadi saat sang penulis ingin

membuat sebuah candaan, yang sering disalah artikan sebagai penghinaan

oleh pengguna lain. (Sanderson. 1997)

Emoticon tidak lepas dengan chatting atau Instant Messaging. Instant

Messaging adalah teknologi

dalam jaringan

langsung pada saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks

kepada pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama.

Dibandingkan dengan Media Sosial, Instant Messaging menjadi salah satu

yang paling banyak menggunakan Emoticon sebagai pengganti

komunikasi non-verbal.

a. Emoticon sebagai Komunikasi Visual

Bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat,

memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan

kita menyandi peristiwa yang ada dalam bentuk kata-kata. Melalui bahasa,

manusia mengkomunikasikan pemikirannya kepada orang lain dan

menerima satu sama lain.

Meski demikian ada keterbatasan dalam bahasa: (1) terbatasnya

jumlah kata untuk mewakili sebuah obyek, (2) kata-kata memiliki sifat

ambigu dan kontekstual, (3) kata-kata mengandung resiko bias budaya.

Sementara ada beberapa fungsi dari komunikasi visual: (1) visual

dapat berfungsi menterjemahkan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan oleh

kata-kata, teks, naskah dan bisa juga sebagai pendukung teks, (2) visual

sebagai representasi, (3) visual menggambarkan kenyataan yang

sebenarnya (realitas), (4) visual dapat menggambarkan kesan tertentu dan

menimbulkan citra tertentu, (5) visual sebagai daya tarik, (6) visual

sebagai pemberi instruksional, (7) visual sebagai daya tarik tertentu.

Penglihatan merupakan indera yang memberi informasi yang cepat

dan lengkap, diperkirakan bahwa 70% hingga 80% dari pengetahuan

manusia diperoleh melalui indera mata (Laseau, Paul. 1980) . Selain

(35)

manusia menterjemahkan informasi yang diterima indera lain ke dalam

kesan penglihatan. Dengan demikian dalam berbagai hal indera

penglihatan berfungsi juga sebagai terjemahan indera yang lain.

Komunikasi visual adalah penyampaian pesan melalui bahasa rupa.

Dapat kita saksikan bahwa saat ini pemakaian visual untuk berkomunikasi

semakin berkembang dan semakin baik. Kita hidup dalam media-media

visual yang sangat cepat. Mulai dari yang dua dimensi statis hingga tiga

dimensi dinamis. Visual-visual itu mengisi halaman surat kabar, majalah,

buku, pakaian, billboard, layar komputer, layar handphone, televisi dan

lain sebagainya. Salah satunya yang bisa menjadi penanda adalah:

Emoticon. Para pemakai aplikasi mobile seperti Line, KakaoTalk,

WhatsApp pasti sudah sangat akrab dengan bahasa visual

seperti sticker dan Emoticon yang lebih bisa mengekspresikan pesan. Hal

ini terjadi semakin cepat pada satu dasawarsa terakhir. Tiada terasa kita

telah berubah. Sesuatu yang belum pernah tejadi pada sejarah komunikasi

massa sebelumnya. Kita telah menjadi sebuah komunitas yang

dihubungkan secara visual.

Gambar 2.1

Stiker atau Emoticon pada aplikasi LINE

Sumber:http://www.bangkokpost.com/

Pernahkah terpikirkan oleh Anda, mengapa para pengendara/

pengemudi kendaraan bermotor berhenti di depan lampu lalu lintas yang

menyala merah di persimpangan jalan? Mengapa mereka patuh

‘diperintah’ oleh sebuah lampu lalu lintas? (kecuali yang memang bandel

(36)

menjalankan kendaraannya ketika lampu menyala hijau. Atau Anda para

perempuan tak perlu jatuh malu hanya karena salah masuk ke toilet

laki-laki di tempat umum?

Gambar 2.2

Simbol untuk membedakan toilet Pria dan Wanita

Sumber: http://clipartbest.com/

Itulah salah satu bentuk dari komunikasi visual. Kita dapat melihat –

walau kadang kita tidak sadari – betapa luar biasa efek komunikasi visual

itu. Polisi lalu lintas berkomunikasi dengan para pengguna lalu lintas

dengan mempergunakan lampu pengatur lalu lintas. Pengelola gedung

mempersilakan kita masuk ke toilet yang benar sesuai jenis kelamin kita.

Meskipun manusia telah mempergunakan komunikasi tulisan dan

verbal dalam kehidupan sehari-hari, namun komunikasi visual tetap

memegang peranan penting dalam proses dan upaya penyampaian pesan.

Komunikasi visual sebagai bentuk pesan verbal memiliki beberapa fungsi:

(1) mengulang kembali pesan yang telah disampaikan secara verbal

(repetisi), (2) menggantikan lambang-lambang verbal (substitusi), (3)

menolak pesan verbal atau memberi arti lain dari pesan verbal

(kontradiksi), (4) melengkapi pesan verbal (komplemen), (5) menegaskan

pesan verbal (aksentuasi).

Dalam beberapa kasus, komunikasi visual lebih efektif

dibandingkan jenis komunikasi yang lain. Pada keadaan perbedaan bahasa,

keterbatasan literatur, ketiadaan teknologi komunikasi, hambatan cuaca,

jarak ataupun situasi, maka komunikasi visual dapat dipergunakan di sini.

(37)

konvensi/persetujuan untuk dapat sama-sama dipahami dan juga lingkup

referensi yang sama.

b. Emoticon sebagai Komunikasi non verbal

Komunikasi non-verbal secara umum dipahami sebagai proses

komunikasi dengan cara mengirim dan menerima pesan di luar kata-kata

dan tulisan (yang disebut pesan verbal). Beberapa pesan dapat

disampaikan melalui gesture (gerak tubuh), bahasa tubuh atau postur,

ekspresi wajah dan kontak mata. Obyek atau benda-benda juga bisa

dipakai sebagai sarana komunikasi non-verbal seperti pakaian, gaya

rambut dan hingga arsitektur, simbol dan infografis.

Pidato atau pembicaraanpun juga mengandung unsur komunikasi

non-verbal yang dikenal sebagai paralinguistik, termasuk kualitas suara,

emosi dan gaya bicara seperti halnya pada ciri-ciri prosody yaitu: ritme,

intonasi dan tekanan. Teks tertulis pun juga memiliki elemen non-verbal

seperti tipografi, gaya tulisan tangan, jarak antar kata atau pemakaian

Emoticon.

Namun, beberapa studi mengenai komunikasi non-verbal difokuskan

pada interaksi langsung (face to face) di mana bisa diklasifikasikan

menjadi tiga bagian: keadaan lingkungan di mana komunikasi dijalankan,

karakter fisik dari penyampai pesan dan perilaku penyampai pesan selama

berinteraksi.

Ada beberapa pembagian pesan non-verbal, meski belum ada

kesepakatan di antara para ahli komunikasi. Salah satunya adalah menurut

Leathers (Jalaludin. 2011) yang membaginya ke dalam tiga kelompok

besar: non-verbal visual (kinetic, proxemic dan artifactual), non-verbal

auditif (paralinguistic dan auditory), non-verbal nonvisual nonauditif

(tactile/tactual, olfactory).

Emoticon mempunyai beberapa elemen Komunikasi Non-verbal

yang biasanya umum terlihat, yaitu ekspresi wajah dan gerakan tubuh.

Awalnya, Emoticon hanya terdiri dari bulatan kuning dengan garis yang

(38)

teknologi, sekarang Emoticon juga dibuat berdasarkan karakter kartun

tertentu dan juga tidak hanya terdiri dari ekspresi, melainkan gerakan

tubuh.

1. Ekspresi Wajah

Wajah tanpa ekspresi adalah suatu teka-teki, menyulitkan sekaligus

bebas untuk ditafsirkan. Sutradara film “Queeen Christina” –yang

dibintangi oleh Garbo- menisbahkan keberhasilan film ini kepada

penyutradaraannya dalam adegan terakhir: “Jangan memikirkan apapun”,

begitu katanya pada sang aktris. Film ini berakhir ketika Garbo, dengan

wajah tanpa ekspresi, berdiri di geladak kapal, menatap kosong pada air

yang bergejolak. Akhir yang samar-samar ini memberi kesempatan kepada

penonton untuk memberi penafsiran masing-masing.

Kebanyakan anggota suatu budaya tidak tahan menghadapi wajah tanpa

ekspresi untuk jangka waktu yang lama. Sungguh, wajah manusia amat

mudah berubah, sehingga dapat melukiskan kebosanan, heran, rasa kasih,

dan ketidak setujuan, satu setelah yang lainnya dalam sekian detik saja.

Kita secara konstan membaca ekspresi dari wajah-wajah orang.

Kenyataannya, isyarat-isyaat wajah merupakan sumber tunggal

komunikasi non-verbal yang paling penting.

Penelitian terbaru menguatkan penelitian terdahulu yang dilakukan

Smith, Chase, dan Leiblich (1974) serta Dolgin dan Sabini (1982) bahwa

mengatupkan kedua bibir dan menjulurkan lidah menunjukkan

kesegenanan untuk berinteraksi dengan orang lain, juga mengecilkan

kontak sosial. Dua penelitian oleh Jones (1987) yang dikerjakan

bersama-sama dengan para mahasiswa menemukan bahwa menampakan lidah

memberi pengaruh yang nyata dalam menghalangi keinginan untuk

mengganggu orang lain yang sedang sibuk.

Penelitian juga menunjukkan bahwa kita cenderung menggambarkan

wajah dalam istilah dimensi penilaian yang umum (baik atau buruk, cantik

atau jelek, baik hati atau jahat, dan seterusnya) dan dalam dimensi yang

(39)

(Williams. 1965). Tampaknya, sebagian orang lebih akhli menafsirkan

isyarat-isyarat wajah daripada sebagian orang lainnya.

Memisahkan wajah mana yang menunjukkan suatu emosi khusus, jauh

lebih sulit daripada sekedar menilai sebuah wajah. Dalam usaha (Harrison.

1965) untuk mengartikan suatu sandi wajah (facial code), kepada subjek

diperlihatkan ilustrasi sederhana (“Pictomorph”). Suatu analisis statistik

atas hasilnya menghasilkan kesimpulan bahwa alis yang diangkat

separuhnya menunjukkan kekahawatiran, sebelah alis diangkat

menunjukkan sikap argu-ragu; mata setengah tertutup, kebosanan; mata

tertutup, tidur; mulut yang melengkung ke atas, kebahagiaan; dan mulut

yang melengkung ke bawah, ketidakbahagiaan. Senyuman dengan mulut

tertutup namun tergambar pada air muka –kesan, hampir pada semua

orang, sebagai wajah yang bahagia.

Penelitian isyarat wajah sebagai ekspresi empsi khusus memiliki

sejarah panjang. Salah seorang ilmuwan yang paling terkenal dalam

meneliti subjek ini adalah Charles Darwin. Darwin mencoba menemukan

apakah perilaku wajah yang diasosiasikan dengan emosi khusus berlaku

universal. Suatu metode yang digunakannya adalah meminta kepada

subjek untuk mengenali emosi spesifik dari sejumlah wajah orang. Dalam

The Espression of the Emotions in Man and Animals, diterbitkan tahun

1872, Darwin menyajikan beberapa kesimpulan dan spekulasinya tentang

perliaku yang ekspresif. Ia merasa bahwa kebanyakan tindakan manusia

yang ekspresif, seperti yang dimiliki hewan, merupakan perilaku naluriah,

bukan perilaku yang dipelajari. Misalnya, “Kita dapat melihat seorang

anak, baru berusia dua atau tiga tahun, dan bahkan mereka yang dilahirkan

buta, memerah wajahnya karena merasa malu” (Darwin. 1959).

Argumentasi Darwin tentang ekspresi wajah anak yang buta didukung

oeh sejumlah penelitian selama lebih dari setengah abad setelah buku

Darwin diterbitkan. Ekman dan Friesen (1971) meminta anggota budaya

New Guinea untuk menilai emosi dari ekspresi orang Barat. Meskipun

demikian, mereka melakukan identifikasi yang sama dengan yang

(40)

membedakan antara ekspresi takut dengan heran. Para peneliti

menyimpulkan bahwa, paling sedikit dalam beberapa hal, ekspresi perilaku

wajah adalah konstan di berbagai budaya. Mereka mengakui bahwa

perbedaan kultural memang ada tetapi berpendapat bahwa perbedaan ini

tercermin “dalam lingkungan yang menimbulkan emosi, dalam tindakan

akibat suatu emosi dan dalam cara menampilkannya yang menentukan

pengelolaan perilaku wajah dalam kondisi sosial terntenu”..

Menurut Melvin Konner (1987), seorang antropolog, senyum

tampaknya merupakan penampilan sosial manusia yang universal.

Misalnya, film karya Eibl-Eibesfeldt dari berbagai belahan dunia,

menunjukkan senyum sebagai suatu “bentuk salam yang konsisten,

seringkali dikombinasikan dengan mengangkat alis”. Namun, bagaimana

senyum kita ditafsirkan bergantung pada sejumlah variabel. Forgas (1987)

menemukan bahwa daya tarik fisik komunikator dapat mempengaruhi cara

penafsiran isyarat ekspresi wajah. Senyuman seseorang yang tidak

menarik dapat ditafsirkan sebagai tanda ketundukan dan kurang percaya

diri; senyuman subjek menarik cenderung dipersepsi sebagai keramahan

dan rasa percaya diri.

Ahli komunikasi verbal lainnya, termasuk Ray Birdwhistell dan Weston

La Barre, tidak sependapat mengenai kemungkinan bahwa isyarat wajah

adalah universal. Mereka yakin bahwa isyarat-isyarat itu khas dalam suatu

budaya. Pertentangan ini tidak dapat diselesaikan. Bukti eksperimen hanya

sedikit dan kontradiktif. Beberapa peneliti melaporkan hasil negatif dari

hanya menggambarkan wajah saja. Misalnya, Motley dan Camden (1988)

menemukan bahwa dalam komunikasi antarpersona, ekspresi spontan

wajah jauh lebih sulit dikenali daripada ekspresi wajah yang secara

tradisional ditampilkan dalam kajian formal. Jadi, mereka

mempertanyakan penelitian terdahulu untuk digeneralisasikan. “Bila kita

tergantung hanya pada ekspresi wajah saja”, kata mereka,”kita dapat

membaca orang seperti buku hanya bila orang tersebut bermaksud dibaca”.

Suatu survei atas pebelitian mengenai peran perasaan dalam

(41)

yang terpisah “proses spontan yang berdasarkan pada perubahan keadaan

afektif emosional/motivasional dalam interaksi dan suatu proses simbolik

yang meilbatkan pesan-pesan yang disengaja” (Buck. 1984). Secara

umum, kecermatan kita dalam mengidentifikasi emosi tampaknya

meningkat dengan bertambahnya isyarat yang kita lihat. Perilaku di jalan

yang dianut orang Amerika mengizinkan yang berpapasan saling

bertatapan sampai mereka berjarak sekitar delapan kaki. Pada titik ini,

kedua belah pihak menundukkan pandangannya sehingga mereka tidak

tampak sedang menatap adalah suatu pengakuan diam-diam bahwa kontak

mata mungkin merupakan isyrat wajah tunggal yang paling penting, yang

kita gunakan dalam berkomunikasi.

Kita merujuk pada suatu teori yang berkaitan bahwa orang memilih

saluran-saluran yang digunakan untuk meneruskan dan menerima

informasi: visual (berhubungan dengan penglihatan), oditori (berhubungan

dengan bunyi), atau kinestestetik (data yang berhubungan dengan

sentuhan, pengecapan, penciuman, atau perasaan).

2. Gerakan Tubuh

Emoticon juga terdapat gerakan tubuh yang juga menjadi salah satu

unsur komunikasi Non-verbal. Sebagaimana Emoticon yang terdapat pada

LINE dan KakaoTalk, tidak hanya terdapat ekspresi, tetapi juga gerakan

tubuh yang menandakan suatu kegiatan tertentu.

Klasifikasi yang ditawarkan oleh Paul Ekman dan Wallace V. Friesem

(1969) dalam membahas gerakan tubuh sangat berguna. Mereka

membedakan lima kelas (kelompok) gerakan non-verbal berdasarkan

asal-usul, fungsi, dan kode perilaku ini.

a. Emblim (emblems)

Emblim adalah perilaku non-verbal yang secara langsung

menerjemahkan kata atau ungkapan. Emblim meliputi, misalnya,

(42)

menumpang’. Emblim adalah penganti non-verbal untuk kata-kata atau

ungkapan tertentu.

Walaupun emblim bersifat alamiah dan bermakna, mereka

mempunyai kebebasan makna seperti sebarang kata apa pun dalam

sebarang bahasa. Oleh karenanya, emblim dalam kultur kita sekarang

belum tentu sama dengan emblim dalam kultur kita 300 tahun yang

lalu atau emblim dalam kultur lain.

b. Ilustrator

Ilustrator adalah perilaku non-verbal yang menyertai dan secara

harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal. Dalam mengatakan ‘ayo,

bangun’, misalnya, kita mungkin menggerakan kepala dan tangan anda

ke arah menaik, atau kita bisa juga meggunakan Emoticon dengan

gerakan kepala dan tangan ke arah menaik. Begitu biasanya kita

melakukan gerakan demikian sehingga sukar bagi kita untuk

menukar-nukarnya atau menggunakan gerakan yang tidak tepat.

Kita hanya menyadari sebagian ilustrator yang kita gunakan.

Kadang-kadang ilustrator ini perlu kita perhatikan. Ilustrator bersifat

alamiah, kurang bebas, dan lebih universal ketimbang emblim.

Mungkin sekali ilustrator ini mengandungg komponen-komponen yang

sudah dibawa sejak lahir selain juga yang dipelajari.

c. Affect display

Affect display adalah geraka-gerakan wajah yang mengandung

makna emosional; gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa

takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Eksprsi

wajah demikian “membuka rahasia kita” bila kita berusaha

menampilkan citra yang tidak benar dan membuat orang berkata

“Anda kelihatan kesal sekali hari ini, mengapa?”. Tetapi kita dapat

secara sadar mengendalikan affect display, seperti aktor yang

memainkan peran tertentu. Affect display kurang bergantung pada

(43)

Affect display dapat tidak disengaja –seperti ketika gerakan-gerakan

ini membuka rahasia kita –tetapi mungkin juga disengaja. Kita

mungkin memperlihatkan rasa marah, cinta, benci, atau terkejut dan

biasanya kita mampu melakukannya dengan baik.

d. Regulator

Regulator adalah perilaku non-verbal yang “mengatur”, memantau,

memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Ketika anda

mendengarkan orang lain, anda tidak pasif. Anda menganggukan

kepala, mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata, dan membuat

berbagai suara paralinguistik seperti “mmm-mm” atau “tsk”. Regulator

jelas terikat pada kultur dan tidak universal.

Regulator mengisyaratkan kepada pembicara apa yang kita

harapkan mereka lakukan –misalnya, “Teruskanlah,” “lalu apalagi?”

“Saya tidak percaya” atau “Tolong agak lambat sedikit”. Bergantung

pada kepekaan mereka, mereka mengubah perilaku sesuai dengan

pengarahan dari regulator.

e. Adaptor

Adaptor adalah perilaku non-verbal yang bila dilakukan secara

pribadi –atau di muka umum tetapi tidak terlihat –berfungsi memenuhi

kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai. Misalnya, bila anda

sedang sendiri mungkin anda akan menggaruk-garuk kepada sampai

rasa gatal hilang. Bila di muka umum dan ada orang yang melihat,

anda melakukan perilaku adaptor ini hanya sebagian. Anda mungkin,

misalnya, hanya menaruh jari anda di kepala dan menggerakannya

sedikit, tetapi barangkali tidak menggaruk cukup keras seperti yang

anda lakukan ketika anda sendirian.

2.1.3. Instant Messaging

Pesan instan (bahasa Inggris: Instant Messaging) adalah sebuah

(44)

jaringan

pada saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks kepada

pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama.

Konsep yang digunakan oleh teknologi ini muncul pada awal-awal

pengembangan

yang sudah masuk log dapat mengirimkan perintah berupa talk, write,

dan finger untuk melihat siapa saja yang sudah masuk log dan akhirnya

mengirimkan pesan singkat kepada mereka.

Istilan pesan instan (Instant Messaging) saat ini pada umumnya

mengacu kepada sebuah teknologi yang dipopulerkan oleh

perusahaan-perusahaan lainnya.

Berikut Aplikasi Instant Messaging yang paling banyak digunakan

berdasarkan data statistik pengguna:

1. LINE

Salah satu aplikasi chatting yang dikenal karena Emoticonnya

adalah LINE. Pengguna LINE bisa saling bertukar pesan, gambar,

video, suara, gratis video call dan percakapan hold for audio and

video. LINE diluncurkan di Jepang pada tahun 2011 oleh Perusaahaan

NAVER dan segera mendapatkan 100 juta pengguna pada 18 bulan

kemudian. Pada tahun 2013, LINE menjadi jaringan sosial terbesar di

Jepang dengan 300 juta pengguna di seluruh dunia dan 50 juta berasal

dari Jepang.

2. Whatsapp

WhatsApp Messenger adalah aplikasi Pesan Instan layanan

berlangganan untuk smartphone dengan akses internet. Selain pesan

teks, pengguna dapat saling mengirim gambar lain, video, dan pesan

(45)

Pada November 10, 2013, WhatsApp memiliki lebih dari 190 juta

pengguna aktif bulanan, 400 juta foto yang dibagi setiap hari, dan

sistem pesan menangani lebih dari 10 miliar pesan setiap hari. Dalam

sebuah posting blog Desember 2013, WhatsApp mengklaim bahwa

400 juta pengguna aktif menggunakan layanan ini setiap bulan.

3. Facebook Messenger

Facebook Messenger adalah layanan messaging dan aplikasi

perangkat lunak instan yang menyediakan teks dan berkomunikasi

dengan suara. Terintegrasi dengan fitur obrolan berbasis web

Facebook dan dibangun di atas protokol MQTT open-source,

Facebook Messenger memungkinkan pengguna Facebook untuk

chatting dengan teman-teman baik di ponsel dan di situs utama.

4. Blackberry Messenger

BlackBerry Messenger, disingkat BBM, adalah

perangkat

aktivitas yang populer di kalangan pengguna perangkat telepon

genggam. Contohnya fitur di aplikasi

menggunakan BlackBerry Messenger adalah dengan penghubung

nomor

resmi bisa digunakan lintas Operating System dengan dirilisnya BBM

unt

5. WeChat

Pada perkembangannya, aplikasi yang tersedia di Operating

System

pengguna sebanyak 300 juta jiwa saat ini, sedangkan pada

(46)

diklaim pertumbuhannya naik dari 30 ribu pendaftar tiap hari menjadi

90 ribu pendaftar untuk setiap harinya.

1.7 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam

memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan

kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan

penelitian (Nanawi. 1995).

Dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian

merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka

acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrumen penelitian (Bungin. 2011).

Adapun konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini yaitu Penggunaan

Komunikasi non verbal Emoticon dalam media sosial di kalangan Mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Komunikasi non verbal dalam penggunaannya meliputi Repetisi,

Subsitusi,Regulas Kontradiksi, Aksentuasi, dan Komplemen. Emoticon adalah

salah satu contoh Komunikasi non-verbal di internet yang mewakili perasaan dan

ekspresi pengguna saat berkomunikasi via internet. Instant Messaging adalah

salah satu media yang memperbolehkan pengguna internet saling berkomunikasi

dengan instan dan menyampaikan ekspresi dan perasaan melewati Emoticon.

1.8 Model Teoritis

Adapun variabel di dalam penelitian ini adalah :

Komunikasi Non Verbal

Emoticon

Instant Messaging (LINE, Whatsapp, Facebook Messenger, Blacberry Messenger, dan WeChat)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Fungsi Komunikasi Non Verbal: 1. Repetisi 3. Kontradiksi

(47)

1.9 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka

dibuatlah suatu operasional variabel agar dapat membentuk kesesuaian dan

kesamaan dalam penelitian.

Tabel 2.1

Variabel Teoritis dan Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Komunikasi non verbal dalam

bentuk Emoticon

2. Instant Messaging

3. Karakteristik Responden

1. Repetisi

2. Subtitusi

3. Kontradiksi

4. Komplemen

5. Regulasi

6. Aksentuasi

1. LINE

2. Whatsapp

3. Skype

4. Facebook Messenger

5. WeChat

Tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan

Ilmu Komunikasi yang aktif dari

angkatan 2011 – 2013 yang

menggunakan salah satu atau lebih dari

kelima aplikasi Instant Messaging yang

terpilih.

Gambar

Gambar 1.3
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan menggunaka piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 15.0, dan menggunakan skala Guilford. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, angka

Data kemudian diolah dengan menggunakan progam komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan penelitian yaitu

Dalam langkah ketiga ini, kategorisasi data dilakukan dengan mengurangi data-data wawancara yang tidak berhubungan dengan penelitian kemudian melakukan analisis mengenai

Penelitian ini menerapkan metode deskriptif dengan data kualitatif dimana sumber data diperoleh dari wawancara mendalam dengan narasumber yang telah ditetapkan

Analisis data menggunakan program statistik SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Analisis yang dilakukan adalah uji validitas, uji reliabilitas,

Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda serta pengujian hipotesis menggunakan program Statistical Product and Solution (SPSS) for Windows. Hasil

Perhitungan menggunaka piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 15.0, dan menggunakan skala Guilford. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, angka

Peneliti ingin membantah dukungan dari data dari penelitian yang dilakukan oleh Ariestya Ayu Permata S.IIP dalam penelitiannya yang berjudul pemanfaatan media untuk jual