• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Tabel Tunggal

Berikut ini akan dijelaskan analisis terhadap tabel tunggal berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun dalam kuesioner.

4.3.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Karakteristik yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, angkatan, uang saku per bulan dan Operating System smartphone yang sedang digunakan

Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Sumber:P.1/FC.4

Tabel ini menunjukkan bahwa dari 118 responden terdapat 37 (31.4 %) responden yang berjenis kelamin Pria dan 81 (68.6%) responden yang berjenis kelamin Wanita. Berdasarkan keterangan tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah wanita.

Tabel 4.2 Angkatan Angkatan F % 2011 35 29.7 2012 52 44.1 2013 31 26.3 Total 118 100.0 Sumber:P.2/FC.5

Tabel ini menunjukkan bahwa dari 118 responden terdapat 3 angkatan yang terdiri dari angkatan 2011, 2012, dan 2013. Pembagian responden telah ditentukan dengan metode pengambilan sampel dari populasi yang telah didapatkan melalui pra-penelitian, sehingga terdapat 35 (29.7%) responden yang berada di angkatan 2011, 52 (44.1%) responden yang berada di angkatan 2012, dan 31 (26.3%) responden yang berada di angkatan 2013.

Jenis Kelamin F %

Pria 37 31.4

Wanita 81 68.6

Tabel 4.3 Uang Saku Per Bulan

Uang Saku Per Bulan F %

Rp 250.000 - Rp 500.000 32 27.1 Rp 500.000 - Rp 750.000 25 21.2 Rp 750.000 - Rp 1.000.000 37 31.4 > Rp 1.000.000 24 20.3 Total 118 100.0 Sumber:P.3/FC.6

Tabel ini ingin melihat seberapa besar uang saku per bulan dari setiap responden. Dari tabel diatas, dapat diketahui uang saku per bulan dari 118 responden, yakni 32 (27.1%) responden memiliki uang saku berkisar diantara Rp.250.000,00-Rp.500.000,00, 25 (21,2%) responden memiliki uang saku perbulan diantara Rp.500.000,00-Rp.750.000,00, 37 (31,4%) responden memiliki uang saku di antara Rp.750.000,00-Rp.1.000.000 sementara 24 (20,3%) responden memiliki uang saku lebih dari Rp.1.000.000,00. Hal ini menunjukkan mayoritas responden berada pada strata atau tingkat ekonomi menengah ke atas dan berdasarkan pengamatan peneliti, sebagian besar responden adalah anak kost atau berasal dari luar Kota Medan. Hal ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden yang berada pada strata atau tingkat ekonomi menengah memiliki

smartphone dan memakai aplikasi Instant Messenger sebagai salah satu sarana berkomunikasi dengan teman dan keluarga.

Tabel 4.4

Operating System Smartphone yang Digunakan

Operating System F % Blackberry 26 22.0 Android 75 63.6 Windows 4 3.4 Ios 13 11.0 Total 118 100.0 Sumber:P.4/FC.7

Tabel ini menunjukkan Operating System apa saja yang dipakai dalam Smartphone mereka. Operating System adalah program tunggal yang digunakan sebagai basis program suatu smartphone. Dari tabel diatas, dapat diketahui 26 (22.0%) responden menggunakan Smartphone Blackberry, 75 (63.6%) responden menggunakan smartphone Android, 4 (3.4%) responden menggunakan smartphone Windows, dan 13 (11.0%) responden menggunakan smartphone berbasis Ios. Hal ini menunjukkan mayoritas responden menggunakan Android sebagai basis smartphone. Berdasarkan pengamatan peneliti, smartphone berbasis Android sangat diminati oleh para mahasiswa dikarenakan smartphone Android memiliki banyak fitur dan juga memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan smartphone berbasis Ios. Selain memilki banyak fitur, smartphone Android memiliki banyak aplikasi yang bisa diunduh gratis di aplikasi Google App Store, dan aplikasinya terbukti lebih banyak dibandingkan dengan aplikasi milik smartphone berbasis Ios. Selain itu, smartphone Android juga dipegang oleh beberapa perusahaan Gadget terkenal seperti Samsung, Lenovo, HTC, Sony, dan Oppo, sehingga para peminat smartphone Android memiliki beragam pilihan Gadget. Di lain sisi, smartphone Blackberry juga masih digemari, meski Blackberry Messenger –yang dimana salah satu penarik minat para konsumen Blackberry –kini sudah bisa dinikmati di platfrom Android dan Ios. Windows adalah Operating System smartphone yang masih baru di pasaran Gadget. Selain

itu, aplikasi yang bisa digunakan masih sedikit, tapi smartphone Windows juga sangat menarik peminat gadget dengan beragam fiturnya.

4.3.2. Instant Messaging

Instant Messaging untuk melihat seberapa aktif para pengguna smartphone dalam menggunakan aplikasi Instant Messaging sebagai sarana berkomunikasi dan alasan mengapa memilih memakai aplikasi Instant Messenger tersebut.

Tabel 4.5

Aplikasi Instant Messenger yang sering digunakan

Aplikasi Instant Messenger F %

LINE 54 45.8 Whatsapp 5 4.2 Blackberry Messenger 53 44.9 Facebook Messenger 6 5.1 Total 118 100.0 Sumber:P.5/FC.8

Tabel ini menunjukkan aplikasi Instant Messenger yang paling banyak digunakan mahasiswa. Dari tabel di atas, dapat diketahui sebanyak 54 (45.8%) responden menggunakan aplikasi Instant Messenger LINE, 5 (4.2%) responden menggunakan aplikasi Whatsapp, 53 (44.9%) responden menggunakan aplikasi Blackberry Messenger, dan 6 (5.1%) responden yang menggunakan aplikasi Facebook Messenger. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan aplikasi Instant Messenger LINE. Aplikasi ini terkenal akan fiturnya yang beragam dan Emoticon yang juga sangat menarik dari sisi grafis dan penggunaannya. Pengguna aplikasi ini bisa mengganti tema pada aplikasi dan membeli beragam stiker Emoticon yang tersedia di tokonya. Di lain sisi, angka pengguna responden yang menggunakan aplikasi Blackberry Messenger juga bersaing 1 angka dengan pengguna LINE. Blackberry Messenger mempunyai fitur yang hampir sama dengan LINE, hanya terletak perbedaan pada grafis Emoticon

Tabel 4.6

Aspek yang Menarik dari Untuk Memakai Aplikasi Instant Messenger

Aspek yang Menarik F %

Emoticon yang menarik 32 27.1

Sudah banyak yang pakai 29 24.6

Pengiriman pesan teks yang cepat dan mudah

45 38.1

Lebih banyak fitur 12 10.2

Total 118 100.0

Sumber:P.6/FC.9

Tabel ini menunjukkan aspek apa saja yang menarik para mahasiswa untuk menggunakan aplikasi Instant Messenger. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 32 (27.1%) responden memilih Emoticon sebagai aspek atau alasan memakai aplikasi Instant Messenger, 29 (24.6%) responden memilih aplikasi Instant Messenger karena sudah banyak yang memakai aplikasi tersebut, 45 (38.1%) responden memilih pengiriman pesan teks yang cepat dan mudah sebagai aspek yang paling menarik, dan 12 (10.2%) responden memilih aplikasi

Instant Messenger karena fitur yang beragam. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden lebih menyukai aplikasi Instant Messenger dengan pengiriman pesan teks yang lebih cepat dan mudah. Berdasarkan pengamatan peneliti, mahasiswa sudah banyak yang menggunakan aplikasi Instant Messenger

sebagai sarana berkomunikasi utama dengan para teman dan keluarga. Seriring berkembangnya teknologi, telepon dan sms via jaringan seluler sudah hampir jarang digunakan dibandingkan dengan telepon dan sms via jaringan internet. Kecepatan internet yang semakin bertambah, teknologi 3G yang canggih, dan biaya yang lebih murah, membuat internet menjadi salah satu jaringan berkomunikasi yang paling diminati para mahasiswa. Adapun selain cepat dan mudah, fitur Emoticon menjadi salah satu penarik utama para pengguna memakai aplikasi Instant Messenger.

Tabel 4.7

Lama Pemakaian Aplikasi Instant Messenger Per Hari

Lama Pemakaian F % 1 jam - 2 jam 33 28.0 3 jam - 4 jam 31 26.3 5 jam - 6 jam 25 21.2 7 jam - 8 jam 10 8.5 > 8 jam 19 16.1 Total 118 100.0 Sumber:P.7/FC.10

Tabel ini menunjukan waktu yang dihabiskan para mahasiswa ketika memakai aplikasi Instant Messenger. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 33 (28.0%) responden menghabiskan waktu 1 jam hingga 2 jam memakai aplikasi

Instant Messenger, 31 (26.3%) responden menghabiskan waktu 3 jam hingga 4 jam, 25 (21.2%) responden menghabiskan waktu 5 jam hingga 6 jam, 10 (8.5%) menghabiskan waktu 7 jam hingga 8 jam, dan 19 (16.1%) responden menghabiskan waktu di atas 8 jam memakai aplikasi Instant Messenger. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menghabiskan waktu 1 jam hingga 2 jam per hari. Berdasarkan pengamatan peneliti, kebutuhan komunikasi yang besar antar mahasiswa membuat kebutuhan chatting juga bertambah, sehingga mahasiswa juga menghabiskan banyak waktu untuk berkomunikasi via Instant Messaging.

Tabel 4.8

Interaksi dengan Instant Messenger

Interaksi F % Keluarga 6 5.1 Teman 100 84.7 Pasangan 12 10.2 Total 118 100.0 Sumber:P.8/FC.11

Tabel ini menunjukkan dengan siapa mahasiswa Ilmu Komunikasi USU paling sering menjaling komunikasi lewat aplikasi Instant Messenger. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 6 (5.1%) responden lebih sering berinteraksi dengan keluarga lewat aplikasi Instant Messenger, 100 (84.7%) responden lebih sering berkomunikasi dengan teman via Instant Messenger, 12 (10.2%) responden lebih sering berinteraksi dengan pasangan mereka lewat Instant Messenger. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden lebih banyak berinteraksi dengan teman mereka lewat aplikasi Instant Messenger tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti, mahasiswa berkomunikasi lebih banyak dengan teman dikarenakan urusan kampus dan kebutuhan komunikasi mahasiswa yang besar, menjadikan

Instant Messaging menjadi sarana paling efektif untuk berkomunikasi. Mahasiswa sangat mengikuti perkembangan yang ada, sehingga lazim ditemukan antar mahasiswa yang berinteraksi dengan sms dan telepon, mereka lebih memilih

Instant Messenger yang lebih cepat dan mudah. Adapun responden yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam memakai aplikasi tersebut, berkomunikasi lebih banyak dengan pasangan mereka.

Tabel 4.9

Pengetahuan tentang Aplikasi

Mengetahui Aplikasi dari F %

Iklan di Televisi 20 16.9

Rekomendasi orang lain 26 22.0

Internet 17 14.4

Pengataman Sekitar 55 46.6

Total 118 100.0

Sumber:P.9/FC.12

Tabel ini menunjukkan pengetahuan responden ketika pertama kali mengetahui aplikasi tersebut. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 20 (16.9%) responden mengetahui aplikasi tersebut dari Iklan di Televisi, 26 (22.0%) responden mengetahui aplikasi tersebut dari rekomendasi orang lain, 17 (14.4%) responden mengetahui aplikasi tersebut dari internet, dan 55 (46.6%) responden mengetahui aplikasi tersebut dari pengamatan sekitar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mengetahui aplikasi tersebut berdasarkan pengamatan sekitar mereka. Pengamatan sekitar tersebut terdiri dari melihat banyaknya pengguna aplikasi dan mengamati pengguna memakai aplikasi tersebut.

4.3.3. Emoticon

Emoticon untuk melihat seberapa aktif para pengguna smartphone dalam menggunakan Emoticon sebagai sarana berkomunikasi non verbal dan alasan mengapa memilih memakai Emoticon tersebut.

Tabel 4.10

Pemakaian Ekspresi Emoticon

Ekspresi Emoticon Ya Tidak Total

F % F % F % Senyum 96 89.3 22 18.6 118 100.0 Sedih 67 56.8 51 43.2 118 100.0 Terkejut 50 42.4 68 57.6 118 100.0 Tertawa/ Senang 85 72.0 33 28.0 118 100.0 Menangis 46 39.0 72 61.0 118 100.0 Terdiam/ Berpikir 61 51.7 57 48.3 118 100.0 Mencium/ Menggoda 38 32.2 80 67.8 118 100.0 Marah 32 27.1 86 72.9 118 100.0 Usil/ Bercanda 79 66.9 39 33.1 118 100.0 Setuju/ 69 58.5 48 41.5 118 100.0 Sumber: P.10/FC.13-22

Tabel ini menunjukkan Emoticon apa yang paling banyak digunakan oleh setiap pengguna ketika berkomunikasi dengan Instant Messaging. Wajah manusia amat mudah berubah, sehingga dapat melukiskan kebosanan, heran, rasa kasih, dan ketidak setujuan, satu setelah yang lainnya dalam sekian detik saja. Kita secara konstan membaca ekspresi dari wajah-wajah orang. Kenyataannya, isyarat-isyaat wajah merupakan sumber tunggal komunikasi non-verbal yang paling penting. Pada setiap aplikasi Instant Messaging, fitur Emoticon adalah fitur komunikasi non verbal yang paling banyak digunakan. Emoticon biasanya mempunyai beragam bentuk dan ekspresi, sesuai dengan kreatifitas perusahaan aplikasi Instant Messaging tersebut. Dalam kasus ini, peneliti telah mengelompokan sepuluh ekspresi umum pada Emoticon masing-masing aplikasi

Instant Messaging. Ekspresi ini kemudian akan dicari ekspresi Emoticon yang paling banyak digunakan. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 118 responden, sebagian besar di antaranya sangat sering memakai Emoticon dengan ekspresi senyum atau . terlihat dari 96 (89.3%) responden menyatakan sering memakai Emoticon  dan sebanyak 22 (18.6%) responden menyatakan tidak sering memakai Emoticon . Emoticon  adalah ekspresi yang mayoritas digunakan para responden ketika berkomunikasi dengan Instant Messaging. Menurut Melvin Konner (1987), senyum tampaknya merupakan penampilan sosial manusia yang universal. Ekspresi  atau senyum juga banyak digunakan untuk mengungkapkan banyak makna, seperti senang, bahagia, setuju, dsb.

Untuk ekspresi Emoticon yang lainnya, tabel ini menunjukkan sebanyak 67 (58.6%) responden memakai ekspresi “” atau sedih, dan sebanyak 51 (43.2%) responden tidak pernah atau tidak sering memakai ekspresi “” atau sedih tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa para pengguna jarang menggunakan

Emoticon di saat pembicaraaan sedang sedih, dan menurut pengamatan peneliti, sebagian responden yang menggunakan Emoticon “” tersebut hanya sebagai bentuk simpati atau pencerah suasana.

Ekspresi Emoticon “ ” atau terkejut juga jarang digunakan, terlihat dari tabel yang menunjukkan sebanyak 50 (42.4%) responden menyatakan sering memakai Emoticon “ ” atau terkejut, dan sebanyak 68 (57.6%) responden menyatakan tidak pernah atau jarang memakai Emoticon dengan ekspresi terkejut.

Berdasarkan pengamatan peneliti, hal ini menunjukkan bahwa ketika terkejut, pengguna aplikasi tidak memakai Emoticon atau bisa dikatakan lupa dikarenakan perasaan terkejut tersebut.

Ekspresi tertawa atau senang, yang dilambangkan dengan Emoticon “ ”, adalah Emoticon terbanyak kedua yang paling sering digunakan oleh para responden. Hal ini dibuktikan dengan tabel yang menunjukkan bahwa sebanyak 85 (72.0%) responden sering menggunakan Emoticon “ ”. Hal ini menunjukkan dengan banyaknya penggunaan Emoticon dengan ekspresi positif, seperti senyum dan gembira, responden cenderung menggunakan Emoticon di saat situasi sedang senang.

Ekspresi menangis atau “ ” sekilas terlihat sama dengan ekspresi sedih, tetapi perbedaannya terdapat dari tingkat kesedihan yang terdapat pada ekpresi sedih ini. Banyak yang memakai ekspresi sedih atau “ ” untuk bersimpati, tetapi ekspresi menangis atau “ ” lebih banyak dipakai untuk menangisi atau meratapi suatu kejadian atau peristiwa. Sebagai contoh, “aku tidak sanggup lagi dengan tugas ini “. Dari tabel di atas, terdapat 46 (39.0%) responden yang sering menggunakan Emoticon dengan ekspresi ini, dan 72 (61.0%) responden yang tidak menggunakan Emoticon ini.

Dengan jumlah responden yang menggunakkan 61 (51.7%) lebih banyak dari responden yang tidak menggunakan 57 (48.3%), maka ekspresi terdiam atau dilambangkan dengan “ ”, menjadi salah satu ekspresi yang diminati para responden. Ekspresi terdiam bisa memberi makna yang banyak, seperti ekspresi sedang berpikir, atau ekspresi kurang memahami atau bingung akan pesan yang disampaikan, bisa juga ekspresi yang berarti tidak memberi emosi apapun pada suatu pesan.

Ekspresi Mencium atau Menggoda atau dilambangkan dengan “ ” adalah salah satu ekspresi yang sangat jarang dipakai. Biasanya ekspresi Emoticon ini dipakai untuk menegaskan pesan ketika ingin membujuk seseorang, misal “Jangan marah dong kakak “, maka Emoticon Mencium disini sangat efektif untuk digunakan sebagai menekankan bujukan halus yang dibuat untuk sang penerima. Ekspresi ini masih terbilang jarang digunakan, dengan perolehan yang dapat

diketahui sebanyak 38 (32.2%) responden yang sering memakai Emoticon dengan ekspresi ini,dan 80 (67.8%) responden yang tidak memakai ekspresi Emoticon

ini.

Marah juga menjadi simbol non verbal dan masuk dalam satu ekspresi

Emoticon yang paling banyak dihasilkan oleh Perusahaan pengembang aplikasi

Instant Messaging, bahkan LINE pada bulan Maret mengeluarkan satu set

Emoticon stiker Moon : Mad Angry Edition yang khusus menggambarkan ekspresi marah yang berbeda-beda. Sayangnya ekspresi marah atau dilambangkan dengan “ ” ini masih terbilang jarang digunakan oleh para responden. Terlihat dari 32 (27.1%) responden yang sering menggunakan ekspresi ini, 86 (72.9%) responden yang tidak menggunakannya. Berdasarkan pengamatan peneliti, ekspresi Emoticon ini juga sering dipakai sebagai bahan bercanda ketika berkomunikasi via chatting, sebagaimana kita secara langsung juga pernah marah sebagai bahan bercanda.

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, ada sebagian

Emoticon dijadikan sebagai lambang bercanda, dan ekspresi Emoticon Usil atau “ ”adalah salah satunya. Ekspresi ini dilambangkan dengan senyum sambil menjulurkan lidah, sebagaimana ekspresi non verbal yang umum digunakan bahwa kita sedang bercanda. Ekspresi Usil ini sering digunakan juga untuk memberikan makna rangkap serta menegaskan bahwa pernyataan itu tidak terlalu serius. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 79 (66.9%) responden sering menggunakan ekspresi Emoticon ini, dan 39 (33.1%) responden tidak pernah atau jarang menggunakan ekspresi Emoticon ini. Berdasarkan pengamatan peneliti, ekspresi ini banyak yang pakai dikarenakan para responden sering berkomunikasi dengan teman mereka, sehingga canda dan tawa dalam komunikasi Instant Messaging juga cukup baik.

Selain Emoticon jempol yang baru dikeluarkan oleh Facebook, Ekspresi Setuju yang dilambangkan dengan “ ” ini juga dapat mengekspresikan kata setuju. Kata oke biasanya sangat cocok disandingkan dengan ekspresi Emoticon

ini. Selain itu, ekspresi Emoticon ini juga dapat memberi makna rangkap pada sebuah pernyataan, sebagai contoh pada kalimat “oh, aku tau maksudmu ”. Dari tabel di atas dapat diketahui 69 (58.5%) responden sering menggunakan

ekspresi Emoticon ini,dan 48 (41.5%) responden yang tidak pernah atau jarang menggunakan Emoticon ini.

Tabel 4.11

Alasan Memakai Emoticon

Alasan F %

Sangat sesuai dipakai untuk situasi apapun

37 31.4

Grafis yang menarik 6 5.1

Sangat mewakili ekspresi wajah anda 54 45.8 Dapat memberi kesan yang sesuai dengan

kepribadian anda

21 17.8

Total 118 100.0

Sumber:P.11/FC.23

Tabel di atas menunjukkan alasan para responden selaku pengguna Instant messsaging dalam menggunakan Emoticon ketika berkomunikasi. Sebagai salah satu sarana komunikasi non verbal, tentu penggunaan Emoticon ini memiliki banyak alasan tersendiri ketika para pengguna memakainya. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 37 (31.4%) responden menyatakan Emoticon

sangat sesuai dipakai untuk situasi apapun, 6 (5.1%) responden menyatakan memakai Emoticon karena grafis yang menarik, 54 (45.8%) responden memakai

Emoticon karena sangat mewakili ekspresi wajah mereka, dan 21 (17.8%) responden memakai Emoticon karena dapat memberti kesan yang sesuai dengan kepribadian mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan Emoticon karena alasan sangat mewakili ekspresi wajah mereka. Melihat hal ini, Emoticon sangat diperlukan oleh para responden dalam mewakili ekspresi mereka ketika berkomunikasi dengan Instant Messaging.

Tabel 4.12 Fungsi Repitisi

Emoticon dapat mengulangi pesan teks F % Ya, dapat 61 51.7 Kadang-kadang 53 44.9 Tidak dapat 4 3.4 Total 118 100.0 Sumber:P.12/FC.24

Tabel di atas menunjukkan apakah komunikasi non-verbal Emoticon

berfungsi dalam mengulangi pesan teks (fungsi Repitisi) bagi para responden. Peneliti ingin melihat bagaimana perilaku non verbal merupakan pengulangan untuk memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan dan apakah dapat mengulangi teks untuk memperkuat makna pesan-pesan teks dalam Instant Messaging. Dari tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa sebanyak 61 (51.7%) responden menyatakan bahwa Emoticon dapat mengulangi pesan teks yang disampaikan, 53 (44.9%) responden menyatakan terkadang Emoticon dapat mengulangi pesan teks, dan 4 (3.4%) responden menyatakan Emoticon tidak dapat mengulangi pesan teks yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa Emoticon dapat mengulangi pesan teks yang disampaikan, dengan kata lain, fungsi komunikasi non verbal sebagai repitisi pesan berjalan dengan baik pada para responden. Fungsi Emoticon sebagai repitisi pesan disini sudah terbilang cukup baik dan sangat dipahami baik oleh para responden.

Tabel 4.13 Fungsi Subsitusi

Emoticon dapat mengganti pesan teks F % Ya, dapat 47 39.8 Kadang-kadang 58 49.2 Tidak dapat 13 11.0 Total 118 100.0 Sumber:P.13/FC.25

Tabel di atas menunjukkan apakah Emoticon dapat menggantikan teks dalam

Instant Messaging, jadi tanpa mengetik teks pengirim pesan bisa berinteraksi dengan orang lain. Fungsi ini disebut dengan fungsi Subsitusi, dimana fungsi tersebut menggantikan pesan verbal yang disampaikan. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 47 (39.8%) responden sangat yakin bahwa Emoticon

dapat menggantikan pesan teks yang disampaikan, 58 (49.2%) responden menyatakan bahwa Emoticon hanya terkadang menggantikan pesan teks yang disampaikan, dan 13 (11.0%) responden menyatakan Emoticon tidak dapat menggantikan pesan teks yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak terlalu mengetahui fungsi Emoticon tersebut sebagai pengganti pesan verbal atau pesan teks ketika berkomunikasi di Instant Messaging. Berdasarkan pengamatan peneliti, fungsi subsitusi ini belum terlalu terlihat jelas pada para pengguna aplikasi karena sebagian responden tidak terlalu mamahami fungsi tersebut. Pemakaian Emoticon itu sendiri menurut fungsi subsitusi tersebut sudah sangat cukup sering oleh para pengguna, terlebih responden. Melihat jumlah Emoticon pada setiap aplikasi Instant Messaging yang beragam dan spesifik, maka sangat memungkinkan pengguna untuk hanya memakai Emoticon saja ketika berkomunikasi dengan aplikasi Instant Messaging.

Tabel 4.14 Fungsi Komplemen

Emoticon melengkapi pesan teks F %

Ya, dapat 68 57.6

Kadang – kadang 42 35.6

Tidak dapat 8 6.8

Total 118 100.0

Sumber:P.14/FC.26

Tabel ini ingin melihat seberapa jauh para responden mengetahui fungsi

Emoticon sebagai pelengkap pesan teks, yaitu fungsi komplemen. Fungsi komplenen bisa diartikan sebagai tindakan non verbal yang dapat berfungsi sebagai isyarat yang bisa melengkapi pembentukan keseluruhan makna pesan verbal. Biasanya tindakan non verbal mengadaptasi pesan-pesan verbal. Contohnya, ketika seseorang berbicara, anda mengetuk-ketuk jari anda karena bosan, lawan bicara anda pun segera menghentikan pembicaraannya. Dari kasus ini, diambil contoh seperti memakai Emoticon sebagai tambahan atau pelengkap pesan teks yang disampaikan. Dari tabel di atas bisa diketahui bahwa sebanyak 68 (57.6%) responden menyatakan sangat setuju bahwa Emoticon dapat berfungsi sebagai pelengkap pesan, 42 (35.6%) responden menyatakan bahwa Emoticon

tidak terlalu berfungsi sebagai pelengkap pesan, dan 8 (6.8%) responden menyatakan bahwa Emoticon tidak dapat berfungsi sebagai pelengkap pesan. Hal di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden sangat setuju bahwa Emoticon

dapat berfungsi sebagai komplemen pesan, dimana para responden sangat memahami fungsi Emoticon sebagai pelengkap makna pesan.

Tabel 4.15 Fungsi Regulasi

Emoticon sebagai alat kontrol pada pesan teks

F % Ya, dapat 32 27.1 Kadang-kadang 72 61.0 Tidak dapat 14 11.9 Total 118 100.0 Sumber:P.15/FC.27

Tabel ini ingin melihat seberapa jauh perilaku non verbal berfungsi sebagai alat kontrol atau pengatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini adalah perilaku non verbal yang mengatur, memantau, memelihara, atua mengendalikan pembicaraan orang lain. Ketika kita mendengarkan orang lain, kita tidak pasif. Emoticon dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan pengguna untuk mengatur arus pesan teks, misalnya, “Teruskanlah,” “Lalu apalagi?” atau “Tolong agak lambat sedikit,”. Bergantung kepada kepekaan komunikan, mereka mengubah perilaku sesuai dengan pengarahan dari sang regulator atau komunikator. Dari tabel di atas kita dapat melihat bahwa sebanyak 32 (27.1%) responden menyatakan sangat setuju bahwa Emoticon berfungsi sebagai pengatur arus pesan, 72 (61.%) responden menyatakan bahwa Emoticon

tidak terlalu berfungsi sebagai pengatur pesan, dan 14 (11.9%) responden menyatakan Emoticon tidak dapat berfungsi sebagai pengatur pesan. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden masih tidak terlalu mengetahui fungsi dari Emoticon sebagai pengatur pesan tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti, fungsi masih tidak terlalu terlihat penggunaannya di antara para responden. Fungsi ini lebih terlihat dalam komunikasi verbal secara langsung, atau tanpa melalui perantara aplikasi Instant Messaging.

Tabel 4.16 Fungsi Kontradiksi

Emoticon sebagai kontradiksi pesan teks F % Ya, dapat 30 25.4 Kadang – kadang 57 48.3 Tidak dapat 31 26.3 Total 118 100.0 Sumber:P.16/FC.28

Tabel ini ingin melihat seberapa jauh Emoticon dapat berfungsi sebagai kontradiksi pesan. Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya berlawanan. Tindakan ini biasanya terekspresikan secara berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap ini akan menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap. Peneliti ingin melihat seberapa jauh dapat membantah atau bertentangan dengan teks dan bisa

Dokumen terkait