• Tidak ada hasil yang ditemukan

KMK 334 2021 dan Lampiran I (1)

N/A
N/A
Choco Needle

Academic year: 2024

Membagikan "KMK 334 2021 dan Lampiran I (1)"

Copied!
337
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 334

/

KMK

.

01

/

2021

TENTANG

PENGELOLAAN BARANGMILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

: a. bahwa dalam rangka mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang efektif, efisien dan akuntabel, perlu dilakukan penyempurnaan dan simplifikasi pengaturan pengelolaan BarangMilik Negara;

b

.

bahwa dalam rangka penyempurnaan dan simplifikasi pengaturan pengelolaan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu disusun suatu pedoman pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian Keuangan;

c

.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan MenteriKeuangantentangPengelolaanBarang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;

Menimbang

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara

/

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara

/

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 142, Tambahan Lembaran NegaraRepublikIndonesia Nomor 6523);

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244

/

PMK.06

/

2012

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1352) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52

/

PMK

.

06

/

2016 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 244

/

PMK

.

06

/

2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara(Berita Negara Republik IndonesiaTahun 2016 Nomor492);

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150

/

PMK

.

06

/

2014

tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun2014 Nomor991);

/

(2)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-2-

4

.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246

/

PMK

.

06

/

2014

tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1977) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76

/

PMK.06

/

2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246

/

PMK

.

06

/

2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara (Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2019 Nomor549);

5

.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71

/

PMK

.

06

/

2016

tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara

/

Lembaga (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 644);

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83

/

PMK

.

06

/

2016

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 757);

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor lll

/

PMK.06

/

2016

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun2016 Nomor1018);

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113

/

PMK.06

/

2016

tentang Penilaian Barang Sitaan Dalam Rangka Penjualan Secara Lelang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1020);

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181

/

PMK

.

06

/

2016

tentang Penatausahaan BarangMilik Negara (Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2016 Nomor1817);

10.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118

/

PMK.06

/

2018

tentang Tata CaraRekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2018 Nomor1286);

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97

/

PMK

.

06

/

2019

tentangPengasuransian Barang Milik Negara (Berita Negara Republik IndonesiaTahun 2019 Nomor697);

12

.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115

/

PMK.06

/

2020

tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 972);

1

(3)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIKINDONESIA

-3

-

13

.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 172

/

PMK.06

/

2020

tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang MilikNegara (Berita Negara RepublikIndonesiaTahun 2020 Nomor 1242);

MEMUTUSKAN:

: KEPUTUSAN MENTERI KEUANGANTENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN.

Menetapkan

: Menetapkan Pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian Keuangan, dengan rincian pengaturan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariKeputusan Menteri ini.

PERTAMA

KEDUA : Pengelolaan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA merupakan pedoman bagi Pengguna Barang, pimpinan Unit Eselon I, Kuasa Pengguna Barang, dan Kepala Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Keuangan dalam pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Negara.

: Sekretaris Jenderal c

.

q

.

Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan ataspelaksanaan KeputusanMenteriini.

KETIGA

: Padasaat Keputusan Menteri ini mulai berlaku:

1

.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 21

/

KMK.01

/

2012

tentang Pedoman Pengamanan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1157

/

KMK.01

/

2015

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 594

/

KMK.01

/

2017

tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1157

/

KMK.01

/

2015 tentang Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara diLingkungan Kementerian Keuangan;

3

.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 791

/

KMK.01

/

2017

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negaradi Lingkungan Kementerian Keuangan;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 793

/

KMK.01

/

2017

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;

KEEMPAT

7

(4)

MENTERI KEUANGAN REPUBIJK INDONESIA

-4 -

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 680

/

KM.1

/

2018

tentang Standar dan Tata Kelola Rumah Susun Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 855

/

KM.1

/

2018

tentang Perencanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara diLingkungan Kementerian Keuangan;dan

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 622

/

KMK.01

/

2019

tentangPedoman Penyusunan,Penelitian,danPenyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;

dicabutdan dinyatakan tidak berlaku.

: Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2022.

KELIMA

Salinan Keputusan Menteriini disampaikan kepada:

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;

2

.

Kepala Badan PengawasanKeuangan dan Pembangunan;

3. Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuanganselaku Pengelola Barang Milik Negara;

4. Sekretaris Jenderal, para Direktur Jenderal, para Kepala Badan, Inspektur Jenderal dan Kepala Lembaga Nasional Single Windowdi lingkungan Kementerian Keuangan;

5

.

Para Kepala Biro

/

Pusat, para Sekretaris Direktorat

Jenderal, para Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat Jenderal,SekretarisLembaga,Sekretaris Pengadilan Pajak, Sekretaris Komite Pengawas Perpajakan, Direktur Utama

/

Direktur Lembaga, Sekretaris Komite Stabilitas SistemKeuangan danSekretarisKomite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah di lingkungan Kementerian Keuangan.

Ditetapkan diJakarta

pada tanggal 16 Agustus 2021

MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA, ttd.

SRI MULYANIINDRAWATI

Salinansesuai denganaslinya KepalaBiro Umum

u

.

b.

Pit

.

Kepala BagianAdministrasiKementerian

/ /

(

rsYAH ^

10213-1997031 001 NIP

(5)

LAMPIRANI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGANKEMENTERIANKEUANGAN

334/KMK.01/2021

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BABI PENDAHULUAN A. Umum

Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien sangat membutuhkan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terkelola dengan baik dan efisien, sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa Menteri Keuangan sebagai Chief Operational Officer (COO) di Kementerian Keuangan berwenang dan bertanggungjawab atas pengelolaan aset di lingkungan Kementerian Keuangan.

Untuk mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yangefektif, efisien dan akuntabel, serta untuk memberikan kemudahan bagi para pelaku pengelolaan BMN, perlu dilakukan penyempurnaan dan simplifikasi pengaturan pengelolaan BMN.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan disusunnya Keputusan Menteri ini adalah untuk memberikan pedoman bagi para pihak yang terlibat dalam pengelolaan BMN, sehinggadapat pelaksanaan tugas pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan dapat berjalan lebih lancer dan optimal

.

C. RuangLingkup

Ruang lingkup pengelolaan BMN yang diatur dalam Keputusan Menteri ini meliputi:

1. Perencanaan BMN;

2. Penggunaan BMN;

3

.

Pemanfaatan BMN;

4

.

Pengamanan dan Pemeliharaan BMN;

5. Penilaian BMN;

6. Pemindahtanganan BMN;

7. Pemusnahan BMN;

8. Penghapusan BMN;

9. Penatausahaan BMN; dan

10. Pengawasan dan Pengendalian BMN.

/

(6)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA

-2

-

D

.

Definisi

Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas bebas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnyayangsah.

2. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian, adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

Lembaga adalah organisasi non kementerian lembaga dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya.

4

.

Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN.

5. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN. 6. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan, yang selanjutnya disebut

Kepala Biro, adalah Pejabat struktural yang lingkup tugas dan tanggung jawabnyameliputi pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian.

7. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

8. Rumah Negara adalah bangunan yang dimilikinegaradan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan

/

atau pegawai negeri.

9. Rumah Negara Golongan I, yang selanjutnya disebut Rumah Jabatan, adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut, serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan masihmemegangjabatan tertentu tersebut.

10. Rumah Negara Golongan II, yang selanjutnya disebut Rumah Instansi, adalah Rumah Negara yang mempunya hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada negara.

11. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama,dan tanah bersama.

12. Rumah Susun Negara, yang selanjutnya disebut Rusunara, adalah Rumah Susun yang dimiliki negara yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi bagi pejabat dan

/

atau pegawai negeri

.

13. Satuan Rumah Susun, yang selanjutnya disebut Sarusun, adalah unit hunian Rumah Susun yang dihubungkan oleh dan mempunyai akses ke selasar

/

koridor

/

lobi dan lantai lainnya dalam bangunan Rumah Susun, serta akseskelingkungan dan jalan umum.

1.

3.

(7)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 3-

14. Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan, yang selanjutnya disebut Kendaraan Jabatan, adalah kendaraan bermotor yang digunakan oleh pejabat pemerintah untuk kepentingan operasional satuan kerjadalam rangka menunjang pelaksanaan tugasdan fungsinya.

15. Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Kantor, yang selanjutnya disebut Kendaraan Operasional, adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk mendukung operasional kantor

/

satuan kerja dalam melaksanakan tugasdan fungsi pemerintah.

16

.

Perangkat Pengguna adalah perangkat elektronik untuk melakukan aktivitas perkantoran dan pengolahan informasi, antara lain desktop

,

mobile devices ( laptop

,

tablet)

,

printer

,

dan

/

atau scanner

.

17. Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMN untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang

.

18. Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat RKBMN, adalahdokumen perencanaan BMN untuk periode 1 (satu) tahun. 19. Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara, yang selanjutnya

disebut RKBMN Pengadaan, adalah dokumen yang memuat daftar BMN yang direncanakan untuk dilakukan pengadaan, yang telah terdapat standar barang dan standar kebutuhan.

20

.

Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna,yang selanjutnya disingkat RKBMN-PKP, adalah dokumen yang memuat daftar BMN yangdirencanakan untuk dilakukan pengadaan oleh Kuasa Pengguna Barang, yang telah terdapat standar spesifikasidan standar jumlah.

21. Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut RKBMN Pemeliharaan, adalah dokumen yang memuat daftar BMN yangdirencanakan untuk dilakukan pemeliharaan.

22. Hasil Penelitian RKBMN adalah dokumen hasil penelitian rencana kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan BMN yang disampaikan oleh Pengguna Barangkepada Pengelola Barang.

23. Hasil Penelitian RKBMN-PKP adalah dokumen hasil penelitian RKBMN-PKP yang ditetapkan oleh Pengguna Barang.

24. Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan RKBMN antara Pengguna Barang dan Pengelola Barang.

25. Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan RKBMN yang diusulkan untuk dilakukan perubahan.

26. Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan usulan perubahan hasil penelaahan RKBMN antara Pengguna Barang dan Pengelola Barang.

27

.

Rencana Strategis Kementerian

/

Lembaga yang selanjutnya disebut Renstra K

/

L, adalah dokumen perencanaan Kementerian

/

Lembaga untuk periode

5 (lima) tahun

.

28. Standar Barang dan Standar Kebutuhan, yang selanjutnya disingkat SBSK, adalah standar barang dan standar kebutuhan BMN yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.

(8)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA

- 4 -

29. Perencanaan Penggunaan BMN adalah kegiatan perumusan, penyusunan, dan penetapan Rencana Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan.

30. Perencanaan Pemanfaatan BMN adalah kegiatan perumusan, penyusunan, dan penetapan Rencana Pemanfaatan BMN dalam rangka pendayagunaan BMN yangtidak atau sedangtidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsiKementerian Keuangan.

31. Perencanaan Pemindahtanganan BMN adalah kegiatan perumusan, penyusunan, dan penetapan Rencana Pemindahtanganan BMN yang sudah tidak digunakan oleh Kementerian Keuangan atau sudah tidak dimanfaatkan oleh mitra Pemanfaatan.

32

.

Perencanaan Penghapusan BMN adalah kegiatan perumusan, penyusunan, dan penetapan Rencana Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna

/

Kuasa Pengguna Kementerian Keuangan

.

33. Rencana Penggunaan BMN adalah dokumen perencanaan BMN Kementerian Keuangan untuk periode waktu tertentu yang memuat daftar BMN yang direncanakan penggunaannya.

34. Rencana Pemanfaatan BMN adalah dokumen perencanaan BMN Kementerian Keuangan untuk periode waktu tertentu yang memuat daftar BMNyangdirencanakan untuk dilakukan Pemanfaatan.

35. Rencana Pemindahtanganan BMN adalah dokumen perencanaan BMN Kementerian Keuangan untuk periode waktu tertentu yang memuat daftar BMNyang direncanakan untuk dipindahtangankan

.

36. Rencana Penghapusan BMN adalah dokumen perencanaan BMN Kementerian Keuangan untuk periode waktu tertentu yang memuat daftar BMN yang direncanakan untuk dihapus dari Daftar Barang Pengguna

/

Kuasa Pengguna Kementerian Keuangan.

37. Standar Spesilikasi adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan perhitungan Pengadaan dan Penggunaan BMN

.

38. Standar Jumlah adalah satuan jumlah barang yang ditetapkan sebagai acuan perhitungan Pengadaan dan Penggunaan BMN.

39. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu Perusahaan Asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan Premi oleh Perusahaan Asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang Polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang poliskarena terjadinyasuatu peristiwayang tidak pasti.

40. Polis adalah akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang dipersamakan dengan akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian antara pihak perusahaan asuransidan pemegangPolis.

V

(9)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

41. Konsorsium Asuransi BMN adalah kumpulan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang terdiri dari Ketua Konsorsium dan Anggota Konsorsium, yang tergabung bersama serta terikat dalam kontrak konsorsium untuk memberikan dan menyelenggarakan pengasuransian BMN.

42

.

Nilai Pertanggungan adalah harga sebenarnya atau nilai sehat suatu objek yang dipertanggungkan sesaat sebelum terjadi suatu kerugian atau kerusakan, yang dihitung berdasarkan biaya memperoleh

/

memperbaiki objek yang dipertanggungkan ke dalam keadaan barn.

43. Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi dan disetujui oleh pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi untuk memperoleh manfaat.

44

.

Keadaan Kahar (force majeure) adalah suatu kejadian yang terjadi diluar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

45. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansiyang bersangkutan.

46. Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian

/

Lembaga dan

/

atau

optimalisasi BMN dengan tidak mengubah status kepemilikan.

47. Sewa adalah Pemanfaatan BMN oleh Pihak Lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.

48. Pinjam Pakai adalah Pemanfaatan BMN melalui penyerahan penggunaan BMN dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola Barang

/

Pengguna Barang.

49

.

Kerja Sama Pemanfaatan, yang selanjutnya disingkap KSP, adalah Pemanfaatan BMN oleh Pihak Lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaanlainnya

.

50

.

Bangun Guna Serah, yang selanjut disingkat BGS, adalah Pemanfaatan BMN berupa tanah oleh Pihak Lain dengan cara mendirikan bangunan dan

/

atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh Pihak Lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan

/

atau sarana berikut fasilitasnyasetelah berakhirnyajangka waktu.

51. Bangun Serah Guna, yang selanjutnya disingkat BSG, adalah Pemanfaatan BMN berupa tanah oleh Pihak Lain dengan cara mendirikan bangunan dan

/

atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh Pihak Lain tersebut dalam jangka waktu tertentuyangdisepakati

.

52

.

Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur, yang selanjutnya disingkat KSPI, adalah Pemanfaatan BMN melalui kerja sama antara pemerintah dan badan

f

(10)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIKINDONESIA

- 6 -

usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

53. Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Insfrastruktur, yang selanjutnya disingkat KETUPI, adalah Pemanfaatan BMN melalui optimalisasi BMN untuk meningkatkan fungsi operasional BMN guna mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan penyediaan infrastruktur lainnya.

54. Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disingkat BLU, adalah Badan Layanan Umum pada Pengelola Barang yang bertugas mengelola BMN berupa aset infrastruktur dan mengelola pendanaan hasil Hak Pengelolaan TerbatasatasAset Infrastruktur BMN.

55. Swasta adalah Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing yang mempunyai izin tinggal dan

/

atau membuat usaha atau badan hukum Indonesia dan

/

atau badan hukum asing, selain Badan Usaha Milik Negara

/

Daerah, yang menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh keuntungan.

56. Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN, yang selanjutnya disingkat PJPB, adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dalam bentuk Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur.

57. Proyek Kerja Samaadalah penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui perjanjian kerja sama antara Menteri

/

Pimpinan Lembaga dan badan usaha atau pemberian izin pengusahaan dari Menteri

/

Pimpinan Lembaga kepada badan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan.

58. Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama, yang selanjutnya disingkat PJPK, adalah pihak yang ditunjuk dan

/ atau

ditetapkan sebagai penanggungjawab Proyek Kerja Sama dalam rangka pelaksanaan kerja sama Pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

.

59. Pengamanan Administrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk untuk menatausahakan dalam rangka mengamankan BMN Kementerian darisegi administratif

.

60. Pengamanan Fisik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk untuk mengamankan BMN Kementerian yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang, dan hilangnya barang.

61. Pengamanan Hukum adalah kegiatan untuk mengamankan BMN Kementeriandengan cara melengkapi buktistatuskepemilikan BMN

.

62. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua BMN selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

63. Penilai adalah pihak yang melakukan Penilaian secara independen berdasarkan kompetensi yangdimilikinya.

64. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu objek Penilaian berupa BMN pada saat tertentu.

i

(11)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-

7 -

65. Penilai Pemerintah pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang selanjutnya disebut Penilai Pemerintah, adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang diberi tugas, wewenang, dan tanggungjawab untuk melakukan Penilaian, termasuk atas hasil penilaiannya secara independen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

.

66. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut Direktorat Jenderal, adalah unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakandi bidang Penilaian

.

67. Direktur Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal, adalah pejabat unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Penilaian.

68

.

Pihak Lain adalah pihak-pihak selain Kementerian

/

Lembaga, Pemerintah

Daerah, dan Pemerintah Desa.

69. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMN.

70. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada Pihak Lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.

71. Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan BMN yangdilakukan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah Pusat dengan Pihak Lain, dengan menerima penggantian uang dalam bentuk barang, palingsedikit dengan nilaiseimbang.

72

.

Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah atau kepada Pihak Laintanpa memperoleh penggantian. 73

.

Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan

/

atau kegunaan

BMN.

74. Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan

/

atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

75. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

.

76. Pemutakhiran adalah kegiatan pemutakhiran ( updating) data dan laporan BMN dengan cara melengkapi unsur-unsur data BMN, terkait adanya penambahanatau pengurangan nilai dan informasi lainnyatentang BMN. 77. Laporan Barang adalah laporan yang disusun oleh Pelaksana

Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang

/

Pengelola Barang yang

menyajikan posisi BMN di awal dan akhir periode tertentu secara semesteran dan tahunan serta mutasi selama periode tersebut.

78. Rekonsiliasi adalah kegiatan pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa sistem

/

subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yangsama.

79. Daftar Barang adalah daftaryang memuat data BMN.

(12)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

80. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan

/

atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

.

81. Pelaksana Penatausahaan adalah unit yang melakukan Penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang.

82

.

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat UAKPB, adalah unit yang melakukan penatausahaan BMN pada tingkat satuan kerja

/

Kuasa Pengguna Barang

.

83. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah, yang selanjutnya disingkat UAPPB-W, adalah unit

penatausahaan BMN pada tingkat wilayah atau unit kerja lain yang ditetapkan sebagai UAPPB-W oleh Pengguna Barang.

84. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya disingkat UAPPB-E1, adalah unit organisasi yang membantu melakukan penatausahaan BMN pada tingkat Eselon I Pengguna Barang.

85. Unit Akuntansi Pengguna Barang,yang selanjutnya disingkat UAPB, adalah unityangmelakukan penatausahaan BMN pada Pengguna Barang.

86. Unit Akuntansi Pembantu Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat UAPKPB, adalah unit pembantu yangbertanggungjawab terhadap penatausahaan BMNyang dilaksanakan oleh UAKPB dilingkungannya

.

87. Pejabat Pengurus Persediaan adalah pegawai yang ditunjuk oleh UAKPB

/

UAPKPB untuk menerima, menyimpan, mendistribusikan dan menatausahakan persediaan dalam gudang

/

tempat penyimpanan lainnya. 88. Surat Perintah Mengeluarkan Barang, yang selanjutnya disingkat SPMB,

adalah surat yang diterbitkan oleh UAKPB

/

UAPKPB yang menjadi dasar

bagi Pejabat Pengurus Persediaan untuk mengeluarkan persediaan dari gudang

/

tempat penyimpanan lainnya

.

89. Buku Persediaan adalah buku untuk mencatat

/

membukukan setiap jenis

persediaan yang masuk dan keluar dari gudang

/

tempat penyimpanan lainnya dengan menggunakan aplikasi penatausahaan.

90. Daftar Rincian Persediaan adalah daftar yang digunakan untuk mencatat persediaan per jenis barang dengan menggunakan aplikasi penatausahaan. 91. Investigasi adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta,

melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan (peristiwa-peristiwa) yang berkaitan dengan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan BMN.

92. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat APIP, adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugasdan fungsi Pemerintah.

yang membantu melakukan

E

.

Pelimpahan Kewenangan Pengelolaan BMN

Dalam pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan.

1.

V

(13)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-9 -

2. Ketentuan lebih lanjut terkait pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang kepada pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan diikuti dengan penyesuaian terhadap penyusunan Naskah Dinas, sebagai berikut:

a. Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan atau pejabat lain untuk dan atas nama Menteri Keuangan menggunakan Kepala Naskah Dinas berupa Lambang Negara berwana kuning emas yang diikuti tulisan MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA.

b

.

Naskah Dinas unit organisasi selain Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan menggunakan Kepala Naskah Dinas unit organisasi berupa Logo Kementerian Keuangan, nama unit organisasi dan alamat unit organisasi.

c. Penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan dan Naskah Dinas unit organisasi mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang Penomoran dan Pemberian Kode Naskah Dinas pada Kantor Pusat dilingkungan Kementerian Keuangan.

Format penomoran diatur sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab I huruf B.

4

.

Penyusunan Naskah Dinas berupa Keputusan maupun Lampiran Keputusan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I, dan Keputusan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I di Lingkungan Kementerian Keuangan.

5. Penyusunan Naskah Dinas selain Naskah Dinas Keputusan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Tata Naskah Dinas di LingkunganKementerian Keuangan.

(14)

MENTER1 KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-

10-

BAB II

RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA A. UMUM

1

.

Objek Perencanaan Kebutuhan BMN meliputi BMN:

a. berupa tanah dan

/

atau bangunan; dan b. selain tanah dan

/

atau bangunan.

2.Kewenangan danTanggungJawab

a. WewenangdanTanggung Jawab Pengguna Barang 1) PenggunaBarang memiliki kewenangan:

a) menetapkan petunjuk teknis penelitian RKBMN;

b) melakukan penelitian atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP yang disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro

Umum

/

Sekretaris LNSW;

c) menyampaikan usulan RKBMN kepada Pengelola Barang;

d) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian usulan RKBMN sesuai dengan batasan kewenangannya;

e) menandatanganiHasil Penelahaan RKBMN;

f) menandatanganiPerubahan Hasil Penelahaan RKBMN;

g) menetapkan jadwal penyusunan, penelitian, dan penyampaian usulan RKBMN dan RKBMN-PKP di lingkungan Kementerian Keuangan;

h) menetapkan Hasil Penelitian RKBMN-PKP; dan

i) menetapkan Perubahan Hasil Penelitian RKBMN-PKP.

2) Pengguna Barang bertanggungjawabatas:

a) kebenaran dan kelengkapan atas usulan RKBMN tingkat Pengguna Barangyang disampaikan kepada PengelolaBarang; dan

b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW

1) Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW memiliki kewenangan:

a) melakukan analisis atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang telah dikompilasi dan disampaikan oleh Kantor Wilayah;

b) menyampaikan usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Eselon I kepada Pengguna Barang;

c) meminta Kuasa Pengguna Barang untuk melakukan perbaikan atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yangdisampaikannya;dan

f

(15)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-

11

-

d) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Pengguna Barang Eselon I, sesuaidengan batasan kewenangannya.

2) Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW

bertanggungjawabatas:

a) kebenaran dan kelengkapan atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Eselon I yang disampaikannya kepada Pengguna Barang; dan

b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN.

c

.

WewenangdanTanggung JawabKepala KantorWilayah 1) KepalaKantorWilayah memiliki kewenangan:

a) melakukan kompilasi atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang, yang berada di wilayah kerjanya;

b) menyampaikan kompilasi usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala

Biro Umum

/

Sekretaris LNSW; dan

c) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang, sesuaidengan batasan kewenangannya

.

2) Kepala Kantor Wilayah bertanggungjawabatas:

a) kebenaran dan kelengkapan dari kompilasi usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barangyangdisampaikannya;

dan

b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN.

d. Wewenang danTanggung Jawab Kuasa Pengguna Barang 1) Kuasa Pengguna Barang memilikikewenangan:

a) menyusun usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang;

b) menyampaikan usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barangkepada:

(1) Kepala Kantor Wilayah; atau

(2) Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW,

dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam struktur organisasinya; dan

c) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa PenggunaBarang. 2) Kuasa PenggunaBarang bertanggung jawab atas:

a) kebenaran dan kelengkapan dari usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah atau Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro

Umum

/

Sekretaris LNSW; dan

b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN.

k

(16)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 12 - B. PENYUSUNAN RKBMN

1. Ketentuan Umum

a. Kuasa Pengguna Barang melakukan penyusunan RKBMN, yang terdiri atas RKBMN Pengadaan, RKBMN Pemeliharaan, dan RKBMN-PKP.

b. RKBMN-PKP disusun dalam hal terdapat kebutuhan pengadaan BMN yang bukan merupakan objek RKBMNPengadaan

.

c. Dalam penyusunan RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP, Kuasa Pengguna Barang menyampaikan alternatif skema pemenuhan kebutuhan BMN, antara lain melalui pembelian, pembangunan, Pinjam Pakai, Sewa, sewa beli, atau mekanisme lainnya yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk dilaksanakan, diantaranya pengalihan status penggunaan, penggunaan sementara, utilisasi penggunaan, pengalihan penggunaan, tukar menukar, dan penggunaan aset

/

BMN pada Pengelola Barang,

Komisi Pemberantasan Korupsi,dan Kejaksaan Agung.

d. Penyusunan RKBMN meliputi tahapan persiapan dan pelaksanaan penyusunan.

e

.

Jadwal penyusunan RKBMN ditetapkan oleh PenggunaBarang.

f

.

Pemenuhan kebutuhan BMN yang merupakan objek RKBMN Pengadaan, RKBMN Pemeliharaan, dan RKBMN-PKP dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran, kewajaran, efisiensi dan optimalisasi BMN serta penggunaan aset bersama.

2. Persiapan Penyusunan

Dalam tahapan persiapan penyusunan, Kuasa Pengguna Barang melakukan hal

-

hal berikut:

1

.

Menyampaikan usulan data indikasi kebutuhan pengadaan BMN yang telah terdapat SBSKdan SSSJ:

1) Pada periode 3 (tiga) tahun sebelum tahun penganggaran (T-3), Kuasa Pengguna Barang menyusun usulan data indikasi kebutuhan pengadaan BMN, dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II huruf Aangka8

.

2) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan data indikasi kebutuhan pengadaan BMN tersebut secara berjenjang kepada Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen BarangMilik Negara dan Pengadaan selaku pelaksana harian Pengguna Barang.

3) Usulan data indikasi kebutuhan pengadaan BMN disampaikan pada saat periode penyusunan RKBMN sebagai lampiran dokumen data dukungRKBMN.

Sebagai contoh, pada periode penyusunan RKBMN Tahun Anggaran 2021, disusun dan disampaikan pula usulan indikasi kebutuhan pengadaan BMN untuk Tahun Anggaran 2022.

2. Melakukan pemutakhiran data identitas kantor pada aplikasi SIMAN. Mekanisme pemutakhiran data mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum dalam Bab XIII huruf B lampiran ini.

(17)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA

-

13-

3. Melakukan pemutakhiran data pada Master Aset yang merupakan objek RKBMN. Mekanisme pemutakhiran data mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum dalam Bab XIII huruf B lampiran ini.

3

.

Pelaksanaan Penyusunan b. RKBMN Pengadaan

1) RKBMN Pengadaan memuat jumlah unit dan

/

atau luas BMN yang

diusulkan untuk dilakukan pengadaan.

2) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Pengadaan melalui aplikasi SIMAN.

3) RKBMN Pengadaan disusun 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran berjalan (T-2), dimulai paling cepat setelah periode rekonsiliasi BMN Semester I (T-2).

4) RKBMN Pengadaan rumah negara dan tanah untuk Rumah Negara dapat diajukan bersamaan dengan RKBMN Pengadaan bangunan gedung kantoryangdirencanakan dibangun.

5) Dalam hal penataan ruang kerja dan pembangunan gedung kantor barn sesuai konsep ABW, batasan tertinggi luas bangunan menggunakan SBSK dan SSSJ.

6) Objek RKBMN Pengadaan:

a) tanah untuk bangunan gedung kantor; b) tanah untuk bangunan Rumah Negara;

c) bangunan gedung kantor;

d) bangunan gedung negaralainnya;

e) bangunan Rumah Negara; dan f) Kendaraan Jabatan;

g) Kendaraan Operasional; dan h) Kendaraan Fungsional.

7) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Pengadaan dengan berpedoman pada hal berikut:

a) Rencana Strategis Kementerian Keuangan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya

Dilaksanakan untuk memastikan kesinambungan pelaksanaan tugas dan fungsi. Untuk itu, perlu adanya relevansi atau keterkaitan antara pengadaan BMN dengan program dan kegiatan yang konsistendengan sasaran strategis

.

Selain mempertimbangkan Rencana Strategis, Kuasa Pengguna Barang

perubahan

/

pengembangan organisasi. b) SBSK

Dalam menyusun RKBMN Pengadaan, Kuasa Pengguna Barang berpedoman padaSBSK yang ditetapkan oleh Pengelola Barang: (1) Bangunan Gedung Kantor

(a) Standar Ketinggian Bangunan

mempertimbangkan

perlu pula rencana

V

(18)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Standar ketinggian bangunan gedung kantor didasarkan pada struktur pejabat eselon tertinggi yang direncanakan akan menempati secara permanen bangunan gedung kantor tersebut

.

(b) Standar Kebutuhan Unit Bangunan

Kebutuhan jumlah unit bangunangedung kantor:

i. Kantor direktorat, yaitu kantor instansi pusat dengan struktur pejabat eselon tertinggi yang menempati secara permanen setingkat Unit Eelon II, dapat memiliki gedung tersendiri apabila luas lantai bruto lebih dari1.000 m2 (seribu meter persegi).

ii. Kantor instansivertikal dengan struktur pejabat eselon tertinggi yang menempati secara permanen setingkat Unit Eelon II, pada dasarnya tidak dibatasi, namun diupayakan memenuhi prinsip efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan.

iii. Kantor instansi vertikal dengan struktur pejabat eselon tertinggi yang menempati secara permanen setingkat Eselon III atau Eselon IV, adalah 1 (satu) bangunan untuk setiap unit

.

(c) Standar Luas Bangunan

Perhitungan luas bangunan gedung kantor memerlukan masukan (input) data pegawai sesuai formasi

/

struktur dan jumlah pegawai ideal berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang akan menempati bangunan gedung kantoryangdiusulkan kebutuhan pengadaannya. Dalam hal formasi

/

struktur dan jumlah pegawai ideal berbeda dengan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai kebutuhan pegawai negeri sipil yang berlaku, maka digunakan formasi

/

struktur dan jumlah pegawai yang lebih besar.

(2) Tanah untuk BangunanGedung Kantor

Standar luas minimum dan

/

atau maksimum tanah ditentukan oleh luas lantai dasar bangunan dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang berlaku di daerah setempat. Dengan demikian, Kuasa Pengguna Barang yang akan mengajukan usulan pengadaan bangunan gedung kantor, harus telah memiliki rencana bangunan gedung kantor yang akan berdiri di atas tanah yang diusulkan pengadaannya.

(3) Bangunan Rumah Negara

(a) Standar kebutuhan unit bangunan

Kuasa Pengguna Barang mengusulkan jumlah unit Bangunan Rumah Negara, keluasan tanah, dan keluasan bangunan melalui RKBMN Pengadaan berdasarkan pembahasan bersama antara Pengguna Barang

/

Kuasa

Pengguna Barang bersangkutan dengan instansi

/

unit

kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum.

1

(19)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Dokumen hasil pembahasan tersebut disertakan saat penyampaian RKBMN Pengadaan, antara lain berupa notula rapat yang ditandatangani oleh Pengguna Barang

/

Kuasa Pengguna Barang bersangkutan dengan instansi

/

unit kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum, surat atau surat pernyataan dari instansi

/

unit kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum.

Adapun untuk jumlah unit bangunan Rumah Negara, agar mengacu pada ketentuan internal Kementerian Keuangan yang mengatur mengenai Jumlah dan Spesifikasi Kebutuhan Rumah Negara.

(b) Standar luasbangunan

Perhitungan luas bangunan Rumah Negara memerlukan masukan (input) data pegawai yang akan menempati bangunan Rumah Negara yang diusulkan kebutuhan pengadaannya.

(4) Tanah untuk Bangunan Rumah Negara

Standar maksimumluas tanah untuk bangunan Rumah Negara ditentukan oleh tipe Rumah Negara yang akan berdiri di atas tanah yang diusulkan pengadaannya. Dengan demikian, Kuasa Pengguna Barang yang akan mengusulkan pengadaan tanah untuk Rumah Negara harus telah memiliki rencana tipe bangunan Rumah Negara yang akan berdiri di atas tanah yang diusulkan pengadaannya. Tipe bangunan Rumah Negara ditentukan dari masukan (input) data pegawai yang akan menempati bangunan Rumah Negara.

(5) RKBMN Pengadaan Rumah Negara dan tanah untuk Rumah Negara dapat diajukan bersamaan dengan RKBMN Pengadaan bangunan gedung kantor yang direncanakan dibangun.

(6) Kendaraan Jabatan

SBSK sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai SBSK secara umum merupakan batas tertinggi standar kebutuhan BMN. Standar jumlah Kendaraan Jabatan disesuaikan dengan jabatan, kecuali untuk menteri dan yang setingkat maksimal 2 (dua) unit.

Kuasa Pengguna Barang dapat mengusulkan RKBMN Pengadaan Kendaraan Jabatan melalui mekanisme penyesuaian existing BMN, dengan memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan mengenai Modul Penyusunan RKBMN berupa AADB Dinas OperasionalJabatan.

Adapun Kendaraan Jabatan yang diperkenankan untuk dialihkan menjadikendaraan operasional dengan kriteria:

(a) jenis dan spesifikasi Kendaraan Jabatan meliputi:

i. kendaraan roda 4 (empat) SUV maksimal 2500 cc;

ii. kendaraan roda 4 (empat) MPV maksimal 2500 cc; atau iii. kendaraan roda 2 (dua);

f

(20)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-16

-

(b) Kendaraan Jabatan telah berumur 5 (lima) tahun sejak tanggal perolehan;

i

.

terhitung mulai tanggal, bulan, dan tahun perolehannya sesuai dokumen kepemilikan, untuk perolehan dalam kondisi baru; atau

ii

.

terhitung mulai tanggal, bulan, dan tahun pembuatannya sesuai dokumen kepemilikan, untuk perolehan tidakdalam kondisi baru; dan

iii. jumlah Kendaraan Operasional tidak melebihi Standar Kebutuhan.

(7) Kendaraan Operasional

Standar Spesifikasi Kendaraan Operasional mengacu pada Standar Barangyang ditetapkan oleh Pengelola Barang

.

(8) Kendaraan Fungsional

Spesifikasi Kendaraan dan Jumlah kendaraan fungsional mengacu pada Standar Barang yang ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan usulan dari Pengguna Barang.

Standar Spesifikasi dan Standar Jumlah Kendaraan Fungsional sebagaimana tercantum pada Bab IV huruf F angka 3 digunakan sebagai acuan bagi satuan kerja dalam mengajukan usulan RKBMN Kendaraan Fungsional ke Pengguna Barang untuk kemudian mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang

.

c) Data BMN Kuasa Pengguna Barang yang secara berkala dilakukan pemutakhiran

Data existing BMN yang digunakan adalah data per tanggal penyusunan RKBMN Pengadaan yang dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang.

Kuasa Pengguna Barang wajib melengkapi dan melakukan pemutakhiran (update) seluruh kolom isian data atas existing BMN per tanggal penyusunan RKBMN Pengadaan pada aplikasi SIMAN. c. RKBMN Pemeliharaan

1) RKBMN Pemeliharaan memuat jumlah unit dan

/

atau luasserta kondisi

BMN yang diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan.

2) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Pemeliharaan melalui aplikasiSIMAN.

3) RKBMN Pemeliharaan disusun 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran berjalan (T-2), dimulai paling cepat setelah periode rekonsiliasi BMN Semester I T-2.

4) Objek RKBMN Pemeliharaan: a) tanah dan

/

atau bangunan;

b) selain tanah dan

/

atau bangunan, untuk:

(1) BMN berupaalat angkutan bermotor

Usulan kebutuhan pemeliharaan BMN selain tanah dan

/

atau

bangunan berupa alat angkut bermotormeliputi:

H

(21)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-

17

-

(a) Alat angkutan darat bermotor (3.02.01);

(b) Alat angkutanapungbermotor (3.02.03); dan (c) Alat angkutan bermotor udara(3.02.05).

(2) BMN selain alat angkutan bermotor dengan nilai perolehan per satuan paling sedikitRpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah). 5) BMN yang termasuk dalam status yang direncanakan untuk

dihentikan penggunaannya, dipindahtangankan, dimanfaatkan, dihapuskan, dan dimusnahkan serta BMN berupa Konstruksi Dalam Pengerjaan maupun Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan dalam tahun yang direncanakan, tidakdapat diusulkan pemeliharaannya.

6) BMN yang dapat diajukan rencana pemeliharaannya adalah BMN dalam kondisi Baik (B) dan Rusak Ringan (RR). Terhadap BMN dalam kondisi Rusak Berat (RB) dan masih tercatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna, Kuasa Pengguna Barang agar mengajukan rencana Penghapusan BMN tersebut dan mengeluarkan pencatatan BMN tersebut dari Daftar Barang Kuasa Pengguna sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7) Dalam hal BMN existingyangsudah tercatat padaaplikasi SIMAN akan diajukan RKBMN Pemeliharaan perlu terlebih dahulu diterbitkan PenetapanStatus Penggunaaan

.

8) Kuasa Pengguna Barangdapat mengajukan RKBMN Pemeliharaan atas barang tambahan yang memerlukan pemeliharaan namun tidak tercatat sebagai BMN di bawah penguasaan Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan, dengan menyertakan dokumen pendukung atas barang tambahan tersebut

.

9) RKBMN Pemeliharaan atas barang tambahan dapat diajukan untuk kondisi sebagai berikut:

a) Barang yang pengadaannya telah mendapat alokasi anggaran dan memerlukan pemeliharaan pada tahunyang direncanakan.

Terhadap barang pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi dengan surat pernyataan dari Kuasa Pengguna Barang mengenai telah adanya alokasi anggaran untuk pengadaan barang tersebut;

b) BMN yang tidak tercatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna namun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan harus dipeliharaoleh Kuasa Pengguna Barangyang bersangkutan. Terhadap BMN pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi dengan dokumen yang menyatakan adanya pengalihan kewajiban pemeliharaan atas BMN tersebut;atau

c) BMN digunakan sementara oleh suatu Kementerian

/

Lembaga.

Terhadap BMN pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi dengan dokumen pendukung, seperti Berita Acara Penggunaan Sementara dan sejenisnya.

d. Penyusunan RKBMN-PKP

1) RKBMN-PKP memuat jumlah unit dan

/

atau luas BMN yang diusulkan untukdilakukan pengadaan.

if

(22)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 18-

2) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN-PKP secara manual dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab II huruf B angka 5 dan disampaikan sebagai dokumen pendukung RKBMNyangdiunggah pada aplikasi SIMAN.

3) RKBMN-PKP disusun 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran berjalan (T-2), dimulai paling cepat setelah periode rekonsiliasi BMN Semester I (T-2)

.

4) Objek RKBMN-PKP:

a) Rumah Susun Negara; b) Perangkat Pengguna; dan c) Ruang Khusus.

5) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN-PKP dengan berpedoman pada:

a) Rencana Strategis Kementerian Keuangan yang menjadi kewenangan dan tanggungjawabnya.

Dilaksanakan untuk memastikan kesinambungan pelaksanaan tugas dan fungsi

.

Untuk itu, perlu adanya relevansi atau keterkaitan antara pengadaan BMN dengan program dan kegiatan yang konsisten dengan sasaran strategis.

b) Data existing BMN.

Data existing BMN yang digunakan adalah data per tanggal penyusunan RKBMN-PKP yang dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang

.

Kuasa Pengguna Barang wajib melengkapi dan melakukan pemutakhiran ( update) seluruh kolom isian data atas existing BMN per tanggal penyusunan RKBMN-PKP pada aplikasiSIMAN.

c) SSSJ

.

Standar spesifikasi dan standar jumlah BMN yang ditetapkan oleh Pengguna Barang.

e. Selain berpedoman pada rencana strategis Kementerian Keuangan, SBSK, data BMN, dan SSSJ sebagaimana tersebut di atas, penyusunan RKBMN Pengadaan, RKBMN Pemeliharaan, dan RKBMN-PKP menggunakan pula Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara sebagaidata rujukan

.

C. PENELITIAN RKBMN

a) Penelitian RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP a. Tingkat Eselon I

1) Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW

melakukan analisis RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barangyang telah dikompilasi oleh Kepala KantorWilayah. 2) Analisis atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa

Pengguna Barang dilakukan terhadap:

a) relevansi program dengan rencana keluaran (output) pada Renstra;

H

(23)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA

-

19-

b) kesesuaian perbandingan antara kebutuhan dengan BMN yang berada padaKuasa Pengguna Barang;

c) kesesuaian terhadapstandar yang telahditetapkan;

d) kesesuaian antara jumlah dan formasi pegawai pada Kuasa Pengguna Barang dengan rencana pengembangan pegawai pada 2 (dua) tahunyang akan datang;

e) kelayakan rencana Penghapusan BMN 2 (dua) tahun yang akan datang;

f) optimalisasi Penggunaan BMN yang berada pada Unit Eselon I, dalam hal terdapat BMNyang berada pada Unit Eselon I yangbelum digunakan secara optimaldan memenuhispesifikasi;

g) efektivitas Penggunaan BMN yang berada pada Unit Eselon I sesuai dengan peruntukannya; dan

h) alternatif pemenuhan RKBMN

/

skema pemenuhan RKBMN. b. Tingkat Pengguna Barang

1) Pengguna Barang melakukan penelitian atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKPserta rekapitulasi RKBMN dan RKBMN-PKPtingkat Eselon I.

2) Penelitian atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP Unit Eselon I dilakukan terhadap:

a) kelengkapan dokumen penyampaian dan data dukung penyampaian RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKPtingkat Eselon I;

b) relevansi antara program dengan rencana keluaran (output) pada Renstra;

c) kesesuaian antara kebutuhan BMN yang diusulkan dengan BMN yangberada pada Kuasa Pengguna Barang;

d) kesesuaian terhadap standaryang telah ditetapkan;

e) kesesuaian antara jumlah dan formasi pegawai dengan rencana pengembangan pegawai pada 2 (dua) tahun yangakan datang;

f) kesesuaian dengan rencana BMN yang akan dihapuskan pada 2 (dua) tahun yang akan datang;

g) optimalisasi Penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang, dalam hal terdapat BMN Kementerian Keuangan yang belum digunakan secaraoptimaldan memenuhispesifikasi;

h) efektivitas Penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang sesuaidengan peruntukannya; dan

i) alternatif pemenuhan RKBMN

/

skema pemenuhan RKBMN.

3) Dalam pelaksanaan penelitian RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP, Pengguna Barang:

a) dapat melakukan pembahasan dengan Kuasa Pengguna Barang dan

/

atau Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris

LNSW guna meminta penjelasan, klarifikasi, dan data dukung lainnya yangdiperlukan;

‘ i

(24)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

b) meminta APIP untuk melakukan review terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN; dan

c) dapat melakukan sinkronisasi bersama dengan APIP terhadap hasil penelitian Pengguna Barang dengan hasil review APIP, dalam hal diperlukan.

4) Dokumen hasil penelitian RKBMN-PKP ditetapkan oleh Pengguna Barang.

b) Penelitian RKBMN Pemeliharaan a

.

Tingkat Eselon I

1) Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW

melakukan analisis RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barangyang telah dikompilasi oleh Kepala KantorWilayah.

2) Analisisatas RKBMN Pemeliharaan dilakukan terhadap:

a) kesesuaian antara jumlah BMN yang diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan dengan data BMN yang dimiliki;

b) kesesuaian antara bentuk dan metode pemeliharaan dengan status dan kondisi BMN; dan

c) kesesuaian antara fungsi BMN yang diusulkan dengan peruntukannya dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi Unit Eselon I.

b. Tingkat Pengguna Barang

1) Pengguna Barang melakukan penelitian atasRKBMN Pemeliharaan dan rekapitulasiRKBMN tingkat Eselon I;

2) Penelitian atas RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I dilakukan terhadap:

a) kelengkapan dokumen penyampaian dan data dukung penyampaian RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I;

b) kesesuaian antara jumlah BMN yang diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan dengan data BMN yangdimiliki;

c) kesesuaian antara bentuk dan metode pemeliharaan dengan status dan kondisi BMN; dan

d) kesesuaian antara fungsi BMN yang diusulkan dengan peruntukannya dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas danfungsi Kementerian Keuangan.

3) Dalam pelaksanaan penelitian RKBMN Pemeliharaan, Pengguna Barang:

a) dapat melakukan pembahasan dengan Kuasa Pengguna Barang dan

/

atau Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris

LNSW guna meminta penjelasan, klarifikasi, dan data dukung lainnya yangdiperlukan;

b) meminta APIP untuk melakukan review terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN; dan

(25)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-

21 -

c) dapat melakukan sinkronisasi bersama dengan APIP terhadap hasil penelitian Pengguna Barang dengan hasil review APIP, dalam hal diperlukan.

c) Reviewatas RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan a

.

Reviewdilakukan oleh APIP.

b. APIP menyampaikan hasil review RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan yang ditandatangani pejabat berwenang kepada Pengguna Barang.

d) Jadwal penelitian dan review RKBMN

Jadwal penelitian RKBMN yang dilakukan oleh Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW dan Pengguna Barang serta jadwal pelaksanaan review RKBMN yang dilakukan oleh APIP ditetapkan oleh Pengguna Barang

.

e) Pelaksanaan analisis dan penelitian RKBMN Pengadaan, RKBMN Pemeliharaan, dan RKBMN-PKP menggunakan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara sebagai data rujukan.

D. PENYAMPAIAN RKBMN

1. RKBMN Pengadaandan RKBMN-PKP a. Tingkat Kuasa Pengguna Barang

1) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang kepada Kepala KantorWilayah dalam bentuk:

a) softcopy melalui AplikasiSIMAN; dan b) hardcopy

.

2) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam suatu organisasi Unit Eselon I, penyampaian usulan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW.

b. Tingkat Wilayah

1) Kepala Kantor Wilayah mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang di wilayah kerjanya.

2) Kepala Kantor Wilayah menyampaikan usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil kompilasi kepada Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW dalam

bentuk:

a) softcopy melalui AplikasiSIMAN; dan b) hardcopy

.

c. Tingkat Eselon I

1) Unit Eselon I mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN

-

PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang telah disampaikan oleh KepalaKantorWilayah.

f

(26)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-22 -

2) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah, Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang dan RKBMN-PKP padaunit Eselon I-nya.

3) Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW

menyampaikan usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP tingkat Eselon I kepada Pengguna Barang dalam bentuk:

a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan b) hardcopy

.

d

.

Tingkat Pengguna Barang

1) Pengguna Barang mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN

-

PKP tingkat Eselon I yang telah disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I

/

KepalaBiro Umum

/

Sekretaris LNSW.

2) Pengguna Barangmenyampaikan RKBMN Pengadaan tingkat Pengguna Barang kepada Pengelola Barang sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Pengelola Barang dalam bentuk:

a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan b) hardcopy

.

2. RKBMN Pemeliharaan

a. Tingkat Kuasa Pengguna Barang

1) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang kepada Kepala Kantor Wilayah dalam bentuk:

a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan b) hardcopy

.

2) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam suatu organisasi Unit Eselon I, penyampaian usulan sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang kepadaUnit Eselon I.

b. Tingkat Wilayah

1) Kepala Kantor Wilayah mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang di wilayah kerjanya. 2) Kepala Kantor Wilayah menyampaikan usulan RKBMN Pemeliharaan

tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil kompilasi kepadaSekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW dalam bentuk:

a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan b) hardcopy

.

c. Tingkat Eselon I

1) Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW

mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barangyang telah disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah. 2) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah, Sekretaris Unit Eselon

I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang pada unit Eselon I-nya.

I

(27)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-

23

-

3) Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW

menyampaikan usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I kepada Pengguna Barang dalam bentuk:

a) softcopy melaluiAplikasi SIMAN; dan b) hardcopy

.

d

.

Tingkat PenggunaBarang

1) Pengguna Barang mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I yang telah disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I

/

KepalaBiro Umum

/

Sekretaris LNSW.

2) Pengguna Barang menyampaikan RKBMN Pemeliharaan tingkat Pengguna Barang kepada Pengelola Barang sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh PengelolaBarang dalam bentuk:

a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan b) hardcopy

.

3. Jadwal Penyampaian RKBMN

Jadwal penyampaian RKBMN, termasuk dalam rangka pelaksanaan review oleh APIP, ditetapkan oleh Pengguna Barang

.

4. Dokumen Yang Menjadi DataDukung Penyampaian RKBMN a. TingkatKuasa PenggunaBarang

1) Surat Pengantar yangditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;

2) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatanganioleh Kuasa Pengguna Barang;

3) RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak aplikasiSIMAN yang ditandatanganioleh Kuasa Pengguna Barang;

4) RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak aplikasiSIMANyang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang; 5) RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang ditandatangani

oleh Kuasa Pengguna Barang;

6) Formulir Penjelasan, berisi penjelasan atasseluruh jenis RKBMNyang diusulkan;

7) Laporan Realisasi Penghapusan BMN pada tahun berjalan;

8) DataIndikasi Kebutuhan Pengadaan BMN (T-3);

9) Dokumen pembahasan dengan instansi atau unit kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam hal terdapat usulan pengadaan berupa Rumah Negara;

10) Dokumen penganggaran tahun penyusunan RKBMN;

11) Dokumen usulan penganggaran untuk satu tahun setelah penyusunan RKBMN;

12) Surat Pernyataan Atas Pemeliharaan Atas BarangTambahan; dan 13) Surat Keterangan Kebenaran Digital.

b. Tingkat Wilayah

1) Surat pengantar yang ditandatangani oleh pimpinan KantorWilayah;

2) SPTJM yangditandatanganioleh pimpinan KantorWilayah;

(28)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIKINDONESIA

-24 -

3) Rekapitulasi RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak aplikasi SIMAN, yang ditandatangani oleh pimpinan Kantor Wilayah;

4) Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak aplikasi SIMAN, yang ditandatangani oleh pimpinan Kantor Wilayah;

5) Rekapitulasi RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang ditandatangani oleh pimpinan KantorWilayah; dan

6) Rekapitulasi Laporan Realisasi Penghapusan BMN pada tahun berjalan dari seluruh Kuasa Pengguna Barang yang berada dalam wilayah kerjanya

.

c

.

Tingkat Eselon I

1) Surat pengantar yang ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala BiroUmum

/

Sekretaris LNSW;

2) SPTJM yang ditandatangani Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro

Umum

/

Sekretaris LNSW;

3) Rekapitulasi RKBMN Pengadaan tingkat Eselon I hasil cetak aplikasi SIMAN, yang ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW;

4) Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I hasil cetak aplikasi SIMAN, yang ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala Biro Umum

/

Sekretaris LNSW;

5) Rekapitulasi RKBMN-PKP tingkat Eselon I yang ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I

/

Kepala BiroUmum

/

SekretarisLNSW;

6) Rekapitulasi Laporan Realisasi Penghapusan BMN pada tahun berjalan dari seluruh Kantor Wilayah;dan

7) Laporan Penyediaan Anggaran dalam hal terdapat kebutuhan barn dan penyediaan anggaran angka dasar (baseline) dalam rangka rencana pengadaan dan

/

atau rencana pemeliharaan BMN dilakukan berdasarkan mekanisme penganggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan karena kondisi daruratatau kondisilainnya

.

d. Tingkat Pengguna Barang

1) Surat pengantar yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang memperoleh pelimpahan wewenang dari Pengguna Barang;

2) SPTJM yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang memperoleh pelimpahan wewenangdari Pengguna Barang;

3) Rekapitulasi RKBMN Pengadaan hasil cetak aplikasi SIMAN yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang memperoleh pelimpahan wewenang dari Pengguna Barang;

4) Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan hasil cetak aplikasi SIMAN yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang memperoleh pelimpahan wewenang dari Pengguna Barang; dan

5) Laporan hasil review APIP yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang

.

I

(29)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDO

Gambar

( 3) foto bangunan dan bagian bangunan yang akan disewakan ;

Referensi

Dokumen terkait

Kolom (3) diisi dengan indikator kinerja unit kerja eselon II/UPT dari masing- masing sasaran strategis sesuai dengan dokumen rencana strategis;.. Kolom (4) diisi dengan angka

Telah dilakukan evaluasi kualifikasi dokumen “Pengadaan Pakian Seragam & Kelengkapan Atribut Mahasiswa Politeknik Kesehatan Maluku”, di pusat informasi data dan

1) usulan dilakukan oleh Pejabat eselon I selaku penanggung jawab pelaksanaan pengumpulan data kinerja sesuai jenis spesifik datanya, disertai dengan data dukung sebagai

Revoke Internal adalah Pencabutan sertifikat elektronik yang didasarkan pada Mutasi Pejabat/Pegawai antar unit Eselon I atau unit Non Eselon yang bertanggung jawab kepada

1) usulan dilakukan oleh Pejabat eselon I selaku penanggung jawab pelaksanaan pengumpulan data kinerja sesuai jenis spesifik datanya, disertai dengan data

C. Apabila koordinasi dengan unit in charge Eselon I telah selesai dilakukan dan data referensi telah sesuai, Eselon I mengajukan Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening Induk

Evaluasi teknis dilakukan dengan membandingkan kelengkapan dan kesesuaian persyaratan teknis yang dilampirkan dengan persyaratan teknis dalam dokumen pengadaan.. Dan

1) usulan dilakukan oleh Pejabat eselon I selaku penanggung jawab pelaksanaan pengumpulan data kinerja sesuai jenis spesifik datanya, disertai dengan data dukung sebagai