• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kok tidak ada sampah plastik? = kok ora ono sampah plastik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kok tidak ada sampah plastik? = kok ora ono sampah plastik"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kok Tidak Ada Sampah Plastik?

Kok Ora Ana Sampah Plastik?

Penulis: Eka Sugeng Ariadi Penerjemah: Isa Asmaul Khusna Ilustrator: Sandro

Bahan Bacaan untuk Pembaca Awal | Seri Terjemahan

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

(3)

Kok Tidak Ada Sampah Plastik?

Kok Ora Ana Sampah Plastik?

© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang, 2022 Penulis

Eka Sugeng Ariadi Penerjemah Isa Asmaul Khusna Penelaah

Wawan Eko Yulianto Penyunting

Dalwiningsih Ilustrator Sandro Penata Letak Alra Ramadhan

Diterbitkan oleh

BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752

Cetakan Pertama, November 2022 ISBN: 978-602-8334-78-5

Katalog Dalam Terbitan (KDT) 899.222 3

KOK KOK TIDAK ADA SAMPAH PLASTIK?/Eka Sugeng Ariadi K cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022

iv + 26 hlm; 22 x 28 cm

(4)

Kata Pengantar

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

Salah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sa- ngat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan bu- daya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplemen- tasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pem- bacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasil- nya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.

Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas.

Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tek- nologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke ba- hasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.

Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap ber- fokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me- mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, di- gital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud.

Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini.

Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.

Sidoarjo, 1 Oktober 2022

(5)

Kata Pengantar iii Daftar Isi v Kok Ora Ana Sampah Plastik?

Kok Tidak Ada Sampah Plastik?

1

Penulis 25 Penerjemah 25 Ilustrator 25

Daftar Isi

(6)

Kok Tidak Ada Sampah Plastik?

Kok Ora Ana Sampah Plastik?

Penulis: Eka Sugeng Ariadi Penerjemah: Isa Asmaul Khusna

(7)

Ciiittt...gedebukkk...

“Ya ampun Booobbb...,” Sakti mbengok.

“Adhuuhhh..adhuuhhh,” Bobi njerit karo ngulat-ngulet ngrasakake lara.

Cit... gedebuk...

“Ya ampun, Bob!” teriak Sakti.

“Aduh... aduh,” Bobi menjerit sambil berjingkat-jingkat kesakitan.

CIIIITT... GEDEBUKKK...

(8)

“Mulane ngati-ngati yen mlaku, ben ora kepleset terus,” tuture Sakti.

“Adhuuuhhh... sopo seehhh sing mbuwang plastik panganan sembarangan iki?”

Bobi nggrundel.

“Makanya hati-hati kalau jalan, biar tidak terpeleset terus,” ujar Sakti.

“Aduh! Siapa sih yang buang sampah plastik sembarangan seperti ini?” Bobi menggerutu.

(9)

“Sak, yen aku ketemu kanca-kanca sing mbuwang sampah plastik sembarangan, arep tak laporake nang Kepala Sekolah,” ucap Bobi amarga nesu bolak-balik kepleset plastik.

“Sakti, kalau aku menemukan teman-teman yang buang sampah plastik sembarangan, mau kulaporkan ke Kepala Sekolah,” kata Bobi karena kesal berkali-kali terpeleset plastik.

(10)

Sakti nglamun tur mesaake kancane sing sering kepleset plastik.

Nanging ora dianggep masalah gedhe karo Kepala Sekolah lan Petugas Kebersihan.

Sakti merenung dan merasa kasihan pada temannya yang sering terpeleset plastik. Sayangnya, hal itu tidak dianggap sebagai masalah besar oleh Kepala Sekolah dan Petugas Kebersihan.

(11)

“Bob, aku kudu nggolek info ing YouTube piye carane manfaatake sampah plastik” ucape Sakti.

“Sakarepmu, pokoke aku arep nglaporake kanca-kanca sing buwang sampah sembarangan, TITIK,” ucape Bobi ketus.

“Bob, aku harus cari info di YouTube tentang cara memanfaatkan sampah plastik,” kata Sakti.

“Terserah kamu saja, pokoknya aku mau melaporkan

teman-teman yang buang sampah sembarangan itu, titik!”

jawab Bobi ketus.

(12)

Ing wayah sore, Sakti banjur nyekel HP ing kamare lan ngetik piye carane ngatasi sampah plastik.

“Ahaaa...ide apik iki, ecobrick,” bathine Sakti sorak. “Sesuk,

aku kudu ngajak Bobi nglumpukake sampah plastik sing pating slebar ing sekolahan,” ucape kanti semangat.

Sore hari, Sakti mengambil HP di kamarnya dan mengetik bagaimana cara mengatasi sampah plastik.

“Aha! Ide bagus ini, ecobrick,” sorak Sakti dalam hati. “Besok aku harus ajak Bobi mengumpulkan sampah plastik yang berserakan di sekolah,” ucapnya bersemangat.

(13)

Wayah jam istirahat pelajaran, Sakti lan Bobi wis dhiskusi serius. “Oalah Sak.. Sak, aku sing kepleset kok malah diajak ngumpulake sampah plastik... arep digawe obrak-abrik,”

protes Bobi.

“Husss..ngawur! dudu obrak-abrik nanging ecobrick,” ucape Sakti.

Pada jam istirahat pelajaran, Sakti dan Bobi sudah berdiskusi serius. “Oalah Sakti-Sakti, aku yang terpeleset kok ya justru diajak mengumpulkan sampah plastik, mau dibuat obrak-abrik,”

protes Bobi.

“Hus, sembarangan! Bukan obrak-abrik, tapi ecobrick,” bantah Sakti.

(14)
(15)

“Wes ta, aja kakean pitakon. Saiki, ayo mulai ngumpulake sampah plastik, terus dititipke dhisik ing ruangane Petugas

Kebersihan Sekolah,” wangsule Sakti.

“Sudahlah, jangan kebanyakan tanya.

Sekarang, ayo mulai kumpulkan sampah plastik, lalu kita titipkan dulu di ruangan Petugas Kebersihan Sekolah,” balas Sakti.

(16)
(17)

Sawise bubar jam sekolah, sampah plastik banjur digawa mulih lan disimpen ing omah.

“Iki oleh rong kresek sampah, siji tak gawa mulih, sijine gawanen ya Bob?” penjaluke Sakti.

“Emooohhh, awakmu wae sing nyimpen kabeh,” sahute Bobi. Bobi ora gelem repot lan melu-melu nyimpen sampah plastik.

Sepulang sekolah, sampah plastik yang sudah terkumpul kemudian dibawa pulang dan

disimpan di rumah. “Ini dapat dua kantong sampah, satu kubawa pulang, satunya lagi kamu yang bawa ya, Bob?” pinta Sakti.

“Gak mau, kamu saja yang simpan semuanya,”

sahut Bobi. Bobi tidak mau repot ikut menyimpan sampah plastik.

(18)

Saben dina, saben wayahe jam istirahat pelajaran, Bobi lan Sakti njupuki lan ngumpulake sampah plastik, terus diwadahi kresek, banjur mengko digawa mulih.

Setiap hari pada jam istirahat, Bobi dan Sakti mengambil dan mengumpulkan sampah plastik, lalu dimasukkan kantong plastik untuk berikutnya dibawa pulang.

(19)

Suwi-suwi kanca-kancane padha ngrasani bocah loro iki kaya pemulung sampah anyaran ing sekolahan. Petugas Kebersihan uga ngguyoni, “Bob, kowe duwe cita-cita dadi pemulung ta?”

“Wadhuuuhhh, amit-amit nggih Paakkk, kula niki kepingin dadi pilot lho,” jawabe Bobi sewot. Sakti ing pinggire namung

mesam-mesem. Sing penting sampah plastik ing sekolahane bisa suda saben dina.

Lama-kelamaan, teman-teman banyak membicarakan kedua anak ini karena terlihat seperti pemulung baru di sekolah.

Petugas kebersihan pun turut meledek, “Bob, kamu punya cita-cita jadi pemulung, ya?”

“Duh! Ya tidak lah, Pak! Saya ini ingin jadi pilot, lho,” bantah Bobi geram. Sakti yang berada di sampingnya hanya bisa senyum-senyum sendiri. Yang terpenting sampah plastik di sekolahnya bisa berkurang dari hari ke hari.

(20)
(21)

Pas oleh seminggu, sampah plastik wis ana 12 kresek, wayahe digawe ecobrick. “Piye iki carane nggawe ecobrick?” takone Bobi penasaran.

Genap seminggu berlalu, sampah plastik sudah terkumpul 12 kantong besar, saatnya dibuat menjadi ecobrick.

“Bagaimana cara membuat ecobrick?” tanya Bobi penasaran.

(22)

“Rungokno yo, Bob! Sepisan, kabeh plastik iki kudu diumbah nganti bersih, banjur dipepe nganti garing. Botol-botol sing digawe wadahe ya diresiki. Yen wis resik kabeh, plastik-plastik iki dilebokne botol nganti kebak. Carane ben kebak, dilebokne nganggo alat kayu iki,” Sakti jelaske.

“Dengarkan ya, Bob! Pertama, semua plastik ini harus dicuci sampai bersih, lalu dijemur sampai kering. Botol-botol yang dibuat wadahnya juga dibersihkan. Kalau sudah bersih semua, plastik-plastik ini dimasukkan ke botol sampai penuh. Biar penuh, memasukkannya pakai alat kayu ini,” jelas Sakti.

(23)

“Oalah, gampang tibake,” jawabe Bobi.

“Ojo gampang-gampang wae, ayo cepetan dicoba!” ajake Sakti.

“Oalah, mudah ternyata,” jawab Bobi.

“Jangan cuma bilang mudah saja, ayo dicoba!” ajak Sakti.

(24)

Ora nganti suwe, Bobi mbengok “Yeeee... aku wis oleh sak botol ecobrick.” Bobi pamer botol ecobrick kelawan jingkrak-jingkrak seneng.

“Kene tak priksa dhisik!” tuture Sakti.

Tidak lama kemudian, Bobi berteriak, “Hore! Aku sudah dapat satu botol ecobrick!” Bobi memamerkan botol ecobrick sambil jingkrak-jingkrak kesenangan.

“Sini, biar aku periksa dulu!” tutur Sakti.

(25)

Kreekkk... kreeekkk...

“Lhooo... kok ana unine kreeekkk..kreekkk?” pitakone Sakti.

“Ya mesti ta, Sak, jenenge botol yen diremet ya ana unine kreekkk.. kreekk,” jawabe Bobi ketus.

“Nah, kuwi ecobrick sing salah. Sing bener kuwi ora nganti muni senajan diremet-remet,” jelase Sakti.

“Oalahhh...angele yaa,” jawabe Bobi karo ngukur-ngukur sirahe.

Krek... krek....

“Lho, kok ada bunyi krek-krek-nya?” tanya sakti.

“Ya, pasti lah, Sakti, namanya juga botol plastik, kalau ditekan ya ada suaranya krek-krek,” ketus Bobi.

“Nah, itu ecobrick yang masih keliru. Kalau sudah benar itu tidak berbunyi meskipun ditekan-tekan,” jelas Sakti.

“Oalah... susah ternyata ya,” jawab Bobi sambil menggaruk-garuk kepalanya.

KREEKKK...

KREEKK...

(26)

Ing dina Minggu iki Sakti lan Bobi namung bisa gawe sak botol ecobrick sing bener amarga angel olehe ngebaki lan madheti botole. Bocah loro iki sepakat yen saben dina Minggu gawe sak botol. Saiki wis oleh sewulan, dadi jumlahe wis oleh 4 botol.

Pada hari Minggu ini Sakti dan Bobi hanya bisa membuat satu botol ecobrick yang benar karena sulit untuk membuat botol terisi penuh dan padat. Kedua anak ini pun sepakat jika tiap hari Minggu akan membuat satu botol saja. Sekarang sudah genap sebulan, sehingga jumlahnya sudah dapat 4 botol.

KREEKKK...

KREEKK...

(27)

Saiki, dina Senin, kaya biasane ing sekolahe Bobi lan Sakti

wayahe upacara bendera. Ing pertengahan pidato, Kepala Sekolah ngersaake maringi hadiah kanggo Petugas Kebersihan amarga halaman sekolah tambah dina tambah resik ora katon sampah plastik.

Sekarang hari Senin, seperti biasa di sekolah Bobi dan Sakti mengadakan upacara bendera. Di tengah pidato, Kepala Sekolah ingin memberi hadiah untuk Petugas Kebersihan karena halaman sekolah semakin hari semakin bersih tanpa adanya sampah plastik.

(28)

Ora nyana, Petugas Kebersihan ora gelem diparingi lan

jujur matur marang Kepala Sekolah menawi ingkang paling berjasa mundhuti sampah-sampah plastik menika, Bobi lan Sakti. “Oh ngaten. Bobi karo Sakti, ayo maju pisan nang

kene,” Kepala Sekolah ngendikan.

Tidak diduga, Petugas Kebersihan menolak diberi hadiah dan jujur mengatakan pada kepala sekolah bahwa yang

paling berjasa mengambil sampah-sampah plastik itu adalah Bobi dan Sakti. “Oh begitu. Bobi dan Sakti, ayo maju

sekalian ke sini,” perintah Kepala Sekolah.

(29)

“Bocah-bocah, ayo padha nyonto tumindake Bobi lan Sakti.

Sakti, coba critakake digawe opo sampah-sampah plastik kuwi?”

prentah Kepala Sekolah. Sakti banjur crita akeh ngenani keplesete Bobi nganti ide gawe ecobrick sing uga akeh pisan manfaate.

“Anak-anak, mari kita tiru tindakannya Bobi dan Sakti. Sakti, coba ceritakan, digunakanan untuk apa sampah-sampah plastik itu?” perintah Kepala Sekolah. Sakti kemudian banyak bercerita tentang terpelesetnya Bobi hingga munculnya ide pembuatan ecobrick yang ternyata banyak pula manfaatnya.

(30)

Eka Sugeng Ariadi, lahir di Pasuruan, tanggal 12 Agustus 1980. Saat ini berprofesi sebagai guru dan mengabdi di MAN 1 Pasuruan. Di sela rutinitas mengajar, taklupa me- manfaatkan waktu luang untuk terus belajar menulis artikel, opini, cerpen, dan puisi. Saya tentu sangat senang bila pembaca di mana pun berada berkenan untuk sa- ling berbagi ilmu khususnya seputar dunia menulis dan literasi melalui nomor WA 083835110533 atau email:

[email protected].

Penulis

Penerjemah

Ilustrator

Isa Asmaul Khusna, lahir di Kediri 12 Maret 1999. Pernah menerbitkan kumpulan cerita pendek berjudul Saini dan Cerita-Cerita Lainnya pada tahun 2019. Saat ini masih bergiat di FLP Kediri dan menekuni profesi sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP International Islamic School PSM Kediri. Penerjemah dapat dihubungi melalui surel [email protected].

Sandro aktif berteater dan kegiatan kreatif lainnya. Ke- senangannya menggambar digunakan untuk mengobati stres. Baginya, goresan dapat melepaskan stres. Lahir di Pacitan, 2 Juni 1993, dan menamatkan pendidikan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Malang, saat ini bercita- cita mementaskan cerita Na Willa dalam bentuk drama musikal.

(31)
(32)

Referensi

Dokumen terkait