KOLONIALISME DAN PERLAWANAN BANGSA INDONESIA
ACEH VS PORTUGIS & VOC
Yang melatarbelakangi nya ialah pada saat Perdagangan di Aceh ramai pasca penguasaan Portugis di Malaka shg Portugis berkehendak menghancurkan Aceh
Tahun 1523 (Henrigues) dan 1524 (de Sauza), Portugis melancarkan serangan ke Aceh
Munculnya perlawanan rakyat Aceh
Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1518) Membebaskan Aceh dr kekuasaan Portugis
Sultan Alaudin Riayat Syah (1537-1568) Menentang Portugis dgn bantuan Johor
Sultan Iskandar Muda (1607-1639) Menyerang Portugis ke Malaka
Hubungan Aceh dan Portugis semakin memburuk akibat campur tangan dari pihak VOC
VOC mengusir Portugis dari Malaka dan akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641
Tujuan VOC mengusir Portugis dari Malaka :
Belanda ingin menguasai Malaka dari aspek politik dan ekonomi
Belanda ingin memperluas akses seluas-luasnya bagi pengusaha-pengusaha asing untuk melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia
Belanda ingin membebaskan pulau-pulau yang potensial SDA dari negara-negara lain termasuk Portugis
SULTAN AGUNG VS JP COEN
Sultan Agung adalah raja dari Kerajaan Mataram saat Mataram mencapai zaman keemasan. Sultan Agung bercita-cita ingin mempersatukan seluruh tanah Jawa, dan mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara. Sultan Agung sangat menentang keberadaan kekuatan VOC di Jawa. Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia.
Serangan Pertama
Pada tanggal 22 Agustus 1628 Pasukan Mataram, dibawah pimpinan Tumenggung Bahureksa yang diutus oleh Sultan Agung, menyerang Batavia.
Pasukan Mataram berusaha membangun pos pertahanan, tetapi kompeni VOC menghalangi, sehingga terjadi pertempuran.
Bahkan pasukan lain membantu, seperti pasukan Sura Agul-Agul yang dibantu oleh Kiai Dipati Mandurareja dan Upa Santa, serta laskar orang- orang Sunda pimpinan Dipati Ukur. Dalam serangan pertama ini, Tumenggung Bahureksa gugur.
Terjadilah pertempuran sengit antara pasukan Mataram melawan tentara VOC di berbagai tempat. Tetapi kekuatan tentara VOC dengan senjatanya jauh lebih unggul, sehingga dapat memukul mundur semua lini kekuatan pasukan Mataram. Dengan demikian serangan tentara Sultan Agung pada tahun 1628 itu belum berhasil.
Serangan Kedua
Pada serangan kedua 1629, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya. Tetapi informasi ini diketahui VOC, sehingga VOC berhasil menghancurkan kapal-kapal, rumah penduduk dan lumbung pasukan Mataram.
Pasukan Mataram pantang menyerah, terus berusaha mengepung Batavia, dan akhirnya berhasil menghancurkan Benteng Hollandia, dan mengepung Benteng Bommel. Pada saat itu pula, tepatnya 21 September 1629, J.P. Coen meninggal karena penyakit kolera. Tetapi hal ini malah semakin membakar semangat Belanda, sehingga serangan pasukan Mataram kedua juga gagal.
Dengan kegagalan pasukan Mataram menyerang Batavia, membuat VOC semakin berambisi untuk terus memaksakan monopoli dan memperluas pengaruhnya di daerah-daerah lain.
PERLAWANAN BANTEN
Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar tahun 1650-an, Banten mulai mengalami perkembangan pesat dan menjadi daerah yang populer.
Kondisi ini kemudian membuat VOC tertarik untuk memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa, termasuk Banten.
Untuk bisa mengambil alih wilayah Banten, VOC melakukan Devide et Impera atau Politik Adu Domba. VOC menghasut putra mahkota Sultan Haji untuk merebut kekuasaan sang ayah, Sultan Ageng Tirtayasa. Kala itu, Sultan Haji sedang tidak akur dengan sang ayah.
Terjadilah perjanjian antara VOC dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten.
Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa sejak lama memang sudah menentang politik pemerintah Hindia Belanda. Hal ini disebabkan tindakan monopoli perdagangan yang dilakukan VOC. Oleh sebab itu, Sultan Ageng Tirtayasa memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap VOC.
Sebanyak dua kapal Belanda dirusak oleh Banten, kebun-kebun tebu di daerah Angke- Tangerang milik Belanda juga dirusak, sehingga VOC terpaksa menutup kantor dagangnya
Sultan Ageng Tirtayasa segera mengumpulkan bekal dan kekuatan untuk kembali merebut Istana Surosowan. Satu tahun berselang, pasukan Sultan Ageng berhasil mendesak pasukan Sultan Haji pada 1682. Sultan Haji yang mulai kewalahan berusaha meminta bantuan kepada VOC.
Bersama dengan VOC, Sultan Haji mampu meredam perlawanan dan memukul mundur pasukan Sultan Ageng sampai ke Bogor. Pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC pada 1683. Ia pun langsung dibawa ke Batavia dan dijadikan sebagai tahanan. Setelah Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan, Sultan Haji naik menjadi Raja Banten.
Dengan tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa, perlawanan rakyat Banten terhadap VOC pun usai.