• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PADA MATERI BENTUK BENTUK PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA DALAM MENENTANG KOLONIALISME BANGSA BARAT PERIODE SESUDAH TAHUN 1800

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PADA MATERI BENTUK BENTUK PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA DALAM MENENTANG KOLONIALISME BANGSA BARAT PERIODE SESUDAH TAHUN 1800"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PADA MATERI BENTUK-BENTUK PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA DALAM MENENTANG KOLONIALISME BANGSA BARAT PERIODE SESUDAH TAHUN 1800

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Arif Widayanto NIM. 3101407001

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia Ujian Skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ba‟in, M.Hum Dra. Santi Muji Utami, M.Hum NIP.19630706 199002 1 001 NIP.19650524 199002 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sejarah

Arif Purnomo, SS., S.Pd., M.Pd NIP. 19730131 199903 1 002

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum NIP. 19631215 198901 1 001

Penguji I Penguji II

Drs. Ba’in, M. Hum Dra. Santi Muji Utami, M.Hum NIP.19630706 199002 1 001 NIP.19650524 199002 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M. Pd

NIP. 19510808 198003 1 003

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan yang lain terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik.

Semarang, Juni 2011

Arif Widayanto NIP. 3101407001

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

Orang sukses adalah orang yang tidak pernah berpikir dirinya kalah,ketika ia

terpukul jatuh (gagal) ia bangkit kembali,belajar dari kesalahannya dan bergerak

maju menuju inovasi yg lebih baik.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

 Ibu dan Bapak tercinta (Sofiah dan Muhammad Teguh, S.Pd), terima kasih atas kasih sayang dan do‟a yang selalu menyertaiku, semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu tanda baktiku.

 Rainbow tersayang (Reni Handayani) yang selalu memberikan motivasi dan saran untuk selalu bersemangat serta ingat pada Allah SWT.

 Kakakku Puji, dan adikku Vita, Diah, Via dan Artha yang selalu mendo‟akanku.

 Keluarga Besar Kyai H. Sairozi dan H. Sulichan serta Hj. Rumiyatin yang selalu mendo‟akan dan memberi motivasi untuk menjadi lebih baik.

 Teman-teman pendidikan sejarah angkatan 2007 dan Tim JAC yang kompak.

 Semua orang yang telah mendidik dan mengajarkanku bagaimana berilmu dan berahlak mulia.

 Almamaterku

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung skripsi ini tidak dapat terwujud. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Satroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di kampus tercinta ini

2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES yang telah memberikan ijin penelitian

3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd Ketua Jurusan Sejarah FIS UNNES yang telah memberikan ijin penelitian

4. Prof. Dr. Ph Dewanto, M.Pd (Alm.) mantan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi

5. Drs. Ba‟in, M.Hum Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi

(7)

6. Dra. Santi Muji Utami, M.Hum Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi

7. Sri Sudartono, S.Pd, M.Pd Kepala SMP Negeri 3 Magelang yang telah memberikan ijin penelitian

8. Sri Sundari, S.Pd Guru IPS Sejarah kelas VIII yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian

9. Djoko Suryo TNC selaku pengelola Museum Diponegoro Kota Magelang yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian di Museum Diponegoro

10.Para Siswa SMP Negeri 3 Magelang kelas VIII C dan VIII E yang bersedia menjadi sampel penelitian

11.Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis yakin bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin

Semarang, Juni 2011 Peneliti

Arif Widayanto NIM. 3101407001

(8)

SARI

Widayanto, Arif. 2011. “Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun

Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Ba‟in, M.Hum. Pembimbing II : Dra. Santi Muji Utami, M.Hum. 93 halaman.

Kata Kunci : Pemanfaatan Museum, Sumber Belajar Sejarah, Hasil Belajar Hasil belajar dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh beberapa faktor diantaranya pemahaman materi. Untuk dapat mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 maka diperlukan penelitian kebih lanjut. Hasil observasi menunjukan bahwa proses pembelajaran sejarah masih konvensional dan kurang memanfatkan sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sehingga hasil belajar masih rendah. Pemanfaatan sumber belajar sejarah dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Museum Diponegoro Kota Magelang.

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011? (2) Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Museum Diponegoro terhadap peningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi dan masukan tentang pentingnya pemanfaatan Museum untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Eksperimen, yaitu ada perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen agar dapat dilihat perbedaannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Magelang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan Randomized Control Group Pretes-Postest Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas kontrol dan siswa kelas VIII E adalah kelas Eksperimen.

Peningkatan hasil belajar yang lebih baik ditunjukan pada kelas eksperimen, yaitu nilai rata-rata hasil post tes kelas eksperimen sebesar 7,423 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 5,76. Dari hasil uji-t didapatkan thitung = 6,49662 > ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui pemanfaatkan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah dengan materi bentuk-bentuk

(9)

perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 lebih efektif dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa memanfaatkan museum sebagai sumber belajar.

Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar mempermudah guru dalam mengajar dan memberikan pemahaman terhadap materi pelajaran dan menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti pelajaran sejarah. Oleh karena itu, disarankan agar guru memanfaatan sumber belajar sejarah di lingkungan sekitar siswa khususnya museum lebih ditingkatkan sebagai alternatif dalam pembelajaran sejarah yang berdampak pada peningkatan hasil belajar sejarah.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ... 13

1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya ... 13

2. Sumber Belajar Sejarah ... 22

3. Pembelajaran Sejarah ... 30

4. Materi Bentuk-bentuk Perlawanan rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode sesudah Tahun 1800 ... 39

5. Hasil Belajar ... 42

(11)

B. Kerangka Berpikir ... 45

C. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 48

B. Variabel Penelitian ... 51

C. Lokasi Penelitian ... 52

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 67

1. Lokasi Penelitian ... 2. Pemanfaatan Museum Diponegoro ... 3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar ... B. Pembahasan ... BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN ... 97

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.Kegiatan Guru dan Siswa ... 44

2. Desain Openelitian Eksperimen ... 50

3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin dan Jumlah Guru ... 71

4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 72

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1.Daftar Nama Siswa Kelas VIII E Kelompok Eksperimen ... 98

2.Daftar Nama Siswa Kelas VIII C Kelompok Kontrol ... 99

3.RPP Kelas Eksperimen ... 100

4.RPP Kelas kontrol ... 107

5.Kisi-kisi Soal Uji Coba Test ... 112

6.Soal Uji Coba Test ... 113

7.Kunci Jawaban Soal Uji Coba Test ... 121

8.Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 122

9.Perhitungan Validitas Butir Soal ... 126

10.Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 128

11.Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test ... 129

12.SoalPre Test dan Post Test ... 130

13.Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test ... 136

14.Data Hasil Pre Test antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 137

15.Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Eksperimen ... 138

16.Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Kontrol ... 139

17.Uji Kesamaan Data Nilai Pre Test Antara kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 140

18.Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Pre Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 141

19.Data Nilai Hasil Post Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 142

20.Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Eksperimen ... 143

21.Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Kontrol ... 144

22.Uji Kesamaaan Data Nilai Pre Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 145

(14)

23.Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Post test Antara kelompok

Eksperimen dan Kontrol ... 146

24.Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala SMP Negeri 3 Magelang ... 147

25.Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala Museum Diponegoro ... 148

26.Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 3 Magelang ... 149

27.Surat Rekomendasi dari Museum Diponegoro ... 150

28.Dokumentasi Penelitian ... 151

29.Dokumentasi Museum Diponegoro dan Koleksi-koleksinya ... 155

30.CD Koleksi-koleksi Museum Diponegoro ... 164

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Museum merupakan suatu bangunan yang menyimpan koleksi hasil karya dan prestasi masyarakat di masa lampau. Museum dapat juga berbentuk suatu situs atau lingkungan fisik tertentu. Benda-benda koleksi di museum merupakan sumber informasi dan bukti konkrit bagi masyarakat mengenai kehidupan pada masa lampau.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 766) museum berarti gedung yang digunakan sebagai pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Menurut ICOM (International Council of

Museums) museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari

keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3).

Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan

(16)

budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi sampai ke fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas.

Museum sebagai suatu institusi yang menyajikan berbagai hasil karya dan cipta serta karsa manusia pada masa lampau, merupakan tempat yang tepat sebagai sumber pembelajaran sejarah. Keberadaan museum akan menjadi lebih berarti jika dikaitkan dengan pendidikan sejarah, karena museum memberikan fasilitas belajar yang sangat menguntungkan dan merupakan bagian sumber belajar sejarah yang nyata.

Melalui benda-benda koleksi yang dipamerkan di Museum, siswa dapat belajar tentang nilai dan perhatian serta kehidupan generasi pendahulu sebagai bekal di masa kini dan gambaran untuk kehidupan di masa mendatang. Benda-benda koleksi di museum dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa.

(17)

Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang tersebut berada dalam perlindungan dan pengawasan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.

Salah satu museum yang terdapat di Kota Magelang adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro terletak di Karesidenan Magelang, bagian barat laut kota Magelang. Museum Diponegoro dahulunya merupakan kamar rumah Residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock. Tetapi dalam perundingan Pangeran Diponegoro dijebak dan akhirnya di tangkap Belanda pada 25 Maret 1830.

Untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro, maka kamar tempat Pangeran Diponegoro dijebak dijadikan Museum Kamar Pengabadian Pangeran Diponegoro. Museum Diponegoro menyimpan bukti-bukti atau peninggalan sejarah dari Pangeran Diponegoro yang ditangkap secara licik dalam suatu perundingan dengan Belanda, antara lain :

1. Kamar, yaitu kamar di rumah Residen Kedu tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda, dan merupakan tempat Pangeran Diponegoro ditangkap.

(18)

Menurut cerita guratan tersebut adalah bekas guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarahnya terhadap kelicikan Belanda.

3. Jubah, adalah jubah Pangeran Diponegoro yang dipakai pada saat berunding dengan Belanda. Jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35 m terbuat dari kain shantung dari negeri Tiongkok.

4. Kitab Tahrib.

5. Gambar lukisan Pangeran Diponegoro, yang merupakan reproduksi dari lukisan aslinya yang disimpan oleh P. Pudjokusumo di Yogyakarta. Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal namanya.

6. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai untuk sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal (Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru agama Islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii.

7. Teko atau poci, yaitu benda milik pribadi Pangeran Diponegoro yang dipakai beliau pada saat masih berada di Bantul.

(19)

9. Lukisan karya Raden Saleh, yaitu lukisan reproduksi merupakan suasana penangkapan Pangeran Diponegoro di depan Gedung Karesidenan Kedu di Magelang.

10.Lukisan karya Dr. Daud Yusuf, yaitu lukisan reproduksi Pangeran Diponegoro dalam suasana perang.

11.Lukisan karya Hendrajasmoko, yaitu lukisan Pangeran Diponegoro mengendarai kuda Kyai Gentayu melintasi Sungai Progo.

Benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum Diponegoro merupakan sumber belajar dan informasi konkrit bagi siswa. Bangunan Museum Diponegoro tidak diubah banyak, bentuknya masih seperti bangunan kuno, sehingga kharisma Pangeran Diponegoro masih sangat terasa. Museum Diponegoro dengan koleksi-koleksi peninggalan sejarah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah.

(20)

karena melalui jejak-jejak itu murid akan mudah memvisualisasikan peristiwanya.

Di dalam Sejarah terkandung beberapa aspek yang perlu kita pelajari, yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Aspek-aspek ini perlu dipelajari dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini akan bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi di dalam masyarakat apada masa yang akan datang. Oleh karena itu belajar sejarah memberikan pengalaman yang berguna bagi kehidupan kita (Soewarso, (2000: 27).

Pendidikan Sejarah memberikan pengertian kepada masyarakat tentang makna dari peristiwa masa lampau. Sehingga pendidikan sejarah yang dilaksanakan berdasarkan pemahaman dan kearifan maka dapat membantu mewujudkan generasi yang sadar sejarah dan bijaksana dalam menanggapi masa lampau agar dapat menata masa depan secara lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan sejarah mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia.

(21)

penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; (4) menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses tumbuhnya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang; (5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di implementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun internasional.

Metode pengajaran merupakan salah satu aspek penting bagi keberhasilan pengajaran sejarah. Problem mendasar dalam pengajaran sejarah di sekolah-sekolah adalah metode pengajaran yang kurang menarik bagi siswa. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Guru cenderung tetap memilih ceramah bervariasi, malas dalam berinovasi mengembangkan strategi pembelajaran sejarah dan kurang variatif dalam menggunakan metode-metode pembelajaran sejarah.

(22)

siswa dapat digunakan guru sebagai cara untuk menggambarkan dan mengantarkan suatu peristiwa sejarah (Isjoni, 2007: 15).

Bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan terjadinya suatu peristiwa sejarah, misalnya yang terdapat di museum, monumen ataupun berupa situs sejarah merupakan sumber belajar yang dapat memudahkan siswa memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sejarah yang didasarkan pada situasi dunia nyata, mendorong siswa agar mampu menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya hasil belajar meningkat.

(23)

pemanfaatan Museum Diponegoro ini berkaitan dengan materi pelajaran sejarah yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dengan kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”.

Pemanfaatan Museum akan memberi banyak pengalaman terutama untuk membuktikan bahwa yang dibaca dalam buku adalah benar, yaitu melalui observasi di Museum Diponegoro Kota Magelang. Melalui pemanfaatan sumber-sumber belajar berupa museum inilah kemudian akan dibangun siswa yang bukan hanya mampu mengerti lewat buku, akan tetapi juga mengembangkan siswa yang memiliki ide-ide hasil dari pemanfaatan museum. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan kejenuhan dalam pembelajaran sejarah.

(24)

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul “Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi

Bentuk-Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme

Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran

2010/2011”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011?

2. Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C?

C. Tujuan Penelitian

(25)

1. Mengetahui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011.

2. Mengetahui pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar siswa SMP Negeri 3 Magelang. b. Untuk memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan

memberi konstribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya sejarah. 2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : a. Bagi Guru

(26)

2) Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan keterampilan memilih media pembelajaran yang bermutu dan bermanfaat dalam proses pembelajaran

b. Bagi Siswa

1) Siswa lebih termotivasi untuk belajar sejarah dan mudah penyerapan materi pelajaran sejarah

2) Siswa lebih mengenal Museum Diponegoro sebagai sumber belajar c. Bagi Dunia Pendidikan

1) Data hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbang dan saran dalam penerapan metode pemebelajaran yang sesuai dan efektif dalam memajukan dunia pendidikan.

2) Dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.

d. Bagi Museum

1) Dapat meningkatkan motivasi pengelola Museum Diponegoro Magelang untuk berperan aktif dalam dunia pendidikan.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya.

Museum berasal dari kata bahasa Yunani museion yaitu bangunan yang dipersembahkan oleh sembilan dewa kepada Muze putra Zeus sebagai pelindung dari sembilan dewa pengetahuan dan seni. Dalam

museion terdapat benda-benda persembahan berupa barang-barang seni,

bukti-bukti analisis temuan ilmu pengetahuan, dan benda-benda budaya lainnya. Museion ini kemudian berkembang menjadi rumah penyimpanan benda-benda warisan budaya yang selanjutnya berkembang menjadi museum ( Joharnoto dkk., 2005 : 1).

Menurut ICOM (International Council of Museum) museum adalah suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, dan dalam perkembangannya terbuka untuk umum, yang berfungsi mengawetkan, mengomunikasikan, dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3).

Ada beberapa pembagian museum. Menurut koleksinya museum dibedakan menjadi dua yaitu museum umum adalah museum yang

(28)

koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya dengan dua atau lebih cabang seni, cabang ilmu atau cabang teknologi, dan museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Menurut lokasinya museum dibagi menjadi tiga, yaitu museum nasional, museum lokal, dan museum provinsi. Menurut penyelenggaranya, museum dapat dibagi menjadi Museum pemerintah dan Museum Swasta. Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah. Museum pemerinyah ini dibagi menjadi dua, yaitu museum yang dikelola pemerintah daerah dan yang dikelola pemerintah pusat. Museum Swasta adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta (Depdikbud, 2000: 25-27).

Dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa.

(29)

hal ini siswa dapat melihat dan mengamati secara langsung koleksi dan peninggalan-peninggalan yang ada di Museum. Koleksi yang dimiliki museum merupakan sumber belajar konkret bagi peserta didik dan dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar sejarah. Soewarso (2000: 17) menyatakan bahwa usahakan agar guru mengajar sejarah tidak hanya didalam kelas terus-menerus sehingga membosankan peserta didiknya, tetapi juga mengajar diluar kelas, seperti diajak ke tempat peristiwa sejarah di daerah sekitarnya, misalnya museum.

Magelang sebagai sebuah Kotamadya yang banyak memiliki peninggalan-peninggalan dan bukti-bukti sejarah antara lain terdapat di beberapa museum. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang dilihat dari koleksinya termasuk museum khusus yaitu museum sejarah, dilihat dari kedudukannya merupakan museum lokal dan apabila dilihat penyelenggaranya adalah museum Pemerintah yang dikelola oleh pemerintah daerah, antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang terletak di Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21 Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto

Magelang.

(30)

merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa dia singgah di kota Magelang saat terjadi perang. Museum Diponegoro Kota Magelang merupakan suatu bangunan kamar rumah residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock dan merupakan tempat tertangkapnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830, dan menandakan berakhirnya perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

Koleksi yang ada di Museum dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang. Melalui pengamatan terhadap koleksi di Museum, siswa akan mendapatkan informasi mengenai peristiwa masa lampau dan memudahkan siswa memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah seperti Museum Diponegoro ini dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya.

(31)

kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan

imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”, pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam

menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800. Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830, merupakan salah satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model Contextual Teaching And Learning. Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata, sehingga mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah sebagai mediator dan memberikan kemudahan kepada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar (Trianto, 2007: 101).

(32)

Evaluasi Pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah metode atau pendekatan belajar mengajar yang berorientasi pada pencapaian pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui penerapan pendekatan tersebut. Pendekatan yang dimaksud adalah siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari berhubungan dengan apa yang diketahui dan proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

Situasi belajar dalam pembelajaran kontekstual cukup menarik, karena kegiatan pembelajaran sejarah dikaitkan dengan dunia nyata dan lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa belajar dengan minat dan motivasi tinggi yang nantinya diharapkan memahami materi dan mempunyai kesadaran sejarah, serta memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk mata pelajaran sejarah, model pembelajaran kontekstual sangat mendukung dengan pemanfaatan situs atau museum sebagai sumber belajar sejarah.

(33)

didik langsung kepada subyek yang akan dipelajari diluar kelas. Widya Wisata membuat suasana belajar benar-benar bersifat informatif, rekreatif, dan bahkan tidak dirasakan secara langsung sebagai kegiatan belajar mengajar oleh peserta didik (Soewarso, 2000: 68).

Fungsi hubungan sumber sangat penting. Widya wisata biasanya dibuat mengarah pada tujuan yang menarik pada beberapa tempat seperti museum, badan pemerintahan, tempat-tempat sejarah dan sebagainya. Metode widya wisata sangat baik untuk menyampaikan pengajaran sejarah yang materinya terdapat dilapangan (Soewarso, 2000: 68-69).

Tujuan penggunaan widya wisata adalah sebagai berikut:

a. Merangsang peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri aspek-aspek tertentu dari obyek sejarah, sesudah guru menjelaskan secara detail

b. Melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah

c. Melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai objek sejarah

d. Menanamkan nilai moral pada peserta didik.

(34)

1. Tahap persiapan.

Tahap persiapan ini meliputi :

a) Menetapkan tujuan

b) Menetapkan obyek widya wisata

c) Menetapkan lamanya waktu widya wisata

d) Menetapkan jumlah peserta didik yang ikut widya wisata

e) Memperhtungkan, biaya , transportasi akomodasi keamanan dan sebagainya

f) Mengadakan hubungan dengan sasaran atau survei

g) Memilih cara-cara utnuk meperoleh data selama widya wisata, misalnya metode ceramah, interview dan selanjutnya menyusun laporan widya wisata.

h) Pemantapan rencana (Soewarso, 2000: 70).

2. Tahap pelaksanaan dan langkah – langkah yang dilakukan dalam obyek wisata :

(35)

b) Peserta didik secara teratur nelihat mengamati dan menanyakan tentang obyek yang sedang diteliti

c) Selesai mengadakan pengamatan obyek, pesrta didik dikumpulkan dan kalau mungkin diadakan tanya jawab atau diskusi dengan pimpinan atau petugas obyek setempat (Soewarso, 2000: 70).

3. Tahap penyelesaian, meliputi:

a) Peserta didik meyelesaiakan laporan dan menyerahkan kepada guru

b) Guru memberikan keterangan terhdap obyek widya wisata yang dihubungkan dengan materi pelajaran (Soewarso, 2000: 70-71).

Apabila Museum Diponegoro telah dipilih sebagai sumber pembelajaran yang dianggap cukup efektif, maka tahapan selanjutnya adalah merencanakan secara teknis. Sebelum merencanakan terlebih dahulu dijawab permasalahan seperti di mana akan dilakukan observasi, kapan pelaksanaan observasi, bagaimana mengatur keberangkatan dan pelaksanaan observasi, berapa anggaran yang dibutuhkan, masalah transportasi dan lain sebagainya.

(36)

tersendiri, (5) memberikan pembekalan terhadap siswa sebelum pelaksanaan observasi.

2. Sumber Belajar Sejarah

(37)

Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting. Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk benda-benda, orang atau lingkungan.

Dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh yang optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah, tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber belajar, seperti surat kabar, majalah, monumen, museum dan internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola pikir peserta didik. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan (Mulyasa, 2009: 177).

(38)

141-142). Sumber belajar yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan AECT dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Pesan (message) adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lainndalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data.

b. Orang (people), yaitu manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, guru pembimbing, guru pembina, tutor, siswa, pemain, pembidara, instruktur dan penatar.

c. Bahan (material), yaitu sesuatu tertentu yang mengandung pesan atau ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau software, atau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah, film, film strip dan sebagainya.

d. Alat adalah sesuatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan dan memainkan sumber-sumber lain. Misalnya proyektor film, proyektor slide, monitor komputer dan lain-lain.

(39)

f. Lingkungan, yaitu situasi disekitar proses belajar mengajar terjadi. Latar ini dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan berbentuk fisik dan non fisik, yaitu: 1) Lingkungan Fisik, misalnya gedung, sekolah, rumah, perpustakaan, laboratorium, ruang rapat, museum, taman dan sebagainya; 2) Lingkungan non fisik, misalnya tatanan ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca dan sebagainya (Sudjarwo, 1989: 141-142).

Jadi yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang berwujud benda, data, orang atau lingkungan, baik yang secara sengaja dirancang maupun sudah tersedia di sekitar lingkungan kita dengan maksud memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam mencapai tujuan belajar.

Sumber belajar dari segi tipe atau asal usulnya dapat dibedakan menjadi 2 kategori :

(40)

meliputi : a). Media Visual Grafis adalah media pembelajaran yang berisikan ilmu pengetahuan melalui proyeksi seperti peta bagan, model, gambar diam (foto, lukisan, gambar) dan sebagainya, b). Media Visual Cetak adalah media pengajaran berupa buku-buku paket pelajaran sejarah, ensiklopedi, biografi, buletin, koran dan media cetak lainnya, c). Media papan yang menyangkut penggunaan papan tulis, papan panel, papan informasi seperti papan oameran dan sebagainya, d). Media Audio yang berisi pengajaran sejarah yang menyampaikan pesanya bersifat auditif atau dapat didengar seperti rekaman audio (tape recorder), radio dan sebagainya, e). Media Audio Visual adalah yang mampu menyampaikan informasi pengajaran sejarah dengan suara dari gambar seperti film proyektor, TV, video kaset dan sebagainya (Sudjarwo, 1989: 142-143).

2) Sumber belajar yang mudah tersedia di sekiling manusia (Learning

resources by utilization), sehingga tinggal memanfaatkan, yaitu sumber

(41)

diproses secara sistematis agar mudah dan cepat untuk melayani kebutuhan kebutuhan pemakai jasa perpustakaan, c). Sumber manusia adalah pelaku sejarah atau pejuang maupun sejarawan serta seorang guru sejarah merupakan bagian dari sumber belajar di sekolah, d). Situs Sejarah merupakan peninggalan sejarah seperti candi, masjid, kraton, makam tokoh sejarah merupakan sumber sejarah, e). Museum merupakan tempat menyimpan benda-benda peninggalan sejarah. Benda tersebut ada yang asli dan tiruan. Benda-benda sejarah misalnya miniatur suatu bangunan, fosil manusia, mata uang, dokumen, diorama, hasil budaya seperti kapak, alat angkutan, alat-alat rumah tangga dan sebagainya, f). Masyarakat sebagai sumber belajar sejarah tersimpan pesan-pesan sejarah yang berupa legenda, cerita rakyat, kisah-kisah kepahlawanan maupun pesan-pesan kebudayaan lainnya (Sudjarwo, 1989: 142-143).

(42)

Adapun prinsip-prinsip mengenai pemanfaatan sumber belajar menurut Sudjarwo (1989: 159-161) adalah sebagai berikut:

a. Mengacu pada tujuan instruksional

Pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar apapun harus berdasarkan tujuan instruksional. Dengan demikian guru tidak boleh begitu saja menggunakan sumber belajar yang ada tanpa memikirkan kesesuaian dengan tujuan instruksional. Kalau prinsip itu diabaikan maka sudah dapat diduga proses belajar mengajar pasti tidak akan mencapai yang ditargetkan dan peserta didik yang belajar akan menjadi kelinci percobaan.

b. Berorientasi pada peserta didik

Ciri pendidikan ayang efektif adalah pendidikan yag berorientasi pada peserta didik dan disajikan melalui sumber belajar dan teknik yang menantang, merangsang dan diselenggarakan dengan penuh kasih sayang.

c. Proses pemanfaatannya berjenjang

(43)

d. Makin banyak sumber belajar yang dimanfaatkan makin lengkap dan makin sesuai dengan masing-masing komponen sistem instruksional, dan makin menyatu dengan komponen-komponen tersebut, maka hasil belajar yang diperoleh makin baik.

Obyek berbagai peninggalan sejarah seperti mata uang kuno, alat sejarah, alat rumah tangga, museum, monumen, relief dan sebagainya, merupakan benda hasil kebudayaan masa lampau, akan sangat menarik jika guru menunjukan dalam pelajaran di kelas. Begitu juga dengan model peninggalan sejarah yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas sehingga tugas guru adalah membawa siswa ke museum atau tempat-tempat sejarah. Sumber belajar dalam pembelajaran sejarah yang terpenting adalah: a) peninggalan sejarah seperti jejak tertulis (dokumen), jejak benda dan jejak tulisan. Jejak benda seperti candi, monumen, museum. Jejak lisan seperti pelaku sejarah, tokoh pejuang; b) model seperti model tiruan, diorama, miniatur; c) Bagan seperti silsilah; d) peta seperti atlas, peta dinding, peta lukisan, peta sketsa; e) Media modern seperti overhead proyektor, TV, Video, dan sebagainya.

(44)

3. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Belajar dan pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2003: 63).

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

(45)

Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah proses yang ditandai dengan adannya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek lainnya yang ada pada individu (Sudjana, 2009: 28).

Belajar tidak dapat dipisahkan dari perkembangan hidup manusia dan merupakan proses penting bagi perubahan manusia dan mencakup segala yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis (Anni, 2007:2).

(46)

dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan perilakunya. Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang dihasilkan dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar.

Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu dan belajar merupakan proses pengembangan pengetahuan. Sebagai upaya perubahan, kegiatan belajar itu sendiri harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh siswa menjadi aktif, dapat merangsang daya cipta, rasa dan karsa.

Berdasarkan dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar merupakan suatu proses aktifitas yang dilakukan oleh manusia atau individu untuk memperoleh perubahan kearah yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain sebagai hasil dari pengalaman dan latihan individu itu sendiri.

(47)

adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelektual semakin berkembang.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Siswa ikut aktif dalam pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak terkesan membosankan. Pembelajaran merupakan bagian yang memiliki peran untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan. Pendidikan sangat tergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan dan mengemas suatu proses pembelajaran. Pembelajaran harus diadakan sebaik mungkin dengan menggunakan model dan metode yang inovatif agar pembelajaran mendapatkan hasil yang maksimal.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

(48)

belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina

T Anni, 2009: 97).

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa, yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) faktor Eksternal atau faktor dari luar siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa; 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran (Syah, 2003: 144).

Faktor internal meliputi dua aspek yaitu fisik (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Pada aspek fisik keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberi pengaruh positif terhadap kegiatan belajar siswa. Kondisi organ-organ siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.

(49)

intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan belajar. Semakin tinggi intelegensi seseoarang, maka semakin besar peluang individu tersebut untuk meraih sukses dalam belajar; 2) motivasi siswa, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi bisa timbul dari dalam diri siswa sendiri dan dari luar diri siswa; 3) minat siswa, menurut Reber adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; 4) sikap siswa yaitu gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif; 5) bakat siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003: 146-151).

(50)

masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan siswa disekitar tempat tinggal siswa tersebut. Faktor lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Pembelajaran Sejarah

Pelajaran sejarah penting artinya bagi kehidupan manusia terutama peserta didik yaitu sebagai tambahan pengalaman, upaya untuk menjaga peninggalan masa lampau agar manusia dapat bertindak lebih bijaksana (Soewarso, 2000: 27). Sebagai suatu mata pelajaran di sekolah, sejarah merupakan yang tertua dibandingkan dengan disiplin ilmu sosial yang lainnya. Sebagai suatu disiplin ilmu (science), sejarah mengandung berbagai pelajaran penting bagi generasi kini dan generasi selanjutnya (Isjoni, 2007: 21-24).

(51)

pelajaran sejarah adalah dapat memecahkan masalah masa kini dengan menggunakan masa lampau.

Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang (Depdiknas (2003) dalam Isjoni, 2007: 72-73).

(52)

karakteristik cerita sejarah yang tak pernah final, dan perluasan tema sejarah politik dengan tema sejarah sosial, budaya, ekonomi dan teknologi. Dalam pembelajaran sejarah, siswa diajak memahami makna perkembangan suatu masyarakat, baik secara global maupun di lingkungan sekitarnya serta proses penjatidirian (Isjoni, 2007: 42).

Pembelajaran sejarah adalah kegiatan belajar mengajar yang membawa informasi serangkaian perkembangan peristiwa yang mempengaruhi kehidupan manusia yang terjadi di masa lampau ke dalam kelas untuk di informasikan ke siswa. Agar pembelajaran sejarah dapat berhasil, maka harus dapat melibatkan peserta didik untuk aktif dengan mempunyai niat baca yang tinggi terhadap pelajaran sejarah. Keterlibatan peserta didik secara aktif dan timbulnya minat dalam membaca merupakan kecenderungan baru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Apabila kecenderungan ini dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar sejarah, maka peserta didik akan mampu memahami hakekat belajar sejarah. Sehingga diharapkan akan mampu menanamkan kesadaran sejarah pada diri pesrta didik dan muncul kesadaran untuk belajar sejarah.

(53)

perkembangan dan perubahan masyarakat serta keseragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Tujuan proses pembelajaran adalah membantu para para peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik dapat bertambah. Untuk itulah peran guru dalam pembelajaran sejarah sangat penting terutama dalam menggunakan motode pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta didik dapat tertarik dan termotivasi dengan mata pelajaran sejarah dan hasil belajar peserta didik dapat dicapai secara maksimal. Selain itu, dengan mempelajari sejarah akan memperkaya pengetahuan masa lampau untuk dijadikan pengalaman masa sekarang.

4. Meteri Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800

(54)

ditimbulkannya di berbagai daerah. Perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 merupakan perlawanan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda.

Bentuk perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah melawan kolonialisme Belanda pada periode sesudah tahun 1800 masih bersifat kedaerahan dan tradisional. Ricklefs (1991: 177-221) menjelaskan bahwa perlawanan-perlawanan besar oleh rakyat Indonesia terhadap Belanda pada periode sesudah tahun 1800 antara lain perlawanan Saparua di Maluku tahun 1817, Perang Paderi pada tahun 1821 sampai 1837 di daerah Minangkabau yaitu di pesisir barat Sumatera, Perang Jawa pada tahun 1825 sampai 1830, Perang Aceh pada tahun 1873 sampai 1904, Perang Banjarmasin pada tahun 1859 sampai 1863, dan Perang Jagaraga di pulau Bali pada tahun 1846 sampai 1906.

Matroji (2006: 44-51), dalam buku sumber pelajaran sejarah SMP kelas VIII berdasarkan standar isi 2006 menjelaskan mengenai materi perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800, yang tercantum dalam silabus mata pelajaran sejarah pada standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dan kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan

kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”. Pada periode sesudah tahun 1800 adalah perlawanan

(55)

Pembelajaran sejarah pada siswa kelas VIII SMP pada Materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 salah satu perlawanan yang akan disampaikan adalah Perlawanan Diponegoro (1825-1830). Materi pelajaran akan lebih menarik dan efektif dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning, yaitu dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Koleksi dan peninggalan sejarah yang ada di Museum Diponegoro yang terdapat di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 di Karesidenan Kota Magelang, merupakan sumber bukti nyata dalam materi perlawanan Pangeran Diponegoro dan rakyat Jawa dalam menentang kolonialisme Belanda pada tahun 1825 sampai 1830.

(56)

dan diasingkan ke Manado kemudian Makassar, dan di Kota Makassar Diponegoro Wafat (Ricklefs, 1991: 180).

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:4). Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang suatu konsep maka perubahan yang diperoleh berupa penguasaan konsep tersebut.

Hasil belajar tidak terlepas dari tujuan belajar, tujuan belajar yang ditetapkan dapat mengurangi masalah belajar, dan belajar akan lebih relevan jika siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam mempelajari isi pelajaran serta dapat mengetahui seberapa kemajuan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil belajar diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas, misalnya aktivitas belajar, atau bisa juga berarti hasil yang dicapai siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan guru di sekolah yang ditujukan dengan perubahan pengetahuan, keteranpilan dan sikap. Penilaian hasil belajar yang dilakukan guru setelah pelajaran memberikan keterangan tentang hasil belajar siswa.

(57)

dalam setiap proses belajar, yaitu: 1) Ranah kognitif, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual; 2) Ranah afektif, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat; 3) Ranah psikomotorik, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh pengetahuan psikis.

Pengertian hasil belajar berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan pencapaian tujuan belajar. Hasil belajar diperoleh melalui proses kegiatan belajar dan latihan-latihan yang disadari atau disengaja. Hasil belajar berfungsi positif bagi perkembangan siswa, hasil belajar tersebut juga berguna untuk perkembangan tingkah laku yang lainnya.

(58)

Tabel 1: kegiatan Guru dan Siswa (Sumber : Dewanto, 2009: 9)

No. Guru Siswa

1 Memberikan pre-tes Mengerjakan soal pre-tes 2 Menjelaskan materi tentang

konsep dasar evaluasi pembelajaran

Mendengarkan penjelasan dengan menyimak buku ajar

3 Memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya

Menanyalan materi atau hal-hal yang terkait dengan materi 4 Membagikan lembar tugas untuk

latihan

Mengerjakan latihan pada lembar latihan

5 Membagikan soal pos-tes Menjawab pertanyaan pos-tes

(59)

B. Kerangka Berpikir

Pemanfaatan sumber belajar sejarah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat untuk belajar seseorang. Sumber belajar yang dimanfaatkan ini tentunya harus sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan peserta didik dalam pembelajaran meliputi: pesan, manusia, bahan pengajaran, alat dan perlengkapan, teknik dan aktivitas, lingkungan.

Penggunaan museum sebagai sumber belajar, dalam penelitian ini adalah Museum Diponegoro, merupakan salah satu cara efektif dalam mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan di dalam museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang peristiwa masa lampau. Museum dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata dalam pembelajaran bagi siswa dari pada proses pembelajaran yang menggunakan buku teks. Dengan demikian museum sebagai media pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi dan generalisasi pelajar.

(60)

Pemanfaatan sumber belajar seperti Museum yang sesuai dengan materi pelajaran akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

Sesuai dengan penejelasan dalam landasan teori dan kerangka berpikir maka penulis menyimpulkan :

Ha (Hipotesis Alternatif)

Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelompok eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011.

Guru Sejarah

Proses Belajar Mengajar

Sumber Belajar

Pemanfaatan Museum Diponegoro

Siswa Hasil Belajar

(61)

Ho (Hipotesis Nol)

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif jenis eksperimen. Sugiyono (2009:72) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Menurut Margono (2009: 110) penelitian eksperimen merupakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara memberikan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya terhadap satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan. Menurut Singarimbun (1985: 4) penelitian eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel eksperimen efektif atau tidak. Penelitian eksperimen sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini karena untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan museum sebagai sumber belajar terhadap peningkatan hasil belajar sejarah siswa.

(63)

Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding (Margono, 2009: 110). Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mendapat perlakuan, yakni dengan pemanfaatan Museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai kelompok pembanding untuk kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran tanpa kunjungan ke museum atau konvensional dengan ceramah bervariasi. Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian eksperimen ini menggunakan desain Randomized Control

Group Pretes-Postest Design, yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara

random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2009: 112).

Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen

Kelompok Pre Tes Treatment Post Tes

Eksperimental T1 X T2

(64)

Keterangan :

T1 : Pre Tes kedua Kelompok

T2 : Post Tes Kedua kelompok

X : Treatment atau perlakuan dengan kunjungan ke Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah.

Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok yang akan diteliti, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengambil 3 kelas penelitian, yaitu 2 kelas inti sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, sedangkan 1 kelas sebagai kelas uji coba instrumen.

2. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi Perangkat Pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi, soal Pre-Test dan soal Post-Test.

3. Melakukan uji coba perangkat test, serta menghitung validitas dan reliabilitas.

4. Memberikan pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

5. Memberikan perlakuan sebanding, pada kelompok eksperimen pembelajaran dilakukan dengan kunjungan Museum Diponegoro.

(65)

7. Hitung perbedaan antara hasil Pretest T1 dan Posttest T2 untuk masing-masing kelompok.

8. Perbandingan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada kelompok eksperimental.

9. Kenakan Uji-t untuk menentukan apakah perbedaan dalam hasil tes itu signifikan.

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek peneliti atau yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel juga dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih (Margono, 2005: 133).

Dalam penelitian eksperimen, ada dua variabel yang menjadi perhatian utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini adalah :

(66)

“bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800”.

2. Variabel Dependent /terpengaruh /Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat atau terpengaruh dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa tes mata pelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011 yang diperoleh setelah proses pembelajaran.

C. Lokasi Penelitian

Pada observasi awal, ditemukan bahwa aktifitas pembelajaran sejarah masih terpusat pada guru dengan metode konvensional yaitu ceramah. Pelaksanaan pembelajaran di kelas pada umumnya adalah proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa jarang mengemukakan pendapat dan melakukan penalaran terhadap bahan pelajaran, dengan melihat dokumen hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa belum maksimal.

(67)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu dalam wilayah penelitian yang menjadi subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011.

b. Sampel

Di dalam penelitian hampir tidak mungkin peneliti menjangkau seluruh populasi. Hal ini disebabkan kurangnya waktu, mahalnya biaya, dan mungkin sifat populasi, padahal biasanya suatu penelitian dibatasi oleh waktu (Dewanto dan Tasis, 1995: 53). Di dalam penelitian kuantitatif perlu digunakan sampel yang representatif untuk memperoleh efisiensi kerja. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik Simple Random Sampling yaitu dari suatu populasi yang terbatas atau dari sub-populasi secara langsung ditugaskan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara random. Populasi dari Simple Random Sampling

(68)

Untuk menentukan sampel penelitian ini dari unit-unit dilakukan dengan cara mengundi 2 unit yang akan dijadikan sebagai sampel dari 7 unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang keluar berikutnya sebagai kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengambilan sampel random sampling, terpilih kelas VIII-E untuk kelas eksperimen dan kelas VIII-C untuk kelas kontrol.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian diperlukan alat yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data (Dewanto dan Tarsis, 1995: 5). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes

(69)

mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Secara umum tes memiliki dua fungsi, yaitu sebagai alat pengukur prestasi peserta didik dan sebagai alat pengukur keberhasilan proses pengajaran.

Metode tes ini dipilih karena dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam rangka mencari pemecahan terhadap masalah yang terdapat dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan dalam penelitian ini. Penyusunan tes dilakukan dengan terlebih dahulu memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, dan indikator.

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pre Tes

Gambar

Tabel
gambar seperti film proyektor, TV, video kaset dan sebagainya
gambaran mengenai
Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan dan jenis Kantor Akuntan Publik terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan wajib risiko keuangan

For Each item I in the index of the slice of the inverted matrix is considered at a time starting from the least frequent, a Co-Occurrence Frequent Item Tree for I is built by

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

International Humanitarian Law In Internal Armed Conflict: Implementing Common Article 3 and 780 Additional Protocol II to Geneva Conventions to Internal and

SG.1 If a is the smallest positive integer which gives remainder 1 when divided by 3 and is a multiple of 5, find the value of a.. Find the value of

Walaupun kiranya sudah sebulan, para orang muda tentunya merasa ingin lagi untuk menambah wawasan dan pandangan hidup karena pada bulan lalu, waktulah yang membuat talkshow tidak

Mencarikan padanan kosa kata asing di dalam bahasa Arab.35 Dengan demikian, penulis akan mencoba menggunakan kerangka pemikiran neologisme dengan kerangka pemikiran Ibrahim Murad