• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Pemanfaatan Museum Diponegoro

Museum memiliki peranan penting di dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang

berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa. Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang pelajaran khususnya sejarah dan sebagai peraga budaya masa lampau. Koleksi yang ada di museum merupakan sumber belajar yang konkret bagi peserta didik dalam pembelajaran sejarah.

Penggunaan Museum sebagai sumber belajar merupakan salah satu cara efektif dalam mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan di dalam museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang peristiwa masa lampau. Museum dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata dalam pembelajaran sejarah bagi siswa dari pada proses pembelajaran yang menggunakan buku teks. Dengan demikian museum sebagai media pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi dan generalisasi pelajar. Melaui pemanfaatan peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Museum tersebut maka akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

Di Kota Magelang terdapat Museum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah bagi siswa. Sumber Belajar sejarah yang berupa Museum Diponegoro di Kota Magelang termasuk dalam Learning resources by utilization atau Sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar manusia. Museum yang terdapat di Kota Magelang antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang terletak di Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2)

Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21 Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang. Proses pemanfaatan Museum sebagai sumber belajar harus terkait dengan materi pembelajaran sejarah sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Salah satu museum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang terkait dengan materi pembelajaran sejarah dan sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang konkret bagi siswa. Peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Museum Diponegoro adalah peninggalan sejarah Pangeran Diponegoro. Museum Diponegoro merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda- benda bersejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa singgah di kota Magelang saat terjadi perang Jawa.

Koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro antara lain jubah yang dipakai Pangeran diponegoro saat berunding dengan Belanda di rumah Residen Kedu di Magelang. Jubah yang dipakai saat Pangeran Diponegoro berunding dan ditangkap oleh Belanda tanggal 25 Maret 1830. Koleksi-koleksi lain di Museum Diponegoro misalnya adalah satu set meja dan kursi perundingan yang dipakai untuk perundingan antara Pangeran

Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Kursi yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro adalah yang terdapat bekas guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarah terhadap kelicikin Belanda dalam perundingan. Ruang Museum Diponegoro itu sendiri merupakan ruang yang digunakan untuk perundingan.

Melalui koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro, siswa diperlihatkan bukti nyata mengenai bukti-bukti sejarah terjadinya perang Diponegoro yang dikenal juga dengan Perang Jawa dan bukan hanya cerita dan materi yang terdapat di buku pelajaran. Oleh karena itu, Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah, dan merupakan sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa SMP Negeri 3 Magelang.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, selama ini Museum Diponegoro belum dimanfaatkan secara maksimal oleh dunia pendidikan, khususnya oleh sekolah-sekolah yang berada disekitarnya. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode kunjungan ke museum sebagai sumber belajar sejarah yang dikaitkan dengan materi pembelajaran bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa berat periode sesudah tahun 1800 untuk siswa SMP Negeri 3 Magelang.

Museum Diponegoro Kota Magelang merupakan suatu bangunan kamar rumah residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili

oleh Jenderal De Kock dan merupakan tempat tertangkapnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830, dan menandakan berakhirnya perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perlawanan Diponegoro merupakan salah satu materi perang yang akan disampaikan guru dalam materi pembelajaran sejarah kelas VIII SMP pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat periode sesdudah tahun 1800, standar kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah. Khususnya Perlawanan Diponegoro adalah perang terbesar di Jawa dalam menghadapi kolonialisme Bangsa Belanda, sehingga dalam perang Diponegoro disebut juga Perang Jawa.

Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah seperti Museum Diponegoro ini dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar merupakan proses pembelajaran dengan mengaitkan materi pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas yang bersumber pada buku-buku materi pembelajaran sejarah.

Pada penelitian mengenai pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar ini, peneliti menempuh langkah-langkah sesuai

prosedur dalam melakukan penelitian, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian. Adapun prosedur penelitian yaitu sebagai berikut :

a. Persiapan Pelaksanaan

Persiapan pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian adalah menetukan lokasi penelitian, yaitu SMP Negeri 3 Magelang. Dalam rangka memperoleh data tentang indikator-indikator yang diteliti, maka dibutuhkan alat pengumpul data. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes pilihan ganda, berupa pre test dan post test tentang materi pembelajaran yang berkaitan dengan Pemanfaatan Museum Diponegoro Kota Magelang sebagai sumber belajar. Instrumen penelitian Eksperimen pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang terdiri dari 30 item soal tes untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sejarah pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.

Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang dalam penelitian pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah, maka pada sampel kelas VIII dibagi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diwakili

oleh siswa kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa dan kelompok kontrol yang diwakili oleh siswa kelas VIII C dengan jumlah 31 siswa. Kelas Eksperimen yang diwakili oleh siswa kelas VIII E pembelajaran sejarah diberikan treatment dengan melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro, sedangkan pada kelompok kontrol yang diwakili siswa kelas VIII C pembelajaran sejarah dilakukan tanpa kunjungan ke Museum.

b. Pelaksanaan Penelitian

Setelah penentuan sampel penelitian dilakukan, langkah selanjutnya adalah memberikan pre test berupa soal berbentuk pilihan ganda kepada kedua kelompok, siswa kelas eksperimen VIII E berjumlah 31 siswa dan siswa kelas kontrol VIII C berjumlah 31 siswa. Soal tes dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.

Tahap berikutnya adalah pemberian treatment pada kedua kelas, yaitu pada kelas eksperimen dengan metode kunjungan ke Museum Diponegoro dan kelas Kontrol tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro atau dengan metode ceramah bervariasi. Kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas VIII E dengan jumlah murid sebanyak 31 anak dan semuanya masuk dalam responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di dalam dan diluar kelas dengan RPP terlampir. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yang bervariasi, yaitu ceramah, pemaparan materi dengan menggunakan slide, pemberian tugas, dan diskusi. Kegiatan pembelajaran di Museum Diponegoro adalah observasi dan mengerjakan lembar kegiatan siswa dengan berkelompok.

Segi positif dalam pembelajaran di kelas eksperimen ini adalah mampu mengajak siswa untuk aktif, berpikir kritis dan mengajak siswa untuk lebih mengenal daerah sendiri yang berkaitan dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah. Pada eksperimen pemanfaatan museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak hanya mendapatkan materi yang bersumber dari buku-buku, tetapi dihadapkan langsung pada objek nyata sebagai sumber belajar sejarah. Pada akhir kegiatan, guru memberikan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa dan membandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak melakukan kunjungan ke museum.

2) Kelas Kontrol

Kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas VIII C dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak dan semuanya masuk responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di dalam kelas dengan RPP terlampir. Pada kelas Kontrol pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan metode ceramah bervariasi tanpa melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro. Pada akhir pembelajaran guru memberikan post test untuk membandingkan hasil belajar sejarah siswa dengan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode kunjungan ke museum.

Dokumen terkait