• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI GURU BK BERLATAR PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING DAN NON PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KOMPETENSI GURU BK BERLATAR PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING DAN NON PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI GURU BK BERLATAR PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING DAN NON PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING

Akhir Pardamean Harahap1, Ade Zahra Tifani2, Anggi Hendriani³, Nurul Hidayah5, Tama Sentia Hasibuan6

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA, BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM Co-Author: anggihendriani02@gmail.com /085835867723

Info Artikel

Masuk : 25/11/2022

Revisi : 14/03/2023

Diterima : 26/03/2023

Alamat Jurnal

https://ojs.uniska- bjm.ac.id/index.php/A N-NUR/index

Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia disseminated below https://creativecommons.

org/licenses/by/4.0/

Abstract: The purpose of this research is to see the effectiveness of the counseling teacher in terms of the educational background of the counseling teacher. This is done because many counseling teachers have non-counseling education backgrounds. The type of research conducted is qualitive research, where the results of the research are stated in oral from. Data collection was carried out using literature studies. The results of this study are that counseling teachers who have a non-S1 counseling background are also able to provide effective counseling services for their counselees if the counseling teacher is willing to learn about the abilities that a counselor must have.

Keywords: Competence of BK Teachers; Professional of BK Teachers; Characteristics of BK Teachers

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan ialah sebuah proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan juga sikap yang dilakukan seseorang secara sadar. Hal ini bertujuan untuk dapat mengembangkan pemahaman serta potensi yang ada dalam diri seorang individu. Hal itu dapat membuat seorang manusia, menjadi manusia yang bermanfaat.

Pendidikan bisa diperoleh melalui pembelajaran di sekolah.Belajar yang dilakukan di sekolah tidak semata-mata untuk memperoleh sebuah nilai dan meningkatkan intelektual, namun diajarkan juga tentang tata krama, sopan santun, empati, menghargai orang lain, disiplin, tanggung jawab serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan.Pendidikan di sekolah juga digelar untuk memberikan bantuan kepada siswa agar mampu mengenal potensi dirinya.

Peran seorang guru sangat dibutuhkan dalam hal ini.Guru memiliki dua sisi yang secara sempitguru merupakan orang yang memiliki kewajiban untuk dapat melaksanakan kegiatandi kelas yang berarti guru adalah orang yang mempunyai tugas sebagai pengajarDengan arti luas bahwa guru sebagai orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Guru juga ikut bertanggungjawab dalam membantu peserta didik mencapai kedewasaan masing- masing(Wahyudi et al., 2021).

Upaya yang diberikan oleh pihak sekolah, dalam membantu guru untuk menyelesaikan peserta didik yang memiliki masalah dalam pembelajaran ialah dengan menghadirkan layanan bimbingan dan konseling. Layanan tersebut mampu menolong para pelajar untuk dapat mengenali kemampuan dirinya. Hadirnya bimbingan dan konseling di lingkungan sekolahakan memberikan bantuan kepada siswa yang memiki kesulitan dalam berbagai masalah yang menimpanya dan permasalahan ini harus senantiasa mendapat perhatian yang serius agar kesulitan belajar tersebut dapat segera teratasi.

Bimbingan dan konseling bukanlah semata-mata menjelma sebagai sebuah pekerjaan yang serampangan. Konseling menggunakan proses kolaboratif dimana hal itu terjadi antara konselor dan klien guna untuk membantu indivisu menyesuaikan masalah yang terjadi dalam hidup klien, memfasilatsi perubahan gaya hidu dan meningkatkan kualitas hidup klien.(Eryilmaz & Mutlu, 2017) Artinya bimbingan konseling bukan boleh dilakukan oleh siapa saja, melainkan harus dilakukan oleh orang yang berkompeten dalam keahlian konseling (Hazrullah & Furqon, 2018). Guru bimbingan dan konseling merupakan seorang guru yang mempunyai amanat untuk melaksanakan layanan konseling bagi pelajar.(Wahyudi et al., 2021)

Program bimbingan dan konseling sebagai sebuah bagian yang sangat integral dari program yang ada di pendidikan sekolah sehingga guru yang mengampu bimbingan dan konseling ini harus profesional. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah diadakan karena beberapa alasan penting yang melatar belakanginya. Alasan pertama ialah terdapatnya perbedaan antar-individu. Alasan kedua yaitu seorang siswa menghadapi masalah dalam pendidikan. Ketiga, seorang siswa terkadang belum mampu untuk mengenal potensi dirinya.(Taher et al., 2021)

Beberapa alasan penting yang dicermati mengenai pentingnya sebuah layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga guru BK dalam profesinya sangat dibutuhkan. Seseorang yang berprofesi sebagai guru bimbingan dan konseling sudah semestinya bekerja secara

(3)

profesional.Namun, fakta di lapangan masih banyak ditemukan guru BK itu belum profesional, karena guru BK diperankan oleh guru mata pelajaran sehingga layanan yang ada dalam BK tidak terealisasikan.

Dalam Permendiknas No.27 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 1 Tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor menyatakan jika untuk diangkat sebagai guru Bimbingan dan Konseling, harus memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional. Lembaga pendidikan dalam memperkerjakan seorang guru BK seharusnya mengikuti aturan tersebut.

Pada kenyataannya dilapangan masih tidak sesuai dengan peraturan terserbut. Guru tersebut diamanatkan oleh Kepala Sekolah dengan alasan masih sedikit jam mengajar yang dilakukan dan berasal dari sarjana pendidikan dan non pendiidkan. Sehingga hal ini akan berakibat kepada kualitas kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling di lingkungan sekolah (Isari & Padang, 2017).

Berdasarkan masalah ini maka peneliti tertarik untuk membahas mengenai Kompetensi Guru BK Berlatar Pendidikan Bimbingan Konseling Dengan Non Bimbingan Konseling.

Dengan tujuan membuka pemahaman mengenai perbedaan kualitas Guru BK yang mempunyai latar pendidikan yang berbeda. Dengan harapan bisa dijadikan rekomendasi bahan bacaan dalam menentukan kualitas dan kompetensi guru BK.

METODE

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Menurut Strauss dan Corbinpenelitian kualitatif ialah salah satu jenis penelitian yang dapat menghasilkan penemuan yang tidak bisa didapatkan melalui penggunaan prosedur statistik atau melalui cara pengukuran (P. S. Rahmat, 2009). Pengumpulan data pada pelitian ini dilakukan menggunakan metode studi literatur. Studi literatur adalah pengumpulan data yang dilaksanakan dengan mengumpulkan informasi yang sangat sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Informasi tersebut bisa didapat melalui buku, jurnal, laporan penelitian, ensiklopedia dan sumber tertulis lainnya. Adapun tujuan dari studi kepustakaan ini ialah untuk menguraikan secara sistematis terkait kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan dan diusahakan mampu membuat keterbaharuan dari bidang ilmu tersebut(Kasbolah, 1992). Penelitian ini menggunakan data yang diambil melalui peneliti terdahulu. Dalam menyusun penelitian ini,dilakukan pencarian pustaka dari jurnal dan buku yang tersedia di internet

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian yang telah peneliti baca melalui berbagai literatur, peneliti menyimpulkan bahwa guru BK yang belatar belakang Non S1 BK dapat juga memberikan pelayanan efektif dalam BK jika guru BK tersebut mau belajar mengenai bimbingan dan konseling tersebut. Namun guru BK yang tidak belatar belakang pendidikan S1 BK tidak akan memiliki empat kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru BK. Sebaliknya guru BK ynag berlatar belakang pendidikan S1 BK jika tidak memiliki efikasi diri dalam dirinya maka akan bermunculan pandangan negatif terhadap guru BK tersebut. Berdasarkan dari hasil beberapa jurnal pendahuluan yang terkait dengan penelitian kami seperti penelitian

(4)

yang dilakukan oleh Munya Barida dan Alif Muarifah dengan judul Perbedaan Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menyelenggarakan Konseling Individual Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Bekerja yang dilakukan pada tahun 2018 bahwasanya tidak ada pengaruh antara pengalaman bekerja dan latar belakang pendidikan guru BK.(Barida & Murifah, 2019) Dari hasil penelian terdahulu juga yang dilakukan oleh Dian Novitasari dan Mungin Eddy Wibowo yang judul penelitiannya Perbedaan Kompetensi Guru BK Lulusan S1 BK dan S1 NON BK yang dilakukan pada tahun 2016 bahwasanya perbedaan yang terlihat dari guru BK lulusan S1 BK dan guru BK lulusan S1 non BK perbedaannya terletak di kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial.(Novitasari & Wibowo, 2016) Guru BK lulusan S1 non BK mengalami kelemahan di kompetensi pedagogik serta kompetensi sosial.

Pembahasan

PengertianKonselor

Berikut definisi konselor menurut para ahli :

• Dalam buku Psikologi Konseling, Hartono dan Boy Soedarmadji mengatakan bahwa konselor ialah seseorang yang mempunyai kemampuan di bidang pelayanan konseling dan juga bisa disebut sebagai tenaga professional.

• Menurut Winkel, konselor merupakan tenaga berkompeten dan profesional yang mempunyai latar belakang pendidikan khusus di perguruan tinggi baik negeri maupun tidak dan meluangkan seluruh waktu yang dimilikinya untuk melaksanakan program yang ada dalam bimbingan dan konseling.(Lesmana, 2006)

Dari beberapa pengertian diatas peneliti simpulkan jika konselor merupakan seorang pengampu yang memiliki keahlian dalam melaksanakan kegiatan konseling, yang memiliki latar belakang Strata 1 (S1) dari jurusan Bimbingan Konseling atau Bimbingan Penyuluhan.

Dimana di dalam proses konseling, peran konselor yaitu sebagai seorang ahli yang membantu konseli/klien (yang memiliki masalah) yang tidak bisa diatasinya sendiri dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah konseli tersebut. Dimana konselor tersebut menghadapinya melalui asking atau bertanya terlebih dahulu kepada klien tersebut mengenai permasalahannya dan konselor juga harus memiliki sikap empati, menghargai, memiliki sikap hangat, mampu menerima klien, mampu membina keakraban dan yang terutama dapat menjaga kerahasiaan konselinya. (Nasution & Abdillah, 2019)

Istilah konselor secara resmi digunakan dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 terdapat dalam pasal 1 butir 6 yang menyatakan bahwa “konselor adalah pendidik” dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2005 menyatakan bahwa konselor sebagai pelaksana dari pelayanan konseling di sekolah yang sebelumnya dikenal dengan istilah BP, guru BP/BK dan juga guru pembimbing.(Jumail, 2013)

Ciri-Ciri Konselor Profesional

Terkait penegasan mengenai profesi seorang konselor telah diatur dalam Undang- Undang Sisdiknas dan penyusunan naskah DSPK. Hal ini merupakan jembatan awal dalam pengembangan serta pemantapan profesi konseling. Di berbagai perkumpulan, masih terdapat amanat untuk menciptakan calon konselor yang profesional. Menumbuh kembangkan

(5)

karakter konselor profesional merupakan upaya perjalanan yang dilakukan oleh akademik dimana nilai yang dihidupkan menjadi pedoman atau pegangan bersama civitas akademik konseling didalam institusinya.

Konselor merupakan penolong, hal ini dikatakan oleh Sutoyo. Maka dari itusebagai penolong, konselor harusmempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai pengetahuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dimiliki oleh konseli.

2. Memiliki sifat penyayang, rela berkorban dan memiliki prinsip senang melihat orang senang serta susah melihat orang susah.

3. Memiliki rasa empati. Dapat merasakan apa yang dirasakan konseli namun tidak ikut terlarut dalam permasalahan konseli.

4. Melakukan kegiatan konseling harus diikuti rasa ikhlas dengan tidak mengharapkan balasan dari orang lain kecuali hanya dari Allah.

5. Harus jujur, yaitu perkataan sesuai dengan tindakan yang dilakukan.

6. Memiliki etika berkomunikasi yang baik serta sopan.

7. Memiliki emosi yang stabil, yang tidak mudah marah dan tersinggung atas perkataan maupun perbuatan konseli.

Jika ingin memiliki kepribadian yang efektif setidaknya seorang konselor memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memiliki pengetahuan akademik yang terkait dengan konseling itu sesungguhnya.

2. Memiliki kualitas pribadi, yang berarti memiliki pribadi yang menarik, komptensi yang menarik, pendengar yang baik dengan maksud agar permasalahan yang dimiliki konseli dapat terselesaikan dengan baik juga.

3. Selain dua hal diatas, seorang konselor juga harus memiliki keterampilan dalam konseling. Keterampilan yang dimaksud ialah keterampilan antar pribadi, keterampilan integrasi, dan keterampilan intervensi. Jika konselor memiliki tiga keterampilan ini secara baik, maka konselor bisa termasuk konselor efektif.(Rahmadi Tarmizi Ginting, Dio Alexander, 2018)

Karakteristik Kepribadian Konselor Profesional

Karakteristik kepribadian konselor ialah sebuah nilai-nilai yang mengandung karakteristik kepribadian, agar konselor mampu menjalankan tugas serta fungsinya dengan baik di dalam sebuah layanan konseling, baik sebagai pembimbing maupun dalam pelaksanaan tugas-tugas pokok lainnya. Karakteristik kepribadian ideal calon konselor di Indonesia berasal dari teks Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dimana salah satu kompetensi yang dibahas adalah kompetensi karakteristik kepribadian.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 karakteristik kepribadian konselor yang ideal yaitu; Pertama, Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain;

berakhlak mulia, serta berbudi pekerti luhur. Kedua, menghargai dan menjunjung tinggi nilai- nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih dengan mengaplikasikan

(6)

pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi; menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya; peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya; menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya; toleran terhadap permasalahan konseli; bersikap demokratis.

Ketiga, menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat dengan menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah dan konsisten;

menampilkan emosi yang stabil; peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan; menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi. Keempat, menampilkan kinerja berkualitas tinggi dengan menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif; bersemangat, disiplin, dan mandiri;

berpenampilan menarik dan menyenangkan; berkomunikasi secara efektif.(Riswanto et al., 2016)

Karakteristik konselor yang efektif dikemukakan oleh Carl Rogers sebagai bapak peletak dasar konsep konseling, yaitu :

a. Congruence (kesesuaian), seorang konselor terlebih dahulu hendaknya harus mampu memahami dirinya sendiri baik pikiran, perasaan serta pengalamannya harus sesuai.

b. Unconditional positive regard, yang berarti konselor harus dapat menerima konselinya tanpa memandang siapa konseli tersebut. Seorang konselor harus memberikan serta mendukung konseli bahwa mereka mampu untuk mengembangkan diri mereka.

c. Empthy, konselor berusaha memahami orang lain dari sudut pandang pikirannya.

Seorang konselor harus dapat mengesampingkan nilai-nilainya sendiri tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam masalah klien tersebut.(Lumongga Lubis, 2011)

Menurut Sutoyo dalam artikel (Rahmadi Tarmizi Ginting, Dio Alexander, 2018) konselor merupakan penolong. Sebagai penolong konselor harus memiliki karakteristik, diantaranya :

1. Mempunyai pengetahuanuntuk memahami individu dan masalah masalah yang perlu pertolongan.

2. Mempunyai rasa kasih sayang.

3. Mempunyai rasa empati terhadap masalah yang dihadapi individu.

4. Mempunyai rasa ikhlas dalam menolong.

5. Mempunyai sikap jujur.

6. Mempunyai tutur kata yang baik dalam berkomunikasi.

7. Mempunyai kestabilan emosi agar tidak menyinggung dan tersinggung.

Sudah seharunya semua karakteristik diatas ada pada pribadi konselor agar tidak terjadi kesenjangan dalam proses konseling maupun pelaksanaan tugas sebagai seorang penolong (konselor), karakteristik ini tidak akan terjadi jika pribadi seorang konselor tidak berkaca pada pribadinya sendiri dan menilai kekurangannya.

Kompetensi Guru BK Berlatar Belakang S1 Non BK

Permasalahan yang muncul dari pengangkatan guru BK yang memiliki latar belakang non pendidikan Bimbingan Konseling adalah wawasan pengetahuan yang rendah karena

(7)

tidak memiliki bekal saat menjalani pendidikan.Maka ketika guru BK tersebut melaksanakan layanan konseling tidak berjalan secara maksimal karena tidak memiliki kompetensi dan karakteristik sebagai konselor. Masalah ini dapat menjadi masalah baru yang berakibat pada kurangnya minat siswa untuk melakukan layanan bimbingan dan konseling(Aditya Dwi Nugroho, 2022).

Dari penelitian(Aditya Dwi Nugroho, 2022) bahwasannya sekolah dasar yang memiliki guru BK dari lulusan non pendidikan Bimbingan Konseling memberikan hasil yang kurang efektif saat melaksanakan layanan konseli kepada konseli yang membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan masalahnya. Alternatif yang bisa diberikan adalah melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi sebagai guru BK yang profesional.

Selain itu, menempatkan guru BK yang profesional dengan latar pendidikan Bimbingan Konseling. Hal ini agar pelayanan konseling di sekolah dapat dilaksanakan secara maksimal.

Kompetensi Profesional Konselor

Kompetensi profesional ialah seperangkat keahlian yang wajib dipahami oleh konselor untuk menjadi konselor profesional. Kompetensi profesional merupakan komptensi internal. Komptensi internal merupakan salah satu kompetensi yang sangat esensial yang wajib dimiliki oleh konselor.(Hanafi et al., 2022) Kompetensi professional ini merupakan salah satu dari 4 standar kompetensi yang wajib dipunyai oleh konselor. Kompetensi profesi konselor ialah keterpaduan keahlian personal, keilmuan serta teknologi, dan sosial yang merata membentuk kemampuan standar profesi konselor. Konselor profesional dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008, tidak hanya wajib mempunyai kualifikasi akademik namun juga wajib mempunyai 4 kompetensi utama, ialah pedagogik, individu, sosial, serta handal.

Terkhusus untuk kompetensi yang handal, guru BK di sekolah diminta agar dapat memahami konsep praksis asesmen, memahami kerangka teoretik serta praksis tutorial konseling, membuat program tutorial konseling, menerapkan program BK komprehensif, memperhitungkan proses serta hasil aktivitas tutorial serta konseling, mempunyai pemahaman serta tanggung jawab atas etika profesional, memahami konsep dan praktis penelitian dalam bimbingan dan konseling. (Marjo & Sodiq, 2022)

Terdapat 4 kompetensi utama konselor profesional yaitu :

• Kompetensi profesional adalah penguasaan dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling untuk memandirikan, serta menumbuhkan dan mengasah dengan latihan penerapan kompetensi akademik yang sudah didapat dari bentuk konteks otentik.

• Kompetensi pedagogik yang merupakan keahlian seorang guru BK pada proses belajar serta dapat memberikan bantuan, bimbingan dan pimpinan pada peserta didik (siswa). (Hadi, 2018). Konselor memanfaatkan keterampilan ini secara tetap untuk berkomunikasi serta memahami para konselinya saat terjadi proses navigasi.(Kaufmann et al., 2021)

• Kompetensi kepribadian ialah dimana seorang mampu meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan, serta dapat menghargai dan menghormati nilai kemanusiaan pada setiap orang dan dapat menunjukkan bagaimana integritas dan stabilitas kepribadian diri yang kuat serta mampu menampilkan kinerja yang efektif.

• Kompeten sisosial ialah dimana seorang guru dapat memahami serta mampu mengimplementasikan intern di lingkungan serta dapat berperan langsung di dalam

(8)

organisasi pada kegiatan profesi bimbingan dan konseling serta dapat mengkolaborasikan antar personal.(Khaldun, 2016)

(9)

KESIMPULAN

Betapa pentingnya layanan bimbingan dan konseling di sebuah sekolah sehingga kehadiran guru BK yang kompeten dibutuhkan. Kehadiran tersebut mampu memberikan layanan yang efektif.Guru BK dengan latar belakang Pendidikan Bimbingan Konseling mempunyai kompeten yang lebih berkualitas daripada yang memiliki latar belakang non Pendidikan Bimbingan dan Konseling.Namun mereka tetap dapat memberikan pelayanan yang kompeten jika guru tersebut mengikuti pelatihan dan memiliki kemauan untuk mendalami Bimbingan dan Konseling. Pada dasarnya guru BK diwajibkan mempunyai 4 kompetensi utama seperti komptensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.Dengan menguasai kompetensi maka layanan tersebut akan terkasanasecata efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Dwi Nugroho, A. F. (2022). Hambatan Guru Berlatar Pendidikan Non Bimbingan Konseling Sebagai Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar.

Jurnal Basicedu, 6(4), 1.

Barida, M., & Murifah, A. (2019). Perbedaan Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menyelenggarakan Konseling Individual Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Bekerja. Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling, 4(1), 23–29.

Eryilmaz, A., & Mutlu, T. (2017). Developing the Four-Stage Supervision Model for Counselor Traines. Educational Sciences : Theory & Practice, 17(2), 597–629.

Hadi, S. (2018). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling di SLB Kota Bandung. Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi, 8(1).

Hanafi, H., Hidayah, N., Atmoko, A., Ramli, M., & Triyono. (2022). Cognitive Fusion on Counselor Perfomance: A Comparative Study of the Experienced and Novice Counselor. Pegem Journal of Education and Instruction, 12(1), 48–55.

Hazrullah, & Furqon. (2018). Kompetensi Profesional Guru Bimbingan Konseling Dalam Pemecahan Masalah Belajar Siswa di MAN Rukoh Banda Aceh. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 18(2), 245–258.

Isari, V., & Padang, U. N. (2017). PERBEDAAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN MASA KERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING FORMAT KLASIKAL Abstrak. Jurnal Bikoketik, 01(01), 21–29.

Jumail. (2013). Kompetensi Profesional dalam Perspektif Konselor Sekolah dan Peranannya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri se-Kota Padang.

Konselor : Jurnal Ilmiah Konseling, 2(1), 250–255.

Kasbolah, K. (1992). Studi Kepustakaan. Forum Penelitian, 4(1), 179–185.

Kaufmann, D., Smith, D., Barnes, J., Lawrewnce, J., Young, J., Land, C., Guy, T., &

Krzewski, E. (2021). A Pedagogical Reflection on Counseling Skills in Asynchronous Learning Environments. Journal of International Research, 10, 47–57.

Khaldun, R. (2016). Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah. Al-Tazkiah, 5(1).

Lesmana, J. . (2006). Dasar-Dasar Konseling. UI Press.

(10)

Lumongga Lubis, N. (2011). Memahami Dasar Dasar Konseling Dalam Kelompok. Kencana.

Marjo, H. K., & Sodiq, D. (2022). Etika dan Kompetensi Konselor sebagai Profesional (Suatu Pendekatan Literatur Sistematis). Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 9(1).

Nasution, H. S., & Abdillah. (2019). Bimbingan Dan Konseling. Konsep,Teori,Dan Aplikasinya (H. Rahmat (ed.)). LPPPI.

Novitasari, D., & Wibowo, M. E. (2016). Perbedaan Kompetensi Guru BK Lulusan S1 dan BK Non BK. Indonesian Journal of Guidance and Counseling : Theory and Application, 5(1), 19–24.

Rahmadi Tarmizi Ginting, Dio Alexander, T. (2018). Karakter Pribadi Konselor Yang Efektif. Seminar Nasional Dan Workshop BK, 3.

Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif. Equilibrum, 5(9), 1–8.

Riswanto, D., Mappiare-at, A., Irtadji, M., Negeri, K. U., & Dodyriswantoyahoocom, J. S. M.

E. (2016). KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN IDEAL KONSELOR (STUDI HERMENEUTIKA GADAMERIAN). Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian Dan Pengembangan, 1(11), 2113–2117.

Taher, Y., Aditama, M. H. R., & Syam, S. (2021). Profesionalisme Guru Bimbingan Konseling. Educouns Journal : Jurnal Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, 2(2), 91–

99.

Wahyudi, I., Neviyarni, N., & Firman, F. (2021). Dasar, Aplikasi dan Permasalahan Guru BK di Sekolah. SCHOULID : Indonesian Journal of School Counseling, 6(2), 63–72.

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan dan konseling merupakan sarana dan prasana yang tentu adanya disetiap lembaga pendidikan yang ada di setiap indonesia dan setiap guru juga disebut sebagai yang

Hidayat, Taufik “Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu dan Tunawicara di SMKN 4 Kota Jambi” Jurnal