• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Manajemen Bimbingan dan Konseling dalam Menagatasi Kenakalan Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implementasi Manajemen Bimbingan dan Konseling dalam Menagatasi Kenakalan Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

SKRIPSI

Oleh:

ZAKIATUN NAFISAH NIM: 084 123 043

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

MEI 2018

(5)

Implementasi manajemen bimbingan konseling dalam dunia pendidikan merupakan penerapan mengelola dan mengarahkan penyelenggaraan bimbingan konseling oleh konselor sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien, dengan mendayagunakan semua sumber daya yang ada di sekolah melalui koordinasi kepala sekolah, kerjasama konselor serta semua komponen sekolah.

Adapun fokus pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana perencanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018?, 2) Bagaimana pengorganisasian bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018?, 3) Bagaimana pelaksanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenkalan siswa di SMP Baitul Arqom tahum pelajaran 2017/2018?, 4) Bagaimna evaluasi bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018?. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan perencanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018. 2) Untuk mendeskkripsikan pengorganisasian bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018. 3) Untuk mendeskkripsikan pelaksanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018. 4) Untuk mendeskkripsikan evaluasi bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018.

Pendekatan penelitian yang digunakan kualitatif deskriptif. Jenis penelitian field research, penentuan subjek penelitian menggunakan purposive sampling, teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumenter. Analisis data menggunkan reduksi data, penyajian data dan verivication. Keabsahan data dengan triangulasi sumber dan metode.

Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Perencanan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom yaitu perencanaan yang mengacu pada kebutuhan siswa dan sekolah. 2) Peroganisasian bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom yaitu sistem pengorganisasian secara umum dan melibatkan semua tenaga pendidik dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konselingnya. 3) Pelaksanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom yaitu dengan memberikan layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan dan layanan bimbingan dan konseling kelompok. 4) Evaluasi bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom yaitu dengan menilai kegiatan pelayanan yang mencakup tujuan BK yang dirumuskan dalam program bulan.

(6)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Istilah ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 14

B. Kajian Teori ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 45

B. Lokasi Penelitian ... 46

C. Subyek Penelitian ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Analisis Data ... 51

(7)

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 55 B. Penyajian Data dan Analisis... 66 C. Pembahasan Temuan ... 85 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran-saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 100

(8)

4. Foto

5. Surat Keterangan Izin Penelitian 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian 7. Jurnal Penelitian

8. Biodata Penulis

(9)

Data Fasilitas SMP Baitul Arqom Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 61 2.2 Data Jumlah Siswa SMP Baitul Arqom Tahun Pelajaran 2017/2018 .. 62

(10)

Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 65

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perbincangan pendidikan sangat hangat, baik dikalangan mahasiswa maupun birokrasi pendidikan, karena bagaimanapun juga pendidikan merupakan wadah yang sangat strategis dari salah satu sistem atau lembaga untuk mempersiapkan kader-kader bangsa, diharapkan mampu mengemban amanah ke Indonesiaan. Masalah pendidikan ini tidak jarang didiskusikan dari yang sederhana sampai pada tingkat nasional yang berbentuk seminar nasional. Semua ini dilaksanakan dalam rangka menemukan solusi konkrit dalam menjawab keberadaan pendidikan di Indonesia yang sangat memperihatinkan ini.

Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan kepada siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.1

Hubungan antara bimbingan dengan pendidikan sangat erat sekali, bahkan kesamaannya sebagaimana nampak pada dasar dan tujuan dalam

1 Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 105.

(12)

mengembangkan individu/siswa. Keduanya saling membutuhkan dan tidak bisa dipisahkan antara bimbingan dan pendidikan. Pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan, dimana bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, sedangkan pendidikan memberikan arah kedewasaan sehingga memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, karir maupun bidang budaya/keluarga dan kemasyarakatan.2

Dengan demikian, pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan rohani ke arah terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang berkualitas). Dalam konteks Islam, pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Dari makna ini, pedidikan merupakan upaya untuk membentuk manusia yang lebih berkualitas. Kualitas manusia yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras dan seimbang dalam aspek- aspek spiritual, moral, sosial, inelektual, fisik, dan sebagainya. Pribadi yang berkualitas (paripurna) dalam Islam bisa disebut insan kaffah dan

2Sarwan, Bimbingan & Konseling di Sekolah (Jember: Pustaka Radja, 2011), 14.

(13)

insan kamil, yaitu sosok pribadi yang sehat jasmani dan rohaninya, dapat

mengimplementasikan iman, ilmu dan amal serta dzikir dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.3

Manajemen bimbingan dan konseling merupakan manajemen yang dapat mengarahkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling oleh guru pembimbing sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. Karena manajemen semacam ini dijalankan selalu mempertimbangkan kondisi sekolah, permasalahan yang dihadapi siswa, kompetensi yang ingin dicapai dan tujuan yang dirumuskan sesuai aspirasi stake-holders.

Dalam konteks pelayanan bimbingan konseling, berdasarkan pengertian manajemen diatas manajemen pelayanan bimbingan konseling dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan konseling dan penggunaan sumber daya-sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen pelayanan bimbingan konseling juga bisa berarti bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan pelayanan bibingan konseling dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).4

3Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), 5.

4Tohirin, Bimbingan dan Konseling, 272-273.

(14)

Secara umum tujuan dari layanan bimbingan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.5

Untuk lebih spesifik surat keputusan Mendikbud nomor:

025/0/1995 mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk pesera didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.6

Pada masa perkembangan remaja terjadi perubahan-perubahan baik perubahan fisik maupun psikologisnya. Perubahan ini ternyata menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemikiran dan juga perasaan sosialnya.7 Maka dari itu tugas dari seorang pembimbing yaitu memberikan arahan yang baik kepada siswa. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104, yang berbunyi:

5Sekretariat Negara RI, Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2010), 2.

6Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: PT Rineka cipta, 2001), 67.

7Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012), 184.

(15)































Artinya:“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Ali Imran, 104)8

Dari keteragan ayat di atas mengandung perintah untuk melaksanakan sesuatu yang baik dan menjauhi perbuatan yang jelek, yakni wajib bagi umat Islam mengerjakan atau melaksanakan bimbingan dan konseling disegala sektor kegiatan, baik di lembaga formal maupun non formal. Oleh karena itu, memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah berarti memberi pelayanan bagi setiap siswa, sehingga dengan adanya layanan bimbingan di sekolah yang dilakukan secara intensif akan memberi dampak yang positif bagi keberhasilan pendidikan. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan bertujuan mengembangkan cipta, rasa dan karsa manusia sehingga manusia memiliki pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai- nilai guna mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Tujuan dari bimbingan konseling di sekolah adalah agar klien atau siswa dapat mengatasi masalah secara mandiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Siswa sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan bantuan orang lain dalam proses edukasinya, yaitu bantuan yang berupa guidance

8Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya , 63.

(16)

(bimbingan) dari edukator di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Tripusat pendidikan tersebut harus kooperatif memotivasi siswa untuk menemukan konsep dirinya. Bimbingan merupakan kegiatan manusiawi yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi insaniah manusia, sehingga manusia senantiasa berada dalam alur kehidupan yang bermartabat dan beradab.9

Kegiatan utama siswa adalah belajar, belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Setiap siswa memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda dalam hal belajar. Tidak sedikit siswa yang mengalami permasalahan atau hambatan dalam kegiatan di sekolah, termasuk di SMP Baitul Arqom Balung. Permasalahan-permasalahan yang seringkali timbul adalah tentang kenakalan siswa. Yang mana dalam hal ini, pastilah seorang siswa mengalami suatu proses perkembangan dalam berbagai aspek, seperti perkembangan intelektual, perkembangan afektif, perkembangan motivasi, dan perkembangan sosial.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Siti Maspupah, selaku guru BK, beliau mengungkapkan sebagai berikut;

SMP Baitul Arqom ini adalah salah satu sekolah menengah pertama yang berada di daerah Igir-Igir Balung. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah yang juga berada di bawah naungan pesantren. Mayoritas siswa adalah dari pesantren dan di luar pesantren. Sebagaimana keadaan sekolah seperti biasanya,

9Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 114.

(17)

tidak semua peserta didik dapat menerima pelajaaran dengan baik, banyak hal yang membuat pelajaran atau proses belajar mereka terganggu. Misalnya, kenakalan yang disebabkan merokok, dan bolos sekolah, seperti bolos pada jam pelajaran atau pulang sebelum jam pelajaran berakhir.

SMP Baitul Arqom ini tentunya juga mengalami problematika yang sama, namun di sekolah ini pelayanan BK terhadap para peserta didik senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan sehingga mampu mengkoordinir dan menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang terjadi terhadap peserta didik yang dapat mengganggu proses belajar mereka.10

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, ingin mengetahui lebih tentang

“Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di SMP Baitul Arqom Tahun Pelajaran 2017/2018”.

B. Fokus Penelitian

Adapun masalah yang akan diangkat dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018 ?

2. Bagaimana pengorganisasian bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018 ?

3. Bagaimana pelaksanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018 ?

10 Siti Maspupah, wawancara, 11 Desember 2017.

(18)

4. Bagaimana evaluasi bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.11

1. Untuk mendeskripsikan perencanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018.

2. Untuk mendeskripsikan pengorganisasian bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018.

3. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018.

4. Untuk mendeskripsikan evaluasi bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom Balung tahun pelajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi pemikiran bagi peneliti pribadi maupun seluruh pihak yang bersangkutan. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

11 Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2015), 45

(19)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan tentang implementasi manajemen bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti :

Untuk menambah dan memperluas wawasan dan khazanah keilmuan peneliti tentang implementasi manajemen bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa.

b. Bagi lembaga (IAIN Jember)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi reverensi dan informasi dalam rangka menciptakan dan mengembangkan dinamika budaya intelektual masyarakat kampus.

c. Bagi lembaga (SMP Baitul Arqom)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang positif untuk mempertahankan eksistensinya dan juga sebagai masukan yang kontruktif dalam meningkatkan kualitas bimbingan dan konseling.

d. Bagi masyarakat

Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai informasi kepada masyarakat dalam mengatasi kenakalan siswa.

(20)

E. Definisi Istilah

Dalam suatu judul penelitian, definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-isilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti didalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.12 Sehingga perlu dijelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul diatas.

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu proses penerapan atau pengaplikasiannya.13

2. Manajemen Bimbingan Konseling

Manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.14 Secara sistematis, kata manajemen yang umum digunakan pada saat ini berasal dari kata kerja to manage yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan, dan memimpin. Kata management berasal dari Bahasa latin, yaitu mano yang berarti tangan,

menjadi manus berarti bekerja berkali-kali dengan menggunakan tangan, ditambah imbuhan agree yang berarti melakukan sesuatu berkali-kali dengan menggunakan tangan.15

12 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45

14Muhaimin, Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta:

kencana Prenada Media Group, 2012), 4.

15Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan, Konsep&Prinsip Pengelolaan Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 23.

(21)

Bimbingan dalam arti luas berada dalam bentuk pendidikan berupa asih, asuh, dan asah oleh orang tua kepada anak, ataupun kakak kepada adik. Demikian juga guru terhadap muridnya baik dalam situasi instruktusional maupun situasi lainnya. Bahkan pada zaman ini, bimbingan dapat dilakukan lewat media cetak (buku, surat kabar, majalah) dan media elektronik (radio, Tv, dan sosmed) yang mana peristiwa ini dikenal dengan bimbingan informal.16

Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90.

“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.” Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wa jar, sesuai dengan keadaan lingkungannya.17

Konseling diartikan sebagai upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri, dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.18

16Saring Marsudi, dkk, Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2010), 31.

17Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 36.

18Ibid, 38.

(22)

Manajemen bimbingan konseling adalah proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dianggap penting guna mencapai suatu tujuan layanan bimbingan konseling.

Jadi implementasi manajemen bimbingan konseling diartikan sebagai keseluruhan penerapan aktifitas bimbingan konseling berupa proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi dengan memanfaatkan semua sumber daya yang dianggap penting guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien.

3. Kenakalan siswa

Mendefinisikan kenakalan remaja atau lebih dikenal dengan perilaku menyimpang.19 Mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.

Berdasarkan definisi-definisi istilah tersebut dapat difahami bahwa maksud dari judul “Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di SMP Baitul Arqom Balung Tahun Pelajaran 2017/2018” adalah penerapan pengelolaan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan dan konseling, melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling, serta mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengetahui

19 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 205.

(23)

apakah semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan mengetahui bagaimana hasilnya. Terutama dalam mengatasi kenakalan siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah sesuai aturan yang berlaku.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif, bukan seperti daftar isi.

Bab satu, pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan metode penelitian serta sistematika penelitian.

Bab dua, Kajian Kepustakaan yang berisi tentang ringkasan kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan pada saat ini serta memuat tentang kajian teori.

Bab tiga, Metode Penelitian meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian

Bab empat, Hasil Penelitian pada bagian ini berisi tentang inti atau hasil penelitian ini, yang meliputi latar belakang, obyek penelitian, penyajian data, analisis dan pembahasan temuan.

Bab lima, kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan penelitian yang dilengkapi dengan saran-saran dari peneliti atau penulis dan diakhiri dengan penutup.

(24)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini dicantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannnya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau yang belum terpublikasikan (Skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitan yang hendak dilakukan.20

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan penelitian serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian.

Kajian yang mempunyai relasi atau keterkaitan dengan kajian ini antara lain:

1. Farida Yunita, dengan judul “Manajemen Bimbingan Dan Konseling Sebagai Sarana Pengendalian Kenakalan Siswa Kelas 2 SMA Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2006/2007”

Penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen bimbingan konselng dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom. Dalam penelitian ini penulis

20Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.

(25)

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif desriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian. Yang mana ingin mengetahui bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya dalam manajemen bimbingan konseling di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida Yunita adalah yang pertama, bahwasanya persepsi siswa tentang bimbingan konseling polisi sekolah yang selalu mengawasi setiap tingkah laku siswa. Kedua, bahwasanya persepsi siswa tentang bimbingan konseling adalah sebagai tempat siswa yang bermasalah. Ketiga, bagi siswa yang memiliki prestasi gemilang beranggapan bahwa guru bimbingan konseling banyak membantu dan memberi solusi setiap siswa yang memiliki masalah. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

2. Nanik Imro’atul Jannah, dengan judul “Pola Kerja Bimbingan Konseling dalam Menangani Masalah Siswa (Study Kasus Materi PAI di SMA Negeri Arjasa Tahun Pelajaran 2012/2013)”.

Penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif desriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

(26)

yang dialami oleh objek penelitian. Yang mana ingin mengetahui bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya dalam manajemen bimbingan konseling di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanik dalam proses layanan bimbingan dan konseling adalah pola kerja yang dijalankan berupa layanan bimbingan belajar, layanan konseling perorangan dan layanan bimbingan kelompok. Yang mampu mengatasi masalah siswa serta dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan keaktifannya dalam menjalankan kewajiban yang menjadi kegiatan wajib sekolah. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.21

3. Nanik Nurhidayati, dengan judul “Aplikasi Model Pengembangan Diri dalam Bentuk kegiatan Ekstrakurikuler dan Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Yosowilangun Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tehnik pengumpulan data berupa wawancara, obsernvasi dan dokumentasi. Persamaannya yaitu meneliti tentang pengembangan bimbingan dan konseling di sekolah. Penelitian ini menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh sekolah mampu menunjang berbagai kegiatan lain hingga setiap aktivitas yang dijadwalkan terlaksana dengan baik.

21Nanik Imro’atul Jannah, Pola Kerja Bimbingan Konseling dalam Menangani Masalah Siswa (Studi Kasus Materi PAI di SMA Negeri Arjasa, 2013.

(27)

Perbedaannya penelitian ini membahas seputar kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan konseling yang dilaksanakan di sekolah himgga mampu menunjang kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.22

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu No Penelitian

terdahulu

Penulis Tahun terbit

Persamaan Perbedaan 1 Manajemen

Bimbingan Dan Konseling Sebagai Sarana Pengendalian Kenakalan Siswa Kelas 2 SMA Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2006/2007

Farida Yunita

2007 Sama-sama menggunakan metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan

dokumentasi

Membahas tentang

tingkah laku siswa, siswa yang

mendapatkan nilai gemilang banyak dibantu oleh guru bimbingan dan konseling 2 Pola Kerja

Bimbingan Konseling dalam Menangani Maslah Siswa (Study Kasus Materi PAI di SMA Negeri Arjasa Tahun Pelajaran 2012/2013

Nanik Imro’atul Jannah

2013 Sama-sama menggunakan metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan

dokumentasi

Membahas pola kerja layanan

bimbingan belajar, layanan konseling perorangan dan bimbingan kelompok

3 Aplikasi Model

Pengembangan Diri dalam Bentuk

Nanik Nurhidayati

2011 Sama-sama menggunakan metode pengumpulan data dengan

Hanya membahas seputar kegiatan ekstrakurikuler

22 Nanik Nurhidayati, Aplikasi Model Pengembangan Diri dalam Bentuk Kegiatan Ekstrakulikuler dan Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Yosowilangun Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011 (Skripsi : IAIN Jember, 2011).70

(28)

Kegiatan Ekstrakurikuler dan Bimbingan Konseling di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Islam

Yosowilangun Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011

observasi, wawancara dan

dokumentasi

dan bimbingan konseling yang dilaksanakan di sekolah hingga mampu menunjang kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.

B. Kajian Teori

1. Kajian Teori Tentang Manajemen Bimbingan Konseling a. Pengertian Manajemen Bimbingan Konseling

Sebelum diketahui pengertian dari manajemen bimbingan dan konseling, alangkah baiknya jika kami bahas satu persatu pengertian dari tiap-tiap istilah agar pembahasan ini lebih sistematis dan lebih mudah dipahami. Banyak perbedaan dalam mendefinisi istilah manajemen. Pengertian manajemen yang lebih kompleks dikemukakan oleh Stoner dalam T. Hani Hndoko sebagai berikut: manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Komarudin, menyebutkan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk

(29)

mencapai tujuan dengan bantuan sejumlah sumber dengan cara efektif dan efisien.23

Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling, berdasarkan pengertian manajemen diatas. Manajemen pelayanan bimbingan konseling dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan sumber daya- sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.24

Pada dasarnya manajemen dalam layanan bimbingan dan konseling dilakukan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang bermutu, yaitu layanan yang mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola dan medayagunakan program, personil, fasilitas dan pembiayaan layanan bimbinngan dan konseling secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Konsep pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu menurut Goetsh dan Davis adalah layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat dan pemerintah.25

Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah didasarkan ketentuan yang termasuk didalam peraturan perundangan yang

23 Suhadi winoto, Manajemen Berbasis Sekolah (Jember: PT. Buku Pena Salsabila, 2011), 5.

24Tohirin, Bimbingan dan Konseling, 272.

25Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling Panduan Lengkap Memahami Prinsip- prinsip Pelaksanaan Konseling (Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta, 2014), 189.

(30)

berlaku, khususnya SK Menpan no 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang berbunyi:

“ Menimbang: a. bahwa keputusan menteri Negara pendayagunaanaparatur Negara Nomer 84/1993 tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka kreditnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan profesi dan tuntutan kompetensi guru. b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu mengatur kembali jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dengan peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Mengingat: 1. Undang-undang no 8 tahun 1974 tentang pokok- pokok kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomer 55, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomer 3041), sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomer 43 tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 169, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3890). 2. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 nomor 6, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4301).26

Dasar bimbingan konseling adalah pengelolaan manajemen yang bermutu, agar layanan yang diberikan jelas, terarah dan

26Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling(Studi Karir) (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007), 85.

(31)

sistematis yang dilakukan oleh guru pembimbing yang profesional dengan syarat menguasai beberapa kompetensi dasar.

Prinsip bimbingan dan konseling adalah seperangkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Menurut Prayitno dan Erman Amti rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan , masalah, klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan”.27

Penerapan prinsip-prinsip manajemen secara terintegrasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan berkenaan dengan bagaimana cara umum pelayanan bimbingan dan konseling itu dikelola.

b. Ruang Lingkup Manajemen Bimbingan Konseling Adapun ruang lingkup bimbingan konseling, antara lain:

1) Ruang lingkup dari segi pelayanan

a) Pelayanan bimbingan konseling di sekolah

- Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang lain. Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan yaitu: bidang kurikulum, bidang administrasi dan bidang kesiswaan.

- Tanggung jawab konselor sekolah.

27Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), 63.

(32)

b) Pelayanan bimbingan konseling di luar sekolah - Bimbingan konseling keluarga

- Bimbingan konseling dalam lingkungan yang lebih luas.

2) Ruang lingkup dari segi fungsi a) Fungsi pemahaman

b) Fungsi pencegahan c) Fungsi pengentasan

d) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan 3) Ruang lingkup dari sasaran

a) Perorangan / individual b) kelompok

4) Ruang lingkup dari segi pendidikan dan karir a) Bimbingan konseling pendidikan

b) Bimbingan konseling karir

5) Ruang lingkup dari segi sosial budaya.

Sebelum diketahui pengertian dari manajemen bimbingan konseling, alangkah baiknya jika kami bahas satu persatu pengertian dari tiap-tiap istilah agar pembahasan ini lebih sistematis dan lebih mudah dipahami. Banyak perbedaan dalam mendefinisi istilah manajemen. Pengertian manajemen yang lebih kompleks dikemukakan oleh Stoner dalam T. Hani Hndoko sebagai berikut: manajmen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

(33)

usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya- sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dalam konteks pelayanan bimbingan konseling, berdasarkan pengertian manajemen diatas. Manajemen pelayanan bimbingan konseling dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan sumber daya-sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.28

Pada dasarnya manajemen dalam layanan bimbingan dan konseling dilakukan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang bermutu, yaitu layanan yang mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola dan medayagunakan program, personil, fasilitas dan pembiayaan layanan bimbinngan dan konseling secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Konsep pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu menurut Goetsh dan Davis adalah layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat dan pemerintah.29

Dasar bimbingan konseling adalah pengelolaan manajemen yang bermutu, agar layanan yang diberikan jelas, terarah dan sistematis yang dilakukan oleh guru pembimbing yang profesional dengan syarat menguasai beberapa kompetensi dasar.

28Tohirin, Bimbingan dan Konseling, 272.

29Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling Panduan Lengkap Memahami Prinsip- prinsip Pelaksanaan Konseling (Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta, 2014), 189.

(34)

Prinsip bimbingan dan konseling adalah seperangkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Menurut Prayitno dan Erman Amti rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan , masalah, klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan”.30

Penerapan prinsip-prinsip manajemen secara terintegrasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan berkenaan dengan bagaimana cara umum pelayanan bimbingan dan konseling itu dikelola.

2. Kajian Teori tentang Kenakalan Siswa a. Pengertian Kenakalan Siswa

Dalam tinjauan teoritik masalah kenakalan siswa ini, maksudnya adalah masalah yang terjadi di usia sekolah menengah yang diteliti oleh kami. Rata-rata usia siswa sekolah menengah pertama dan yang sederajat berkisar 12-14, ini artinya bahwa mereka berada pada usia dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

Terdapat dua proses kejiwaan dalam kehidupan manusia yang pasti terjadi, yaitu perkembangan dan pertumbuhan, dan

30Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), 63.

(35)

kedua proses ini akan secara alami mengalami perubahan dari tahap anak-anak, remaja, dewasa hingga ia mengalami kematian.

Usia remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan umur 21 tahun pada remaja wanita, dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Pada masa ini remaja sering dihantui rasa cemas dan gelisah sebagai dampak dari berkembangnya pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologisnya, remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena masa ini merupakan transisi dan masa ditengah-tengah antara masa anak- anak an dewasa, sehingga usia remaja ini belum sepenuhnya mampu menguasai dan menggunakan psikis dan fisiknya atau lebih dikenal dengan proses pencarian jati diri karena memang mereka masih belajar menjadi dan memasuki perkembangan usia selanjutnya yaitu dewasa.31

Pola piker yang masih dalam masa transisi dari anak-anak kedewasa inilah yang kadang menimbulkan akses negatif dalam perbuatannya karena sifat pencarian jadi diri mereka biasanya dilakukan dengan keinginan mencoba segala sesuatu (senang bertualang). Keinginan untuk pencarian jati diri atau bahkan untuk mendapatkan pengakuan sosial inilah yang kadang-kadang menyalahi aturan dan norrma-norma dalam masyarakat, peraturan

31 Ali Muhammad, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2011), 9.

(36)

sekolah, aturan orang tua, dan bahkan pada pelanggaran peraturan yang lebih besar yakni aturan hukum Negara kita tercinta.

Mendefinisikan kenakalan remaja atau lebih dikenal dengan perilaku menyimpang. Mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hokum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.32

Dari uraian yang disampaikan oleh Sarwono di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang idak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang. Kaitan dengan lembaga sekolah, yang dinamakan jalur baku tersebut adalah peraturan yang ada di masing-masing lembaga yang mestinya harus di taati oleh semua siswa atau peserta didik.

32 Sarwono, Psikologi Remaja, 205.

(37)

Ada banyak ragam perbuatan yang menyimapang yang dilakukan oleh masa-masa diusia remaja, untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja diantara karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan,sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan?. Proses sosialisasi terjadi sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap, dengan kata lain bahwa faktor lingkungan, dalam hal ini adalah keluarga, masyarakat bahkan media yang sering dijumpai oleh remaja akan mempengaruhi tingkah lakunya ini.

b. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa

Ada faktor-faktor penyebab kenakalan siswa (remaja) diantaranya:

1. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tuanya tidak begitu memperhatikan anak-

(38)

anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan bahagia. Ini berarti bahwa merokok dijadikan pelampiasan akan kekecewaan mereka kepada orang tuanya sebagai akibat dari kurangnya kasih saying atau terlalu kerasnya cara orang tua memberikan sanksi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh mereka.

2. Pengaruh teman

Tidak dapat dipungkiri bahwa pergaulan antara teman sedikit banyak akan mempengaruhi pola tingkah laku antara keduanya, bahwa “ diantara remaja perokok terdapat 87%

mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja yang perokok”.33 Itu artinya bahwa ada kemungkinan remaja itu terpengaruh oleh temannya atau temannya terpengaruh oleh dia sendiri sehingga keduanya akan menjadi perokok.

3. Faktor kepribadian

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa masa remaja merupakan masa dimana perasaan ingin tahu terikat kuat di kepribadian mereka. Berawal dari rasa keingin tahuan inilah kemudian lahir rasa ingin mencoba.34 Begitu juga dalam merokok, semua orang berawal dari rasa ingin tahu dan coba-

33 Fatimah, Psikologi Perkembangan, 246.

34 Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja, 209.

(39)

coba, ingin melepaskan masalah yang terjadi pada diri mereka atau bahkan membebaskan diri dari kebosanan atau masalah yang melanda mereka, akibat dari mencoba itulah lahirlah kebiasaan mengkonsumsi rokok.

4. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa merokok adalah lambang kejantanan atau gelamour, membuat remaja sering kali terpicu atau mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.35

Intinya bahwa, dibutuhkan peran aktif orang tua, guru, teman dan semua pihak untuk menanggulangi permasalahan ini.

Usaha bimbingan dan konseling di sekolah misalnya dengan penyadaran kepada peserta didik dengan usaha memberikan sanksi bagi perokok di sekolah, dan penyuluhan kesehatan ke warga sekolah pada umumnya akan dapat meminimalisir kegiatan merokok oleh siswa ini.

c. Jenis-jenis Kenakalan Siswa

Ada beberapa bentuk kenakalan yang biasanya meresahkan para orang tua di rumah dan tentunya guru juga di sekolah yaitu:

1. Merokok

Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok

35 Fatimah, Psikologi Perkembangan, 246.

(40)

dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapt menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.

Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat karsinogenik, racun dari karsinogenik yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker, pada awlnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin, dan setelah dibakar nikotin yang masuk kedalam sirkulasi darah hanya 25% walaupun dalam jumlah kecil hanya dalam waktu 15 detik akan sampai ke otak manusia.36

Pada kenyataannya semua orang tahu akan dampak buruk yang dihasilkan dari konsumsi rokok, tetapi tidak ada kesadaran dari mereka untuk berhenti melakukan konsumsi rokok ini, bahkan ditolerir oleh mereka dan oleh masyarakat.

Hal yang memprihatikan adalah usia perokok yang tiap tahun semakin bertambah muda, lihat saja fenomena perokok akhir- akhir ini yang masih umur balita sebagai pengkonsumsi berat rokok, dan ini sangat memprihatinkan semua banyak pihak,

36 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), 242.

(41)

bukan hanya bidang kesehatan, tetapi bidang pendidikan juga kena imbasnya.

Intinya bahwa, dibutuhkan peran aktif orang tua, guru, teman dan semua pihak untuk menanggulangi permasalahan ini. Usaha bimbingan dan konseling di sekolah misalnya dengan penyadaran kepada peserta didik dengan usaha memberikan sanksi bagi perokok di sekolah, dan penyuluhan kesehatan ke warga sekolah pada umumnya akan dapat meminimalisir kegiatan merokok oleh siswa ini.

2. Siswa bolos sekolah

Kata “Bolos” sangat populer dikalangan pelajar, siswa yang membolos pada jam efektif sekolah hanya sedikit dibandingkan dari jumlah siswa yang tidak membolos, terlepas sekecil apapun dari jumlah tersebut harus menjadi perhatian bagi institusi yang bernama sekolah, karena apabila tidak disikapi dengan baik, tidak menutup kemungkinan yang kecil akan menjadi besar dan menjelma menjadi bola salju liar yang akan terus menggelinding hingga jumlah siswa yang membolos sekolah akan terus meningkat.

Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar, setdaknya bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan. Sebab perilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu.

(42)

Siswa yang bolos sekolah dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu factor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, krisis identitas atau masa badai pada diri remaja sering kali menimbulkan kendala dalam penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya.37 Ini berarti bahwa suka bolos sekolah disebabkan berupa karakter siswa yang memang suka membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari rutinitas-rutinitas yang membosankan dirumah. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar siswa, misalnya kebijakan sekolah yang tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak professional, cara guru mengajar membosankan, fasilitas penunjang sekolah missal laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar siswa.

Tindakan membolos dikedepankan sebagai sebuah jawabanatas kejenuhan yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap kurikulum sekolah, yang pada akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng lembaga persekolahan itu sendiri. Tidak hanya di kota-kota besar saja

37Muhammad Asrori, Psikologi Remaja, 179.

(43)

siswa yang terlihat sering membolos, bahkan didaerah- daerahpun beberapa siswa sangat gemar membolos.

Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara seriua. Penanganan dapat dilakukan denga terlebih dahulu mengetahui penyebab munculnya perilaku membolos tersebut. Dan hal ini menjadi tanggung jawab semua yang terkait dengan kehidupan anak.

Orang tua, guru dan semua pihak yang terkait punya keharusan untuk mengawasi dan memberikan motivasi terhadap perlakuan yang menyimpang ini.

3. Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa

Manajemen merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien.

Manajemen juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, guru-guru, serta kebutuhan masyarakat setempat. Untuk itu, perlu dipahami fungsi-fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan juga evaluasi. Dalam prakteknya ke empat fungsi tersebut merupakan suatu proses yang berkesinambungan.38

38 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 25.

(44)

Adapun Fungsi manajemen menurut Terry terdiri atas 4 fungsi utama yang dikenal dengan istilah POAC, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengawasan).39

a. Perencanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018

Salah satu fungsi atau proses manajemen adalah perencanaan. Setiap kegiatan perlu di rencanakan agar kegiatan menjadi terarah demi mencapai tujuan. Perencanaan harus dibuat dengan sebaik-baiknya. Rencana merupakan pedoman kerja bagi para pelaksana terkait, baik manajer maupun staf dalam melaksanakan fungsi dn tugas masing-masing.

Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penentuan tujuan organisasi dan pemilihan tindakan masa depan untuk mencapai tujuan. Menurut Roger A. Kauffman perencanaan merupakan proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.40

Sementara itu, menurut Koontz dan Donnel perencanaan adalah fungsi seorang menejer yang berhubungan dengan pemilihan berbagai alternatif tujuan, kebijakan, prosedur dan program. Dengan demikian perencanaan merupakan pengambilan

39 Suhadi winoto, Manajemen Berbasis Sekolah, 43.

40 Suhadi Winoto, Manajemen Berbasis Sekolah (Jember: Penerbit Buku Pena Salsabila, 2011),45.

(45)

keputusan tentang hal-hal yang akan di kerjakan. Hal ini di tegaskan pula oleh Terry bahwa, perencanaan berarti menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melaksanakannya.41

Perencanaan dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan sangat menentukan proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai suatu proses kegiatan, membutuhkan perencanaan yang matang dan sistematis dari mulai penyusunan program hingga pelaksanaannya. Agar pelayanan bimbingan dan konseling memperoleh hasil sesuai tujuan yang telah dirumuskan, maka harus dilakukan perencanaan.

Perencanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan langkah utama yang sangat penting dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah umumnya, khususnya proses pembimbingan yang bermakna. Perencanaan bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk menetapkan atau merumuskan cara untuk mencapai tujuan, oleh karena itu, perencanaan dapat memberikan arah usaha kegiatan dengan lebih jelas, sehingga dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.42 Perencanaan program bimbingan dan konseling dilakukan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan kebutuhan siswa. Program bimbingan antara sekolah satu dengan yang sekolah lain tidak selalu sama.

41 Suhadi Winoto, Manajemen Berbasis Sekolah, 46.

42Saring Marsudi, Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Universitas Muhammadiyah Press, 2010), 104.

(46)

Agar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana serta tujuannya dapat tercapai secara efektif dan efisien maka harus ditentukan, yaitu:

1. Tujuan

Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah sebagai pedoman untuk mencapai sasaran yang telah dietatapkan.

Sebagai suatu alat ukur dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan harapan.

2. Program

Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif, apabila dimulai dengan program yang disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling.

Program bimbingan haus disusun berdasarkan kebutuhan. Program yang baik adalah program yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan lembaga sekolah yang bersangkutan, karena pelaksanaan bimbingan terintegrasi dalam keseluruhan program sekolah. Agar layanan bimbingan mempunyai kontribusi yang besar terhadap tujuan program sekolah.43

43Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1998), 60.

(47)

b. Pengorganisasian bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 20017/2018

Pengorganisasian menurut Siagian pengorganisasian suatu program dapat dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:

mengidentifikasi, mengelompokkan, memberikan nama, menemtukan orang-orang, mendistribusikan fasilitas, menetapkan aturan kerja dan menetapkan hubungan kerja.

Menurut Terry menjelaskan bahwa pengorganisasian merupakan kegiatan dasar manajemen yang dilakukan untuk menghimpun dan menyusun semua sumber yang disyaratkan dalam rencana, terutama sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.44

Pengorganisasian dalam pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling dikelola dan diorganisasi. Pengelolaan dan pengorganisasian pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan model atau pola yang dianut oleh suatu sekolah dan madrasah. Apabila sekolah dan madrasah menganut pola profesional dalam pelayanan bimbingan dan konseling, akan berbeda sistem pengorganisasiannya dengan sekolah dan madrasah yang menganut pola nonprofesional.

44 Suhadi Winoto, Manajemen Berbasis Sekolah (Jember: Penerbit Buku Pena Salsabila, 2011),52.

(48)

Sistem pengorganisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah tertentu bisa diketahui dari struktur organisasi sekolah dan madrasah yang bersangkutan. Dari struktur organisasi tersebut juga bisa diketahui pola dan model apa yang digunakan oleh sekolah dan madrasah yang bersangkutan. Apabila di sekolah dan madrasah yang bersangkutan hanya memiliki satu orang guru pembimbing, maka model organisasi pelayanan BK terintegrasi dengan organisasi sekolah dan madrasah secara umum.

Tetapi apabila di sekolah dan madrasah yang bersangkutan memiliki banyak tanaga bimbingan, maka harus disusun organisasi pelayanan BK tersendiri yang terdiri atas koordinator, anggota, dan staff administrasi pelayanan BK. Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan koordinator layanan BK (apabila sekolah dan madrasah memiliki banyak petugas bimbingan).45

Dengan adanya pengorganisasian bimbingan dan konseling dengan baik, maka program bimbingan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dalam menyusun program bimbingan dan konseling perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Rumusan tujuan program bimbingan dan konseling harus jelas mekanisme dan prosedur kerja.

2) Rencana harus tersusun secara sederhana agar mudah dipelajari, dilaksanakan, dikontrol dan fleksibel.

45Tohirin, Bimbingan dan Konseling, 275.

(49)

3) Rencana disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia

4) Penyusunan organisasi melibatkan semua personil sekolah 5) Organisasi harus dapat menciptakan kerjasama dengan pihak

terkait sehubungan program bimbingan dan konseling

6) Dapat memberikan informasi secara periodik kepada petugas dalam lingkungan sekolah

7) Tugas, tanggung jawab dan wewenang petugas di sekolah dirinci, sehingga dapat memahami tugasnya masing-masing dan lain sebagaimnya.

c. Pelaksanaan bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Baitul Arqom tahun pelajaran 2017/2018

Menurut Terry mengemukakan bahwa, pelaksanaan (penggerakan) adalah membuaat semua kelompok agar mu bekerja secara ikhlas, senang dan bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.

Keberhasilan lembaga terletak pada suatu komponen lembaga tersebut yang diselenggarakan secara informal. Untuk itu diperlukan adanya bimbingan dan konseling yang direncanakan secara teratur dan diselenggarakan atau diarahkan melalui kurikulum. Dengan adanya siswa dapat meningkatkan beberapa aktifitas dalam kehidupannya menuju

(50)

kearah perkembangan dengan kesadaran dan tanpa paksaan dari konselor.46

Pelaksanaan bidang bimbingan meliputi:

1) Layanan orientasi

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.

Layanan orientasi ini ditujukan kepada siswa baru dan untuk pihak-pihak lain (terutama orang tua/wali siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terutama penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi utama yang didukung oleh layanan orientasi ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan . 2) Layanan informasi

Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan

46Tohirin, Bimbingan dan Konseling, 200.

(51)

untuk kepentingan siswa. Oleh karena itu sasaran dari layanan informasi ini bukan saja siswa, tetapi juga orang tua/wali sebagai orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap siswa agar mereka dapat menerima informasi yang amat berguna bagi perkembangan anak-anak mereka.47

Layanan informasi ini bertujuan untuk membekali individu dengan berebagai pengetahuan dan pemahaman terntang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai sisw, anggota keluarga dan masyarakat.

Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengmbangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan.

3) Layanan penempatan dan penyaluran,

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan

47 Juhar, Dasar-dasar Konseling, 160.

(52)

co-ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi.

4) Layanan pembelajaran

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan keccepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

Layanan pembelajaran ini dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan optimal dirinya.

5) Layanan konseling perorangan

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dideritanya.

Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara

(53)

perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.48 Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.49

6) Layanan bimbingan dan konseling kelompok

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan/ atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan / atau tindakan tertentu.50

Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok.

Masalah yang dipecahkan bisa bersifat kelompok, yaitu

48Hallen, Bimbingan dan Konseling, 85.

49Syamsu Yusuf, A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 30.

50Hallen, Bimbingan dan Konseling, 86.

Referensi

Dokumen terkait

Choose a skin from the css/skins folder instead of downloading all of them to reduce

Berkaitan dengan minat belajar pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Veteran Cirebon, dijumpai berdasarkan penelitian pendahuluan bahwa siswa yang

dalam website ini terdapat pemborosan yaitu ada banyak berita yang sama pada satu halaman website dan website inipun tidak konsisten dalam menggunakan

• Kebanyakan probiotik adalah bakteri yang sama dengan bakteri yang ada pada usus manusia terutama yang ada pada usus bayi yang masih menyusui.. • Bayi yang masih

Berdasarkan analisa menggunakan program SPSS versi 21 dapat diperoleh hasil bahwa besarnya pengaruh dari hasil pengujian secara parsial atau masing-masing variabel

dengan metode tafsir al-Qur’an seperti ini, menurut Hanafi, seorang Mufasir yang ingin mendekati makna al-Qur’an tidak saja mendeduksi makna dari teks, tapi

Ide kreatif dan inovatif yang ditawarkan warga ditangkap apik oleh pemerintah untuk mengembangkan kawasan terkena dampak bencana alam menjadi sebuah destinasi baru pengembangan

PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi Kasus. Asep