Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara
Ulfi Isnaini
Fakultas Hukum Universitas Jambi [email protected]
Abstrak
The competence of judicial authority is generally used to examine, assess, and resolve cases which are divided into two, namely relative competence and absolute competence. Relative competence is the authority of the relevant court to decide a case. The state administrative court only examines the legality of government legal actions. Absolute competence is the authority of the state administrative court to handle cases. The competence of the state administrative court in Indonesian law is still limited.
Keywords : competence, Legal action, court
Kompetensi kewenangan peradilan umunya digunakan untuk memeriksa, menilai, dan menyelesaikan kasus yang dibedakan menjadi dua yaitu kompetensi relative dan kompetensi absolut. Kompetensi relatif merupakan kewenangan pengadilan yang relevan untuk memutuskan suatu perkara. Peradilan tata usaha negara hanya memeriksa legalitas Tindakan hukum pemerintah. Kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan tata usaha negara untuk menangani perkara. Kompetensi peradilan tata usaha negara di hukum Indonesia masih terbatas.
Kata kunci : kompetensi, Tindakan hukum, pengadilan
A. Pendahuluan
Dalam halnya hukum acara kompetensi (kewenangan) adalah peradilan, untuk memeriksa, untuk menilai dan untuk menyelesaikan kasus yang diajukan olehnya, membedakan antara kompetensi relatif dan kompetensi absolut. Yang dimana Kompetensi relatif terkait kekuasaan kehakiman untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara kasus berdasarkan yurisdiksinya. Sedangkan kompetensi absolut berkaitan dengan kewenangan badan peradilan untuk memeriksa, untuk memutus, dan untuk menyelesaikan suatu perkara sesuai dengan obyek atau pokok perkara.
Dalam Pasal 47 UU No 5 tahun 1986 tentang Peradilan TUN yang diubah menjadi UU No 9 tahun 2004 dan UU No 51 tahun 2009 mengatur mengenai kompetensi PTUN tentang sistem peradilan di Indonesia.
Terutama dalam sengketa TUN yang harus diselesaikan lebih dulu, awalnya yaitu tindakan resmi menurut pasal 48 UU No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN, yang diubah dengan UU No 9 Tahun 2004 dan UU No 51 Tahun 2009 lalu pengadilan Tinggi TUN bisa memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkaranya. Badan Peradilan dan Pengadilan Tinggi TUN tidak ada hak untuk mengajukan banding atas keputusan banding tersebut akan tetapi langsung mengajukan kasasi ke MA
Dari penjelasan diatas maka tulisan ini akan membahas persoalan “Kompetensi Peradilan TUN dalam Sistem Peradilan di Indonesia”.
Prof. Dr. Sukamto Satoto, S.H., M.H., 2023 BUKU AJAR HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA. H. Ujang Abdullah, SH., M.Si., KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA
B. Kompetensi Relatif
Kompetensi relatif ialah kewenangan pengadilan yang relevan dan memiliki yurisdiksi untuk memeriksa, untuk mengadili dan untuk memutuskan suatu perkara. Dengan pengadilan TUN, maka kompetensi relatifnya mengacu pada yurisdiksi pengadilan TUN untuk menangani masalah tersebut. Maka dalam UU No 54 pasal 51 Tahun 2009 jo UU No 9 Pada tahun 2004 ditetapkan bahwa gugatan dapat diajukan ke PTUN tempat tinggal tergugat. Jika ada beberapa tergugat, maka salah satu tergugat dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN.
kompetensi relatif juga adalah yurisdiksi pengadilan untuk menangani perkara berdasarkan wilayahnya. Pasal 6 UU No. 51 Tahun 2009 jo UU No. 9 Tahun 2004 menentukan batas daerah hukum PTUN. Batas daerah hukumnya dibagi menjadi dua wilayah:
1) Pengadilan Tata Usaha Negara wilayah hukumnya meliputi Kabupaten/Kota;
2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara wilayah hukumnya meliputi provinsi.
Tingkatan pengadilan kompetensi relatif ada tiga yaitu, Pengadilan tingkat I (Pengadilan Negeri) dan Tingkat II (Pengadilan Tinggi/Banding) untuk mendapatkan fakta hukum, sedangkan di Tingkat III (MA/Kasasi) sudah mencapai penetapan hukum.
Gugatan juga dapat diajukan di Pengadilan TUN yang harus dituju ke tempat tinggal penggugat, dan diteruskan ke Pengadilan TUN di tempat tergugat.
Menurut Pasal 118 (1) HIR. Yang memiliki wewenang mengadili perkara perdata yaitu Pengadilan Negeri (PN) diantaranya domisili tergugat (actor sequitur forum rei). Tidak ada pembenaran untuk mengajukan gugatan di di luar daerah pengadilan hukum tempat tinggal tergugat. Pilihan yang lain adalah ajukan gugatan kepada PN, yang yurisdiksinya mencakup tempat kediaman penggugat, jika tempat tinggal tergugat tidak diketahui.
Supaya sulit untuk dipalsukan, diperlukan keterangan dari pejabat yang bertanggung jawab, misalnya dari kepala desa.
Abdullah Tri Wahyudi, Jurnal KOMPETENSI RELATIF PERADILAN AGAMA. Prof. Dr. Sukamto Satoto, S.H., M.H., 2023 BUKU AJAR HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
Jika obyek gugatannya merupakan barang nyata, seperti tanah, hal tersebut dapat diajukan ke PN yang memiliki yurisdiksi atas tanah tersebut. Namun apabila keberadaan benda tak bergerak tersebut meluas di beberapa daerah, maka gugatan tersebut harus diajukan di salah satu PN pilihan penggugat.
Pengadilan TUN berfungsi untuk melindungi masyarakat pencari keadilan, sebagaimana dalam UU No. 51 Tahun 2009 jo UU No. 9 Tahun 2004 disebutkan:
1. Tempat kedudukan Pengadilan Tata Usaha Negara berada di Kota/Ibukota Kabupaten, yang membuat hal tersebut akan lebih mudah bagi masyarakyat untuk mencapainya.
2. Penggugat dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan TUN paling dekat dengan tempat tinggalnya yang selanjutnya diteruskan ke Pengadilan.
3. Dimungkinkan dalam hal-hal tertentu pemeriksaan Sengketa TUN dapat dilakukan di daerah hukum penggugat.
Abdullah Tri Wahyudi, Jurnal KOMPETENSI RELATIF PERADILAN AGAMA. Prof. Dr. Sukamto Satoto, S.H., M.H., 2023 BUKU AJAR HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
C. Kompetensi Absolut
kompetensi absolut mengacu pada kewenangan pengadilan tata usaha negara untuk menangani perkara sesuai dengan obyeknya, pokok sengketa. Dalam pasal 1 angka 10 UU No. 51 Tahun 2009 jo UU No. 9 Tahun 2004 disebutkan: "Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul akibat dikeluarkannya keputusan TUN". Dengan demikian, suatu Keputusan TUN menjadi dasar timbulnya Sengketa TUN, yang juga menjadi obyek dari sengketa tersebut.
Keputusan TUN juga disebutkan di Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009 jo UU No 9 Tahun 2004, Selain itu kompetensi Peradilan TUN mencakup ketentuan pasal 3 UU Peratun, dalam hal Badan/Pejabat TUN tidak mengeluarkan suatu keputusan yang di minta olehnya, meskipun hal itu adalah kewajibannya.
Namun kompetensi Pengadilan TUN yang diatur dalam pasal 1 angka 9 UU No. 51 tahun 2009 tentang perubahan kedua UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN, yang di batasi dengan ketentuan pasal 2, 48, 49, dan 142 UU Peradilan TUN, membuat pembatasan kepada obyek sengketa Pengadilan TUN tersebut menjadi : Pembatasan langsung, pembatasan tidak langsung, dan pembatasan langsung bersifat sementara.
H. Ujang Abdullah, S.H., M.Si., Jurnal KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. Prof. Dr. Sukamto Satoto, S.H., M.H., 2023 BUKU AJAR HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
D. Upaya Administratif
Dalam Pasal 48 UU No 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 Peradilan TUN, menjelaskan Upaya Administratif ialah tata cara hukum yang ditentukan berdasarkan Peraturan Per-UU-an untuk menyelesaikan sengketa TUN, yang dilakukan di daerah pemerintah itu sendiri, yang terdiri dari:
Prosedur keberatan
Apabila penyelesaian Sengketa TUN dilakukan sendiri oleh Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan TUN tersebut.
Prosedur banding administrative
Apabila penyelesaian Sengketa TUN dilakukan oleh instasi lain dari Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan TUN yang bersangkutan.
Menurut Pasal 48 di atas, upaya administratif menjadi wadah perlindungan hukum bagi orang/badan hukum perdata yang mengalami Keputusan TUN. Karena adanya lembaga peradilan tata usaha negara yang dilaksanakan oleh badan peradilan dengan hakim-hakim yang cakap, maka tidak ada alasan untuk takut atau curiga bahwa hal itu akan menghambat kegiatan pembangunan pemerintah. Peradilan tata usaha negara hanya memeriksa legalitas Tindakan hukum pemerintah (rechtsmatigheid) saja bukan yang bersifat (doelmatigheid).
Ujang Abdullah, SH.,Msi., jurnal UPAYA ADMINISTRASI DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA Prof. Dr.
Sukamto Satoto, S.H., M.H., 2023 BUKU AJAR HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
E. Kesimpulan
Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara dalam sistem hukum Indonesia relatif terbatas. Hal ini berlaku untuk putusan TUN yang konkrit, individual dan final yang dibuat badan/pejabat TUN, yang juga dibatasi oleh UU Peratun itu sendiri, pemberlakuan UU baru dan yurisprudensi Mahkamah Agung RI.
UU Administrasi Pemerintahan juga harus segera diikuti dengan harmonisasi ketentuan UU Peradilan TUN yang sudah ada, sehingga kompetensi peradilan TUN tidak terbatas pada putusan TUN di kemudian hari, tetapi juga mencakup segala tindakan. dari Badan/Pejabat TUN yang membuat rugi orang/badan hukum perdata, termasuk kerugian yang dialami orang/badan hukum perdata tersebut.
F. Daftar Pustaka
Prof. Dr. Sukamto Satoto, S.H., M.H., 2023 BUKU AJAR HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
Ujang Abdullah, SH.,Msi., jurnal UPAYA ADMINISTRASI DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Abdullah Tri Wahyudi, Jurnal KOMPETENSI RELATIF PERADILAN AGAMA