• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI DASAR PADA LOKASI BEKAS PENAMBANGAN EMAS DI NAGARI GUNUNG MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI DASAR PADA LOKASI BEKAS PENAMBANGAN EMAS DI NAGARI GUNUNG MEDAN "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI DASAR PADA LOKASI BEKAS PENAMBANGAN EMAS DI NAGARI GUNUNG MEDAN

KECAMATAN SITIUNG KABUPATEN DHARMASRAYA

Lici Astuti, Nursyahra dan Lince Meriko Program Studi Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Email : [email protected]

ABSTRACT

Gold mining activities causing disturbance and vegetation succession in the used mine location, so that research on the composition and structure of vegetation Basic On used mine Location in Gunung Medan area of Sitiung district Dharmasraya regency, with the aim to know the basic composition of the vegetation consist of type and quantity, structure vegetation cover density (K), relative density (KR), frequency (F), relative frequency (FR), diversity index (H1) and the factor of chemical physics at the used mine location. Descriptive survey research methods in September 2014. Samples of soil and vegetation samples basis taken of four research stations is the used mine location after 1 year (station I), 2 years (station II), 3 years (station III), 4 years (station IV ). Analysis of soil in the laboratory Botany Biology Study Program STKIP PGRI West Sumatra. Identify basic vegetation at Andalas University Herbarium (ANDA). The composition of the base vegetation is 616 people, 11 families, 19 species. The highest KR Borreria alata (Aubl.) DC. 67.198%. The highest FR Brachiaria eruciformis (Sm.) Griseb 20.008%. The highest H1 Scleria sumatrensis Retz. and Borreria alata (Aubl.) DC.

1.398. 330C-360C air temperature, soil temperature of 280C-310C, humidity 34%-40%, soil pH from 6.5 to 7.1 and the highest soil water content 21.867%.

Keywords: Basic Vegetation, Composition, Structure and Gold Mining

PENDAHULUAN

Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis dan memiliki keragaman tumbuhan yang tinggi, sehingga tidak ada satu jenis yang sangat dominan tetapi species tumbuhan diwakili oleh sedikit individu (Wiryono, 2013).

Vegetasi adalah kumpulan komunitas tumbuhan yang hidup bersama pada suatu tempat dan saling berinteraksi (Ardhana, 2012).

Menurut Ewusie (1990) hutan terdiri dari vegetasi pohon dan vegetasi lainnya seperti belukar, terna serta vegetasi dasar.

Manusia seringkali mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui secara besar-besaran pada saat sekarang ini. Menurut Soeprapto (2012) manusia merupakan penyebab utama kerusakan lingkungan. Seiring kebutuhan

hidup manusia yang meningkat, maka permintaan akan lahan di sektor pertanian dan pertambangan juga meningkat.

Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kota tambang emas di Indonesia. Tambang emas dilakukan sepanjang aliran Batang Hari dan anak sungai lainnya seperti sungai rotan kecil di Nagari Gunung Medan. Akibat yang ditimbulkan kegiatan ini seperti kekurangan unsur hara dan pencemaran oleh logam berat menyebabkan tumbuhan sulit untuk tumbuh.

Manan (1976) dalam Asmayannur (2012) menyatakan vegetasi dasar merupakan komponen penting dalam komunitas hutan karena menunjang kehidupan tumbuhan lain.

Apabila kegiatan tambang emas ini terus dilakukan, akan berdampak besar terhadap

(2)

lingkungan dan tumbuhan di areal pertambangan.

Penelitian tentang Komposisi dan Struktur Vegetasi Dasar Pada Lokasi Bekas Penambangan Emas di Nagari Gunung Medan Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya menarikdilakukan untuk mengetahui komposisi

yang meliputi jenis dan jumlah vegetasi dasar, mengetahui struktur yang meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan indeks keanekaragaman dan mengetahui factor fisika kimia pada lokasi bekas penambangan emas di Nagari Gunung Medan Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada September 2014. Pengambilan sampel vegetasi dasar dan sampel tanah dilakukan pada lokasi bekas penambangan emas di Nagari Gunung Medan Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Identifikasi sampel vegetasi dasar di Herbarium Universitas Andalas (ANDA) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas dan analisis sampel tanah di Laboratorium Botani Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Alat yang digunakan yaitu kertas koran, kantong plastik, tali rafia, meteran, pancang, pisau, skop, label, kamera, soil tester, termometer, oven, timbangan, monting, jarum, benang, selotip, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu spritus, sampel vegetasi dasar, dan sampel tanah.

Penelitian ini merupaan penelitian survey deskriptif dengan metode petak ganda.

Peletakkan plot pada beberapa stasiun, antara lain stasiun I yaitu lokasi bekas tambang emas setelah 1 tahun ditinggalkan, stasiun II (2 tahun ditinggalkan), stasiun III ( 3 tahun ditinggalkan), stasiun IV (4 tahun ditinggalkan), masing-masing dibuat 3 plot secara acak.

Pengukuran suhu tanah, suhu udara, kelembaban udara dan kelembaban tanah dilakukan pada pag, siang dan sore hari.

Pengambilan tanah dilakukan pagi hari.

Pengukuran kadar air tanah menggunakan rumus sebagai berikut.

Kadar air tanah (%) :

Berat Tanah Basah – Berat Tanah Kering

Berat Tanah Basah x 100%

Suin (1989)

Analisa Kerapatan (K), Frekuensi (F) dan indeks keanekaragaman (H1) dengan rumus sebagai berikut.

1. K : Jumlah individu

Luas seluruh petak contoh

K – i : Jumlah individu untuk species ke − i Luas seluruh petak contoh KR – i : Kerapatan species ke − i

Kerapatan seluruh species x 100%

2. F :

Jumlah petak contoh ditemukannya suatu species Jumlah seluruh petak contoh

F – i :

Jumlah petak contoh ditemukannya suatu species ke −i Jumlah seluruh petak contoh

FR – i : Frekuensi suatu species ke −i

Frekuensi dari seluruh species x 100%

(Indriyanto, 2010) 3. Indeks keanekaragaman

Hl : − 𝑛𝑖𝑁 log 𝑛𝑖𝑁

Hl : Indeks keanekaragaman Shannon Wienner

ni : Jumlah individu dari suatu jenis N : Jumlah total individu seluruh jenis

(Odum, 1993)

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tabel 1. Komposisi dan Struktur Vegetasi Dasar yang Ditemukan Pada Stasiun I Penelitian.

No .

Nama Spesies Stasiun I

X K KR% F FR% H1

1 Scleria sumatrensis Retz. 6 0,500 4,000 0,667 13,345 1,398

2 Paspalum conjugatum P.J.Bergius 3 0,250 2,000 0,333 6,663 0,034

3 Eragrostis atrovirens (Desf.) Trin.Ex.Steud 2 0,167 1,336 0,333 6,663 0,025 4 Brachiaria eruciformis (Sm.) Griseb. 91 7,583 60,664 1,000 20,008 0,132

5 Paspalum distichum L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

6 Melastoma malabathricum L. 33 2,750 22,000 0,667 13,345 0,145

7 Melochia umbellata Stapf. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

8 Trema orientalis BL. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

9 Michania micrantha Kunth. 1 0,083 0,664 0,333 6,663 0,015

10 Digitaria sp. 1 0,083 0,664 0,333 6,663 0,015

11 Pennisetum polystachion (L.) Schult. 2 0,167 1,336 0,333 6,663 0,025 12 Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

13 Borreria alata (Aubl.) DC. 6 0,500 4,000 0,333 6,663 1,398

14 Cyperus halpan L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

15 Fimbrstylis ovata (Burm.f.) J.Kern 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

16 Malpighiaceae Sp16 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

17 Cassia alata L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

18 Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd 2 0,167 1,336 0,333 6,663 0,025

19 Clibadium surinamense L. 3 0,250 2,000 0,333 6,663 0,034

Jumlah 150 12,50 100,00 4,998 100,002 3,246

Tabel 2. Komposisi dan Struktur Vegetasi Dasar yang Ditemukan Pada Stasiun II Penelitian.

No .

Nama Spesies Stasiun II

X K KR% F FR% H1

1 Scleria sumatrensis Retz. 4 0,333 2,137 0,333 6,245 0,035

2 Paspalum conjugatum P.J.Bergius 9 0,750 4,813 0,333 6,245 0,063

3 Eragrostis atrovirens (Desf.) Trin.Ex.Steud 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 4 Brachiaria eruciformis (Sm.) Griseb. 12 1,000 6,418 0,667 12,509 0,076

5 Paspalum distichum L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

6 Melastoma malabathricum L. 18 1,500 9,626 1,000 18,755 0,098

7 Melochia umbellata Stapf. 8 0,667 4,281 0,333 6,245 0,059

8 Trema orientalis BL. 1 0,083 0,533 0,333 6,245 0,012

9 Michania micrantha Kunth. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

10 Digitaria sp. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

11 Pennisetum polystachion (L.) Schult. 4 0,333 2,137 0,333 6,245 0,035 12 Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw. 1 0,083 0,533 0,333 6,245 0,012

13 Borreria alata (Aubl.) DC. 127 10,583 67,918 0,667 12,509 0,114

14 Cyperus halpan L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

15 Fimbrstylis ovata (Burm.f.) J.Kern 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

16 Malpighiaceae Sp16 1 0,083 0,533 0,333 6,245 0,012

17 Cassia alata L. 2 0,167 1,072 0,667 12,509 0,022

18 Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

19 Clibadium surinamense L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Jumlah 187 15,582 100,001 4,999 99,997 0,538

(4)

Tabel 3. Komposisi dan Struktur Vegetasi Dasar yang Ditemukan Pada Stasiun III Penelitian.

No .

Nama Spesies Stasiun III

X K KR% F FR% H1

1 Scleria sumatrensis Retz. 30 2,500 30,299 1,000 17,649 0,523

2 Paspalum conjugatum P.J.Bergius 3 0,250 3,020 0,333 5,877 0,046

3 Eragrostis atrovirens (Desf.) Trin.Ex.Steud 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 4 Brachiaria eruciformis (Sm.) Griseb. 24 2,000 24,239 1,000 17,649 0,149

5 Paspalum distichum L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

6 Melastoma malabathricum L. 11 0,917 11,114 1,000 17,649 0,957

7 Melochia umbellata Stapf. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

8 Trema orientalis BL. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

9 Michania micrantha Kunth. 1 0.083 1,006 0,333 5,877 0,020

10 Digitaria sp. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

11 Pennisetum polystachion (L.) Schult. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 12 Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

13 Borreria alata (Aubl.) DC. 3 0,250 3,020 0,333 5,877 0,046

14 Cyperus halpan L. 17 1,417 17,174 1,000 17,649 0,131

15 Fimbrstylis ovata (Burm.f.) J.Kern 11 0,917 11,114 0,667 11,772 0,957

16 Malpighiaceae Sp16 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

17 Cassia alata L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

18 Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

19 Clibadium surinamense L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Jumlah 100 8,251 100,986 5,666 99,999 2,829

Tabel 4. Komposisi dan Struktur Vegetasi Dasar yang Ditemukan Pada Stasiun IV Penelitian.

No .

Nama Spesies Stasiun IV

X K KR% F FR% H1

1 Scleria sumatrensis Retz. 18 1,500 10,169 0,667 11,776 0,101

2 Paspalum conjugatum P.J.Bergius 30 2,500 16,949 0,333 5,879 0,130 3 Eragrostis atrovirens (Desf.) Trin.Ex.Steud 2 0,167 1,132 0,333 5,879 0,022 4 Brachiaria eruciformis (Sm.) Griseb. 13 1,083 7,342 1,000 17,655 0,083

5 Paspalum distichum L. 8 0,667 4,522 0,667 11,776 0,061

6 Melastoma malabathricum L. 6 0,500 3,39 0,333 5,879 0,050

7 Melochia umbellata Stapf. 5 0,417 2,827 0,333 5,879 0,043

8 Trema orientalis BL. 3 0,250 1,695 0,333 5,879 0,030

9 Michania micrantha Kunth. 2 0.167 1,132 0,333 5,879 0,022

10 Digitaria sp. 4 0,333 2,258 0,333 5,879 0,036

11 Pennisetum polystachion (L.) Schult. 5 0,417 2,827 0,333 5,879 0,043 12 Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw. 7 0,583 3,953 0,333 5,879 0,055

13 Borreria alata (Aubl.) DC. 76 6,333 42,936 0,333 5,879 0,158

14 Cyperus halpan L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

15 Fimbrstylis ovata (Burm.f.) J.Kern 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

16 Malpighiaceae Sp16 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

17 Cassia alata L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

18 Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

19 Clibadium surinamense L. 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Jumlah 179 14,75 101,132 5,664 99,997 0,834

Keterangan :

X : Jumlah Individu K : Kerapatan F : Frekuensi KR : Kerapatan Relatif FR : Frekuensi Relatif HI : Indeks Keanekaragaman

(5)

Tabel 5. Rata-rata Hasil Pengukuran Faktor Fisika Kimia Tanah dan Udara Pada Tiap Stasiun Penelitian.

No Parameter Stasiun

I II III IV

1. Suhu udara 36 0C 35 0C 34 0C 33 0C

2. Suhu tanah 29 0C 31 0C 29 0C 28 0C

3. Kelembaban udara 34 % 36 % 40 % 39 %

4. Kelembaban tanah 0,8 0,8 0,8 1,2

5. pH tanah 6,8 7,1 6,5 6,6

6. Kadar air tanah 21,867% 5,433% 16,767% 14,967%

Keterangan: I : Lahan bekas penambangan setelah 1 tahun ditinggalkan II : Lahan bekas penambangan setelah 2 tahun ditinggalkan III : Lahan bekas penambangan setelah 3 tahun ditinggalkan IV : Lahan bekas penambangan setelah 4 tahun ditinggalkan Pembahasan

Dari penelitian terhadap komposisi vegetasi dasar pada lokasi bekas penambangan emas di Nagari Gunung Medan Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya didapatkan 616 individu. Stasiun I terdiri atas 6 familia, 11 species dan 150 individu. Stasiun II terdiri atas 7 familia, 11 species dan 187 individu. Stasiun III terdiri atas 5 familia, 8 species dan 100 individu. Stasiun IV terdiri atas 8 familia, 13 species dan 179 individu.

Kerapatan relatif tertinggi pada stasiun penelitian adalah Borreria alata (Aubl.) DC.

67,198%. kerapatan relatif terendah adalah Trema orientalis BL., dan Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw. dan Malpighiaceae Sp16 yaitu 0,533%. Species dengan kerapatan relatif tertinggi diduga mampu menyesuaikan dengan keadaan sekitar, sedangkan species dengan kerapatan relatif terendah kurang mampu menyesuaikan dengan keadaan sekitar.

Fachrul (2007) menyatakan nilai kerapatan menggambarkan bahwa jenis dengan nilai kerapatan yang tinggi memiliki toleransi yang besar.

Frekuensi relatif tertinggi pada stasiun penelitian adalah Brachiaria eruciformis (Sm.) Griseb yaitu 20,008%. Frekuensi relatif terendah adalah Paspalum conjugatum P.J.Bergius, Michania micrantha Kunth., Borreria alata (Aubl.) DC. yaitu 5,877%.

Species tumbuhan dengan frekuensi relatif yang tinggi memiliki distribusi yang luas, sedangkan species tumbuhan dengan frekuensi relatif tumbuhan yang rendah memiliki distribusi yang sedikit. Fachrul (2007) menyebutkan frekuensi

dipakai sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem.

Indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun penelitian adalah Scleria sumatrensis Retz. dan Borreria alata (Aubl.) DC. yaitu 1,398. sedangkan indeks keanekaragaman terendah adalah Trema orientalis BL., Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underw. dan Malpighiaceae Sp16 yaitu 0,012.

Keanekaragaman tertinggi ditemukan pada stasiun IV hal ini diduga karena memiliki toleransi yang besar terhadap lingkungannya dan merupakan ekosistem paling tua. Fachrul (2007) menyebutkan makin tua suatu komunitas, makin tinggi keanekaragaman jenis tumbuhannya.

Rata-rata suhu udara pada stasiun I 360C, stasiun II 350C, stasiun III 340C dan stasiun IV 330C. Kenaikan suhu seiring dengan berkurangnya strata umur ekosistem ini diduga karena adanya hubungan antara suhu dan vegetasi, hal ini disebabkan vegetasi pada stasiun IV lebih rimbun dibandingkan stasiun III dan begitu seterusnya dengan stasiun II dan I. Ardhana (2012) menyatakan salah satu karakteristik yang menyebabkan variasi suhu dimuka bumi yaitu kerimbunan tumbuhan.

Rata-rata kelembaban antara stasiun I-V adalah 34%-40%. Tinggi rendahnya kelembaban udara juga mempengaruhi suhu, demikian pula sebaliknya. Ardhana (2012) menyatakan kelembaban udara meningatkan laju kehilangan air pada tumbuhan.

(6)

Rata-rata pH tanah pada stasiun I, III dan IV berkisar antara 6,5-6,8 (bersifat asam), sedangkan pada stasiun II rata-rata pH-nya adalah 7,1 (bersifat basa). Tanah yang mengandung banyak ion H+ bersifat asam, sedangkan tanah yang banyak mengandung ion OH- bersifat basa. Suin (2002) menyebutkan pengukuran pH penting karena kehidupan tumbuhan sangat ditentukan oleh pH tanah.

Rata-rata suhu tanah pada stasiun I-IV berkisar antara 280C-310C. Perbedaan suhu

tanah pada tiap stasiun penelitian tidak terlalu signifikan. Iswandi (2012) menyebutkan kerimbunan tumbuhan yang rendah menyebabkan suhu tanah akan naik.

Rata-rata kadar air tanah pada stasiun penelitian berkisar antara 5,433%-21,867%.

Iswandi (2012) menyebutkan di lingkungan daratan dengan situasi kelebihan air akan menyebabkan tanah menjadi jenuh air sehingga tumbuhan menjadi mati.

PENUTUP Kesimpulan

Lokasi bekas penambangan emas merupakan ekosistem yang rusak sehingga jumlah species dan jumlah individu yang ditemukan sedikit. Rata-rata suhu udara pada tiap stasiun penelitian berkisar antara 330C- 360C, rata-rata suhu tanah berkisar antara 280C- 310C, rata-rata kelembaban udara berkisar antara 34%-40%, pH tanah berkisar 6,5-7,1 dan kadar air tanah tertinggi 21,867%. Faktor fisika kimia tersebut saling mempengaruhi keberadaan vegetasi pada stasiun penelitian.

Saran

Pengukuran faktor fisika kimia dilakukan pada waktu yang sedikit berbeda. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan pengukuran faktor fisika kimia pada waktu yang bersamaan. Perlu adanya penelitian lanjut untuk mengetahui keberadaan organisme tanah yang berada pada daerah bekas penambangan emas karena organisme tanah juga ikut mendukung keberadaan vegetasi yang ada diatasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, I.P.G. 2012. Ekologi Tumbuhan.

Denpasar : Udayana University Press.

Asmayannur, I. 2012. Analisis Vegetasi Dasar di Bawah Tegakan Jati Emas (Tectona grandis L.) dan Jati Putih (Gmelina arborea Roxb.) di Kampus Universitas Andalas. Jurnal ilmiah Universitas Andalas.

Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB Press.

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara.

Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.

Iswandi.U. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. Padang : UNP Press.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.

Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Suin, N.M. 1989. Ekologi Hewan Tanah.

Jakarta : Bumi Aksara

Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi. Padang : Andalas University Press.

Suprapto, S.J. 2012. Makalah Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang Dan Aspek Konservasi Bahan Galian.

Kelompok Program Penelitian Konservasi. Pusat Sumber Daya Geologi.

Wiryono. (2013). Aspek Ekologis Hutan Tanaman Indonesia. Jurnal Ilmiah Universitas Bengkulu.s

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Pole di Sekitar Jalur Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara.. [Skripsi] Medan : Universitas

Penelitian studi efek tepi perkebunan rakyat terhadap struktur dan komposisi vegetasi kawasan hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara telah

Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan di kawasan karst Gunung Kendeng Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi di masing- masing lokasi memiliki nilai

Hildan Ardiansyah. Struktur Dan Komposisi Vegetasi Pada Berbagai Ketinggian Jalur Pendakian Gunung Pundak Kawasan Tahura R. Soerjo Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Amir

Untuk memperoleh data komposisi dan struktur vegetasi di kawasan hutan TNGGP dilakukan melalui kegiatan analisis vegetasi menggunakan metode jalur berpetak pada

Berdasarkan fakta belum diketahuinya komposisi penyusun vegetasi daerah bekas penambangan timah di Desa Sengir, sehingga peneliti berkeinginan untuk melakukan

Pola Aktivitas Orangutan Sumatera ( Pongo abelii ) Pada Struktur Dan Komposisi Vegetasi Hutan Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser..

Komposisi vegetasi antara tegakan tidak terbakar dan tegakan setelah terbakar di Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki perbedaan yang cukup tinggi pada jenis