1
GAYA KOMUNIKASI PENYIAR DALAM MEMBAWAKAN PROGRAM UNGGULAN “ANGKRINGAN MBAH KARSO” DI
RADIO RASI FM MAGETAN SKRIPSI
Oleh :
Alif Fathurrohman NIM : 302200079
Pembimbing : Dr. Faiq Ainurrofiq, M.A.
NIP : 198401302011011008
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2024
i
GAYA KOMUNIKASI PENYIAR DALAM MEMBAWAKAN PROGRAM UNGGULAN “ANGKRINGAN MBAH KARSO” DI RADIO RASI FM
MAGETAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada Fakultas Ushuludin, Adab, dan
Dakwah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Oleh :
Alif Fathurrohman NIM : 302200079
Pembimbing : Dr. Faiq Ainurrofiq, M.A.
NIP : 198401302011011008
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2024
ii ABSTRAK
Fathurrohman, Alif. 2024. Gaya Komunikasi Penyiar Dalam Membawakan Program Unggulan “Angkringan Mbah Karso” Di Radio Rasi Fm Magetan. Skripsi.
Jurusan. Komunikasi Penyiaran Islam. Fakultas Ushuludin, Adab, dan Dakwah.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Faiq Ainurrofiq, M.A.
Kata Kunci : Gaya Komunikasi, Penyiar, Program Siaran, Radio RASI Perkembangan zaman menuntut radio sebagai media massa untuk terus beroperasi dengan kreativitas dan improvisasi di zaman sekarang. Patokan dari kemajuan radio saat ini adalah diminatinya program siaran yang mereka miliki.
Tentu program siaran tanpa adanya penyiar tidak akan menjadi program yang diminati pendengar. Penyiar dituntut untuk terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas mereka dengan cara memunculkan karakter atau gaya komunikasi yang sesuai dengan program siaran mereka. Berdasarkan uraian di atas peneliti akan membahas tentang Gaya Komunikasi Penyiar Dalam Membawakan Program Unggulan “Angkringan Mbah Karso” Di Radio Rasi Fm Magetan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi program Angkringan Mbah Karso, persiapan penyiar sebelum melakukan siaran, dan cara penyiar memunculkan karakter dalam program tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dengan prosedur pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah penyiar radio pada Program Angkringan Mbah karso. Hasil perolehan data dianalisis melalui tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, isi program Angkringan Mbah Karso yang berisikan obrolan komedi santai namun tetap disisipkan pesan pesan edukasi disetiap tayangannya. Hal inilah yang menjadi daya tarik terhadap para pendengar ketika akan mendengarkan program Angkringan Mbah Karso.
Kedua, persiapan penyiar sebelum melakukan siaran adalah mempersiapkan mulai dari vokal dengan logat khusus serta mempersiapkan kosetum dan make up selayaknya kakek-kakek. Ketiga, Gaya komunikasi yang digunakan oleh penyiar program Angkringan Mbah Karso untuk memunculkan karakter meliputi dua gaya komunikasi, yaitu penyiar mengedepankan aspek kesamaan dalam berkomunikasi dengan mengedepankan komunikasi yang bersifat dua arah (the equalitarian style of communication), dan gaya komunikasi yang lebih mengedepankan kesediaan untuk menerima saran, pendapat, ataupun gagasan orang lain (the relinquishing style). Dengan gaya fisik yang menyerupai kakek kakek serta logat khusus yang dimiliki Mbah Karso.
iii
iv
v
vi
vii
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK...ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
NOTA PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
DAFTAR ISI ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 8
E. Telaah Pustaka... 10
F. Metode Penelitian ... 14
1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 14
2. Lokasi Penelitian ... 16
3. Subyek dan Objek Penelitian ... 17
4. Data dan Sumber Data ... 18
5. Teknik Pengumpulan data... 18
6. Teknik Analisis Data... 21
7. Uji Keabsahan ... 23
H. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II GAYA KOMUNIKASI ... 25
A. Pengertian Komunikasi ... 25
B. Pengertian Gaya Komunikasi... 25
C. Radio ... 31
ix
D. Program Siaran ... 32
E. Penyiar Radio ... 34
BAB III PAPARAN GAYA KOMUNIKASI PENYIAR DALAM MEMBAWAKAN PROGRAM UNGGULAN ANGKRINGAN MBAH KARSO DI RADIO RASI FM MAGETAN ... 39
A. Profil Radio RASI FM Magetan ... 39
B. Paparan Data Gaya Komunikasi Penyiar ... 49
1. Program Angkringan Mbah Karso ... 50
2. Persiapan Penyiar ... 54
3. Cara Penyiar Memunculkan Karakter ... 66
BAB IV ANALISIS GAYA KOMUNIKASI PENYIAR PROGRAM UNGGULAN ANGKRINGAN MBAH KARSO DI RADIO RASI FM MAGETAN ... 71
A. Analisis Isi Program Angkringan Mbah Karso... 71
B. Analisis Persiapan Penyiar ... 75
C. Analisis Cara Penyiar Memunculkan Karakter ... 79
BAB V PENUTUP ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 89
RIWAYAT HIDUP ... 103
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan tentu perlu berinteraksi sesama manusia. Dalam berinteraksi manusia membutuhkan komunikasi baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak secara langsung. Komunikasi secara langsung dapat kita lakukan ketika kita saling bertemu sedangkan komunikasi secara tidak langsung dapat melalui saluran atau channel. Saluran ini nantinya dapat menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu. Dengan adanya perkembangan zaman, komunikasi lebih cepat dalam berkembang serta menjadi beberapa bagian dalam media massa di antaranya komunikasi massa. Komunikasi massa sendiri merupakan proses komunikasi yang dilakukan lewat media dengan tujuan berkomunikasi dan menyampaikan banyaknya informasi kepada masyarakat.1
Louis Forsdal menjabarkan bahwa komunikasi adalah sebuah proses berbagi signal sesuai aturannya sehingga sistem tersebut dapat didirikan, dijaga dan diubah. Dari pengertian tersebut komunikasi dapat dikatakan sebuah hubungan kontak yang dibuat secara langsung dan tidak langsung kepada sesama manusia secara individu maupun kelompok. Di kehidupan sehari hari ternyata secara sadar atau tidak, komunikasi merupakan proses dari bagian
1 Devinto Josep.A, Komunikasi Antar Bahasa (Bandung: Bandar Maju, 2019), 22-25.
kehidupan kita karena manusia membutuhkan komunikasi dalam kehidupan sosial.2 Komunikasi dapat dilakukan melalui banyak cara dan media. Cara penyampaian komunikasi terbagi dalam dua hal, yaitu komunikasi secara lisan (verbal), di mana komunikasi ini dilakukan langsung antar manusia tanapa adanya jarak maupun waktu. Wawancara dan meeting merupakan beberapa contoh dari komunikasi verbal. Selain komunikasi lisan terdapat juga komunikasi tertulis yang bentuk komunikasi ini dilakukan lewat media whatsapp, email, dan media lainnya. Selain kedua hal tersebut, komunikasi dapat menyebarkan informasi dan komunikasi melalui media massa radio, televisi, koran dan lainnya.3
Gaya komunikasi adalah suatu perilaku yang terjadi kepada manusia ketika digunakan dalam kehidupan dan situasi tertentu. Selain itu gaya komunikasi merupakan sebuah cara manusia dalam menyampaikan komunikasi dengan gaya bahasa tertentu. Gaya komunikasi dapat berbentuk verbal maupun nonverbal dengan gaya bahasa, waktu, dan jarak tertentu.4 Gaya komunikasi digunakan untuk mendapatkan respon dan tanggapan dalam situasi tertentu.
Gaya komunikasi dapat terjadi tergantung dengan pengirim dan penerima.5 Dapat disimpulkan pula bahwa gaya komunikasi merupakan ciri khas dari manusia dalam menyampaikan komunikasi baik dengan verbal maupun nonverbal.
2 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2020), 26.
3 Muhamad Faisal Bahri, Gaya Komunikasi Penyiar di Motion Radio 97.5 FM (Jakarta:
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021), 6.
4 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2020), 57.
5 Dasrun Hidayat, Komunikasi Antar Pribadi dan Media (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2022), 7.
3
Alat komunikasi massa yang sudah cukup lama digunakan ialah radio.
Walaupun radio hanya menyampaikan pesannya melalui audio, akan tetapi radio tetap mengutamakan keaktualan serta keakuratan berita yang akan disampaikan. Radio merupakan salah satu dari banyaknya media yang ada.
Radio termasuk media massa yang tertua, jika dibandingkan dengan televisi bahkan internet. Jika surat kabar pernah mendapat sebuah julukan kekuatan keempat, maka siaran radio sendiri mendapatkan julukan kekuatan kelima atau biasa disebut the fifth estate.6 Siaran radio sama dengan surat kabar, radio turut melakukan fungsi kontrol sosial dengan memberi informasi, mendidik, melakukan persuasi, bahkan menghibur.7
Berbeda dengan televisi yang bersifat audiovisual, radio merupakan media yang bersifat auditif. Auditif sendiri berarti media yang hanya dapat didengarkan saja tanpa bisa dilihat. Alasan radio banyak didengar oleh masyarakat salah satunya yaitu radio media yang praktis. Radio dapat didengar dimana dan kapan saja. Ketika mengendarai mobil, pendengar tetap mendapatkan hiburan melalui musik yang mereka dengarkan ataupun mendapatkan informasi berita melalui radio pada kendaraan bermobil. Dengan adanya kemajuan teknologi radio juga dapat didengarkan melalui tape, bahkan melalui ponsel pribadi, serta televisi.8
Radio adalah media komunikasi massa yang mempunyai peranan penting bagi masayarakat dalam menyebarkan berita maupun informasi. Pendengar
6 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), 128.
7 Elvinaro Ardianto, 2017, 129.
8 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), 107.
dapat mendengarkan hiburan dari musik bahkan pendengar juga dapat berinteraksi secara langsung melalui ponsel dengan penyiar pada radio yang didengar. Pendengar adalah orang yang sangat bersahabat bahkan pada banyak kasus, pendengar memiliki rasa kekeluargaan yang kuat terhadap stasiun radio yang mereka dengar. Akan tetapi jika stasiun radio tersebut mengecewakan pendengar atau tidak dapat memuaskan pendengar, para pendengar akan langsung ganti saluran. Mereka pindah ke gelombang radio lainnya.9
Seorang penyiar harus mampu membawakan program acara dengan semenarik mungkin. Setiap orang mampu berbicara bahkan memiliki potensi untuk menjadi penyiar. Ada tiga hal penting yang wajib dimiliki seorang penyiar. Ketiga hal tersebut ialah announcing skill atau keterampilan dalam menyampaikan segala sesuatu yang bersangkutan dengan musik, kata, serta lirik lagu yang telah disajikan. Kemampuan kedua ada operating skill atau keterampilan dalam mengoperasikan peralatan dalam siaran. Kemampuan ketiga ialah musical touch atau keterampilan merangkai musik yang dapat menyentuh emosi pendengar. Ketiga kemampuan ini harus perlu latihan yang rutin. Penyiar adalah komunikator dengan kewajiban menyampaikan pesan kepada komunikator atau pendengar. Penyiar harus memiliki jiwa yang dapat menyentuh perasaan pendengar sehingga tercipta kedekatan antara penyiar dan pendengar. Meskipun pendengar lebih suka mendengarkan lagu yang diulang, tapi kalau siarannya menarik, pendengarnya
9 Harley Prayudha, Radio : Suatu Pengantar Untuk Wacana Dan Praktik Penyiaran (Malang:
Malang Bayumedia Publishing, 2018), 119.
5
malah lebih tertarik mendengarkan program di radio. Ada tiga hal penting penyiar harus memiliki, yaitu kemampuan untuk menceritakan segalanya tentang musik, kata-kata atau lirik yang dibawakan, keterampilan menggunakan semua peralatan siaran dan keterampilan pembuatan music dalam lingkungan yang menyentuh emosi pendengar. Dari ketiganya membutuhkan latihan terus menerus untuk hasil yang maksimal.10
Era munculnya zaman digital, radio seolah tenggelam, banyak serangan konten di media sosial. Proliferasi podcast dan siaran langsung streaming di youtube dan banyak saluran media online lainnya keberadaan radio berita. Hal ini menjadi tantangan tersendiri di era digital. Seperti saat ini, peran radio dimulai sebagai penyampaian informasi. Keberadaan internet, media sosial dan lainnya menjadikan sumber informasi terpopuler di kalangan masyarakat era industri 4.0. Hal ini tentunya merupakan kutukan dari kebanyakan radio yang masih mengudara dengan fungsi manual berdasarkan sinyal frekuensi.11
Radio RASI FM Magetan yang mengudara pada frekuensi 90.6 MHz, merupakan radio keluarga kebanggaan warga masyarakat kota Magetan, Sarangan dan sekitarnya. Media radio sejak keberadaannya dari jaman dulu hingga sekarang masih tetap eksis dan tidak usang ditelan jaman. Walau perkembangan teknologi sudah sedemikian majunya dewasa ini, namun media elektronik yang satu ini tetap diperlukan dan dibutuhkan keberadaanya bagi masyarakat banyak. Hal ini dikarenakan radio memiliki fungsi dan manfaat
10 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2018), 119.
11 Tita Kurniawati, ‘Gaya Komunikasi Penyiar Radio Songgolangit FM untuk Menarik Minat Pendengar Live Sreaming Pada Program SENDU (SENANDUNG RINDU’ (Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2023).
yang belum tergantikan dengan teknologi yang canggih sekalipun. Karena radio sudah sangat familiar dan memasyarakat. Dari media elektronik radio ini banyak kebutuhan masyarakat yang bisa terpenuhi misalnya hiburan, informasi, edukasi dan lain sebagainya yang pasti mudah mengaksesnya. Radio RASI FM sebagai radio swasta yang sudah lama berdiri masih terus mengudara hingga saat ini di antara stasiun radio swasta lain di Kota Magetan. Seiring perkembangannya, terus bermunculan radio baru sehingga pendengar menjadi semakin banyak pilihan. Radio lain yang ada di Kota Magetan seperti Radio Sekarlawu 89,8 FM, Radio Bagaskara 101,1 FM, Radio Mitra 97,3 FM, Radio Gema Suara Rajawali 99 FM, LPLL Radio Magetan Indah 104, 9 MHz, dan Radio Suara Madu Menos 107, 8 FM.12
PT. Radio Swara Sarangan Indah atau disingkat Radio RASI FM adalah stasiun penyiaran swasta di Magetan dengan lisensi penuh dari badan yang berwenang. Radio RASI FM beralamat di Jalan MT Haryono Permai XII, Dusun Karanganyar, Kepolorejo, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Radio RASI FM berkembang sebagai radio hiburan dan informasi, menyajikan musik yang trendy dan informasi yang cepat dan terkini tanpa meninggalkan budaya lokal. Sebagai sarana komunikasi publik dan media komunikasi antara produsen dan konsumen, radio RASI FM juga diminati kalangan dunia usaha untuk menyiarkan produknya. Radio RASI FM Magetan
12 ‘Super User, Profil About Rasi FM’, <https://rasifm.co.id/about-your-home-page>, (diakses pada 29 Mei 2023, pukul 18.30 WIB).
7
termasuk dalam radio yang berbasis audio visual dengan aplikasi exspace radio.13
Salah satu program siaran yang ada di radio RASI FM Magetan adalah
“Angkringan Mbah Karso”. Angkringan Mbah Karso merupakan program unggulan di RASI yang berisikan podcast dengan tema angkringan. Angkringan Mbah Karso dipandu oleh Mas Agus Putra Pradana yang memerankan diri sebagai Mbah Karso dengan dandanan yang keren. Angkringan Mbah Karso merupakan program unggulan dari radio RASI FM Magetan yang tayang setiap seminggu sekali. Program Angkringan Mbah Karso tepatnya tayang setiap hari Sabtu pukul 10.00 WIB - 12.00 WIB. Dengan konsep angkringan yang mengedepankan obrolan komedi dan merakyat sangat di minati oleh penggemar setia RASI FM. Tak pernah lupa pula Angkringan Mbah Karso juga sering kali mendatangkan bintang tamu yang tidak terduga seperti, anak kecil, remaja gaul, dan tokoh masyarakat. Program Angkringan Mbah Karso juga sering berinteraksi dengan para pendengar di rumah dengan melakukan video call via Whatsaap. Dengan dandanan yang membuat para pendengar dan penonton tertawa Mbah Karso sangat menarik perhatian para peminat RASI FM.14
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik meneliti gaya komunikasi penyiar radio khususnya program unggulan di radio RASI FM yang menjadi daya tarik tersendiri dalam berinteraksi dengan para pendengar dirumah dan bintang tamu. Maka dari itu peneliti tertarik meneliti lebih dalam
13 Profil About Rasi FM Super User, <https://rasifm.co.id/about-your-home-page/ >, (diakses pada 29 Mei 2023, pukul 19.30 WIB).
14 Agus Sukarpo, Wawancara Awal Bersama Penyiar Angkringan Mbah Karso (Magetan).
mengenai “Gaya Komunikasi Penyiar Dalam Membawakan Program Unggulan “Angkringan Mbah Karso” Di Radio RASI FM Magetan”
B. Rumusan Masalah
Peneliti ingin lebih fokus dan tidak ingin terjadi suatu kesalahpahaman dalam memahami suatu isi penelitian, maka dalam hal ini peneliti ingin merumuskan suatu rumusan masalah yang dianggap penting yaitu:
1. Apa saja isi program unggulan “Angkringan Mbah Karso” di Radio Rasi FM Magetan?
2. Bagaimana persiapan penyiar dalam membawakan program unggulan
“Angkringan Mbah Karso” di Radio Rasi FM Magetan?
3. Bagaimana cara penyiar memunculkan karakter dalam membawakan program “Angkringan Mbah Karso” sehingga membuatnya menjadi pogram unggulan di Radio Rasi FM Magetan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan dan memaparkan isi program unggulan “Angkringan Mbah Karso” di radio RASI FM Magetan.
2. Untuk menjelaskan persiapan penyiar dalam membawakan program unggulan
“Angkringan Mbah Karso” di radio RASI FM Magetan.
3. Untuk menjelaskan cara penyiar memunculkan karakter dalam membawakan program unggulan “Angkringan Mbah Karso” di radio RASI FM Magetan.
9
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat di antaranya : 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini nantinya diharapkan:
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengembangan dalam teori gaya komunikasi penyiar dalam membawakan program siaran radio.
b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian yang sejenis terkhusus tentang gaya komunikasi penyiar radio.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan:
a. Bagi radio RASI FM Magetan
1) Untuk memperkenalkan program unggulan “Angkringan Mbah Karso”
di radio RASI FM Magetan ke masyarakat luas.
2) Terkhusus bagi Radio RASI FM Magetan, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai tambahan informasi, kritik dan masukan bagi pihak-pihak Radio RASI FM Magetan dan juga Radio di Kabupaten Magetan terkait gaya komunikasi penyiar radio.
b. Bagi penyiar radio diharapkan nantinya dapat sebagai acuan baru dalam menemukan karakter atau gaya komunikasi yang akan digunakan ketika melakukan siaran radio.
c. Bagi mahasiswa KPI khususnya KPI IAIN Ponorogo diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan dan daftar pustaka bagi penelitian selanjutnya
yang mempunyai konteks penelitian yang hampir sama khusunya dalam penelitian yang berisikan teori gaya komunikasi.
E. Telaah Pustaka
Penelitian terhadap radio telah banyak dilakukan. Untuk melakukan penelitian dan analisa terhadap gaya komunikasi penyiar dalam membawakan program unggulan “Angkringan Mbah Karso” di radio RASI FM Magetan”.
Peneliti melihat beberapa hasil penelitian yang berupa skripsi dan buku-buku lain yang serupa dengan penelitian ini.
Pertama, penelitian mengenai penyiaran radio pernah dilakukan oleh Putri Ferrira Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada tahun 2019 dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul Pola Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM dalam Menjalin Komunikasi dengan Pendengar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dan teori yang digunakan adalah teori Logika Pesan. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola komunikasi penyiar radio Harmony FM dalam menjalin komunikasi dengan pendengarnya, serta untuk mengetahui kendala penyiar radio Harmony FM dalam menjalin komunikasi dengan pendengarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang digunakan di radio Harmony FM adalah berbentuk pelayanan, karena semua program mayoritas tidak membuka interaksi kepada pendengarnya, kecuali pada program “Nostalgia on The Weekend”.15 Persamaan dalam penelitian ini adalah
15 Putri Ferrira, ‘Pola Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM Dalam Menjalin Komunikasi Dengan Pendengar’ (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2019).
11
menggunakan objek penelitian tentang fungsi radio dan objek yang ditelitinya adalah penyiar. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah, penelitian ini menggunkan pola komunikasi sedangkan penleitian yang akan peneliti lakukan menggunakan gaya komunikasi.
Kedua, penelitian berjudul Fungsi Bahasa dalam Strategi Komunikasi Penyiar PBS oleh Utari Satyawati Seminingrat dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 2019. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fungsi bahasa dalam strategi komunikasi penyiar radio PBS. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan teori yang digunakan adalah teori SMCR (Source, Message, Channel, Receiver). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat fungsi bahasa pada radio PBS. Hal tersebut dapat diketahui dengan terpenuhinya unsur fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi imajinatif, dan fungsi representasional dalam siaran penyiar radio PBS. Strategi Komunikasi Penyiar Radio PBS tidak terlepas dari fungsi bahasa.16 Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang bahasa yang digunakan oleh penyiar radio, khususnya bahasa yang ditujukan pada pendengar remaja dan dewasa. Dan metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Perbedaannya adalah teori yang digunakan oleh peneliti.
Ketiga, penelitian yang dijadikan referensi oleh peneliti yaitu berjudul Strategi Pendengar Radio Komunitas dalam Memperoleh Pendengar (Studi
16 Utari Satyawati Semingrat, ‘Fungsi Bahasa Dalam Strategi Komunikasi Penyiar Radio PBS’, 2019.
pada Radio Komunitas Srimartani FM Kelurahan Srimartani Kecamatan Piyungan) oleh Anwarudin dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2020. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa radio Srimartani FM didirikan di tengah kebutuhan masyarakat desa akan adanya informasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi penyiaran yang dilakukan oleh manajemen radio komunitas Srimartani FM dalam memperoleh pendengar. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif, dan teori yang digunakan adalah teori perencanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program acara yang disiarkan di radio Srimartani FM disiarkan bertepatan dengan waktu yang sesuai dengan kegiatan dan kebutuhan warga. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya warga yang menyukai program acara yang disiarkan di radio Srimartani FM.17 Persamaannya yaitu penelitian ini mengenai komunikasi antara penyiar dan pendengarnya.
Sementara perbedaannya adalah penelitian ini meneliti tentang radio komunitas, berbeda dengan penelitian mengenai radio Rasi FM Magetan yang merupakan radio swasta. Perbedaan lainnya yaitu pada teori yang digunakan.
Keempat, penelitian selanjutnya yang dijadikan referensi oleh peneliti yaitu berjudul Perbandingan Gaya Komunikasi Radio Meugah FM dengan Radio RRI Banda Aceh oleh Santiana Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya komunikasi penyiaran Radio Meugah FM dan Radio RRI Kota Banda Aceh, bentuk improvisasi, persuasi dan intonasi yang dimiliki
17 Anwarudin, ‘Strategi Penyiaran Radio Komunitas Dalam Memperoleh Pendengar’, 2020.
13
penyiar Radio Meugah FM dan Radio RRI Kota Banda Aceh dan proses pengkaderan Radio Meugah FM dan Radio RRI Kota Banda Aceh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terkait gaya komunikasi penyiar radio RRI Kota Banda Aceh, kualitas vokalnya bersifat tegas, segmen yang disampaikan cenderung berupa pesan-pesan berita yang terjadi dilapangan seperti berita politik. Sedangkan gaya komunikasi penyiar radio Meugah FM, kualitas vokalnya sesuai dengan kondisi penyiar serta isi pesan yang cenderung bersifat sandiwara kegembiraan untuk menghibur pendengar, tidak memiliki segmen tertentu, pesan yang disampaikan cenderung berisi pesan-pesan iklan yang ditujukan kepada anak muda seperti lagu dangdut, promosi suatu produk.18 Terdapat kesamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Santiana dengan penelitian yang penulis teliti, yakni, objek yang diteliti adalah gaya komunikasi, kemudian pemilihan kata penyiar dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. perbedaannya adalah skripsi Santiana dibuat dengan menggunakan metode interprestasi dan kritis sumber, sedangkan penelitian yang penulis teliti menekankan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penulis lebih menekankan gaya komunikasi penyiar.
Kelima, penelitian selanjutnya yang dijadikan referensi oleh peneliti yaitu berjudul Gaya Komunikasi Penyiar Acara Musik di Radio Ramaloka FM oleh Ryan Hardeanto Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya
18 Santiana, ‘Perbandingan Gaya Komunikasi Radio Radio Meugah Fm Dengan Radio Rri Banda Aceh’, 2019.
komunikasi penyiar acara musik di radio Ramaloka FM. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa gaya komunikasi Radio Ramaloka FM menjelaskan interaksi penyiar dengan pendengar secara langsung. Radio Ramaloka mengutamakan pendengar yang melakukan komunikasi secara langsung via telepon.19 Persamaan, sama sama meneliti gaya komunikasi penyiar. Sedangkan perbedaanya, skripsi Ryan Hardeanto hanya fokus kepada bagaimana interaksi penyiar dengan pendengar. Sedangkan penelitian yang penulis teliti bukan hanya mengkaji gaya komunikasi, tetapi juga pemilihan kata (diksi) yang digunakan.
Keenam, penelitian yang berjudul “Manajmen Program Siaran “Spirit Magetan” di Radio RASI FM Magetan” ditulis oleh Rosita Angguningtyas mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo pada tahun 2023. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengelolaan dan menganalisis manajemen program siaran Spirit Magetan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengorganisasian khusus untuk program Spirit Magetan sudah ada, semua yang berkaitan dengan proses pengudaraan program Spirit Magetan dihandle langsung oleh penyiar yang bertugas sesuai jadwal yang telah ditetapkan, seperti proses pengeditan file sebelum diudarakan yang menghandle adalah penyiar yang bertugas.20 Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti sama sama menggunakan subjek penelitian di radio RASI FM Magetan.
19 Ryan Hardeanto, ‘Gaya Komunikasi Penyiar Acara Musik Di Radio Ramaloka Fm’, 2017.
20 Rosita Angguningtyas, ‘Manajemen Program Siaran “Spirit Magetan” di Radio RASI FM Magetan’, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, (2023).
15
Sedangkan perbedaannya, penelitian ini menggunakan teori manajemen komunikasi, sedangkan peneliti menggunakan teori gaya komunikasi.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pada penelitian yang berjudul “Gaya Komunikasi Penyiar Dalam Membawakan Program Unggulan “Angkringan Mbah Karso” Di Radio Rasi Fm Magetan”, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif serta metode deskriptif. Pada penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan pada observasi.
Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat dengan membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi, serta tidak berusaha untuk memanipulasi variabel.21 Alasan pada umumnya menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan permasalahan belum jelas, holistic, dinamis, serta kompeks dan penuh dengan makna sehingga tidak mungkin apabila data diperoleh dengan penelitian kuantitatif yang instrumennya berupa tes, kuisoner, dan pedoman wawancara.22
Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.23 Melalui pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk mendapatkan
21 John W. Creswell, ‘Metode Penelitian: Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2016, 38–61.
22 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 2020, 292.
23 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 6.
data sebanyak- banyaknya mengenai pola komunikasi penyiar radio RASI FM dalam menjalin komunikasi dengan pendengarnya sehingga dapat menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena tersebut sedalam-dalamnya.
Deskriptif adalah menggambarkan sifat sesuatu yang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab sebab suatu gejala tertentu. Data yang dihasilkan oleh peneliti yaitu data kualitatif, data yang bersifat kualitatif yaitu data yang menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah- pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.24
Metode kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.25 Model desain penelitian kualitatif merupakan desain penelitian yang digunakan untuk makna dalam proses-proses komunikasi linier (satu arah), interaktif, maupun pada proses-proses transaksional.26
Metode penelitian kualitatif ini digunakan oleh peneliti karena metode seperti inilah yang dapat digunakan untuk meneliti komunikasi linier pada media massa. Dalam penelitian ini, yaitu interaksi antara penyiar radio RASI FM dengan pendengarnya.
24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, 2020), 234.
25 H.M. Burhan Bungin, Komunikasi Ekonomi Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2017), 68.
26 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2017), 304.
17
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada media penyiaran swasta yaitu Radio Rasi FM. Beralamat di Jalan MT Haryono Permai XII, Dusun Karanganyar, Kepolorejo, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan batasan penelitian ketika seorang peneliti bisa menentukannya dengan menggunakan objek, hal atau orang. Sedangkan obyek penelitian merupakan variabel atau fokus penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian yaitu penyiar radio RASI FM. Sedangkan, obyek dari penelitian ini yaitu mengenai Gaya Komunikasi Penyiar program unggulan “Angkringan Mbah Karso”.
4. Data dan Sumber Data a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer merupakan informasi yang diperoleh langsung oleh peneliti di lapangan, seperti wawancara dengan sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian.27 Peneliti menggali data primer langsung dari sumber informasi melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu gaya komunikasi penyiar program unggulan Angkringan Mbah Karso di radio Rasi FM Magetan.
Pencatatan sumber informasi melalui wawancara merupakan perpaduan
27 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017).
antara melihat, mendengar dan bertanya dengan memperhatikan situasi dan keadaan.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah informasi tambahan yang tidak diperoleh terlebih dahulu. Menurut Sugiyono, data sekunder merupakan sumber yang tidak secara langsung memberikan informasi kepada peneliti.28 Sumber bahan penelitian diperoleh melalui perantara atau tidak langsung dari sejarah Radio Rasi FM Magetan, letak geografis Radio Rasi FM, visi misi Radio Rasi FM, struktur organisasi dan profil Radio Rasi FM.
b. Sumber Data
1) Sumber Data Primer
Dalam penelitian ini peneliti memperoleh sumber data primer melalui wawancara dengan Penyiar program unggulan “Angkringan Mbah Karso” di radio RASI FM Magetan.
2) Sumber data sekunder
Sumber informasi sekunder untuk penelitian ini adalah kajian literatur dan dokumen atau arsip yang mendukung penelitian ini seperti surat kabar, artikel, buku, internet dan sumber informasi lain yang dapat digunakan sebagai informasi tambahan.
28 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 2020,16.
19
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan.29 Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah bagian dari teknik pengumpulan data yang dilakukan jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, selain itu wawancara mendalam juga dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dari responden yang lebih mendalam.30
Wawancara mendalam (in depth interview) dilakukan oleh peneliti terhadap orang-orang yang dianggap memiliki kompetensi khusus. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara terhadap penyiar program Angkringan Mbah Karso atau Mas Agus Sukarpo. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat
29 Sugiyono, 2020, 17.
30 Sugiyono, 2020, 213.
dalam kehidupan sosial yang relatif lama.31 Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Metode wawancara mendalam sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, ketika kondisi ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada umumnya.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada informan, informan kunci, dan informan pendukung. Informan tersebut dipilih oleh peneliti berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Pertanyaan yang diajukan adalah seputar penyiaran di Radio RASI FM, apa saja program acara yang dimiliki, dan menanyakan seputar gaya komunikasi antara penyiar dan pendengar.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.32 Menurut Indriantoro dan Supomo, observasi dapat diartikan sebagai proses pencatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda-benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan
31 H.M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat, Jakarta, Kencana, 2017, 117.
32 H.M. Burhan Bungin, 2017, 118.
21
individu-individu yang diteliti.33 Dalam penelitian, terdapat dua jenis metode yang digunakan, yaitu observasi partisipatif dan observasi non partisipatif.34
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipatif di mana peneliti mengamati lokasi penelitian dan seluruh kegiatannya. Selain itu, peneliti turut mendengar siaran radio RASI FM untuk mengetahui lebih dalam tentang siaran radio tersebut. Dalam hal ini, peneliti hanya mengamati saja tanpa terlibat dengan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang diteliti. Maka dapat diartikan bahwa peneliti di sini hanya sebagai pengamat saja.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi digunakan untuk mendukung kelengkapan data dalam proses penelitian.
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial dengan cara menelusuri data historis.35 Data yang tersedia berbentuk surat-surat, laporan, dan sebagainya. Sifat dari data ini tak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah
33 Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relations Dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), 34.
34 Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori Dan Aplikasi (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2019), 176.
35 H.M, Burhan Bungin, 2017, 124.
terjadi di waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini termasuk foto, hardisk, flashdisk, dan sebagainya.36
6. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.37 Berikut ini penjabaran mengenai analisis data:
a. Reduksi Data
Data dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal penting, mencari tema dan polanya.
b. Penyajian Data
Data penelitian kualitatif disajikan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Paling umum digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan menyederhanakan informasi kompleks ke dalam suatu bentuk yang lebih mudah untuk dipahami.
c. Menyimpulkan Data dan Verifikasi
Langkah akhir dari proses analisis data ialah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penelitian ini memiliki kesimpulan yang diungkapkan dalam
36H.M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2017), 125.
37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 2019, 244.
23
bentuk deskripsi maupun gambaran suatu objek yang masih belum jelas sehingga setelah penelitian menjadi jelas, dan analisis data dimatangkan sejak awal, dan dilakukan ketika tahapan pelaksanaan hingga tahapan akhir, dengan menimbulkan suatu pertanyaan yang nantinya terjawab ketika tahapan pelaksanaan. 38
Berdasarkan data peneliti akan menggambarkan data dengan menganalisisnya secara kualitatif. Hasil penelitian mengenai kualitas suatu informasi berupa penjabaran berupa kata-kata dan deskripsi, bukan dalam bentuk angka-angka. Informasi tersebut mengenai Gaya Komunikasi penyiar program unggulan “Angkringan Mbah Karso” di radio RASI FM Magetan.
7. Uji Keabsahan Data
Teknik Triangulasi dalam teknik penelitian data, memiliki makna suatu teknik pengumpulan data yang memiliki sifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber daya yang ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.39
Peneliti dalam uji keabsahan data ini menggunakan triangulasi metode.
Triangulasi metode merupakan metode untuk mengecek hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yaitu menggabungkan
38 Sugiyono, 2020, 253.
39 Sugiyono, 2020, 330.
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur serta observasi sehingga derajat kepercayaan valid. Peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data untuk memperkuat data yang diperoleh.
8. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini, peneliti membagi sistematika pembahasan menjadi lima bab. Semua bab tersebut saling berhubungan dan mendukung antara satu dengan yang lainnya. Gambaran atas masing-masing bab tersebut sebagai berikut:
BAB I. Bab ini merupakan pendahuluan yang akan memaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II. Bab ini merupakan landasan teori. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori komunikasi, gaya komunikasi, program siaran, dan radio.
BAB III. Bab ini merupakan gambaran umum dan temuan khusus. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai data umum berupa deskripsi umum subyek penelitian dan data khusus berupa pemaparan data hasil penelitian, seperti program siaran, profil radio dan gambaran umum Radio RASI FM Magetan.
BAB IV. Bab ini merupakan analisa data yang berisi gaya komunikasi Penyiar yang digunakan oleh Radio RASI FM Magetan.
BAB V. Bab ini merupakan penutup. Pada bab ini bertujuan untuk menyimpulkan dari rangkaian pembahasan mulai dari bab satu sampai bab lima sehingga mempermudah para pembaca dalam mengambil intisari hasil penelitian serta memberi saran
25 BAB II
GAYA KOMUNIKASI A. Gaya Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagu komunikator dan komunikan. Komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawal sandi (decode) pesan komunikator itu. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawal sandi (decoder).40
Pada penyiar radio Rasi FM, pesan disampaikan oleh penyiar sebagai komunikator melalui media massa yakni radio. Dalam proses komunikasi yang dilakukan tersebut, penyiar harus menyampaikan pesan kepada pendengar dengan bahasa yang mudah dipahami agar pendengar dapat mengerti apa yang disampaikan oleh penyiar. Jika sudah ada kedekatan, maka akan semakin mudah bagi penyiar untuk mendapatkan pendengar setia.
2. Pengertian Gaya Komunikasi
Gaya adalah tentang bagaimana transmisi atau presentasi simbol dari pemilihan sistem simbol untuk makna yang kita kaitkan dengan simbol inklusif
40 Onong Uchjana Effendy, 2019, 13.
perilaku simbolik mulai dari perkataan dan perbuatan, pakaian yang dikenakan untuk furnitur bekas. Pengiriman adalah salah satu bentuk kegiatan simbol untuk bentuk fisik yang mengandung berbagai pilihan dari pesan nonverbal, lisan, tertulis hingga pesan yang lewat perantara suatu hal.41 Sedangkan Menurut Louis Forsdale, komunikasi memberikan sinyal menurut aturan tertentu, agar sistem itu tercipta dan berubah. Berdasarkan pengertian ini, komunikasi juga terlihat proses, proses komunikasi dapat diartikan sebagai transmisi informasi atau pesan (message) dari pengirim pesan sebagai alat komunikasi dan kepada penerima pesan penerima sebagai media.42
Menurut Raynes, gaya komunikasi didefinisikan sebagai campuran elemen komunikasi verbal dan ilustratif. Pesan verbal individu digunakan untuk berkomunikasi dengan kata-kata tertentu yang menjadi ciri gaya komunikasi. Ini berarti peningkatan nada, volume semua pesan yang diucapkan. Gaya komunikasi tergantung pada situasi, bukan pada tipe orang.
Gaya komunikasi tidak bergantung pada tipe orangnya, tetapi pada situasi yang dihadapinya. Semua orang menggunakan gaya komunikasi yang berbeda ketika mereka senang, sedih, marah, tertarik atau bosan. Sama halnya dengan seseorang yang berbicara dengan sahabat, orang baru dan anak-anak berbicara dengan gaya yang berbeda. Kecuali gayamu penggunaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Gaya komunikasi adalah sesuatu yang dinamis dan sangat sulit diprediksi serta gaya komunikasi sesuatu yang relatif.43
41 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Jakarta : Prenada, 2018), 63.
42 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2020), 26.
43 Hariyana, Komunikasi Dalam Organisasi (Jakarta: Universitas Indonesia,, 2019), 14-18.
27
Para ahli komunikasi telah mengelompokkan beberapa tipe dan kategori gaya komunikasi ke dalam sepuluh jenis, sebagai berikut :
a. Gaya dominan (dominant style), gaya seseorang individu untuk mengontrol situasi sosial.
b. Gaya dramatis (dramatic style), gaya seseorang individu yang selalu “hidup”
ketika dia bercakap-cakap.
c. Gaya kontroversial (controversial style), gaya seseorang yang selalu berkomunikasi secara argument atau cepat untuk menantang orang lain.
d. Gaya animasi (animated style), gaya seseorang yang berkomunikasi secara aktif dengan memakai bahasa nonverbal
e. Gaya berkesan (impression style), gaya berkomunikasi yang merangsang orang lain sehingga mudah diingat, gaya yang sangat mengesankan.
f. Gaya santai (relaxed style), gaya seseorang yang berkomunikasi secara tenang penuh senyuman dan tawa.
g. Gaya atentif (attentive style), gaya seseorang yang berkomunikasi dengan memberkan perhatian penuh kepada orang lain, bersikap simpati dan empati, mendengarkan orang lain dengan sungguh sungguh.
h. Gaya terbuka (open style), gaya seseorang yang berkomunikasi yang ditampilkan seseorang secara terbuka yang ditunjukkan dalam tampilan jujur dan mungkin saja blakblakan.
i. Gaya bersahabat (friendly style), gaya komunikasi yang sitampilkan seseorang secara ramah, measa dekat, selalu memberikan respons positif, dan mendukung.
j. Gaya yang tepat (precise style), gaya yang tepat dimana komunikator meminta untuk membicarakan suatu konten yang tepat dan akurat dalam komunikasi lisan.
Gaya komunikasi (communication style) dapat diartikan sebagai perilaku antarpribadi yang khusus digunakan dalam suatu situasi. Gaya komunikasi merupakan cara penyampaian dan gaya bahasa yang baik. Gaya yang dimaksud sendiri dapat bertipe verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal berupa vokalik, bahasa badan, penggunaan waktu, dan penggunaan jarak.44 Gaya komunikasi terdiri dari perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi ertentu. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). Berikut ini gaya komunikasi yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini.
1) The controlling style merupakan gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa, dan mengatur perilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. Controlling style of Communication ini lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai
44 H.A.W Widjaja, 2020, 57.
29
rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.
2) The equalitarian style merupakan gaya komunikasi dengan adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai, dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain, baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.
3) The structuring style merupakan gaya komunikasi yang berstruktur, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan, dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
4) The dynamic style merupakan gaya komunikasi yang dinamis memiliki kecenderungan agresif karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action- oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupaun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5) The relinquishing style merupakan gaya komunikasi yang mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat, ataupun gagasan orang lain daripada keinginan untuk memberi perintah meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengathuan luas, berpengalaman, teliti, serta bersedia untuk bertanggung jawab atas tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6) The withdrawal style merupakan akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang- orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi
31
oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang konkret adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”.
Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi dengan orang tua maupun dengan orang lain dalam organisasi atau instansi.45
B. Radio
Radio adalah media massa yang sudah cukup lama berdiri khususnya di Indonesia. Radio umumnya menyiarkan musik, berita, iklan, diskusi atau talkshow, dan bahkan drama. Informasi mudah didapatkan melalui radio selain itu kita bisa mendapatkan hiburan melalui radio sehingga kejenuhan akan aktivitas sehari-hari dapat hilang ketika mendengarkan hiburan melalui media ini. Definisi radio menurut para ahli seperti menurut H.A Widjaja yang mengatakan radio adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarakan dari stasiun pemancar dan diterima oleh pesawat penerima di rumah, mobil, dan dilepas di mana saja.46 Sementara menurut Didin Syaifuddin, radio adalah sesuatu yang menghasilkan bunyi atau suara, karena dipancarkan oleh gelombang atau frekuensi melalui udara (air wave).47
Radio adalah alat komunikasi massa, dalam arti saluran pernyataan manusia yang umum atau terbuka dan menyalurkan lambang yang berbunyi,
45 Dasrun Hidayat, Komunikasi Antar Pribadi Dan Media, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2022) 7 - 10.
46 H.A.W Widjaja, 2020, 57 - 58.
47 Didin Syaifuddin, Radio Siaran (Sidoarjo: Selaras Dua Berdikari Entertain, 2020), 9.
berupa program-program yang teratur, yang isinya aktual dan meliputi segi perwujudan kehidupan masyarakat. Radio siaran memiliki beberapa kelebihan.
Hal tersebut dikarenakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran.48 Faktor-faktor tersebut yakni:
Daya Langsung: Pesan yang disampaikan oleh radio siaran dapat langsung diterima oleh pendengar. Seperti pada penyampaian berita di radio RASI FM, berita yang sudah dikoreksi dan sudah dicek kebenarannya dapat langsung dibacakan.
Daya Tembus: Radio siaran memiliki kekuatan daya tembus, yang artinya dapat mencapai khalayak yang berada di mana saja tanpa mengenal jarak dan waktu. Perbedaan wilayah tidak menjadi kendala bagi penyampaian pesan melalui radio siaran. Pada radio RASI FM dapat mencapai seluruh pendengarnya yang berada di mana saja sesuai dengan cakupan siarannya.
Daya Tarik: Faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan adalah daya tarik. Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni: musik, kata-kata, dan efek suara (sound effect). 49
C. Program Siaran
1. Pengertian Program Siaran
Kata program berasal dari bahasa Inggris programme atau program, yang berarti acara atau rencana. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan
48 Siti Karlinah, Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Teori, Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), 128-130.
49 Arifin Anwar, Strategi Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: Armico, 2019), 27.
33
dalam berbagai format. Program adalah segala sesuatu yang ditawarkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan pemirsanya. Bahwa dalam media penyiaran, acara harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga mendatangkan banyak penggemar atau pendengar dan menarik pendengar.50
Istilah "program siaran" mengacu pada sebagian atau sebagian kecil dari konten siaran radio secara keseluruhan. Dalam siaran secara keseluruhan, terdapat beberapa program yang mengudara. Setiap program memiliki slot, yaitu waktu atau durasi, dan disusun berdasarkan tema program. Karena persaingan yang ketat untuk mendapatkan tempat iklan dalam proses pemasaran produk program, jadwal program di beberapa stasiun telah direncanakan dalam satu bulan atau enam bulan. Program seminggu biasanya disiarkan pada hari yang sama dan slot waktu yang sama.51
2. Jenis - jenis Program Siaran
Menurut Morrisan, jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar, yaitu:
a. Program informasi
Orang-orang memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi. Jadi mereka juga sangat ingin tahu apa yang terjadi di masyarakat. Developer dapat menggali keingintahuan masyarakat untuk menarik minat penonton atau audience. Program informasi adalah segala jenis program yang dirancang untuk memberikan tambahan informasi atau informasi kepada
50 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Teori, Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2020), 210.
51 Djamal Hidayanto, Dasar-Dasar Penyiaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2022), 162.
publik. Keajaiban program ini adalah menjual pengetahuan dan informasi kepada publik. Dengan demikian, program informasi tidak selalu merupakan program berita. Namun, semua presentasi informasi adalah talkshow atau diskusi tentang informasi penting, debat, dll.
b. Program hiburan
Program hiburan adalah segala jenis program yang bertujuan untuk menghibur masyarakat dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan.
Program hiburan juga menjadi daya jual media penyiaran kepada masyarakat dan mendatangkan berbagai keuntungan.52
D. Penyiar Radio
Penyiar (announcer) adalah orang yang bertugas membawakan atau memandu acara di radio, misalnya acara berita, pemutaran lagu pilihan, talk show, dan sebagainya. Ia menjadi ujung tombak sebuah stasiun radio dalam berkomunikasi dengan pendengar dan pemasukan iklan utamanya ditentukan oleh kepiawaian penyiar dalam membawakan sekaligas “menghidupkan” acara tersebut.53
1. Berikut syarat ketika ingin menjadi seorang penyiar radio : a. Mempunyai kualitas vokal yang baik.
Memiliki kualitas vokal yang baik tentu menjadi prioritas utama bagi seorang penyiar. Karena ketika suara kita memadai untuk menjadi seorang penyiar lebih besar peluang bagi kita untuk menjadi seorang penyiar radio.
52 Morissan, 2018, 218 - 223.
53 Asep Syamsul Romli, Dasar Dasar Siaran Radio, (Bandung, Nuansa Cendikia , 2019), 31.
35
Suara memang menjadi prioritas utama dikarenakan radio adalah audio saja, dimana pendengar akan mendengarkan suara dari penyiar bukan dengan visualnya. Yang paling penting, bagaimana seorang penyiar mampu mengoptimalkan jenis suaranya sehingga sesuai perencanaan program dan harapan pendengar.
b. Mampu melaksanakan adlibbing dan script reading dengan baik.
Seorang penyiar harus memiliki wacana dan pemikiran yang luas.
Karena nanti mereka dituntut untuk melakukan hal hal yang terbilang spontan. Kelancaran berbicara yang mengalir apa adanya, tidak dibuat- buat, jujur, jernih, jelas akan banyak dipengaruhi wawasan yang luas dan latihan - latihan khusus. Oleh karena itu, penyiar mampu menganalisis situasi serta kondisi dari berbagai aspek.
c. Memahami format radionya dan format clock.
Seorang penyiar radio harus paham dengan format radio yang dia jalani. Ada format kata dan format musik, serta aturan yang berlaku di stasiun radio yang harus dijalani seorang penyiar. Yang jelas, format di sini lebih merupakan ramuan pokok atau rencana program yang diarahkan pada pendengar tertentu. Sedangkan format clock tersebut adalah perintah kerja mulai dari playlist, sistem rotasi musik, iklan, radio ekspose, penempatan stasiun jingle, atau toleransi waktu bicara penyiar.
d. Memahami segmen radionya.
Seorang penyiar harus paham dengan segmen radionya secara mendalam. Dengan memahami secara mendalam segmen radionya,
berarti penyiar akan sangat paham tentang target pendengarnya. Penyiar juga harus mengetahui karakteristik pendengarnya maupun program apa yang mereka butuhkan dan mereka sukai.
e. Memperlihatkan simpati dan empati terhadap pendengarnya
Seorang penyiar harus bisa berempati dalam upaya melayani secara optimal dan mewujudkan rasa kedekatan dengan pendengar, sekaligus harus bisa berpikir dari sudut pandang pendengar atau berempati..
f. Mampu menghasilkan gagasan-gagasan segar dan kreatif dalam siarannya.
Seorang penyiar perlu menjadi seorang kreator, karena tugasnya menghibur pendengar dengan kata-katanya. Agar pendengar tertarik dalam setiap siarannya selalu menghasilkan gagasan atau ide - ide segar dan selalu kreatif memunculkan hal - hal baru sesuai kondisi atau tren yang berkembang.
g. Mampu bekerja sama dalam tim
Karena bekerja di radio merupakan kerja terintegrasi antara masing- masing bagian yang terlibat dalam produksi siaran, maka seluruh praktisi penyiaran termasuk penyiar wajib memiliki kemampuan bekerja sama dan saling pengertian, menghargai, dan saling mengingatkan untuk menghasilkan output siaran yang berkualitas. 54
54 Harley Prayudha, Radio: Penyiar It‟s Not Just A Talk. (Malang: Bayumedia Publishing, 2016), 87-89.
37
2. Persiapan Seorang Penyiar
Penyiar dalam sebuah stasiun radio harus memiliki kemampuan dan dapat berperan dalam banyak hal. Kerena salah satu kegunaan penyiar adalah agar mampu mewakili citra stasiun penyiar radio. Untuk menjadi seorang penyiar seseorang dapat mempersiapkan diri agar dapat melakukan siaran dengan benar, untuk lebih jelasnya berikut penjelasannya:
Untuk mempersiapkan kemampuan penyiar dalam melakukan siaran dapat memperhatikan kualitas yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kualitas penyiar. Keahlian utama yang mutlak dimiliki penyiar antara lain:
a. Berbicara yaitu mengeluarkan suara, atau melakukan komunikasi secara lisan. Karenanya, ia harus “lancar bicara” dengan kualitas vokal yang baik seperti pengaturan suara, pengendalian irama, tempo, artikulasi, dan sebagainya. Kelancaran berbicara dengan kualitas vocal yang baik dapat dibentuk dengan:
1) Latihan pernafasan untuk bisa mengeluarkan “suara diafragma”, yaitu suara yang berbentuk dari rongga perut. Suara ini akan lebih bertenaga (powerful), bulat, terdengar jelas, dank eras tanpa harus beteriak.
2) Latihan intonasi (nada suara) untuk berbicara secara berirama cepar dan lambat dan tidak datar atau monoton.
3) Latihan aksentuasi untuk mampu berbicara dengan penekanan pada kata-kata tertentu.
4) Latihan speed, kecepatan bicara.
5) Latihan artikulasi, kejelasan kata atau istilah yang pengucapannya berbeda dengan penulisannya, utamanya kata-kata asing.55
b. Membaca dalam hal ini kemampuan spoken reading, yakni membaca naskah siaran tetapi terdengar seperti bertutur atau tidak membaca naskah.56
c. Menulis yaitu menulis naskah siaran, seringkali penyiar harus menyiapkan naskah siarannya sendiri. Karenanya, ia harus memiliki kemampuan menulis naskah gaya penulis untuk radio dengan media ceatak sangat berbeda. Ini sangat penting dikuasai oleh seorang penyiar lebih-lebih untuk penyiar pemula yang akan menjadi guidance untuk comen-comen- nya su