• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi volume lalu lintas di persimpangan; 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kondisi volume lalu lintas di persimpangan; 4"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Konflik antara jalan yang lalu lintasnya lurus dengan jalan lain yang berpotongan, termasuk konflik dengan pejalan kaki. Benturan antara pergerakan lalu lintas belok kanan dan lalu lintas yang lurus menuju pejalan kaki, atau pergerakan lalu lintas belok kiri dan pejalan kaki. Arus lalu lintas yang mengalami konflik pada suatu persimpangan mempunyai perilaku yang kompleks, setiap pergerakan arus lalu lintas lurus, belok kanan, atau belok kiri masing-masing akan menghadapi konflik yang berbeda-beda.

Simpang tak bersinyal merupakan simpang yang terdiri dari beberapa lengan yang dapat dilihat dari berbagai kondisi antara lain kondisi geometrik, kondisi lingkungan, dan kondisi lalu lintas. Pengendara yang melihat rambu tersebut diharuskan memperlambat laju kendaraannya dan hanya boleh melanjutkan perjalanan jika kondisi lalu lintas cukup aman. Metode ini memperkirakan pengaruh terhadap kapasitas dan tindakan terkait lainnya karena kondisi geometrik, persyaratan lingkungan dan lalu lintas.

Lebar pendekat (WA) merupakan jalur pendekat beraspal yang digunakan lalu lintas pembuangan setelah melewati suatu persimpangan. Lebar Pintu Keluar (WKELUAR) adalah lebar area jalan masuk beraspal yang digunakan oleh lalu lintas yang berangkat setelah melewati suatu persimpangan. Sketsa mengenai arus lalu lintas sangat diperlukan, apalagi jika berencana mengubah sistem pengelolaan simpang dari simpang tak bersinyal menjadi simpang bersinyal atau sistem satu arah.

Hambatan samping diukur dengan mempertimbangkan rekayasa lalu lintas sebagai tinggi, sedang dan rendah.

Gambar 2.2 Bentuk – Bentuk Dasar Pergerakan di Persimpangan
Gambar 2.2 Bentuk – Bentuk Dasar Pergerakan di Persimpangan

Kapasitas Simpang Tidak Bersinyal

Median dikatakan lebar apabila kendaraan ringan dapat berlindung pada area median tersebut tanpa mengganggu arus lalu lintas pada jalan utama. Faktor penyesuaian luas kota dapat dilihat dari jumlah penduduk di kota tersebut, karena setiap kota mempunyai jumlah penduduk yang berbeda-beda. Faktor penyesuaian ukuran kota dan jumlah penduduk sangat penting karena jumlah kendaraan yang digunakan di setiap kota mempengaruhi arus lalu lintas.

Faktor penyesuaian jenis lingkungan jalan, hambatan lateral dan kendaraan tidak bermotor (FSRU) dapat diperoleh dari hasil survei lapangan dengan melihat variabel jenis lingkungan jalan, kelas hambatan lateral (SF), dan risiko kendaraan tidak bermotor. Faktor penyesuaian jenis lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tidak bermotor dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.3 Kapasitas Dasar
Tabel 2.3 Kapasitas Dasar

Derajat Kejenuhan

Tundaan

Tundaan Penyeberangan merupakan penjumlahan tundaan geometrik dan tundaan lalu lintas yang dapat dihitung dengan rumus 2.10.

Peluang Antrian

Penilaian Perilaku Lalu-lintas

Prosedur Perhitungan Analisis Kinerja Simpang Bersinyal

Data Masukan Analisis Simpang Bersinyal

Kondisi Geomertrik

Kondisi geometri merupakan data-data yang diperlukan pada suatu persimpangan untuk diteliti, seperti lebar dan panjang lajur dan lajur, posisi pendekatan, garis berhenti, marka lajur dan data geometri pendukung lainnya.

Kondisi Pengaturan Lalu lintas

Kondisi Lingkungan

Kondisi Arus Lalu lintas

Selain pendekatan rasio belok juga dilakukan pendekatan rasio kendaraan tidak bermotor dengan membagi arus kendaraan tidak bermotor QUM kendaraan/jam dengan arus kendaraan bermotor QMV kendaraan/jam yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.13. PUM = Rasio kendaraan tidak bermotor terhadap kendaraan bermotor QUM = Arus kendaraan tidak bermotor (kendaraan/jam).

Penentuan Fase Sinyal

Hal yang harus dipelajari dalam penggunaan fase sinyal takni adalah penentuan fase sinyal dan perhitungan waktu antara green time dan loss time. Hal-hal yang harus ditentukan dalam perhitungan rencana fase sinyal berbeda dengan yang dijelaskan pada Formulir SIG-I, maka rencana fase sinyal harus dipilih sebagai alternatif awal untuk keperluan evaluasi. Biasanya pengaturan dua fasa dicoba sebagai kejadian dasar karena biasanya menghasilkan kapasitas yang lebih besar dan penundaan rata-rata yang lebih rendah dibandingkan jenis pentahapan sinyal lainnya dengan pengontrol fasa konvensional.

Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang

Penentuan Waktu Sinyal

Dalam menentukan waktu sinyal, beberapa faktor harus diketahui dan ditentukan, antara lain jenis pendekatan, lebar pendekatan efektif, arus saturasi dasar, faktor penyesuaian, rasio arus atau arus saturasi, serta waktu siklus dan waktu hijau.

Tipe Pendekat

Lebar Pendekat Efektif

Penentuan arus jenuh dasar ditentukan dengan memperhatikan tipe tiap pendekat, tipe pendekat terproteksi (P) atau tipe resistif (0). Untuk pendekatan arus terproteksi (tipe P) yaitu pergerakan kendaraan pada simpang tanpa benturan antar lengan simpang yang berbeda pada saat lampu hijau berada pada satu fasa, atau menggunakan rumus 2.16. Untuk pendekatan sebaliknya (tipe 0), yaitu kendaraan pada persimpangan yang terjadi konflik antara kendaraan yang berbelok ke kanan dan kendaraan yang bergerak lurus dari arah lain dalam fase hijau yang sama.

Jika gerakan searah jarum jam lebih besar dari 250 smp/jam, fase sinyal terlindung harus diperhitungkan, yang berarti rencana fase sinyal harus diubah.

Gambar 2.9 Pendekat Dengan dan Tanpa Pulau Lalu lintas  3.  Arus Jenuh Dasar
Gambar 2.9 Pendekat Dengan dan Tanpa Pulau Lalu lintas 3. Arus Jenuh Dasar

Faktor Penyesuaian

Hanya untuk pendekatan tipe-P, tanpa reservasi pusat, jalan dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk, atau dengan menggunakan rumus 2.17. Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio belok kiri (PLT) dan hanya untuk pendekatan tipe P tanta LTOR lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.18. Nilai arus saturasi yang disesuaikan adalah arus saturasi dasar (S0) dikalikan dengan nilai faktor penyesuaian (F) atas penyimpangan dari kondisi sebenarnya dengan menggunakan rumus 2.19.

FG = Faktor Penyetelan Kemiringan FP = Faktor Penyetelan Parkir FRT = Faktor Penyetelan Belok Kanan FLT = Faktor Penyetelan Belok Kiri 5. Jika LTOR dikeluarkan dari analisis, hanya pergerakan belok kanan yang dimasukkan dalam nilai Q. Untuk menghitung arus crossover rasio (IFR) sebagai penjumlahan dari nilai FR yang dilingkari (kritis) dengan menggunakan Rumus 2.21.

Untuk menghitung rasio fasa (PR) setiap fasa sebagai rasio FRcrit terhadap IFR menggunakan rumus 2.22. Apabila volume lalu lintas tinggi maka waktu siklus akan semakin panjang sehingga akan mempengaruhi rata-rata tundaan kendaraan yang melewati persimpangan tersebut. Nilai waktu siklus yang lebih rendah digunakan untuk persimpangan dengan lebar jalan <10m, nilai yang lebih tinggi untuk jalan yang lebih lebar.

Waktu siklus yang lebih rendah dari nilai yang direkomendasikan akan menyebabkan pejalan kaki kesulitan untuk menyeberang jalan.Waktu siklus yang direkomendasikan dapat dilihat pada tabel 2.11. Waktu hijau yang kurang dari 10 detik harus dihindari, karena dapat mengakibatkan pelanggaran lampu merah yang berlebihan dan kesulitan. Waktu siklus yang disesuaikan (c) sesuai dengan waktu hijau yang didapat dan waktu hilang (LTI) yang dihitung menggunakan Rumus 2.25.

Tabel 2.10 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (F SF )  Lingkungan jalan  Hambatan
Tabel 2.10 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (F SF ) Lingkungan jalan Hambatan

Kapasitas

Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai perbandingan antara lalu lintas (q) dengan kapasitas (C) pada suatu ruas atau ruas jalan tertentu.

Panjang Antrian

Perilaku lalu lintas pada persimpangan lampu lalu lintas meliputi penentuan panjang antrian, jumlah kendaraan yang berhenti dan tundaan. NQ1 = jumlah SMP yang tersisa dari fase hijau sebelumnya NQ2 = jumlah SMP yang tiba pada fase merah.

Kendraaan Terhenti

Tundaan

Gambar

Gambar 2.1 Bentuk - Bentuk Simpang Sebidang
Gambar 2.2 Bentuk – Bentuk Dasar Pergerakan di Persimpangan
Gambar 2.3 Konflik Utama dan Kedua pada Simpang Bersinyal dengan Empat Lengan  Apabila  ditinjau  lebih  lanjut  banyaknya  titik  konflik  dari  suatu  persimpangan  akan  dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:
Gambar 2.4 Titik – Titik Konflik pada Persimpangan 4 kaki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sem Course title Author/Editor Title Ed & Year Publisher 1 Nursing Informatics - NNI 9103 McGonigle, Dee; Mastrian, Kathleen Garver & Mastrian, K Nursing Informatics and the