• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Kepemikiran Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

N/A
N/A
Yoga Nurfauzi

Academic year: 2024

Membagikan "Pengenalan Kepemikiran Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Koneksi Antar Materi Filosofi Pendidikan Indonesia - Topik 2 Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

(Oleh : Yoga Nurfauzi – Penjas)

Ada enam pokok pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, yaitu:

Pertama, pendidikan sebagai tuntunan. Dalam konteks sosial budaya, 'menuntun' diwujudkan dalam keteladanan guru dalam proses pendidikan, baik keteladanan sikap, karakter, dan perilaku, karena anak belajar dari apa yang mereka lihat dan rasakan. Menuntun juga berarti mendidik dan mengajar anak sesuai potensi, minat, dan bakatnya.

Kedua, kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan harus mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman karena kedua hal ini tidak dapat dipisahkan dalam diri anak. Seorang anak telah memiliki kodrat alam ⟮potensi, bakat, kemampuan⟯ yang unik, berbeda-beda satu sama lain sehingga guru diharapkan mampu memfasilitasi mereka agar bisa tumbuh maksimal sesuai jenjang usia mereka.

Pembelajaran akan menjadi menyenangkan jika dilakukan sesuai kodrat anak, yaitu bermain.

Sementara kodrat zaman, bagaimana seorang guru mampu membimbing anak agar siap hidup mandiri dalam zaman yang terus berubah.

Ketiga, Berhamba pada anak. Ini berarti pendidikan yang mengutamakan anak, berpusat pada anak, dan memuliakan anak. Pendidikan dilakukan untuk satu-satunya tujuan, yaitu membuat anak menjadi selamat dan bahagia.

Keempat, Prinsip Bukan Tabula Rasa. Anak lahir bukan kertas kosong yang bisa diisi oleh orang dewasa sesuai kehendaknya. Anak sudah membawa garis-garis dan coretannya masing-masing.

Tugas guru adalah menebalkan garis yang baik-baik dan membiarkan garis yang tidak baik agar tidak terlihat. Guru menuntun anak agar menampakkan potensinya menjadi nyata, sekaligus meminimalisasi sifat atau tabiat buruknya.

Kelima, Budi pekerti. Pendidikan itu adalah benih-benih kebudayaan yang dapat mengantarkan murid pada budi pekerti ⟮olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olahraga⟯ yang luhur. Dalam budaya Bali, dikenal adanya Tri Hita Karana, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, hubungan yang harmonis antar sesama manusia, dan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam.

Keenam, Petani. Guru ibarat petani, yang menyiapkan lahan, memupuk, mengairi, dan membersihkan hama agar bibit tumbuh subur, berbunga, kemudian berbuah. Petani dapat mengupayakan tumbuhnya bibit dengan sebaik-baiknya, tetapi tidak dapat mengubah kodrat bibit menjadi tanaman lain. Demikian pula guru. Guru dapat mengupayakan bertumbuhnya potensi anak dengan sebaik-baiknya, tetapi tidak dapat mengubah kodrat anak.

▸ Baca selengkapnya: komitmen diri filosofi pendidikan indonesia

(2)

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan juga dikenal dengan semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani”. Secara filosofis, pemikiran Ki Hadjar Dewantara berarti di depan memberi teladan, di tengah membangun kemauan, dan di belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.

Setelah mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, terjadi perubahan dalam pola pikir saya terhadap siswa dan pembelajaran. Siswa seharusnya diposisikan sebagai subjek pendidikan yang memegang peranan penting terhadap jalannya pembelajaran. Guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa belajar sesuai potensi, minat, bakat, dan cara belajarnya. Pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan cara ‘among’, yakni menuntun potensi anak berdasarkan budaya.

Pembelajaran dilaksanakan bukan dengan tuntutan kepada anak, tetapi dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai kebutuhannya sehingga tercipta kemerdekaan belajar. Pembelajaran seharusnya dilaksanakan dengan berbagai cara, model, atau metode, seperti kooperatif learning, inquiri, discovery, problem based learning, maupun project based learning. Pembelajaran dilakukan dengan berbagai sumber belajar, seperti lingkungan, surat kabar, majalah, narasumber, maupun internet. Proses pembelajaran dilaksanakan untuk mengembangkan semua potensi anak, baik budi pekerti, pikiran, maupun tubuhnya agar menjadi anak yang selamat dan bahagia.

Adapun beberapa hal yang dapat segera saya lakukan agar kelas saya nantinya dapat mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara diantaranya; 1) merancang dan melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui profil siswa, 2) merancang pembelajaran sesuai dengan hasil asessmen diagnostik awal yang telah dilakukan, 3) membuat kesepakatan belajar, 4) memberikan variasi bentuk tugas sesuai dengan potensi siswa, 5) melaksanakan pembelajaran dengan metode bermain sambil belajar, dan 6) melakukan variasi penilaian.

Pendidikan karakter dapat dibentuk melalui penanaman berbagai nilai yang dikembangkan berdasarkan kearifan lokal/budaya yang dimiliki masyarakat. Jawa, merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya. Budaya jawa memiliki nilai-nilai luhur yang di sebut “Tepa selira”, adalah sikap tenggang rasa, toleransi, menghargai orang lain. Tepa selira adalah sikap individu untuk mengontrol pribadinya berdasarkan kesadaran diri.

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi Pendidikan Multikultural ala Ki Hadjar Dewantara.. Melalui tiga matra pendidikan, 1) Keluarga sebagai lembaga pendidikan informal, kedua orang tua dan anggota keluarga

Secara singkat, tujuan pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara adalah memberikan sumbangsih besar bagi perubahan anak didik ke depan melalui pembentukan karakter anak

Pandangan Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan dapat di lihat dari tekad beliau untuk meluaskan semangat tentang pendidikan kepada generasi muda. Dalam pandangan

Hasil dari penelitian menunjukkan: Dalam beberapa buku yang ditulis oleh Ki Hadjar Dewantara, terdapat tiga konsep, yaitu: pendidikan yang diberikan kepada anak sejak lahir sampai

Film dokumenter juga menjadi salah satu solusi dalam menyampaikan kembali makna dan ajaran pendidikan Ki Hadjar Dewantara sehingga dapat memberi informasi lebih

Konsep pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara memiliki relevansinya dengan konsep pendidikan yang terdapat dalam Hindu seperti jenjang pendidikan pada anak,

Peranan Ki Hadjar Dewantara dalam memajukan pendidikan Indonesia tahun 1922-1930 ini diteliti karena pendidikan bagi rakyat Indonesia yang sangat kurangnya

Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa kesenian yang dipakai sebagai alat pendidikan dalam Taman Siswa tetap bermaksud mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak ke arah