• Tidak ada hasil yang ditemukan

konflik dalam pengelolaan parkir liar di pantai

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "konflik dalam pengelolaan parkir liar di pantai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK DALAM PENGELOLAAN PARKIR LIAR DI PANTAI PURUS KELURAHAN RIMBO KALUANG KECAMATAN

PADANG BARAT KOTA PADANG

JURNAL

Oleh

ILMIATI AMRIL NPM. 10070132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2014

(2)

Conflict In Management of Illegal Parking In Purus Beach Village Rimbo Kaluang Western District of Padang City

By:

Ilmiati Amril¹,Ardi Abbas²,Surya Prahara³

1. Alumni of Sociology of Study Program at (STKIP) PGRI West Sumatra 2. Lecturer at Faculty of Social and Political Sciences Andalas University

3. Lecturer at program study Education Sosiology (STKIP) PGRI West Sumatra

ABSTRACT

The background of this research is the people who activity in the city do not understand about the area parkirng restrictions. So, they park their vehicle haphazardly and the parking attendant in the area just directing the legal fiction vehicle users to park their vehicle in the illegal parking area. This thesis is based on the formulation of the problem is how conflicts in the illegal parking management at Purus Beach Village Rimbo Kaluang District of West Padang, Padang City. The purpose of this paper is to describe the presence of illegal parking at Purus Beach, to describe the interest of the parties involved in the existance of illegal parking at Purus Beach Padang and then to describe the forms of a conflict and resolution related to illegal parking at Purus Beach.

The study was conducted over two months on July and August 2014. The analysis in this study using the Dahrendorf conflict theory. The design of study is a qualitative research and descriptive analysis, sample was 17 informants who choose used purpossive sampling technique. The selection of an informants based on certain criteria. Data collection used observation and limited role technic, indept interviews and the study of documents.

The results of the field study showed that illegal parking was occured at Purus Beach since a bridge was built in 2008, when the bridge opened in 2013 then at the time the people began to earn a living. Parking area that have not obtained permission from the authorities has been taken over by the chairman of the local youth. Challenges that occurred at the time, when the other side there are demands to the existence of the illegal parking. The reaction of the people as a parking service users who feel annoyed and forced to pay parking fees when they had just come. The was involved in the illegal parking is a parking attendant, the owner of the vehicle, youth leaders, community leaders and the Departement of Transportation Padang. This form of conflict that occured in the management of illegal parking were a conflict between illegal parking officer with the vehicle owner, where the owner of the vehicle lost their vesichel when parking, then conflicts between illegal parking attendants with parking unit in conducting enforcement. Conflict resolution between illegal parking officer with the vehicle owner by means of conciliation and conflict resolutions with UPT Perparkiran by pursuing a strategy of cooperation.

Key words : Conflict, Management, Illegal Parking, Conciliation, Cooperation

PENDAHULUAN

Kota seringkali dipahami sebagai bentuk kehidupan masyarakat yang sangat individual, penuh kemewahan, gedung-gedung yang menjulang tinggi, perkantoran

yang mewah, kendaraan yang lalu- lalang hingga mengundang kemacetan. Salah satu permasalahan yang cukup kompleks di perkotaan adalah masalah transportasi.

(3)

Berbagai permasalahan muncul, seperti seringnya melihat lalu-lalang kendaraan bermotor yang memadati jalanan, kemacetan diberbagai ruas jalan yang diakibatkan parkir dan berpotensi menyebabkan kecelakaan (Oktapriza, 2007: 1).

Perparkiran merupakan masalah yang sering dijumpai dalam sistem transportasi. Masalah perparkiran tersebut akhir-akhir ini sangat mempengaruhi pergerakan kendaraan, dimana kendaraan yang melewati tempat-tempat yang mempunyai aktifitas tinggi laju pergerakannya akan terhambat oleh yang parkir di badan jalan, sehingga hal ini dapat berpotensi menyebabkan kecelakaan (Dewi, 2012: 1).

Selain itu secara ekonomi parkir berpotensi meningkatkan pendapatan daerah. Tidak semua tempat parkir dikendalikan secara resmi sehingga sering muncul petugas parkir tidak resmi yang mengumpulkan seluruh pendapatannya ke dalam kantong sendiri (Yanti, 2012: 2).

Meningkatnya aktifitas pemarkiran liar ini pun sepertinya digunakan oleh para pemilik

kendaraan yang melihat deretan kendaraan yang terparkir di kawasan tersebut. Tentunya fungsi dan tanggung jawab dari pemerintah yang mengurusi masalah parkir dipertanyakan untuk menertibkan oknum-oknum petugas parkir liar yang menggunakan tepi jalan dibeberapa tempat-tempat keramaian tanpa pernah memperhatikan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah untuk daerah-daerah yang memang menjadi tempat umum atau publik (Yunus, 2012: 6).

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 29 Maret 2014 disepanjang Pantai Purus Padang lebih kurang 3 km, bahwa terdapat 25 orang petugas parkir liar, dan mereka berasal dari warga Purus.

Tarif yang ditentukan untuk motor Rp.1000 hingga Rp.2.000 sekali parkir. Sementara untuk mobil Rp.3000 hingga Rp.4.000 sekali parkir dan hari libur mencapai Rp.5.000 untuk roda empat.

Pengguna jasa parkir tidak diberikan karcis resmi sebagai bukti bayar retribusi parkir ke Pemko. Konflik pengelolaan parkir liar di Pantai Purus yaitu pada Purus Atas terjadi

(4)

karena perbedaan kepentingan antara petugas parkir liar dan pemilik kendaraan serta tokoh masyarakat, pemuda dan Dishubkominfo Padang.

Petugas parkir membantu pengendara dalam memarkirkan kendaraannya, ia mempunyai kepentingan dalam memungut biaya parkir dengan tarif yang tidak sesuai dan tidak memberikan karcis parkir.

Tokoh masyarakat serta ketua pemuda hanya melegalkan para pengguna kendaraan untuk menempati daerah yang belum diresmikan untuk tempat parkir.

Berangkat dari permasalahan di atas, maka penelitian ini mengkaji lebih lanjut tentang parkir liar. Oleh sebab itu penelitian ini diberi judul

“Konflik dalam Pengelolaan Parkir Liar di Pantai Purus Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang”.

Berdasarkan dari penjelasan dilatar belakang maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Konflik dalam Pengelolaan Parkir Liar di Pantai Purus Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Tujuan umum yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah Mendeskripsikan konflik dalam pengelolaan parkir liar di Pantai Purus Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang.

Tujuan khususnya

mendeskripsikan keberadaan parkir liar di Pantai Purus Kota Padang, mendeskripsikan kepentingan pihak- pihak yang terlibat dengan keberadaan parkir liar di Pantai Purus Kota Padang, mendeskripsikan bentuk konflik parkir liar dan upaya penyelesaiannya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Juli dan Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di Purus Atas Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni penulisan yang didasarkan pada pandangan mereka yang diteliti dengan rinci, yang dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit (Moleong,2013: 6).

Sedangkan tipe penelitian ini adalah deskriptif analisis merupakan metode penelitian dengan cara

(5)

mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen.

HASIL PENELITIAN

A. Keberadaan Parkir Liar di Pantai Purus Kota Padang

1. Munculnya parkir liar

Munculnya parkir liar di Pantai Purus berawal sejak jembatan penghubung yang dibangun pada tahun 2008 dan dibuka pada tahun 2013. Ketika pengunjung mulai berdatangan maka ada keinginan warga setempat untuk mencari penghasilannya di tempat itu. Pada saat itulah pertama kalinya muncul petugas-petugas parkir liar.

2. Pelaku yang memulainya

Lahan perparkiran ini belum memperoleh izin dari pihak yang berwenang, namun telah dikelola oleh warga setempat yaitu ketua pemuda. Ketua pemuda yang

memberikan izin kepada warganya untuk menjadi petugas parkir di kawasannya yaitu di Purus Atas.

3. Tantangan yang terjadi

Ketika parkir liar telah muncul di tengah-tengah masyarakat Purus Atas, maka ada pihak lain yang menentang dengan keberadaan parkir liar tersebut.

4. Reaksi masyarakat

Reaksi masyarakat terutama pengguna jasa parkir terhadap munculnya parkir liar ini diketahui pada saat memarkirkan kendaraannya di lokasi itu. Ada pengguna jasa parkir yang merasa kesal karena petugas parkir secara langsung meminta uang parkir terlebih dahulu disaat pengunjung baru datang.

B. Kepentingan Pihak-Pihak yang Terlibat

1. Petugas parkir liar

Petugas parkir membantu pengendara memarkirkan kendaraannya, dimana ia mempunyai kepentingan untuk memungut biaya parkir, selain itu petugas parkir mencari kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dengan mematok tarif yang tidak sesuai

(6)

dengan aturan yang ditetapkan.

Alasan informan bekerja sebagai petugas parkir liar adalah untuk menambah penghasilan, tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan, dan sebagai kerja sampingan.

2. Tokoh masyarakat setempat Tokoh masyarakat memiliki kepentingan dalam mengelola perparkiran di Pantai Purus. Tokoh masyarakat yang berkecimpung dalam permasalahan ini adalah Ketua RT/RW, tokoh masyarakat ini melegalkan para pengguna kendaraan untuk menempati daerah yang belum diresmikan lokasi parkirnya oleh pemerintah kota.

3. Ketua pemuda setempat

Pemuda setempat juga terlibat dalam masalah parkir liar ini, karena ketua pemuda mempunyai kepentingan dalam mengelola lahan parkir ini sebagai tempat perparkiran, warga setempat yang menjadi petugas parkir harus melapor dulu sebelumnya kepada ketua pemuda setempat.

4. Pengunjung/ Pengguna jasa parkir Pengunjung yang memiliki kendaraan roda dua atau roda empat mempunyai kepentingan untuk

memarkirkan kendaraannya di lokasi.

Ada pengunjung yang merasa kurang nyaman memarkirkan kendaraannya di lokasi tersebut, dikarenakan tempat parkir yang belum memadai dan juga petugas parkirnya tidak resmi.

5. UPT Perparkiran Dishubkominfo Dinas Perhubungan memiliki kepentingan dalam mengelola perparkiran di Pantai Purus terutama Purus Atas. Dalam melakukan penertiban terhadap parkir liar, pihak UPT Perparkiran mengalami kendala, namun kendala tersebut dapat diatasi sebab mereka bekerjasama dengan Tim Pengendalian Parkir (TPP). Tim pengendaliannya yaitu Satpol PP dan Dinas Pasar.

C. Bentuk Konflik Parkir Liar dan Upaya Penyelesaiannya

Konflik yang terjadi antara pemilik kendaraan dengan petugas parkir liar dimana pemilik kendaraan roda dua kehilangan handphone di dalam jok motornya. Setelah melaporkan kepada petugas parkir liar namun tidak ada seorang pun petugas parkir liar yang mengetahuinya dan hal ini membuat

(7)

pemilik kendaraan marah kepada petugas parkir. Lalu upaya penyelesaiannya dengan cara konsiliasi yakni dengan upaya damai yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertentangan.

Konflik yang kedua adalah petugas parkir liar dengan pihak UPT Perparkiran di dalam melakukan penertiban parkir liar. Dalam melakukan penertiban ada petugas parkir liar yang tidak mau diajak bekerjasama, sehingga hal inilah yang menimbulkan konflik.

Upaya yang dilakukan adalah dengan kooperasi. Strategi ini merupakan tindakan persuasi, negoisasi, dan musyawarah.

Tindakan yang dilakukan oleh Dishub kepada petugas parkir liar dalam pengawasan dan penertiban ini dengan memberikan sosialisasi berupa teguran dan memberikan pengarahan.

KESIMPULAN

A. Keberadaan Parkir Liar di Pantai Purus Kota Padang

1. Munculnya parkir liar

Munculnya parkir liar di Pantai Purus berawal semenjak jembatan penghubung dibangun maka ketika

itulah masyarakat sekitar mulai mencari penghasilannya dengan bekerja sebagai petugas parkir.

2. Pelaku yang memulai

Lahan parkir yang belum memperoleh izin dari pihak yang berwenang namun telah diambil alih oleh ketua pemuda setempat.

3. Tantangan yang terjadi

Ada yang menuntut dikarenakan oleh tempat parkir yang belum memperoleh izin dari pihak yang berwenang.

4. Reaksi masyarakat

Ada yang merasa kesal serta terpaksa ketika membayar uang parkir, sebab petugas parkir terlebih dahulu meminta uang parkir diwaktu pengunjung baru datang.

B. Kepentingan Pihak-Pihak yang Terlibat

1. Petugas parkir liar

Petugas parkir liar berkepentingan untuk menambah penghasilannya, selain itu mencari kesempatan untuk mengambil keuntungan.

2. Tokoh masyarakat

Tokoh masyarakat

berkepentingan dengan melegalkan para pengguna kendaraan menempati

(8)

tempat parkir yang belum diresmikan oleh Pemkot.

3. Ketua pemuda setempat

Ketua pemuda berkepentingan mengelola lahan parkir dan memberikan izin kepada warganya bekerja sebagai petugas parkir.

4. Pengunjung/ Pengguna jasa parkir Pengguna jasa parkir berkepentingan untuk memarkirkan kendaraannya dan menginginkan kendaraannya aman.

5. UPT Perparkiran Dishubkominfo Dishub berkepentingan dalam mengelola parkir yaitu dengan meresmikan parkir liar menjadi resmi.

C. Bentuk Konflik Parkir Liar dan Upaya Penyelesaiannya

Konflik petugas parkir dengan pemilik kendaraan ketika parkir pemilik kendaraan kehilangan barangnya, lalu upaya penyelesaiannya dengan cara konsiliasi.

Konflik kedua adalah petugas parkir dengan UPT Perparkiran di dalam menertibkan parkir liar ada yang tidak mau diajak bekerjasama.

Upaya yang dilakukan dengan strategi kooperasi. Dalam melakukan

penertiban ini, Dishub bekerjasama dengan Tim Pengendalian Parkir.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Rosmala, 2012. Evaluasi Parkir di Pasar Blauran Kota

Surabaya. Dalam

http://digilib.its.ac.id/

(Diakses tanggal 10 Maret 2014).

Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Oktapriza, Jhonny. 2007. Studi Preferensi Pengemudi Terhadap Parkir di Badan Jalan di Kota Padang. Dalam http://repository.unand.ac.id/

(Diakses tanggal 8 Maret 2014).

Yanti, Riri. 2012. Juru Parkir di Kota Makassar. Dalam http://repository.unhas.ac.id/

(Diakses tanggal 8 Maret 2014).

Yunus, Dewi Sartika. 2012.

Pengelolaan Retribusi Parkir di Kota Makassar (Studi Kasus di Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya).

Dalam

http://repository.unhas.ac.id/

(Diakses tanggal 8 Maret 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Kebanyakan pungli dipungut oleh pejabat atau aparat, walaupun pungli termasuk ilegal dan digolongkan sebagai KKN, tetapi kenyataannya hal ini jamak terjadi di Indonesia Adanya hambatan