• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KONSELING GATHER BERBASIS TRANSKULTURAL LEINANGER TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODEL KONSELING GATHER BERBASIS TRANSKULTURAL LEINANGER TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF "

Copied!
112
0
0

Teks penuh

Konseling yang mengedepankan budaya belum banyak dilaksanakan, sehingga terciptalah model konseling GATHER berbasis transkultural untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di wilayah BPM Jember. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor transkultural Leinenger terhadap pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan nilai Q-Sqauare Predictive sebesar 76,4% dapat disimpulkan bahwa model konseling Gather berbasis transkultural Leinanger diprediksi dapat meningkatkan pemberian ASI eksklusif sebesar 75,4.

Hal ini dikarenakan model Konseling GATHER berbasis Transkultural dari Leinanger memfasilitasi para ibu untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Model Konseling Transkultural Leinenger untuk Pemberian ASI Eksklusif” ini dapat terselesaikan.

PENDAHULUAN

L ATAR B ELAKANG

Di Kabupaten Jember sendiri, cakupan pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai usia enam bulan sebesar 76,37%, kurang dari target nasional sebesar 80%, bahkan angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (Dinkes Jember, 2014). Seorang ibu yang kurang memahami ASI eksklusif akan mudah terpengaruh untuk memberikan makanan pendamping ASI. Faktor eksternal ibu juga mempunyai pengaruh yang sangat besar, terutama faktor budaya masyarakat mengenai pemberian ASI pada bayi.

Pemberian ASI non-eksklusif berdampak pada tingginya angka kesakitan dan berdampak tidak langsung terhadap kematian bayi. Diare merupakan kasus terbesar pada bayi akibat pemberian ASI yang tidak eksklusif (Turin & Ochoa, 2014).

R UMUSAN M ASALAH

Solusi untuk mengatasi masalah ASI eksklusif telah dilaksanakan oleh pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari civitas akademika hingga kelompok masyarakat yang peduli terhadap ASI. Jika kita melihat tenaga kesehatan, dalam hal ini bidan, sebagai tenaga kesehatan garda terdepan dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan menyusui, mereka telah memberikan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif. Penyebab gagalnya konseling tidak lepas dari sulitnya mengubah persepsi ibu dan masyarakat terhadap gizi bayi, dalam hal ini ASI.

Proses penyuluhan selama ini hanya terfokus pada materi ASI eksklusif saja, meliputi teknik menyusui, cara menggendong bayi, pelekatan, lama menyusui, nutrisi ibu dan cara memerah ASI, tanpa melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui. menyusui. bayinya. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin menganalisis model KIE Leinenger yang berbasis transkultural mengenai pemberian ASI eksklusif. Namun hal ini belum membuahkan hasil yang berarti. Hal ini terlihat dalam tiga tahun terakhir persentase pemberian ASI eksklusif belum mencapai sasaran yang diinginkan.

T UJUAN P ENELITIAN

Kondisi ini memerlukan analisa lebih lanjut apakah penatalaksanaan yang diterapkan sudah sesuai dengan permasalahan/penyebab utamanya atau belum. Konseling ini hanya menitikberatkan pada proses konseling dan tidak menekankan pada komponen atau isi konseling, sehingga konseling ASI eksklusif dengan model ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Keadaan ini tidak lepas dari banyaknya faktor yang mempengaruhi keputusan untuk memberikan ASI eksklusif.

T UJUAN K HUSUS

M ANFAAT P ENELITIAN

  • Manfaat bagi Petugas Kesehatan
  • Manfaat bagi Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA

  • M ODEL K ONSELING B ERBASIS T RANSKULTURAL L EINENGER
    • T EORI K EPERAWATAN L EININGER
    • Esensi keperawatan dan kesehatan
    • Konsep kebudayaan menurut Leininger dalam buku Transcutural Nursing;
    • The Sunrise Model ( Model matahari terbit)
    • Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring, Holistik
  • ASI E KSKLUSIF
    • P ENGERTIAN ASI EKSLUSIF
    • Fisiologi Laktasi
    • Hormon yang mempengaruhi produksi ASI
    • Jenis ASI
    • Manfaat ASI ekslusif
    • Faktor-faktor Penghambat Pemberian ASI ekslusif
  • K ERANGKA K ONSEPTUAL
  • H IPOTESA

Perbedaan antar budaya dalam keyakinan, nilai, dan praktik keperawatan akan mencerminkan perbedaan dalam keterampilan identifikasi dan praktik keperawatan umum. Bentuk simbolik dan fungsi ritual praktik dan perilaku keperawatan mempunyai hasil dan makna yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Aturan dan kebijakan yang berlaku adalah semua yang mempengaruhi aktivitas individu dalam keperawatan transkultural.

Pada masa kehamilan, produksi ASI tidak terjadi akibat tingginya kadar hormon estrogen pada masa kehamilan yang berasal dari plasenta bayi. Pada masa nifas, hormon-hormon tersebut mengalami penurunan sehingga aktivitas hormon prolaktin meningkat untuk menghasilkan produksi ASI pada kelenjar susu ibu. Ketika produksi ASI mulai stabil, dimulailah sistem kendali autokrin atau disebut laktogenensis III.

Hormon ini juga dapat menghambat proses ovulasi sehingga selain berfungsi untuk produksi ASI, hormon ini juga dapat berperan sebagai alat kontrasepsi alami.

Gambar 2.1 Sun rise model Transkultural Leinanger
Gambar 2.1 Sun rise model Transkultural Leinanger

METODE PENELITIAN

  • JENIS PENELITIAN
  • P OPULASI DAN S AMPEL
    • Populasi
    • Sampel
    • Teknik Pengolahan Data
  • A NALISIS D ATA
  • O UTER M ODEL
  • I NNER M ODEL ATAU E VALUASI M ODEL S TRUKTURAL

Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu menyusui dan bidan yang merawatnya di wilayah kabupaten Jember periode Agustus-Oktober 2018 yang berjumlah 117 orang. Dengan menggunakan metode purposive sampling, pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu, mengingat diinginkan 76 responden untuk memudahkan penelitian sehingga diambil sampel sebanyak 70 ibu menyusui di kabupaten Jember. Seleksi atau penggunaan sarana yang memungkinkan individu memilih atau mendapatkan tawaran untuk memecahkan masalah menyusui.

Segala keputusan pemerintah atau instansi terkait yang mempengaruhi aktivitas individu dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan studi lapangan digunakan untuk menganalisis kebutuhan (needs assessment) apakah Model Konseling yang akan dihasilkan benar-benar dibutuhkan dan dapat digunakan untuk pemberian ASI Eksklusif. Pada langkah ini dimulailah perancangan model konseling berbasis antarbudaya Leinenger, yang meliputi: (1) Merumuskan tujuan konseling, (2) Menyusun diagram alir, dan (3) Merancang bagan atau kerangka kerja.

Uji ahli dilakukan oleh beberapa ahli yang mempunyai kualifikasi akademik minimal magister, yaitu 1) membimbing ahli untuk menilai kriteria proses. konseling, 2) ahli materi di bidang teori transkultural Leinenger untuk menilai kelayakan penggunaannya dalam konseling menyusui, dan 3) ahli di bidang kebidanan khususnya yang berkaitan dengan menyusui. Setelah melakukan pengujian awal, tahap selanjutnya adalah menyelidiki apakah model bimbingan sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penilaian jawaban responden dilakukan dengan membuat klasifikasi dari kategori-kategori yang bergantung pada asumsi atau pendapat responden.

Tujuan analisis dalam penelitian ini adalah untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan strategis dari hasil pengumpulan data, yang kemudian didiskusikan dengan para ahli dalam focus group Discussion (FGD). Hasil diskusi menjadi bahan pengembangan model konseling transkultural GATHER Leinenger untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di wilayah Jember. Validitas diukur dalam penelitian ini dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson, yaitu dengan menghitung korelasi antara hasil setiap item pertanyaan dengan hasil total (Ghozali, 2006). B).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya

HASIL PENELITIAN

  • K ARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN
    • F AKTOR PENTINGNYA T RANSKULTURAL L EINENGER TERHADAP PEMBERIAN
    • P EMBERIAN ASI E KSKLUSIF PADA I BU MENYUSUI DI BPM K ABUPATEN J EMBER
    • P ENGEMBANGAN MODEL KONSELING TRANSKULTURAL LEINENGER DALAM
    • H ASIL FGD
    • H ASIL P ERMODELAN A KHIR

Evaluasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif berdasarkan konsep Leinenger menunjukkan bahwa sebagian besar hasil menyatakan bahwa faktor transkultural Leinenger mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Rangkuman kondisi empiris rata-rata faktor transkultural Leinanger yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Jember. Selain pada ibu menyusui, pelaksanaan konseling/nasihat ASI Eksklusif oleh bidan juga ditanyakan pada sumber lain yaitu mahasiswa kebidanan.

Berdasarkan Gambar 4.2, hasil uji hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut: Faktor transkultural Leinanger (teknologi, agama dan nilai-nilai, sosial dan keluarga, budaya dan gaya hidup, aturan dan kebijakan, ekonomi, pendidikan) mempengaruhi nasehat, penggunaan nasehat ( Fantastis, Bertanya, Memberitahukan informasi, Membantu untuk memilih, menjelaskan dan mendemonstrasikan, Merujuk) berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. Memaksimalkan peran konselor dalam menilai persepsi ibu dan keluarga terhadap pemberian ASI khususnya ASI eksklusif, karena persepsi yang salah dari pasien dan keluarga dapat berdampak buruk terhadap kelanjutan pemberian ASI. Dukungan positif terhadap pemberian ASI eksklusif dapat terjadi jika keluarga memahami pemberian ASI eksklusif.

Mendekati anggota yang mempunyai peran dalam mengambil keputusan dan memberikan penyuluhan tentang ASI Eksklusif agar persepsinya menjadi positif. Konselor dalam melaksanakan konseling harus memperhatikan budaya klien dan memberikan pendekatan apabila ada budaya yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif. Meningkatkan peran bidan sebagai tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program terkait ASI Eksklusif.

Hasil uji statistik menunjukkan pemberian ASI eksklusif paling banyak dipengaruhi oleh faktor. Gambar 4.3 Hasil akhir pemodelan pengembangan model konseling GATHER berbasis transkultural Leinanger dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif di BPm kabupaten Jember. Optimalisasi peran konselor dalam memberikan informasi mengenai ASI eksklusif dan mengaitkannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI transkultural berdasarkan Leinanger.

Tabel 4.2   Hasil penilaian ibu menyusui terhadap  pelaksanaan konseling menyusui  oleh bidan pada ibu menyusui di Kabupaten Jember
Tabel 4.2 Hasil penilaian ibu menyusui terhadap pelaksanaan konseling menyusui oleh bidan pada ibu menyusui di Kabupaten Jember

PEMBAHASAN

Faktor agama dan penganjur nilai meliputi nilai-nilai agama dan nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh ibu menyusui dan keluarganya yang mempengaruhi pemberian ASI kepada bayinya. Dalam konseling menyusui, sebagian besar ibu menyatakan bahwa pendekatan keagamaan penting untuk memotivasi ibu dalam menyusui bayinya. Wade D, Haining S, 2009) menyatakan bahwa dukungan kelompok sangat penting untuk memberikan ASI eksklusif dan melanjutkan pemberian ASI.

Hal ini terlihat dari kegagalan dalam memberikan ASI eksklusif pada Ny. Masyarakat yang mempunyai pengalaman negatif terhadap pemberian ASI cenderung mendorong ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Pongtiku (2016) menunjukkan bahwa budaya yang mendukung pemberian ASI eksklusif adalah ikatan sosial dan kekeluargaan sebagai pemberi dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif.

Sedangkan budaya yang tidak mendukung adalah adanya pantangan dan mitos mengenai ASI eksklusif. Budaya menyusui pada masyarakat Jawa dan Madura serupa: masyarakat Madura memiliki budaya memberikan makanan tambahan pada bayi baru lahir (Illahi & Muniroh, 2016 ), seperti halnya masyarakat Jawa memiliki budaya memberikan nasi dan pisang kepada bayi baru lahir. -lahirkan bayi agar bayinya tidak di-bully (Rejeki, 2010). Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab kurangnya pemberian ASI eksklusif. Dalam konseling sangat penting untuk memahami budaya ibu menyusui sebagai dasar dalam memberikan pendekatan dan menentukan teori atau materi yang akan ditekankan. Pada tahap tell information, memasuki tahap bimbingan selanjutnya, seorang konselor bimbingan harus mengetahui asal usul etnis konselor bimbingan, untuk memberikan informasi yang tepat mengenai pengaruh budaya dalam pemberian ASI eksklusif maka harus melakukan penilaian terhadap budaya yang dianut oleh konselor. responden dan memeriksa latar belakang budaya yang dianut responden.

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh kebijakan yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif, seperti tindakan persalinan SC yang memisahkan anak pasca SC sehingga menghambat ikatan ibu dan anak. Faktor ekonomi yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah keinginan ibu untuk memberikan susu formula yang mahal dengan promosi yang mengandung unsur gizi yang dapat meningkatkan kesejahteraan bayi. Dalam survei tersebut mayoritas responden berperan penting dalam menunjang keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, karena dengan pendidikan yang lebih tinggi proses pemahamannya lebih mudah dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah.

SIMPULAN DAN SARAN

6 Menjelaskan atau menegaskan kembali dan mendemonstrasikan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui. 7 Merujuk atau menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil oleh ibu menyusui jika timbul masalah tambahan terkait dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu menyusui sebaiknya meningkatkan pengetahuannya tentang ASI Eksklusif pada bidan BPM yang memberikan konseling dengan pendekatan transkultural Leinanger.

Menyusui: eksklusif/non-eksklusif (pilih salah satu) Konseling diberikan oleh bidan/tenaga kesehatan pada saat hamil. Jelaskan dan demonstrasikan 1) Setelah saya mengambil keputusan untuk . menyusui, bidan menanyakan kembali apakah ada yang belum jelas mengenai asi eksklusif. Bersama ini saya nyatakan hasil penelitian saya yang berjudul: “Model KIE Eksklusif Berbasis Transkultural Leinenger”.

Saya Dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang, Program Studi D 4 Jember, dalam rangka melakukan penelitian dengan topik “Model Leinenger Transkultural Berbasis IEC pada Pemberian ASI Eksklusif”. Partisipasi Anda dalam penelitian ini akan bermanfaat bagi saya dan masyarakat.

Gambar

Gambar 2.1 Sun rise model Transkultural Leinanger
Gambar  2.2  Bagan  Skematik  Kerangka  Konsep  Model  Konseling  GATHER  berbasis  transkultural Leinanger
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya
Gambar 2.3  Bagan prosedur pengembangan model konseling berbasis transkultural  leinenger terhadap ASI Eksklusif
+7

Referensi

Dokumen terkait

ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN MENJADI PERUMAHAN DI KABUPATEN JEMBER BERSDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN