• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSELING KELOMPOK BAGI REMAJA PENYALAHGUNA NARKOBA DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Msyafii Hasani

Academic year: 2024

Membagikan "KONSELING KELOMPOK BAGI REMAJA PENYALAHGUNA NARKOBA DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG "

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Di Seminarkan Dalam Seminar Proposal Bimbingan Dan Konseling Islam

Dalam Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Oleh :

HALIMATUS SA’DIYAH NPM : 2041040289

Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG 1445 H/ 2024 M

KONSELING KELOMPOK BAGI REMAJA PENYALAHGUNA NARKOBA DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

PROVINSI LAMPUNG

(2)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Di Seminarkan Dalam Seminar Proposal Bimbingan Dan Konseling Islam

Dalam Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Oleh :

HALIMATUS SA’DIYAH NPM : 2041040289

Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam

Pembimbing I : Bambang Budiwiranto ,Ph.D Pembimbing II :Umi Aisyah ,M.Pd.I

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG 1445 H/ 2024 M

ii

KONSELING KELOMPOK BAGI REMAJA PENYALAHGUNA NARKOBA DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

PROVINSI LAMPUNG

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A.Penegasan Judul ... 5

B.Latar Belakang Masalah ... 6

C. Fokus Dan Sub Fokus...9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 10

H. Metode Penelitian ... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II KONSELING KELOMPOK DAN PENYALAHGUNA NARKOBA BAGI REMAJA A.Konseling Kelompok 1.Pengertian Konseling Kelompok ... 17

2.Asas-Asas Konseling Kelompok ... 18

3.Fungsi Konseling Kelompok ... 18

4.Tujuan konseling Kelompok ... 19

5.Pendekatan dan Teknik konseling Kelompok ... 20

6.Tahap-Tahap Pelaksanaan Konseling Kelompok ... 21

B.Penyalahguna Narkoba bagi Remaja 1.Pengertian Penyalahguna Narkoba bagi Remaja ... 22

2.Jenis-Jenis Narkoba ... 23

3.Faktor Resiko Penyalahguna Narkoba ... 25

4.Dampak Penyalahguna Narkoba ... 25

5.Tahapan penyalahguna narkoba ... 27 BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) DAN KONSELING

KELOMPOK BAGI REMAJA PENYALAHGUNA NARKOBA PROVINSI LAMPUNG

A. Gambaran Umum BNN Provinsi Lampung...

1. Profil Kantor BNN Provinsi Lampung...

2. Visi dan Misi BNN Provinsi Lampung...

3. Tugas Pokok dan Fungsi BNN Provinsi Lampung...

iii

(4)

4. Struktur Organisasi BNN Provinsi Lampung...

B. Pelaksanaan konseling Kelompok bagi Remaja korban penyalahguna narkoba di BNN Provinsi Lampung...

BAB IV PROSES KONSELING KELOMPOK BAGI REMAJA PENYALAHGUNA NARKOBA DIKANTOR BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG

Analisis Konseling Kelompok Bagi Penyalahguna Narkoba di Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Skripsi ini berjudul Konseling Kelompok Bagi Remaja Penyalahguna Nakoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung untuk memudahkan pemahaman terhadap judul tersebut maka dibawah ini akan diterangkan makna dari kata-kata yang tercantum dalam judul tersebut, yakni sebagai berikut:

Winkel menjelaskan konseling kelompok adalah pelaksanaan proses konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dan beberapa klien sekaligus dalam kelompok kecil. Sementara menurut Gazda, konseling kelompok merupakan hubungan antara beberapa konselor dan beberapa klien yang berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadari.Layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.1

Adhiputra mendefinisikan konseling kelompok adalah upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan pengembangan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka pengembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok merupakan suatu sistem layanan bantuan yang amat baik untuk membantu pengembangan kemampuan pribadi atau pemecahan masalah.2

Konseling kelompok yang penulis maksud ialah proses pemberian bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan konseling kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi masalah penyalahguna narkotika yang menjadi peserta layanan.

Dalam layanan konseling kelompok dibahas topik- topik umum yang menjadi kepedulian bersama di kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan konseling kelompok dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok dibawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau konselor). Tujuan konseling kelompok pada umumnya ialah untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan.

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang mengalami perkembangan.3Adapun pemaparan mengenai remaja yaitu masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa hal ini sangat rentan dalam segala sesuatu yang dialami oleh remaja karena dimasa ini remaja ingin mencoba segala sesuatu dan hal yang baru, pada masa inilah konsep diri seseorang akan terbentuk dan hasilnya sesuai

1 Gede Sedanayasa dkk, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, (Singaraja:Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha,2010 ),30.

2 Hasnida, Namora Lumongga Lubis. Konseling Kelompok,( Jakarta,Kencana, 2016),19.

3 Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 54.

5

(6)

dengan pergaulan, lingkungan sekitarnya dan kebiasaan yang diikuti oleh remaja tersebut tidak lepas dari kenakalan remaja.

Penyalahguna Narkoba adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa indikasi medis dan tidak dalam pengawasan dokter. Korban penyalahguna narkoba di sini adalah orang yang menggunakan di luar tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan serta pengawasan dokter akibat kemudian menjadi dampak dari pengguna narkoba yang kemudian remaja korban penyalahguna narkoba yang berusia 19-21 tahun akan dilakukan pembinaan, perawatan dan pelayanan rehabilitasi.1

Pemerintah Indonesia telah membentuk sebuah badan yang diberikan tugas tertentu dalam hal penanganan penyalahgunaan narkoba yang disebut dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Badan inilah yang ditunjuk untuk bertanggung jawab dalam permasalahan narkoba di Indonesia, yang dibentuk dimasing-masing Provinsi diseluruh Indonesia, pemerintah memiliki tugas dan wewenang dimana pemerintah tidak hanya menjaga keamanan dan ketertiban tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum.2

Dimaksudkan oleh penulis dalam judul ini adalah bagimana proses pelaksanaan konseling kelompok dalam menangani remaja korban penyalahanguna narkotika di Kantor Badan Narkotuka Nasional(BNN) Provinsi Lampung.

Berdasarkan penjelasan diatas, Kantor Bandan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung adalah tempat dimana bagi korban penyalahguna narkoba yang mengalami ketergantungan obat-obatan yang ditangani oleh petugas yang berkewajiban menangani korban penyalahguna narkoba. Jadi berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba merupakan proses memberikan bantuan-bantuan oleh para konselor. Jadi dapat disimpulkan dengan jelas dalam judul ini adalah bagaimana proses pelaksanaan konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkotba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung.

B. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan usia yang goncang karena pertumbuhan pribadi yang cepat, sedangkan ada berbagai segi yang belum siap seperti jasmani, mental atau pikiran pribadinya dalam suasana yang tidak tentram dalam menyelesaikan goncangan, sehingga ia mencari jalan yang salah dan itu tidak baik. Kebanyakan perilaku-perilaku negatif tersebut dilakukan oleh masa remaja, Keingintahuan remaja terhadap hal-hal baru mendorongnya untuk mencoba-coba yang mengakibatkan ketagihan, kecanduan bahkan melakukan hal-hal negatif secara berulangkali. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12- 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir.3

1 H, Abdul Wahib,M.Ag. Pelajar Indonesia Anti Narkoba, (Hak Cipta: Erlangga , 2016) ,14.

2 Pasal 1 Ayat 30 Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

3 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada ) edisi revisi 2013.

37.

6

(7)

Pada umumnya remaja terlibat penyalahgunaan Narkoba selain karena kelompok teman, juga karena ketidaktahuan bahwa Narkoba itu haram hukumnya baik dari segi agama maupun Undang-Undang, dan bahwa Narkoba itu merusak kesehatan.5 Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat. Hal ini merupakan ancaman serius tidak hanya bagi kelangsungan hidup dan masa depan para pelakunya tetapi juga bagi kehidupan masyarakat dan bangsa. Pemerintah Indonesia telah membentuk sebuah badan yang diberikan tugas tertentu dalam hal penanganan penyalahgunaan narkoba yang disebut Badan Narkotika Nasional (BNN) badan inilah yang ditunjuk untuk bertanggungjawab dalam permasalahan narkoba di Indonesia.

Penyalahguna Narkoba adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa indikasi medis dan tidak dalam pengawasan dokter. Korban penyalahguna narkoba di sini adalah orang yang menggunakan di luar tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan serta pengawasan dokter akibat kemudian menjadi dampak dari pengguna narkoba yang kemudian remaja korban penyalahguna narkoba yang berusia 19-21 tahun akan dilakukan pembinaan, perawatan dan pelayanan rehabilitasi.6

4 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:

Bumi Aksara, 2014), 9.

5 Arif Widodo, “Peningkatan Keterampilan Pencegahan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja Di Desa Gonilan Sukoharjo”. Warta, Vol .12, No.1, (2009 ) : 24 – 15.

6 H, Abdul Wahib,M.Ag. Pelajar Indonesia Anti Narkoba, (Hak Cipta: Erlangga , 2016) ,14.

(8)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk merehabilitasi remaja penyalahguna narkoba yaitu dengan cara konseling kelompok, konseling kelompok sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien) agar dapat menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi dengan lebih baik. Di dalam sebuah konseling kelompok terdapat bantuan konseling yaitu dengan menyediakan kondisi, sarana dan keterampilan yang membuat klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta, harga diri, membuat keputusan dan aktualisasi diri.

Memberikan bantuan juga mencakup kesediaan konselor untuk mendengarkan perjalanan hidup klien baik masa lalunya, harapan-harapan, keinginan yang tidak terpenuhi, kegagalan yang dialami, trauma dan konflik yang sedang di hadapi.7

bahwa konseling kelompok ialah konseling yang terdiri dari 4-8 konseli, yang bertemu dengan 1-2 orang konselor dalam suatu kelompok dalam upaya bantuan yang bersifat pencegahan dan pengembangan kemampuan pribadi sebagai pemecahan masalah secara kelompok atau bersama- sama dari seorang konselor kepada klien. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhan yang bersifat preventif sekaligus penyembuhan. Salah satu dari tujuan konseling kelompok ini adalah komunikasi peserta dapat di ungkap, sehingga kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi peserta dapat berkembang secara optimum.8 Pengalaman komunikasi yang demikian akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang lain yang dekat padanya. Peran konselor dalam menangani kasus penyalahguna narkoba sangat berdampak penting bagi kesehatan mental para korban penyalahguna narkoba ini

Peran BNN yang ditingkatkan menjadi lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) dan diperkuat kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan.BNN berkedudukan dibawah Presiden, BNN juga mempunyai perwakilan didaerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai instansi vertikal (Badan Narkotika Provinsi atau Badan Narkotika Kota).Mengatur peran masyarakat dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika termasuk pemberian penghargaan bagi anggota masyarakat yang berjasa dalam upaya pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika. 9Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung merupakan salah satu lembaga yang perperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba di wilayah Provinsi Lampung. BNN Provinsi Lampung beralamatkan di Jalan Ikan Bawal, Kangkung, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung.

Menurut konselor di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung yaitu ibu Mutiapangesti mengatakan bahwasanya konseling kelompok sangat penting dan sangat dibutuhkan guna memberi edukasi kepada anggota kelompok , rasa penerimaan dengan tulus terhadap korban penyalahgunaan narkoba baik yang sedang direhabilitasi

7 Hasnida,Namora Lumongga Lubis, Konseling Kelompok,( Jakarta,Kencana, 2016), 19

8 Rifda El Fiah, Ice Anggralisa, Efektifitas layanan konseling kelompok dengan pendekatan realita untuk mengatasi kesulitan komunikasi interpersonal peserta didik kelas x man krui lampung barat t.p 2015/2016. Jurnal Bimbingan dan Konseling, Vol 3, No 1 (2016). P-ISSN 2089-9955, e-ISSN 2355-8539, 49

9 Anonim, Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009, Tentang Narkotika 10.

(9)

ataupun yang sudah sembuh, memberikan kesadaran kepada anggota kelompok dan meningkatkan dukungan sosial baik berupa informasi, perhatian emosional, dukungan istrumental, ataupun dukungan penilaian.10 dasarnya menggunakan konseling kelompok dikarenakan punya kesamaan, permasalahannya satu, sudah berhenti pakai, perubahan prilaku. Remaja yang dilakukan oleh petugas Konseling (konselor) yang melakukan kegiatan konseling tersebut di bidang rehabilitasi.

Berdasarkan uraian diatas begitu pentingnya sebuah kegiatan konseling. Dengan demikian penulis merasa penting untuk meneliti secara mendalam dengan judul

“Konseling kelompok Bagi Ramaja Penyalahguna Narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung”

C. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian ini adalah:

Bagaimana bantuan konseling kelompok yang diberikan oleh para pembimbing dalam hal ini ialah konselor dalam Rehalibitasi Rawat Jalan Bagi Penyalahguna Narkoba Di Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung. Kemudian fokus penelitian tersebut dijabarkan menjadi sub fokus penelitian yaitu : Pelaksanaan konseling kelompok untuk Rehalibitasi Rawat Jalan Bagi Remaja Penyalahguna Narkoba di Badan Narkotika Nasional(BNN)Provinsi Lampung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah pada penelitian ini adalah :“Bagaimana pelaksanaan konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui pelaksanaan konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung.”

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis

Untuk digunakan sebagai literatur atau referensi dan menambah wawasan ilmu peneliti serta peneliti lainnya mengenai teori yang berkaitan konseling kelompok 2. Secara Praktis

a. Bagi penulis : Untuk memperluas dan melatih kemampuan dalam bidang penelitian dan menerapkan teori yang peneliti dapatkan selama berkuliah.

b. Bagi akademisi atau mahasiswa: dapat digunakan sebagai bahan referensi perpustakaan untuk referensi perbandingan objek penelitian.

c. Bagi remaja penyalahgunaan narkoba : Diharapkan konselor dapat membantu remaja penyalahgunaan narkoba melalui konseling dan pelaksanaan rehabilitasi

10 Mutiapangesti, Konselor Badan Narkotika Nasional, Wawancara 24 Januari 2024.

(10)

terhadap korban penyalahgunaan narkoba, seseorang yang sedang sakit untuk merasakan sugesti positif yang diberikan dengan melalui konseling terhadap remaja penyalahguna narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung.

G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Berkaitan dengan judul skripsi ini yaitu tentang konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung, sebenarnya sudah banyak diteliti oleh peneliti yang lain selain itu didalam penelitian ini dibutuhkan referensi yang diantaranya penelitian terdahulu yang relevan sebagai bentuk pengkayaan dan penguat untuk penelitian ini. Penulis menemukan karya ilmiah yang mempunyai kemiripan variabel dengan penelitian ini.

Yaitu penelitian yang dilakukan Oleh:

1. Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Junaida Sari Hasibuan, 131200045, IAIN Padang sidimpuan dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Konseling (BK) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam Mencegah Narkoba di Kabupaten Tapanuli Selatan”.11 Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif , teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Tapanuli Selatan dari tahun ke tahun semakin meningkat, program yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional Tapanuli Selatan ialah langkah menemukan atau pemberantasan, penyuluhan, penekanan, rehabilitasi, pascarehabilitasi.

Pada penelitian diatas terdapat persamaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaida Sari Hasibuan yaitu sama-sama membahas penyalahgunaan narkoba, Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah peneliti fokus meneliti pada proses konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung.

Sedangkan penelitian diatas fokus pada Bimbingan Konseling (BK) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam Mencegah Narkoba di Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Penelitian yang kedua adalah penelitian Dimasari Sihombing, 131200006, IAIN Padang sidimpuan dengan judul “Peranan Konselor dalam Pembinaan Pengguna ]Narkoba di Badan Narkotika Nasional Tapanuli Selatan”.12 Penelitian ini dilatar belakangi oleh meluasnya pengedaran narkoba disekitaran masyarakat, baik pelajar maupun umum, mulai dari golongan anak-anak hingga orangtua khususnya di daerah Tapanuli Selatan yang berdampak buruk pada permasalahan sosiak dan keluarga serta pribadi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan dengan

11 Junaida Sari Hasibuan, “Pelaksanaan Bimbingan Konseling (BK) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam Mencegah Narkoba di Kabupaten Tapanuli Selatan.”(Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Padang sidimpuan, 2017)

12 Dimasari Sihombing, “Peranan Konselor dalam Pembinaan Pengguna Narkoba di Badan Narkotika Nasional Tapanuli Selatan” (Skripsi: Institut Agama Islam Padang sidimpuan, 2019)

(11)

menggunakan metode deskriptif, dengan instrumen wawancara dan observasi.

Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah peranan konselor dalam membinan pemakai narkoba di Badan Narkotika Nasional Tapanuli Selatan cukup efektif dan kondusif. Jenis narkoba yang paling banyak beredar dan dikonsumsi di daerah Tpanuli Selatan adalah narkoba jenis sabu, dan salah satu penyebab meningkatnya penyalahgunaan narkoba di wilayah Tapanuli Selatan adalah kondisi keluarga yang kurang harmonis seperti keadaan orangtua yang kurang memperdulikan anaknya dikarenakan berbagai ragam faktor kehidupan.

Pada penelitian diatas terdapat persamaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Dimasari Sihombing yaitu sama-sama jenis penelitian kualitatif lapangan Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang diteliti oleh penulis yaitu penelitian penulis berfokus pada pelaksanaan konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba sedangkan penelitian yang dilakukan Dimasari Sihombing yaitu berfokus pada Peranan Konselor dalam Pembinaan Pengguna Narkoba di Badan Narkotika Nasional Tapanuli Selatan.

3. Penelitian yang ketiga adalah penelitian Skripsi Zelni Putra mahasiswa Universitas Andalas Padang yang berjudul “Upaya Rehabilitas Bagi Penyalahgunaan Narkotika Oleh BNN Kota Padang”13.Penelitian ini dilakukan dengan mengangkat permasalahan tentang upaya Rehabilitas Bagi Penyalahgunaan Narkotika Oleh BNN Kota Padang .Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) metode yangdigunakan adalah pendekatan kualitatif , teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,observasi, dan studi dokumentasi. skripsi ini sama membahas tentang Upaya dalam Rehabilitas Bagi Penyalahguna Narkotika untuk mengatasi Penyalahgunaan Narkotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan BNN dalam upaya rehabilitasi pecandu Narkotika dan bagaimana prosedur penetapan rehabilitasi bagi pecandu dan syarat-syarat seseorang untuk direhabilitasi. Tempat penelitian pun berbeda dengan penulis, dimana penelitian ini dilakukan di Kota Padang.

Pada penelitian diatas terdapat persamaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Zelni Putra yaitu sama-sama membahas penyalahgunaan narkoba di BNN Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang diteliti oleh penulis yaitu penelitian penulis berfokus pada proses konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba di Badan Narkotika Nasional,sedangkan penelitian yang dilakukan Zelni Putra yaitu berfokus pada upaya Upaya Rehabilitas Bagi Penyalahgunaan Narkotika Oleh BNN Kota Padang.

H. Metode Penelitian

Metode merupakan aspek yang paling penting dalam melakukan penelitian pada bagian ini akan dijelaskan beberapa aspek yang berkaitan dengan metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif adalah penelitian yang

13 Zelni Putra, “Upaya Rehabilitas Bagi Penyalahgunaan Narkotika Oleh BNN Kota Padang” (Skripsi:

Universitas Andalas Padang 2011)

(12)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati sebagai berikut :

a. Jenis Dan Sifat Penelitian a. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, maka penelitian ini Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian lapangan (field reserch) yang bermaksud untuk mengetahui permasalahan yang ada di lokasi penelitian yang bersumber data utamanya berasal dari lapangan.14Untuk itu yang diperlukan adalah data yang berkenaan dengan upaya konselor pada klien gangguan penyalahguna narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung.

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif yaitu penelitian yang bersumber kata-kata tertulis ataupun lisan dari narasumber secara langsung dan perilaku yang diamati.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif karena berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada dengan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.15

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.Penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan populasi yang sedang diteliti.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode studi kasus (case study), Moh.Nazir mengutip dari F.N.

Maxfield menjelaskan bahwa penelitian studi kasus ini adalah penelitian status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Tujuan dari studi kasus itu sendiri adalah untuk memberikangambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu yang kemudian dari sifat diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

b. Sumber Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Sumber data primer

Data primer adalah bukti penulisan yang diperoleh di lapangan yang dilakukan secara langsung oleh penulis. Data dapat diuji dengan wawancara, observasi/penelitian lapangan, atau penelitian kepustakaan.16 Dalam sumber data

14 M. Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodelogi Research, (Yogyakarta:Subangsh, 1975),22

15 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pres, 2014).12

16 Widjono Hs, Bhs Ind Mt Kulh Pngemb Kepri DIPT (Rev), (Jakarta:Grasindo, 2007), 248

(13)

primer pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling, purposive sampling adalah Teknik pengembilan sampel dengan menentukan kriteria- kriteria tertentu.17

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba ini berasal dari konselor,dan juga pihak kelembagaannya serta para pasien rehabilitasi narkoba.

Adapun kriteria yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyalahgunaan narkoba bagi remaja pria dengan usia 18- 20 tahun

2. Penyalahgunaan narkoba bagi remaja yang mengikuti 3 kali konseling kelompok yang dilaksanakan oleh konselor di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung

Berdasarkan kriteria diatas dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah 4 remaja penyalahgunaan narkoba yang mengikuti konseling kelompok dan 1 konselor di Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung.

Sehingga jumlah keseluruhan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini berjumlah 5 orang.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti sebagai data penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. 18Menurut Lexy J Moloeng, sumber data sekunder adalah segala bentuk dokumen, baik dalam bentuk tertulis maupun foto.

Meskipun disebut sebagai sumber data kedua (tambahan), dokumen tidak bisa diabaikan dalam suatu penelitian, terutama dokumen tertulis seperti buku, karya ilmiah, arsip dokumen pribadi dan arsip dokumen resmi19

17 Raudhah Mukhlisin, Palmarudi Mappigau, dkk, “Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Daya Tahan Hidup Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Kelompok Pengolahan Hasil Perikanan di Kota Makassar”, Jurnal Anlisis. Vol. 6 No. 2., (2017), 3.

18 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987), 94.

19 Ibid, 70.

(14)

Dalam penelitian ini data sekunder merupakan data yang berguna untuk memperkuat dan melengkapi informasi, yaitu dokumentasi tentang pelaksanaan konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba.

c. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dimana masing-masing teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri- sendiri, sehingga penggunaan beberapa teknik pengumpulan data secara bersama-sama diharapkan akan dapat saling melengkapi satu sama lain. Dalam penelitian metode atau alat yang digunakan peneliti untuk menghimpun data antara lain observasi,wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang diselidiki.Selain itu, observasi harus dilakukan beberapa priode waktu. Walupun tidak ada ketetapan waktu khusus pada saat pengamatan, akan tetapi semakin lama dan semakin sering dilakukan akan memantapkan reabilitas hasil pengamatan.20

Untuk memperoleh data dilapangan maka peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Peneliti mengumpulkan keterangan dengan melihat, mengamati, kalau perlu merekam dan mencatat perilaku dan ucapan-ucapan dari informan yang relevan. Ada 2 jenis observasi antara lain:

observasi partisipatif dan observasi non partisipatif. Dalam observasi partisipatif peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.21

Jenis observasi yang penulis gunakan adalah observasi non partisipatif karena peneliti hanya mengamati proses konseling kelompok yang diberikan oleh konselor kepada remaja penyalahguna narkoba dan dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan konseling kelompok kepada remaja penyalahguna narkoba karena peneliti bukan bagian dari Rehalibitasi Di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung.Metode observasi digunakan untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari metode wawancara dan dokumentasi.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi, dan sistematis antara pewawancara dengan individu yang diwawancarai. Wawancara berfungsi untuk memahami berbagai potensi, sikap, pikiran, perasaan, pengalaman, harapan, dan masalah, serta memahami potensi dan kondisi lingkungannya baik lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerjannya.22

20 Gantina Komalasari,dkk, Asesmen Teknik Nontes dalam Pespektif BK Komperhensif ,(Jakarta:

PT Indeks,2017),55-57

21 Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R & D,(Bandung: Alfabeta,2017),310.

22 Komalasari,dkk, Asesmen Teknik Nontes dalam Pespektif BKKomperhensif, 43.

(15)

Wawancara terdiri dari dua jenis yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang digunakan apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh sehingga peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akanditanyakan.23

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan- peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan dengan penelitian. Dokumen merupakan catatam peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. 24

Pengumpulan data dengan menggunakan teknik catatan lapangan atau dokumentasi ini peneliti harus mencatat tanggal, tempat dan waktu terjadinya peristiwa/munculnya fakta, dan fokus penelitiannya. Berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan itu peneliti melakukan pencatatan. Apa yang dicatat bukan hanya terkait dengan fakta yang dilihat tetapi juga dengan fakta yang diperoleh dari hasil observasi ataupun wawancara.25

d. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara kualitatif dengan menggunakan model analisis data interaktif. Teknik analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia baik bersifat primer maupun sekunder yang diperoleh darihasil wawancara, observasi dilapangan serta mengkaji referensi-referensi yang berkaitan dengan penelitian data atau informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian akan dianalisis setelah dibuat catatan lapangan.26

Teknik penelitian tersebut meliputi beberapa hal yaitu:

a. Reduksi Data

Mereduksi data bearti merangkum data, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola, dan menghilangkan hal-hal yang tidak diperlukan. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.27

23 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial,(Yogyakarta: Gelora Aksara Pratama, 2009),Cet ke11,67-68

24 Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017), 219.

25 Nursapiah Harahap, Penelitian Kualitatif, (Medan : Wal Ashri Publishing, 2020), 65.

26 Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, 224.

27 Ibid .,338.

(16)

Dalam penelitian ini hasil wawancara yang telah dilakukan pada masing- masing konseling kelompok akan dirangkum dan diklasifikasikan sesuai dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar informasi yang didapatkan dari wawancara tersebut dapat dipahami dan tidak keluar dari konteks yang akan dibahas atau disajikan

c. Penyajian Data

Menampilkan atau menyajikan data adalah menyusun data secara sistematis dan teratur agar mudah dipahami. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan dalam memahami apa yang sedang terjadi dan merencanakan langkah selanjutnya berdasarkan apa yang sudah diketahui.28Hasil dari reduksi data yang penulis lakukan sebelumnya akan menghasilkan data yang relevan atau sesuai dengan konteks yang disajikan. Jika reduksi dilakukan dengan benar, maka hasil yang disajikan akan dapat dengan mudah dipahami.

d. Penarikan Kesimpulan

Dari penyajian data yang sudah tersusun maka selanjutnya penelitian data yaitu menarik kesimpulan,Penarikan kesimpulan untuk melihat apakah penelitian pelaksanaan konseling kelompok bagi remaja penyalahguna narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung sudah tercapai atau belum.29

I. Sistematika Pembahasan

Adapun pembahasan dalam permasalahan harus didasari dengan kerangka berfikir yang lebih jelas dan terarah. Maka sistematika pembahasan dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I membahas tentang gambaran umum yaitu mengenai penegasan judul, latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu yang relevan metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II adalah landasan teori. Dalam bab ini berisi kajian teori tentang landasan teori. Landasan teori ini terdiri dari dua sub bab yaitu sub bab pertama tentang layanan konseling kelompok, meliputi pengertian konseling kelompok, asas- asas konseling kelompok, fungsi konselingkelompok tujuan konseling kelompok, pendekatan dan teknik konseling kelompok, tahap-tahap pelaksanaan konseling kelompok.pengertian narkoba, jenis-jenis narkoba, faktor resiko penyalahguna narkoba, dampak penyalahguna narkoba,tahapan penyalahguna narkoba.

BAB III membahas tentang gambaran umum Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung dengan sub tema, profil kantor badan narkotika nasional Provinsi Lampung, sejarah kantor BNNP Lampung, dan visi misi BNNP Lampung, Tugas Pokok dan Fungsi BNNP Lampung, Struktur Organisasi BNNP Lampung.

28 Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 434

29 Miles, Mattew B dan Amichael Huberman, Analisis Data Kualitatif BukuSumber Tentang Metode- Metode Baru, (Jakarta: Universitas Indonesia,2007), 16-18

(17)

BAB IV berisi mengenai analisis data yang telah dilakukan peneliti yaitu mengukur Konsling Kelompok Bagi remaja Penyalahguna Narkotika di Badan NarkotikaNasional Provinsi Lampung.

BAB V bersisi mengenai kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian dan berisi saran yang sesuai dengan hasil penelitian

(18)

BAB II

KONSELING KELOMPOK DAN PENYALAHGUNA NARKOBA BAGI REMAJA

A.Konseling Kelompok

1. Pengertian Konseling Kelompok

Di dalam program bimbingan layanan konseling terbagi menjadi dua jenis layanan, yaitu konseling individu dan konseling kelompok. Pada hakikatnya, perbedaan tersebut pada suasana pemberian bantuan oleh orang ahli yang disebut konselor terhadap penerima bantuan yang disebut konseli. Dalam konseling individual, konseli dibantu oleh konselor dalam suasana antar dua pribadi, sedangkan konseling kelompok konseli dibantu oleh konselor dalam suasana kelompok. Kerangka kerja kelompok dapat berbentuk bimbingan kelompok ataupun konselingkelompok.1

Konseling kelompok merupakan kelompok terapeutik yang dilaksanakan untuk membantu konseli mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Konseling kelompok umumnya ditekankan untuk proses remedial dan pencapaian fungsi-fungsi secara optimal. Konseling kelompok mengatasi konseli dalam keadaan normal, yaitu tidak sedang mengalami gangguan fungsi- fungsi kepribadian.Pada umumnya, konseling dilakukan dalam jangka pendek atau menengah.2

Lesmana mengartikan konseling kelompok sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien) agar dapat menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi dengan lebih baik. Di dalam sebuah konseling kelompok terdapat bantuan konseling yaitu dengan menyediakan kondisi, sarana dan ket erampilan yang membuat klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta, harga diri, membuat keputusan dan aktualisasi diri. Memberikan bantuan juga mencakup kesediaan konselor untuk mendengarkan perjalanan hidup klien baik masa lalunya, harapan-harapan, keinginan yang tidak terpenuhi, kegagalan yang dialami, trauma dan konflik yang sedang di hadapi.3

Sedangkan menurut Nurihsan konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, sertadiarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan.4

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok ialah konseling yang terdiri dari 4-8 konseli, yang bertemu dengan 1-2 orang konselor dalam suatu kelompok dalam upaya bantuan yang bersifat

1 Rasimin, Bimbingan Dan Konseling Kelompok, (Jakarta: PT. BumiAksara, 2018),6

2 Ibid,6.

3 Hasnida,Namora Lumongga Lubis. Konseling Kelompok,( Jakarta,Kencana, 2016), 19

4Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007),171

18

(19)

pencegahan dan pengembangan kemampuan pribadi sebagai pemecahan masalah secara kelompok atau bersama- sama dari seorang konselor kepada klien.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhan yang bersifat preventif sekaligus penyembuhan.

2. Asas-Asas Konseling Kelompok

Dalam konseling Kelompok terdapat sejumlah asas- asas yang harus diperhatikan, asas-asas tersebut dijelaskan sebagai berikut:1

a. Asas kerahasiaan

Yaitu asas yang mewajibkan dirahasiakannya semua data-data klien yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh diketahui orang lain, maka hal ini konselor wajib menjaga data- data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjaga dan terjamin.

b. Asas kesukarelaan

Dalam konseling klien yang ingin melakakukan layanan bimbingan konseling tanpa adanya paksaan oleh siapapun.

c. Asas keterbukaan

Klien dan konselor harus bersifat terbuka, terbuka disini adalah tidak berpura-pura baik dalam memberikan informasi dan keterangan tentangdirinya, agar supaya layanan bimbingan dan konselingtersebut dapat berjalan dengan efisien dalam pemecahan permasalahan yang dialami.

d. Asas kekinian

Yaitu permasalahan yang diungkapkan oleh klien adalah permasalahan yang dirasakan dalam kondisi sekarang, bukan permasalahan yang sudah lampau atau yang dialami masa mendatang.

e. Asas kegiatan

Klien dapat melakukan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan serta berpartisipasi dalam pelaksanaan bimbingan sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal

f. Asas kenormatifan

Asas yang berdasarkan pada norma-norma seperti norma hukum, norma agama, peraturan adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku, serta tidak boleh bertentangan dengan nilai norma-norma yang sudah disebutkan tadi.2

3. Fungsi Konseling Kelompok

Layanan konseling mempunyai beberapa fungsi yang dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan konseling.

Adapun fungsi-fungsi konseling tersebut adalah:3

1 Muhammad Irham dan Ardy Wiyani, Bimbingan Dan Konseling (teori danaplikasi di sekolah dasar), I. (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), 80

2 Ibid,81

3 Hartono dan Boy Soedarmadji,Psikologi Konseling,(Jakarta:Prenadamedia Group,2012),36

19

(20)

a. Fungsi pemahaman

Fungsi pemahaman adalah fungsi konseling yang menghasilkan pemahaman bagi klien tentang dirinya (seperti bakat, minat, pemahaman kondisi fisik), lingkungannya (seperti lingkungan alam sekitar), dan berbagai informasi (misalnya informasi tentang pendidikan dan informasi karir).

b. Fungsi pencegahan

Fungsi pencegahan adalah fungsi konseling yang menghasilkan kondisi bagi tercegah nya atau terhindar nya klien dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu, menghambat, dan kerugian-kerugian tertentu dalam kehidupan dan proses perkembangan nya.

c. Fungsi pengentasan

Fungsi ini menghasilkan kemampuan klien untuk memecahkan masalah- masalah yang dialami klien dalam kehidupan dan perkembangannya.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi konseling yang menghasilkan kemampuan klien untuk memelihara dan mengembangkan berbagai potensi atau kondisi yang sudah baik tetap menjadi baik untuk lebih dikembangkan secara mantap dan berkelanjutan.

e. Fungsi advokasi

Fungsi konseling ini menghasilkan kondisi pembelaan terhadap berbagai bentuk pengingkaran atas hak-hak atau kepentingan pendidikan dan perkembangan yang dialami klien.

Beberapa fungsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi konseling individu adalah dimana koselor dapat memberikan pemahaman kepada klien tentang permasalahan yang dihadapinya, ketika klien telah memahami maka permasalahan tersebut dapat dientaskandan dicegah dampak dari permasalahan klien serta kllien juga dapat memelihara dan mengembangkan potensi agar tetap dalam keadaan menjadi lebih baik lagi.4

4. Tujuan Konseling Kelompok

Konseling kelompok berfokus pada pemberi bantuan kepada anggota dalam melakukan perubahan, melalui perhatian pada perkembangan dan penyesuaian sehari- harinya. Misalnya, modifikasi tingkah laku, pengembangan keterampilan personal, nilai, sikap, atau membuat keputusan karier. Adapun tujuan konseling kelompok menurut para ahli antara lain: Menurut Prayitno menyatakan bahwa

“secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi peserta, khusunya kemampuan berkomunikasinya”. Melalui layanan kelompok hal-hal yang dapat menghambat kemampuan sosialisasi dan

4Ibid,36-37

(21)

komunikasi peserta dapat di ungkap, sehingga kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi peserta dapat berkembang secara optimum.5

Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan konseling kelompok yaitu sebagai berikut:

a) Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi

b) Terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan di perolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu yang menjadi peserta layanan

5. Pendekatan dan Teknik Konseling Kelompok

Teknik yang digunakan dalam konseling kelompok dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan kognitif – behavioral. Guna memperkuat dalam melaksanakan layanan konseling kelompok untuk menggaris bawahi bahwa konseling diharapkan menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku sekelompok individu melalui dinamika kelompok.

Menurut Sudiyanto menyatakan bahwa kognitif- behavioral bentuk psikoterapi yang dapat digunakan terhadap masalah emosional yang bertujuan menghilangkan tanda, gejala, atau masalah emosional dengan cara merubah dan membangun kembali status kognitif yang positif dan rasional sehingga mempunyai perilaku dan reaksi somatic dan sehat. Adapun teknik yang dipakai dalam terapi perilaku adalah teknik Desentisasi Sistematik, teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa semua perilaku neoritik adalah ekspresi dari kecamasan.Kemudian respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan respon antagonistik.

Dalam teknik Desentisasi Sistematik ini juga melibatkan teknik-teknik relaksasi.Konseli dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman- pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi.Situasi-situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam.Tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai kaitan antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respon kecemasanitu terhapus.6

Pada teknik pendekatan ini konselor dalam membantu konseli untuk memunculkkan perilaku yang baru dan mengeliminasi perilaku yang lama, konselor menggunakan seting lingkungan dengan memberikan stimulus-stimulius terhadap setiap kegiatan yang dilakukan.Teknik ini mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja penyalahguna narkoba yang takut keberadaannya tidak bisa diterima di masyarakat. Dengan memberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral karena mereka dalam proses belajar diharapkan ada perubahan setelah

5 Rifda El Fiah, Ice Anggralisa, Efektifitas layanan konseling kelompok dengan pendekatan realita untuk mengatasi kesulitan komunikasi interpersonal peserta didik kelas x man krui lampung barat t.p 2015/2016. Jurnal Bimbingan dan Konseling, Vol 3, No 1 (2016). P-ISSN 2089-9955, e-ISSN 2355-8539, 49

6 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung:PT Refika Aditama, 2013), 208-209

(22)

diberikan layanan sehingga mereka setelah keluar dari rehalibitasi di BNN melakukan yang akan membawanya kembali ke penjara.

6. Tahap-Tahap Pelaksanaan Konseling Kelompok

Proses pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut7 a. Tahap Awal

Pada tahap awal ini konseling lebih berfokus pada upaya membentuk dan mempersiapkan kelompok dalam memasuki proses konseling. Adapun upaya-upaya untuk mengkondisikan anggota kelompok adalah: penyesuaian dengan masa-masa percobaan, meriview tujuan dan kontrak, memperjelas dan menguraikan tugas, menentukan batasan dan membangun hubungan positif antar anggota. Tahap awal bertujuan untuk memfasilitasi terbentuknya kelompok, terjadinya kontrak dan tujuan kelompok, jalannya tugas kelompok, terciptanya batasan,terciptanya hubungan positif antar anggota kelompok.

b. Tahap Transisi

Tahap ini bertujuan untuk tercapainya kesepakatan-kesepakatan yang berlaku di dalam kelompok, terbentuknya kesiapan dalam mengambil resiko, tersusunnya agenda kegiatan, meningkatnya keakraban antar anggota kelompok, meningkatnya apresiasi terhadap orang lain, hubungan emosional yang lebih intensif, kesiapan menerima tugas. Tahap ini dibagi menjadi dua fase yaitu stroming dan norming. Pada tahapstroming konseling difokuskan pada upaya membahas isu-isu permukaan, memfasilitasi jalinan komunikasi, dan memperkuat interaksi. Sedangkan pada norming konseling lebih difokuskan untuk mengemukakan ide-ide dan sumber-sumber peran.

c. Tahap Kerja

Tahap ini bertujuan untuk terbentuknya tim kerja yang produktif, terjadinya proses pelepasan ketegangan dan pencerahan, terciptanya kesempatan untuk pengembangan diri, terciptanya kekompakan antar anggota. Pada tahap ini konseling difokuskan untuk membentuk team work (kerja tim) yang efektif dan membangun kekompakan kelompok. Tahap kerja sering disebut tahap kegiatan. Tahap ini dilakukan setelah permasalahan anggota kelompok diketahui penyebabnya sebagai konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu menyusun rencana tindakan. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan telah dapat membuka dirinya lebih jauh dan menghilangkan defenisifnya, adanya perilaku modeling yang diperoleh dari mempelajari tingkah laku baru serta belajar untuk bertanggung jawab pada tindakandan tingkah lakunya. Akan tetapi pada tahap ini jugadapat saja terjadi konfrontasi antar anggota dan transferensi.Dan peran konselor dalam hal ini adalah berupaya menjaga keterlibatan dan kebersamaan anggota kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa mengharapkan campur tangan pemimpin kelompok lebih jauh. Kegiatan kelompok pada tahap ini dipengaruhi pada tahapan sebelumnya. Jadi apabila tahap sebelumnya berlangsung dengan

7 Lilis Satriah, Bimbingan dan Konseling Kelompok,(Bandung:Fokusmedia,2017),30

(23)

efektif maka tahap ini juga dapat dilalui dengan baik, begitupun sebaliknya.

Apabila tahap ini berjalan dengan baik, biasanya anggota kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa mengharapkan campur tangan pemimpin kelompok lebih jauh.

d. Tahap Akhir

Tahap ini bertujuan untuk meninjau kembali dan meringkas pengalaman kelompok, menilai pertumbuhan anggota,perubahan terhadap prestasi, menyelesaikan permasalahan, menjalankan perubaha dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini konseling difokuskan pada refleksi pengalaman masa lalu, memproses memori, mengevaluasi apa yang telah dipelajari, mengungkapkan perasaan-perasaan yang sulit, dan pembuatan keputusan.8

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksaan konseling ini terdapat lima tahapan. Pada tahapan yang pertama, konselor membangun hubungan terlebih dahulukepada konseli, setelah hubungan terjalin dengan baik maka konselor mulai untuk mengidentifikasi masalah konseli, kemudian pada tahapan kedua konselor mulai untuk menilai masalah pokok yang sedang dialami konseli, pada tahapan ketiga yaitu menentukan tujuan serta merencanakan apa yang harus dilakukan oleh konseli agar dapat menyelesaikan masalahnya, untuk tahapan keempat yaitu konselor memberikan tugas kegiatan untuk menunjang konseli mengembangkan keterampilannya untuk menghadapi masalah, dan pada tahapan kelima konselor mengakhiri pertemuan konseling dan melakukan konsolidasi.

B. Penyalahguna Narkoba bagi remaja

1. Pengertian Penyalahguna Narkoba bagi Remaja

Secara etimologis narkoba didefinisikan sebagai segala macam zat yang mengacaukan easaan seeti candu, morfin, belladona, dan alkohol, yang dalam jumlah tertentu menimbulkan kegembiaan, pingsan atau koma, dan manakala dipakai secara terus menerus dapat menyebabkan ketagihan, dlam dunia medis dipakai untuk menghilangkan rasa sakit, menyebabkan perasaan tenang dan menyebabkan tidur mendalam.

Secara terminologis, dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang narkoba bab1 pasal 1 disebutkan, bahwa narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketegantungan.9

Obat-obat ini apabila digunakan secara tidak benar akan menyebabkan perubahan pikiran,perasaan,dan tingkah laku pemakainya serta menyebabkan

8 Ibid,31.

9 H, Abdul Wahib,M.Ag. Pelajar Indonesia Anti Narkoba, (Hak Cipta:Erlangga , 2016), 76.

(24)

gangguan fisik dan sikis,kerusakan susunan saraf pusat bahkan sampai menyebabkan kematian.

Nakoba memang beda dengan psikotropika dan zat adiktif yang lain, namun didalam penjelasan ini narkoba tidak semat-matab dibatasi sebagaimana definisi formalnya. Nakoba juga dimaksudkan dengan semua zat yang dimiliki efek yang sama atau tidak jauh dengan narkoba sebagaimana psikotropika, alkohol, zat pelarut, atapun lem karet dan bahan berbahaya lainnya.10

Jadi menurut saya kesimpulan dari arti narkoba adalah semua zat, baik alami maupun sintetis, yang apabila dikonsumsi maka akan menimbulkan efek- efek antara lain: menurunkan kesadaran, menciptakan rasa tenang, kantuk, terangsang, atau khayalan, dan apabila zat tersebut dikonsumsi secara terus menerus akan menimbulka ketergantungan.

Remaja adalah suatu fase dalam hidup manusia yang berawal dari masa anak- anak menuju masa dewasa. Mereka mengalami suatu masa dimana di sebut sebagai masa transisi. Dalam masa transisi ini, remaja sering mencari identitas diri dengan pergaulan antara sesamanya. Pergaulan tersebut bisa jadi pergaulan sehat dan juga pergaulan yang tidak sehat, yaitu terjerumusnya remaja ke dalam penyalahgunaan Narkoba dan obat-obat terlarang.11

2. Jenis-Jenis Narkoba

Mengenai tentang jenis narkoba setidaknya dapat didekati dengan tiga pendekatan. Pertama, pendekatan golongan dari segi hukum, kedua dari segi bahan baku dasardai apa narkoba tersebut terbuat. Ketiga, dari segi efeknya.

Berdasarkan undang-undang nomer 35 tahun 2009 tentang narkoba narkotika di bagi menjadi 3 golongan.12

a. Dari Segi Hukum

1) Narkoba Golongan I adalah narkoba yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sebagai reagen laboratorium dan diagnositik narkotika, dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi megakibatkan ketergantungan. (seperti opium, ganja, metamfetamin ,amfetamin, kokain, dan heroin).

2) Narkoba Golongan II adalah narkoba yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkanketergantungan. (seperti petidin, fentanyl, metadona,morfina, petidina)

3) Narkoba Golongan III adalah narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

2015) ,33.

10 Edy Karsono, Mengenal Kecanduan Narkoba & Minuman Keras,(Bandung: Yrama Widya,

11 Andi Hamzah & Boedi Dwiyani Sri Marsita Goenanti, Kejahatan Narkotika & Psikotropika, (Jakarta: Usakti, 2011), 31

12 Zainab ompu jainah,layanan rehalibitasi rawat jalan bagi penyalahguna. (lampung :UBL press,2022),104.

(25)

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.(seperti kodein dan doveri).

b. Dari Segi Bahan Dasarnya

1) Candu atau Opium merupakan sumber utama dari narkoba alami. Berbagai narkoba berasal dari alkaloida candu ini, misalnya morfin, heroin dan putaw.

Candu berasal dari tanaman Papaver somniferum L dan dari keluarga papaveraceae. Tumbuhan papaver somniferum adalah tumbuhan warna keputihan, tegak tinggi 30-100 cm, mengandung getah, dan beriji banyak.

2) Kokain adalah suatu alkaloida yang berasal dari daun Ery-throxylum coca.

Tanaman tersebut banyak tumbuh di Amerika Selatan dibagian Barat Ke utara Samudra Pasifik.

3) Ganja berasal dari tanaman cannabis yang mempunyai varietas/famili Cannabis sativa, cannabis indica, dan cannabis ruderalis. Tanaman tersebut termasuk keluarga cannabaceae.

c. Dari Segi Efeknya

1) Depresan adalah salah satu jenis narkoba yang mempunyai efek untuk menekan adanya perasaan tidak nyaman. Obat depresan ini langsung mempengaruhi susunan saraf pusat ehingga mengakibat kanhilangnya ketegangan- ketagangan, menimbulkan perasaan tenang, tidakberdaya, dan mempermudah tidur.Pemakaian akan menjadi tenang pada awalnya, kemudian apatis, mengantuk dan tidak sadar diri. Semua gerak refleks menurun, mata menjadi sayu, dan daya penilaian menurun.

2) Stimulan adalah kebalikan dari Depresan. Dengan mengonsumsi obat stimulan, maka seseorang akan menjadi sangat aktif dan bahkan tidak mengenal lelah.Obat stimulan meningkatkan kegiatan Central nervous system, meningkatkan kemampuan fisik, perasaan meluap-luap menjadi lebih bersemangat, hilang nafsu makan dan lebih lama tahan tidak mengantuk.

3) Halusinogen adalah menimbulkan khayalan dan dapat menimbulkan kelainan daya persepsi pancaindra serta menyebabkan pemakai menjadi tidak mampu membeda mana yang nyata danmana yang fantasi. Pemakai mengalami suatu keadaan dimana ia dapat merasakan, mendengar, dan melihat sesuatu yang indah. Ia merasa hidup dialam lain yang terasa amat membahagiakan,bahkan pemakai bisa merasakan bahwa yang dilihat terasa lebih indah dan yang didengar terasa lebih nikmat.

4) Entaktogen adalah efek gabungan dari stimulan dan halusinogen sekaligus.

Merangsang untuk beraktivitas karena adanya hayalan tertentu. Yang termasuk dalam jenis stimulan-halusinogen adalah ekstasi.

5) Kanabinoid adalah efek gabungan dari halusinogen dan depresan. Narkoba yang termasuk dalam jenis kanabinoid ini adalah ganja. Ganja memiliki efek gabungan antara munculnya khayalan indah (halusinasi) sekaligus membuat

(26)

pemakai merasa tenang, santai, hilang ingatan, atau kadang kegembiraan yang berlebihan.13

3. Faktor Resiko Penyalahguna Narkoba

Penyalahguna narkoba tidaklah terjadi tiba-tiba melainkan ada sejumlah faktor yang memperkuat atau yang biasa kita sebut faktor resiko,diantaranya adalah:

a) Faktor keturunan

Jika orang tua memiliki riwayat penyalahguna narkoba maka anak memiliki kecendrungan sebesar 40%-60% untuk menyalahgunakan zat. Walaupun hal ini juga diperoleh oleh lingkungan.

b) Faktor yang lainnya

1. Riwayat menyalahgunakan narkoba

Penelitian menunjukan jika seseorang menyalahgunakan narkoba sejak usia muda,maka semakin besar kecendrunganya kearah ketergantungan.

2. Cara menyalahgunakan narkoba

Zat yang dihisap atau dirokok dan disuntikan ke bembuluh darah vena akan lebih cepat mencapai otak sehingga penyalahgunanya cepat mendapatkan efek yang diinginkan, tetapi efek tersebut akan menghilang lagi setelah beberapa menit sehingga memicu seseorang untuk mengulangi penyalahgunaan zat

c) Faktor lingkungan

Lingkungan meliputi keadaan atau kondisi yang kurang baik dalam keluarga,kurangnya dukungan keluarga ,lingkungan sekolah,lingkungan pertemanan diluar lingkungan sekolah, ketersediaan zat yang mudah didapat,kegagalan dalam hal akademik, dan keadaan ekonomi yang kurang.

Dari beberapa faktor diatas, yang sudah diuraikan tidak ada faktor tunggal yang berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan narkoba. Selalu ada gabungan faktor yang memberikan kesempatan (predisposisi) dan memicu (partisipasi).

Karena itu, penanganannya pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif oleh pelajar, guru, orangtua, tokoh masyarakat dan negara.

4. Dampak Penyalahguna Narkoba a) Dampak Penyalahguna bagi Fisik

penyalahguna narkoba akan menimbulkan berbagai keluhan atau gangguan pada kesehatan tubuh.setiap jenis narkoba akan memberikan efek terhadap fisik yang berbeda. Contoh keluhan fisik yang dapat terjadi akibat penyalahguna narkoba adalah :

1. Pada kepala akan terjadi sakit kepala

2. Pada rongga mulut, gigi mudah keropos/bolong,gusi mudah berdarah dan sariawan.

3. Pada paru-paru akan terjadi gangguan pernafasan seperti sesak nafas,dan penyakit TB paru

13 Gunawan weka, keren tanpa narkoba, (jakarta : Grasindo, 2016), 57.

(27)

4. Pada kulit berupa gatal-gatal,eksim,dan kulih kering

5. Pada perut terjadi organ hati menjadi radang,hati berubah menjadi keras, mual dan muntah

6. Pada perempuan akan mengalami gangguan pada siklus haid.

7. Selain itu, penyalahguna juga dapat mengalami gejala kelebihan dosis, mabuk dan putus zat.

b) Dampak Penyalahguna bagi Psikologik

Kerja narkoba yang mempengaruhi fungsi otak membuat penyalahgunanya mengalami perubahan pada perasaan,seperti sangat sensitive,mudah bosen, mudah curiga, merasa tidak aman dan nyaman jika tidak menggunakan narkoba, rasa percaya diri yang rendah ,dan emosi yang labil.

c) Dampak Penyalahguna Bagi Lingkungan 1. Lingkungan Keluarga

Apabila ada anggota keluarga yang menyalahgunakan narkoba, maka hubungannya dengan anggota keluarga lain menjadi tidak harmonis karena sikap dan prilaku negative yang dilakukannya. Remaja penyalahguna narkoba akan dianggap sebagai penyebab masalah ,beban, orang yang memalukan karena sudah membuat malu nama keluarga.

Contoh sikap prilaku negatifnya seperti sering menyendiri,mudah marah jika di nasehati,mengambil dan menjual barang-barang yang ada dirumah, tidak melakukan tanggung jawab sesuai tugasnya dan sering bohong.

2. Lingkungan Sekolah

Efek narkoba akan membuat pelajar menjadi kurang disiplin,tidak mematuhi aturan sekolah,sering menentang guru, berkelahi ,dan menggangu proses belajar mengajar.

3. Pada Lingkungan Masyarakat

Efek narkoba akan mengubah sikap penyalahgunanya menjadi sikap yang tidak mau membina hubungan social dengan orang yang bukan pengguna zat,dan tidak peduli dengan kebersihan lingkungan. Tindakan criminal seperti mencuri merampok,pembunuhan terjadi karena penyalahguna selalu berusaha melakukan hal untuk menghasilkan uang dengan cara apapun.kecalkaan lalu lintas juga terjadi karena efek mabuk zat saat mengemudi kendaraan.akhirnya masyarakat menjauhinya dan mengucilkannya.

d) Dampak Penyalahguna Narkoba Terhadap Ekonomi

Salah satu sikap yang di tampilakan oleh penyalahguna yang adiksi adalah selalu berusaha mencari narkoba atau mencari uang dengan cara apapun agar dapat membeli narkoba.apabila penyalahguna seseorang kepala keluarga yang mencari nafkah, tetapi dia tidak menjalanka tugasnya sehingga ekonomi keluarga akan terganggu.apabila di suatu negara banyak penyalahguna narkoba, maka negara akan rugi secara ekonomi karena efek narkoba membuat penyalahguna malas untuk bekerja/produktif dan negara akan mengeluarkan banyak uang untuk menangani masalah narkoba.

e) Dampak Penyalahguna Narkoba Terhadap Hukum

(28)

Penyalahguna narkoba merupakan tindakan yang melanggar hukum.kasus hukum akan meningkat karena membeli narkoba tanpa resep dokter, menyalahgunkan narkoba ,melakukan tindak criminal/kejahatan, mabuk saat mengendarai kendaraan,menabrak orang,mengedarkan atau menjual narkoba untuk mendapatkan narkoba secara gratis atau uang.

f) Dampak Penyalahguna Narkoba Terhadap Religiusitas

Umumnya penyalahguna narkoba akan malas melakukan Ibadah dan kegiatan keagamaan karena rasa malas dan waktu yang digunakan lebih banyak untuk bersenang- senang/ mabuk, mencari uang untuk membeli zat, berkumpul dengan teman-teman sesame pengguna,dan menggunakan zat.14 5. Tahapan Penyalahguna Narkoba

Ada 4 tahapan penyalahguna narkoba yaitu : a) Tahapan coba-coba

Tahap ini adalah tahap awal seseorang remaja menggunakan narkoba.

Rasa keinginan tahuan terhadap efek narkoba akan mendorongnya untuk mencoba zat tersebut. Rasa keinginantahuan tersebut yang menyalahgunakan narkoba, melihat teman atau orang lain menggunakanya,atau melihat gambar atau informasi dari media sosial.

b) Tahapan pemakaian jarang atau kadang-kadang

Tahap ini adalah lanjutan tahapan awal, narkoba digunakan engan frekuensi yang jarang atau kadang-kadang seperti setiap malam minggu saja atau saat menghadiri perta ulang tahun atau berkumpul dengan teman sesama pengguna .

c) Tahapan pemakaian rutin

Setelah tahap pemakaian jarang atau kadang-kadang penyalahguna yang terus menggunakan narkoba akan masuk ke tahap pemakaian rutin.frekuensi pemakaian narkoba akan ditinggalkan seperti 3 kali dalam seminggu atau selang-seling sehari. Karena efek narkoba sudah di rasakan, terkadang ada penyalahguna yang minta bantuan untuk mendapatkan layanan terapi.

d) Tahapan pemakaian rutin atau ketergantungan

Pada tahap ini penyalahguna mengalami kecanduan zat, sehingga dia akan menggunakan zat setiap hari dengan beberapa kali pemakaian dan jumlah yang digunakan akan ditinggalkan apabila dosis yang digunakan tidak memberikan efek yang diinginkan.Penyalahguna akan menghabiskan harinya dengan mencari dan menggunakan zat, tidur,dan berkumpul dengan sesama pengguna.

Penyalahguna zat dilakukan secara terus menerus,sehingga resiko terjadi kelebihan dosis,mabuk dapat terjadi.Tubuh penyalahguna juga dapat mengalami gelaja putus zat jika penggunaan zatnya dikurangi atau diberhentikan.15

14 Zainab ompu jainah,layanan rehalibitasi rawat jalan bagi penyalahguna. (lampung :UBL press,2022),109-112.

15 Ibid.,107.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,

Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.. Sambil melakukan

Dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam hal ini peneliti

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian.. Sambil melakukan

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,