• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Bencana Gempa Bumi

N/A
N/A
Zona Musik Asyik

Academic year: 2025

Membagikan "Konsep Bencana Gempa Bumi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN DISASTER

(GEMPA BUMI)

Dosen Pengajar : Bdn, Suhita Tri Oklaini, M.Tr. Keb Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Asria Ningsih (2426040010.P) 2. Jessy Oktrian Deni (2426040009.P) 3. Maya Nur Hapsari (2426040011.P) 4. Yega Ayu Permatasari (2426040013.P) 5. Nina Fajri Oges (2426040015.P)

6. Mila Wijaya (2426040066.P) 7. Lala Yunanti (2426040005.P) 8. Febtha Wariska (2426040014.P) 9. Lindayani (2426040012.P)

10. Endah Dwi Oktavika (2426040004.P)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN KONVERSI KELAS C (KOTA) STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

TA. 2024-2025

(2)

A. Konsep Bencana Gempa Bumi

Konsep bencana gempa bumi merujuk pada fenomena alam yang terjadi akibat pergeseran atau pergerakan lempeng tektonik di dalam lapisan bumi yang dapat menyebabkan getaran kuat di permukaan bumi. Gempa bumi seringkali mempengaruhi wilayah yang luas dan dapat mengakibatkan kerusakan besar, baik terhadap bangunan, infrastruktur, maupun menyebabkan terjadinya bencana lanjutan seperti tsunami, longsor, atau kebakaran. Berikut adalah konsep bencana gempa bumi dalam beberapa aspek penting :

B. Penyebab Gempa Bumi

Pergerakan Lempeng Tektonik: Gempa bumi terjadi karena pergerakan atau gesekan antar lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi. Ada tiga jenis pergerakan lempeng yang dapat menyebabkan gempa bumi :

1) Subduksi: Lempeng tektonik satu menekan lempeng lainnya ke bawah, menciptakan tekanan yang dapat menyebabkan gempa.

2) Gesekan Horizontal (Transform Fault): Dua lempeng bergerak saling bergesekan secara horizontal, seperti pada sesar transform.

3) Ekspansi (Divergence): Lempeng yang menjauh satu sama lain, seringkali terjadi di tengah samudra.

4) Gempa Induced (Buatan): Gempa yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pengeboran atau aktivitas pertambangan.

C. Jenis-Jenis Gempa Bumi

1) Gempa Tektonik: Gempa yang dihasilkan dari pergerakan lempeng tektonik, merupakan jenis gempa yang paling sering terjadi.

2) Gempa Vulkanik: Terjadi akibat aktivitas vulkanik, seperti letusan gunung berapi yang menyebabkan pergeseran tanah dan batuan.

3) Gempa Kolaps: Gempa kecil yang terjadi akibat runtuhnya ruang besar di bawah tanah, seperti dalam kasus tambang yang runtuh.

D. Dampak Gempa Bumi

1) Kerusakan Infrastruktur: Bangunan, jalan raya, jembatan, dan fasilitas publik dapat runtuh atau rusak parah, mengakibatkan kerugian materi dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

(3)

2) Korban Jiwa: Cedera atau kematian terjadi akibat runtuhan bangunan, tanah longsor, atau kebakaran.

3) Gempa Tsunami: Jika gempa terjadi di dasar laut dengan kekuatan besar, dapat menimbulkan tsunami yang akan menghantam pesisir dan menyebabkan kerusakan lebih besar.

4) Longsor dan Likuifaksi: Gempa yang terjadi di daerah dengan tanah berstruktur lemah dapat menyebabkan longsor atau likuifaksi, di mana tanah yang terjenuh air berubah menjadi lumpur yang mengalir.

E. Skala dan Intensitas Gempa

1) Skala Richter: Mengukur besarnya gempa berdasarkan amplitudo gelombang seismik.

Skala ini memberikan angka yang menggambarkan seberapa kuat gempa itu.

2) Skala Modified Mercalli (MMI): Mengukur intensitas atau dampak gempa terhadap manusia, bangunan, dan lingkungan sekitar, dengan skala I hingga XII.

F. Mitigasi Bencana Gempa Bumi

1) Perencanaan Kota yang Tahan Gempa : Mendesain bangunan dengan struktur yang mampu menahan getaran gempa menggunakan teknologi rekayasa sipil dan material yang kuat.

2) Pendidikan dan Sosialisasi : Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tindakan yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah gempa, seperti evakuasi dan perlindungan diri.

3) Sistem Peringatan Dini : Teknologi yang mendeteksi tanda-tanda awal gempa untuk memberikan peringatan agar masyarakat dapat menyelamatkan diri.

4) Kebijakan Pemerintah : Menetapkan standar bangunan yang aman terhadap gempa, mengembangkan jalur evakuasi, dan memperkuat infrastruktur penting (seperti rumah sakit dan jembatan) untuk dapat bertahan saat gempa terjadi.

G. Tindakan Darurat Setelah Gempa

1) Evakuasi dan Penyelamatan: Mencari dan menyelamatkan korban yang terperangkap di reruntuhan bangunan.

2) Pemberian Bantuan: Menyediakan bantuan medis, pangan, air bersih, serta tempat penampungan sementara untuk para pengungsi.

(4)

3) Pemulihan: Setelah fase tanggap darurat selesai, fase pemulihan dimulai, yang meliputi perbaikan infrastruktur dan rehabilitasi daerah yang terdampak.

H. Contoh Bencana Gempa Bumi Besar

1) Gempa Aceh 2004: Salah satu gempa bumi terbesar di dunia dengan kekuatan 9,1-9,3 SR yang memicu tsunami besar dan menewaskan lebih dari 200.000 orang.

2) Gempa Jepang 2011: Gempa berkekuatan 9,0 SR yang terjadi di lepas pantai timur Jepang, menyebabkan tsunami besar dan kerusakan parah, serta merusak pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.

I. Peran Masyarakat dalam Mitigasi

1) Kesiapsiagaan Pribadi: Setiap individu harus memahami cara bertindak saat gempa terjadi, seperti berlindung di bawah meja atau di tempat yang kuat.

2) Pelatihan Penanganan Bencana: Masyarakat harus dilibatkan dalam latihan evakuasi dan pertolongan pertama, serta disarankan memiliki peralatan darurat di rumah.

J. Proses terjadinya gempa bumi

Proses terjadinya gempa bumi berkaitan erat dengan pergerakan dan interaksi lempeng-lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi. Berikut adalah penjelasan langkah demi langkah tentang bagaimana gempa bumi terjadi :

1. Pergeseran Lempeng Tektonik

Bumi terdiri dari beberapa lapisan, salah satunya adalah kerak bumi yang terbagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Lempeng-lempeng ini bergerak sangat lambat, rata-rata beberapa sentimeter per tahun. Pergerakan ini dapat terjadi dalam berbagai cara, tergantung pada arah dan jenis pergerakan antar lempeng tersebut. Tiga jenis pergerakan lempeng utama adalah:

a. Pergerakan konvergen (bergerak saling mendekat), di mana satu lempeng menekuk atau terjepit oleh lempeng lain (contoh: pergerakan lempeng Indo-Australia yang bertumbukan dengan lempeng Eurasia di wilayah Indonesia).

b. Pergerakan divergen (bergerak saling menjauh), di mana dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain, sering ditemukan di tengah samudra (contoh: Mid-Atlantic Ridge).

(5)

c. Pergerakan transform (bergesekan horizontal), di mana dua lempeng bergerak sejajar dan saling bergesekan, menyebabkan gesekan yang sangat kuat (contoh:

Sesar San Andreas di California).

2. Penumpukan Tekanan di Zona Sesar

Ketika dua lempeng bergerak relatif terhadap satu sama lain, terjadi gesekan atau penahan antara permukaan lempeng tersebut. Dalam banyak kasus, permukaan lempeng tidak bergerak secara bebas, melainkan terhambat oleh gesekan yang sangat kuat. Akibatnya, tekanan dan gaya akumulasi terjadi di sepanjang batas lempeng tersebut, yang dapat terakumulasi selama bertahun-tahun hingga melebihi kekuatan gesekan yang menahannya. Pada titik ini, pergeseran lempeng sebenarnya sudah terjadi, tetapi tidak ada pergerakan signifikan di permukaan karena gesekan tersebut menahan pergeseran itu. Tekanan yang terus terakumulasi akan terus meningkat seiring waktu.

3. Pelepasan Energi

Setelah tekanan yang terakumulasi di sepanjang zona sesar mencapai titik kritis, kekuatan gesekan yang menahan pergerakan lempeng akan terlampaui. Ketika ini terjadi, energi yang terkumpul dalam bentuk tegangan atau ketegangan pada batuan akan dilepaskan secara tiba-tiba. Proses pelepasan energi ini mengakibatkan getaran seismik yang kita kenal sebagai gempa bumi. Pada saat ini, permukaan bumi akan bergerak secara tiba-tiba dan keras di sepanjang zona sesar yang terputus, menghasilkan gelombang-gelombang seismik yang merambat melalui kerak bumi.

4. Gelombang Seismik

Gelombang yang terbentuk akibat pelepasan energi ini akan merambat dari titik sumber gempa, yang disebut hiposentrum (atau fokus gempa), ke permukaan bumi, menghasilkan getaran atau goncangan yang kita rasakan sebagai gempa bumi.

Epicentrum adalah titik di permukaan bumi yang terletak tepat di atas hiposentrum.

Ada dua jenis gelombang seismik utama yang menyebabkan getaran pada gempa bumi :

a. Gelombang P (Primary waves): Gelombang ini bergerak lebih cepat dan pertama kali terdeteksi oleh alat seismograf. Gelombang P adalah gelombang longitudinal

(6)

yang bergerak dengan cara memampatkan dan mengembang partikel-partikel medium (seperti udara atau batuan).

b. Gelombang S (Secondary waves): Gelombang S lebih lambat dan datang setelah gelombang P. Gelombang ini bergerak secara transversal, menyebabkan partikel medium bergerak ke atas dan ke bawah atau menyamping.

Selain itu, ada juga gelombang permukaan yang lebih lambat dan bertanggung jawab atas sebagian besar kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi karena gerakannya yang besar dan merusak. Gelombang permukaan meliputi gelombang Rayleigh dan gelombang Love.

5. Kerusakan dan Dampak

Ketika gelombang seismik mencapai permukaan bumi, getaran yang ditimbulkan dapat menyebabkan berbagai jenis kerusakan, seperti :

a. Runtuhnya bangunan dan infrastruktur lainnya.

b. Longsor di daerah pegunungan atau perbukitan.

c. Likuifaksi, yaitu perubahan tanah yang tadinya padat menjadi lumpur karena guncangan gempa.

d. Tsunami, jika gempa terjadi di dasar laut atau lempeng laut bergerak, dapat memicu gelombang besar yang menghantam pantai.

6. Fase Pasca-Gempa

Setelah gempa terjadi, akan ada fase pemulihan yang meliputi upaya penyelamatan, perbaikan infrastruktur, serta pengurangan risiko lebih lanjut (seperti gempa susulan). Gempa bumi sering kali disertai dengan gempa susulan yang lebih kecil setelah gempa utama, yang terjadi akibat pergeseran lanjutan di sepanjang zona sesar yang sama.

Gempa bumi terjadi akibat pelepasan energi yang sangat besar di dalam bumi, yang disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik yang terhambat oleh gesekan. Ketika tekanan yang terakumulasi melebihi batas kemampuan gesekan, energi tersebut dilepaskan dalam bentuk getaran seismik yang dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan di permukaan bumi.

(7)

K. Persebaran Gempa Bumi di Dunia

Persebaran gempa bumi di dunia umumnya terhubung dengan pola pergerakan lempeng tektonik. Secara umum, daerah-daerah yang sering mengalami gempa bumi terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), yang merupakan wilayah aktivitas seismik yang melingkari Samudra Pasifik. Selain itu, ada juga beberapa zona gempa lainnya yang signifikan.

1. Cincin Api Pasifik (Ring of Fire)

Daerah ini melingkari Samudra Pasifik dan merupakan wilayah dengan konsentrasi gempa bumi dan gunung berapi terbanyak di dunia. Negara-negara yang terletak di Cincin Api, seperti Indonesia, Jepang, Filipina, Chili, dan Alaska, sering mengalami gempa bumi besar. Di sepanjang Cincin Api, lempeng-lempeng tektonik saling bertumbukan, seperti lempeng Indo-Australia yang bertumbukan dengan lempeng Eurasia, menghasilkan gempa bumi yang besar.

2. Zona Sesar San Andreas

Terletak di California, Amerika Serikat, sesar ini merupakan salah satu zona gempa transform yang terkenal. Sesar San Andreas menyebabkan gempa bumi besar dan sering terjadi karena pergeseran horizontal antara lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara.

3. Zona Gempa di Himalaya dan India

Pergerakan antara lempeng India dan lempeng Eurasia menyebabkan gempa bumi yang sering di kawasan Himalaya, termasuk Nepal, India, dan Pakistan. Ini adalah hasil dari proses subduksi di mana lempeng India menekan lempeng Eurasia, menciptakan stres yang sering menyebabkan gempa bumi.

4. Gempa Bumi di Daerah Mediterania

Daerah ini terletak di zona pertemuan lempeng Afrika dan Eurasia. Negara- negara seperti Turki, Yunani, Italia, dan sekitarnya juga sering mengalami gempa bumi besar.

5. Gempa Bumi di Dataran Amerika Selatan

Di sepanjang Pantai Barat Amerika Selatan, seperti di Peru, Chili, dan Ekuador, terdapat aktivitas seismik yang intens. Daerah ini terletak di zona subduksi antara lempeng Nazca dan lempeng Selatan Amerika.

(8)

6. Cara Menemukan Peta Persebaran Gempa Bumi

Untuk melihat peta persebaran gempa bumi secara lebih detail, Anda bisa mengakses berbagai situs web yang menyediakan peta dan data seismik terkini, seperti:

a. USGS (United States Geological Survey)

USGS memiliki peta interaktif yang menampilkan gempa bumi yang terjadi di seluruh dunia secara real-time. Di situs web ini, Anda bisa melihat peta dengan berbagai tingkat kedalaman dan kekuatan gempa.

Link : https://earthquake.usgs.gov b. Global Seismographic Network (GSN)

GSN adalah jaringan global yang menyediakan data seismik terkini dan peta persebaran gempa bumi.

Link: https://www.iris.edu 7. Peta Gempa Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia juga menyediakan peta persebaran gempa bumi yang terjadi di Indonesia, yang sangat berguna untuk memantau aktivitas seismik asdi wilayah Cincin Api Pasifik.

Link: https://www.bmkg.go.id 8. Peta Persebaran Gempa Bumi:

Biasanya, peta gempa menunjukkan area dengan intensitas gempa yang tinggi (seperti sepanjang Cincin Api Pasifik dan sesar besar lainnya) dengan warna yang lebih gelap atau intens, sedangkan area dengan aktivitas seismik lebih rendah akan ditandai dengan warna lebih terang.

Peta-peta ini juga dapat menunjukkan kedalaman gempa, dengan gempa dangkal biasanya lebih merusak dan lebih mudah dirasakan di permukaan bumi, sementara gempa yang lebih dalam (lebih dari 700 km) cenderung lebih lemah tetapi dapat mempengaruhi area yang lebih luas.

L. Lembaga – lembaga yang berperan dalam penanggulangannya

Dalam penanggulangan bencana gempa bumi, banyak lembaga baik di tingkat nasional maupun internasional yang memiliki peran penting dalam melakukan mitigasi,

(9)

tanggap darurat, pemulihan, dan edukasi kepada masyarakat. Berikut adalah beberapa lembaga yang berperan dalam penanggulangan gempa bumi :

1) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

Peran: BMKG adalah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas pemantauan dan deteksi gempa bumi di Indonesia. BMKG menyediakan data seismik yang dapat digunakan untuk merilis informasi terkini tentang aktivitas gempa, memberikan peringatan dini gempa bumi, serta menyediakan analisis mengenai dampak gempa. Tugas:

a. Pemantauan gempa bumi dan tsunami.

b. Penyediaan informasi gempa secara real-time kepada masyarakat dan pemerintah.

c. Menyusun sistem peringatan dini (early warning system) untuk gempa dan tsunami.

d. Menyusun peta potensi gempa bumi dan zona risiko bencana.

2) Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB

Peran: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah lembaga yang memiliki tugas koordinasi dalam penanggulangan bencana di Indonesia, termasuk bencana gempa bumi. Pusdalops BNPB bertugas untuk mengkoordinasikan penanganan bencana di tingkat nasional, mengorganisir distribusi bantuan, serta memfasilitasi koordinasi dengan lembaga terkait. Tugas:

a. Koordinasi penanganan darurat bencana.

b. Pengumpulan dan distribusi data dan informasi bencana.

c. Pengarahan operasi penyelamatan dan pemulihan pasca-bencana.

d. Penyusunan kebijakan dan strategi mitigasi risiko bencana.

3) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Peran: BNPB adalah lembaga yang bertanggung jawab langsung dalam koordinasi mitigasi, kesiapsiagaan, respon darurat, serta pemulihan pasca-bencana di Indonesia. BNPB bekerja sama dengan pemerintah daerah, instansi terkait, serta masyarakat untuk meminimalkan dampak bencana gempa bumi. Tugas :

a. Penyusunan kebijakan dan perencanaan mitigasi bencana.

b. Pelaksanaan program edukasi dan pelatihan kepada masyarakat terkait kesiapsiagaan bencana.

(10)

c. Peningkatan kapasitas instansi pemerintah dalam penanggulangan bencana.

d. Koordinasi dengan berbagai lembaga internasional dalam bantuan kemanusiaan pasca-gempa bumi.

4) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Peran: LIPI melakukan penelitian tentang berbagai aspek bencana, termasuk gempa bumi, dan memberikan rekomendasi ilmiah untuk mitigasi serta pengurangan risiko bencana. Tugas:

a. Penelitian tentang geologi, tektonik, dan fenomena gempa bumi.

b. Penyusunan peta seismik dan peta kerentanannya.

c. Memberikan rekomendasi teknis kepada pemerintah dalam hal mitigasi bencana.

5) TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Polri

Peran: Tentara dan Polisi berperan penting dalam membantu proses evakuasi, penyelamatan korban, pengamanan wilayah terdampak, serta mendukung operasi bantuan kemanusiaan di lokasi bencana. Tugas :

a. Penyelamatan dan evakuasi korban.

b. Pengamanan lokasi bencana dan distribusi bantuan.

c. Penegakan hukum dan ketertiban di daerah yang terkena dampak bencana.

6) Palang Merah Indonesia (PMI)

Peran: PMI berperan sebagai lembaga kemanusiaan yang terlibat dalam kegiatan penanggulangan bencana gempa bumi, termasuk membantu proses evakuasi, penyediaan bantuan medis, dan distribusi kebutuhan pokok. Tugas:

a. Penyediaan pertolongan pertama dan layanan kesehatan darurat.

b. Pendistribusian bantuan pangan, air bersih, dan perlengkapan darurat.

c. Pengorganisasian relawan untuk membantu proses evakuasi dan pemulihan.

7) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

Peran: Kementerian PUPR bertanggung jawab dalam hal konstruksi bangunan yang tahan gempa dan rehabilitasi infrastruktur setelah bencana gempa bumi. Tugas:

a. Pembangunan infrastruktur yang tahan gempa.

b. Rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan yang rusak akibat gempa.

c. Penyusunan standar konstruksi bangunan yang memenuhi kriteria ketahanan terhadap gempa.

(11)

8) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G)

Peran: P3G di bawah LIPI berperan dalam melakukan penelitian geologi, terutama terkait dengan potensi gempa bumi, sesar aktif, dan dinamika kerak bumi di Indonesia. Tugas:

a. Penelitian dan pemetaan sesar aktif dan potensi gempa.

b. Penyusunan laporan ilmiah dan rekomendasi untuk mitigasi bencana gempa.

c. Penyusunan peta geologi seismik dan zona rawan gempa.

9) Organisasi Internasional (UNDP, IFRC, WHO)

Peran: Berbagai organisasi internasional seperti United Nations Development Programme (UNDP), International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), dan World Health Organization (WHO) memiliki peran penting dalam memberikan bantuan pasca-gempa bumi. Tugas:

a. Penyediaan bantuan kemanusiaan berupa makanan, obat-obatan, dan perlindungan bagi korban gempa.

b. Penyediaan dukungan teknis dan keuangan untuk pemerintah negara terdampak.

c. Penyelenggaraan program rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana.

10) Komunitas dan Organisasi Relawan

Peran: Komunitas lokal dan organisasi relawan berperan dalam penanggulangan bencana dengan memberikan bantuan langsung di lapangan, terutama dalam hal penyelamatan korban, distribusi bantuan, dan pemulihan pasca- gempa.Tugas:

a. Evakuasi dan pertolongan pertama kepada korban gempa.

b. Penyuluhan dan edukasi kesiapsiagaan bencana bagi masyarakat.

c. Membantu rehabilitasi sosial dan ekonomi pasca-gempa.

11) Kementerian Kesehatan

Peran: Kementerian Kesehatan memiliki peran vital dalam menangani aspek kesehatan pasca-gempa bumi, termasuk penanganan korban luka, penyediaan fasilitas kesehatan darurat, dan pencegahan penyakit. Tugas:

a. Penyediaan layanan medis darurat dan rumah sakit lapangan.

b. Menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gempa (misalnya, penyakit yang mungkin muncul akibat air kotor atau sanitasi buruk).

(12)

c. Penyuluhan kepada masyarakat tentang tindakan pencegahan kesehatan selama bencana.

Penanggulangan bencana gempa bumi melibatkan berbagai lembaga yang bekerja sama untuk mengurangi risiko, memberikan peringatan dini, melakukan evakuasi dan penyelamatan, serta melakukan pemulihan dan rehabilitasi setelah bencana terjadi. Kolaborasi antara lembaga pemerintah, organisasi kemanusiaan, masyarakat, serta lembaga internasional sangat penting untuk meminimalkan dampak dan mempercepat pemulihan dari bencana gempa bumi.

M. Bukti bencana yang sudah terjadi di Indonesia

Indonesia adalah negara yang terletak di Cincin Api Pasifik, yang merupakan zona dengan aktivitas seismik yang tinggi. Oleh karena itu, Indonesia sering kali mengalami bencana gempa bumi besar, beberapa di antaranya menyebabkan kerusakan parah, korban jiwa, serta dampak sosial dan ekonomi yang luas. Berikut adalah beberapa bukti bencana gempa bumi besar yang telah terjadi di Indonesia :

1. Gempa Bumi Aceh (2004)

 Tanggal: 26 Desember 2004

 Lokasi: Laut Andaman, di lepas pantai barat Sumatra

 Kekuatan: 9,1 - 9,3 SR

Dampak: Gempa bumi ini adalah salah satu yang terbesar dalam sejarah, menyebabkan tsunami dahsyat yang menghantam pantai-pantai di sekitar Samudra Hindia, termasuk Aceh. Lebih dari 230.000 orang di 14 negara (termasuk Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand) tewas akibat gempa bumi dan tsunami yang mengikuti.

Korban: Lebih dari 167.000 orang di Indonesia (terutama Aceh) meninggal dunia, dan ribuan orang lainnya terluka atau hilang.

Kerusakan: Aceh dan daerah-daerah sekitar pantai lainnya mengalami kerusakan infrastruktur yang sangat parah, termasuk bangunan, jembatan, dan rumah-rumah yang hancur. Sumber: Kompas (2004)

2. Gempa Bumi Yogyakarta (2006)

 Tanggal: 27 Mei 2006

(13)

 Lokasi: Selatan Yogyakarta, tepatnya di daerah Bantul dan Sleman

 Kekuatan: 6,3 SR

Dampak: Gempa ini terjadi di dekat pesisir selatan Jawa, mengakibatkan kerusakan besar di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Banyak rumah, sekolah, dan bangunan pemerintah hancur.

Korban: Lebih dari 5.700 orang tewas, lebih dari 38.000 orang terluka, dan sekitar 200.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Kerusakan: Ribuan bangunan hancur, termasuk di kota Yogyakarta yang bersejarah.

Banyak warga terperangkap di reruntuhan rumah. Sumber: BBC Indonesia (2006) 3. Gempa Bumi Lombok (2018)

 Tanggal: 5 Agustus 2018

 Lokasi: Pulau Lombok, NTB

 Kekuatan: 7,0 SR

Dampak: Gempa ini melanda Lombok, menyebabkan kerusakan parah di sebagian besar wilayah, termasuk ibu kota Mataram dan kawasan wisata Gili Trawangan.

Korban: Lebih dari 500 orang tewas, lebih dari 1.400 orang terluka, dan sekitar 350.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Kerusakan: Banyak bangunan rusak, termasuk rumah, fasilitas publik, dan infrastruktur pariwisata. Selain itu, terjadi kerusakan parah pada fasilitas listrik dan jaringan komunikasi. Sumber: Al Jazeera (2018)

4. Gempa Bumi Palu-Donggala (2018)

 Tanggal: 28 September 2018

 Lokasi: Palu, Sulawesi Tengah

 Kekuatan: 7,5 SR (dengan tsunami dan likuifaksi)

Dampak: Gempa ini disertai dengan tsunami yang menghantam pesisir Palu dan sekitarnya, serta fenomena likuifaksi di beberapa wilayah seperti Petobo dan Balaroa.

Korban: Lebih dari 2.000 orang tewas, ribuan lainnya terluka, dan sekitar 200.000 orang terpaksa mengungsi.

Kerusakan: Kota Palu dan sekitarnya mengalami kerusakan parah, termasuk hancurnya bangunan, jalan raya, dan jembatan. Likuifaksi menyebabkan tanah menjadi cair, menghancurkan rumah dan kendaraan. Sumber: The Jakarta Post (2018)

(14)

5. Gempa Bumi Sumatra (2010)

 Tanggal: 30 September 2010

 Lokasi: Sumatra Barat, Indonesia

 Kekuatan: 7,6 SR

Dampak: Gempa bumi ini menyebabkan kerusakan besar di kota Padang dan sekitarnya. Terjadi juga gempa susulan yang memengaruhi banyak daerah di Sumatra Barat.

Korban: Lebih dari 1.100 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.

Kerusakan: Ribuan rumah dan bangunan hancur, infrastruktur rusak parah, dan banyak orang terperangkap di reruntuhan. Sumber: Kompas (2010)

6. Gempa Bumi Nias (2005)

 Tanggal: 28 Maret 2005

 Lokasi: Pulau Nias, Sumatra Utara

 Kekuatan: 8,7 SR

Dampak: Gempa ini melanda Pulau Nias, menyebabkan kerusakan besar pada bangunan dan infrastruktur, serta menimbulkan tsunami kecil yang menghantam pesisir.

Korban: Sekitar 1.300 orang tewas, dan lebih dari 100.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Kerusakan: Banyak bangunan dan rumah hancur, serta fasilitas penting seperti rumah sakit dan sekolah turut rusak. Sumber: BBC Indonesia (2005)

(15)

Kesimpulan

Bencana gempa bumi merupakan kejadian alam yang tidak dapat diprediksi dengan tepat, namun melalui perencanaan yang baik, pembangunan yang tahan gempa, dan sistem peringatan dini, kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan. Kesadaran masyarakat akan risiko gempa dan kesiapsiagaan adalah kunci utama dalam menghadapi bencana ini. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan gempa bumi di dunia, terutama karena letaknya yang berada di Cincin Api Pasifik, zona pertemuan sejumlah lempeng tektonik aktif. Bencana gempa bumi yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia, seperti di Aceh (2004), Yogyakarta (2006), Lombok (2018), Palu-Donggala (2018), dan Sumatra (2010), memberikan bukti nyata akan ancaman gempa bumi yang sangat besar, yang dapat menyebabkan kerusakan hebat, korban jiwa, serta dampak sosial dan ekonomi yang luas. Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan bencana, serta sistem peringatan dini yang lebih baik, sangat penting untuk meminimalkan dampak dari bencana gempa bumi di masa depan.

Referensi

Dokumen terkait

Klaten dalam menghadapi bencana gempa bumi. Mengetahui hubungan tingkat kelas terhadap kesiapsiagaan siswa SMP N. 3 Gantiwarno dalam menghadapi bencana gempa bumi.

kesiapsiagaan siswa SMA Negeri 1 Wedi terhadap bencana gempa bumi. sehingga, dampak buruk dari gempa bumi

Pengetahuan siswa kelas XII Penjualan terhadap bencana gempa bumi baik karena 72,4% tahu pengertian bencana gema bumi, 68,2% tahu tentang fenomena dan karakteristik

Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bencana Gempa bumi termasuk kategori “sedang”, dari 756 sampel yang telah diteliti pengetahuan masyarakat tentang bencana gempa bumi

PERHITUNGAN KAPASITAS BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN LAMPUNG BARAT.. PRIORITAS/INDIKATOR DESKRIPSI INDIKATOR

Model Gelombang Gempa Bumi Peta Zoning Guna Tanah Peta Geologi Peta Garis Sesar Gempa Bumi Peta Bahaya dan Risiko Cerun Peta Kerentanan Peta Risiko Bencana Untuk Pembangunan

Maka dari itu, konsep ini akan digunakan penulis sebagai alat analisa yang mendalam untuk menganalisis peran AHA Centre dalam penanggulangan bencana gempa bumi di Myanmar pada tahun

Pengetahuan Sesudah Diberikan Edukasi Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi n=50 Pengetahuan Kesiapsiagaan Gempa Bumi Kelompok N Mean SD Min- Maks p value Intervensi 50