MAKALAH ISLAM KEILMUAN
KONSEP GENDER DAN FENIMISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang diampu Oleh:
Harif Supriady, S.Pd.i, M.A
Disusun Oleh:
M. Aldi Adrian (223410124) Putra Idbar Kurniawan (223410405) Rifki Chairianda Apradinata (223410296)
Yoandi Aprilindho Putra (223410530)
Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada- Nya.Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umatnya degan suri tauladan-Nya yang baik.
Dan segalah Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
makalah ini merupakan pengetahuan Islam dan pengetahuan dengan judul makalah
“Konsep Gender dan Feminisme dalam Perspektif Islam”.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan persepsi atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, pembaca akan masuk pada inti pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan, saran dan makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang konsep aqidah islam, kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pekanbaru, 15 Desember 2023
Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...4
1.3 Manfaat Makalah...4
BAB II PEMBAHASAN...5
2.1 Asal Usul Gender dan Feminisme...5
A. Gender...5
B. Feminisme...6
2.2 Prinsip-prinsip Gerakan Gender dan Feminimisme...8
A. Prinsip Gerakan Gender...8
B. Prinsip Gerakan Feminimisme...10
2.3 Wanita Dalam Perspektif Islam...12
2.4 Syariat Islam Yang Diturunkan Untuk Memuliakan Wanita...15
2.5 Status Muslimah Tidak Menghambat Karir Wanita...17
2.6 Wanita adalah penentu baiknya sebuah bangsa...19
BAB III PENUTUP...21
3.1 Kesimpulan...21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pada faktanya manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan yang hidup secara bersama-sama dan bekerja sama baik dalam sebuah keluarga, masyarakat maupun dalam intansi pemerintah. Keberadaan keduanya berkiprah dalam memerankan dirinya pada kegiatan/ aktifitas keluarga, di tengah-tengah masyarakat maupun sebagai rakyat dalam negara dalam kegiatan masing–masing. Peran yang dilakukan masing–masing tidak terlepas dari skill yang dimiliki juga sesuai dengan karakter dari manusia tersebut. Alhasil lingkungan memberikan penghargaan kepada siapa saja yang memberikan manfaat bagi lingkungannya, tidak melihat apa dan siapa berdasakan jenis kelamin.
Dalam perjalanannya, kehidupan dunia pun bagaikan siklus tidak lepas dari berbagai krisis akhlak, politik, ekonomi hingga krisis kemanusiaan. Krisis tersebut menimpa manusia baik laki–laki maupun perempuan. Kekerasan yang terjadi bisa menimpa atau merampas hak-hak siapa saja, baik laki-laki atau perempuan. Nasib perempuan pernah selama berabad-abad didominasi laki-laki. Apakah di keluarga ataupun dalam hal publik dalam sistem kekuasaan. Termasuk perempuan yang seharusnya mendapat perlindungan, sejarah telah mencatat pernag adanya penindasan terhadap hak-hak perempuan temasuk yang memang muncul dari Barat.
Dahulu Barat menghancurkan hak-hak asasi kaum perempuan selaku manusia.
Karena itulah, Perempuan-perempuan Barat menuntut hak-hak tersebut. Mereka menjadikan tuntutan pembahasan kesetaraan sebagai jalan untuk mendapatkan hak- hak mereka (An-Nabhani, 2009).
Akibat dominasi laki-laki yang begitu besar dalam berbagai bidang kehidupan, dan akibat ketidakadilan yang dirasakan oleh kaum perempuan Barat, maka muncullah gerakan feminisme yaitu gerakan yang dimotori para perempuan
Barat dalam menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Gerakan feminisme yang pada mulanya hanya mengarah pada tuntutan mendapatkan persamaan hak pendidikan, berlanjut kepada hak dalam seluruh aspek, termasuk kesetaraan gender. Dalam pandangan mereka di era yang katanya modern ini masih banyak hak-hak kaum perempuan yang terabaikan atau pun mengalami penindasan, dari haknya sebagai isteri, pekerja, peran di tengah masyarakat hingga ranah politik.
Namun seiring dengan diperjuangkannya emansipasi dan keberhasilan gerakan feminisme yang menjadikan perempuan sejajar dengan laki-laki, perempuan pun acapkali menjadi pelaku kekerasan dan kejahatan, korupsi ketika diamanahi politik, ibu yang tega membunuh bayinya sendiri, perselingkuhan, berzina dengan anak kandungnya sendiri. Berawal dari revolusi pemikiran yang terjadi di Barat, modernisasi (melalui revolusi Industri) menjadi momentum baik kehidupan masyarakat. Kehidupan kapitalistik-materialistis menyebabkan perempuan Barat mulai terpancing untuk merambah sektor publik, dengan sektor domestik yang masih menjadi tanggungjawabnya. Dengan terbukanya kesempatan tersebut, mereka pun melihat dunia lama mereka (yaitu sektor domestik) dengan sudut pandang berbeda.
Hal inilah yang memicu dan menyuburkan isu-isu penindasan dan pelecehan hak asasi, termasuk hak asasi perempuan. Sementara di sisi lain, sistem kapitalistik memang tidak mampu melindungi hak-hak kaum perempuan. Maka munculah kemudian teriakan perempuan sebagai reaksi terhadap perubahan sosial yang terjadi yaitu yang lazim disebut sebagai feminisme. Walaupun gerakan feminisme kemudian melahirkan berbagai ragam aliran yang berbeda sesuai dengan analisis akar masalah dan target perjuangannya, namun mereka memiliki kesadaran yang sama, yakni membebaskan (liberalisasi) perempuan dari belenggu ikatan apapun, termasuk ikatan nilai-nilai agama (Nayla, 2017).
Gerakan feminisme dan kesetaraan gender melihat problematika kekerasan dan ketidakadilan yang menimpa perempuan hanya dari sudut pandang perbedaan
jenis kelamin sehingga berkembang dan mengarah pada sisi kesetaraan gender. Pada kenyataannya diskursus tentang kekerasan terhadap perempuan dewasa ini, merupakan suatu hal yang menarik karena banyak diperbincangkan oleh kalangan praktisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi dan masyarakat luas. Hal itu dilatarbelakangi adanya tuntutan peran perempuan yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman yang cenderung lebih memperhatikan Hak- Hak Asasi Manusia (HAM) tanpa melihat atau membedakan jenis kelamin.
Kekerasan terhadap perempuan merupakan tindakan pelanggaran HAM yang paling kejam yang dialami perempuan (Febrini, 2017).
Lebih jauh lagi penyelesaian yang dilakukan dalam mengakhiri problematika menyangkut adanya dominasi laki-laki terhadap perempuan, dan ketiadaan hak perempuan dalam versi Barat ini, menjadikan perjuangan persamaan hak dan kesetaraan gender sebagai landasan solusi akan terjadinya keadilan dan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Kesininya berkembang lagi pemikiran bahwa menurut kaum feminis versi Barat perbedaan jenis kelaminlah yang mengarah perbedaan gender bentukan kultural yang merupakan pangkal terjadinya kekerasan dan ketidakadilan terhadap perempuan. Allah Swt. yang Maha Pencipta telah menciptakan laki- laki, lalu dari bagian yang merupakan tulang rusuknya diciptakan perempuan yang kemudian melalui keduanya pula Allah Swt, menebarkan keturunan yang banyak baik laki-laki dan perempuan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan dari makalah ini adalah:
a. Asal usul Gerakan Gender dan Feminisme
b. Prinsip-prinsip Gerakan Gender dan Feminimisme c. Wanita dalam Perspektif Islam
d. Syariat Islam diturunkan untuk memuliakan kaum wanita e. Status muslimah tidak menghambat karir wanitta
f. Wanita adalah penentu baiknya sebuah bangsa
1.3 Manfaat Makalah
Adapun manfaat makalah ini adalah:
a. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui asal usul Gerakan Gender dan Fenimisme.
b. Mahasiswa dapat diharapkan mengetahui prinsip Gerakan Gender dan Feminisme.
c. Mahasiswa dapat diharapkan mengetahui istilah wanita dalam perspektif islam.
d. Mahasiswa dapat diharapkan mengetahui Syariat Islam yang diturunkan untuk memuliakan kaum wanita.
e. Mahasiswa dapat diharapkan mengetahui Status muslimah tidak menghambat karir wanita.
f. Mahasiswa dapat diharapkan mengetahui maksud dari Wanita adalah penentu baiknya sebuah bangsa.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal Usul Gender dan Feminisme A. Gender
Kata gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dari bahasa Inggris yang secara harfiah “gender” berarti jenis kelamin (John & Sadily, 2000). Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Tierney, tt). Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosialbudaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.
Mencapai kesetaraan gender dan Memberdayakan Kaum Perempuan.
Pengertian kesetaraan gender merujuk kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Kesetaraan sendiri muncul sebagai simpulan atas adanya ketidakpuasan terhadap perbedaan.
Ini karena kesetaraan dihasilkan melalui adanya tuntutan terhadap perbedaan perlakuan maupun perbedaan hak-hak. Misalnya, perempuan melahirkan, dan mengemban dampak fisiknya selama mengandung, sehingga mereka mengemban beban untuk melakukan semua itu hingga melahirkan seorang anak yang sehat (Lalvani, 2003). Kesetaraan diterjemahkan sebagai kesetaraan hak dan kesempatan politik, ekonomi dan sosial, seperti kebebasan dalam bidang
pendidikan, pekerjaan, dan representasi politik. Mereka memandang perbedaan antara lelaki dan perempuan bukan bersifat biologis maupun pemikiran, namun produk dari pengkondisian selama berabad-abad. Inilah alasan mengapa kalangan feminis ingin membedakan istilah ‘sex’ (jenis kelamin) dengan ‘gender’
konstruksi sosial. Pembagian kerja antara perempuan sebagai ibu rumah tangga dengan lelaki sebagai pencari nafkah disesalkan karena diangap sebagai bentuk penundukan dan patriarki (lelaki mendominasi masyarakat) serta merupakan salah satu konsekuensi dari ketidakadilan revolusi industri yang terus meningkat.
Maka individualisme liberal menjadi landasan yang melahirkan teori-teori klasik emansipasi perempuan dan membentuk landasan-landasan persepsi modern.
B. Feminisme
Feminisme ialah sebuah gerakan yang menuntut emansipasi atau kesetaraan dan keadilan hak dengan laki-laki. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890- an mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak Perempuan. Secara luas pendefinisian feminisme adalah advokasi kesetaraan hak-hak perempuan dalam hal politik, sosial dan ekonomi.
Gerakan feminisme dimulai sejak akhir abad ke-18 dan berkembang pesat sepanjang abad ke-20 yang dimulai dengan penyuaraan persamaan hak politik bagi perempuan. Tulisan Mary Wollstonecraft, yang berjudul A Vinication of The Rights of Woman dianggap sebagai salah satu karya tulis feminis awal yang berisi kritik terhadap Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki namun tidak untuk perempuan. Satu abad setelahnya di Indonesia, Raden Ajeng Kartini, ikut membuahkan pemikirannya mengenai kritik keadaan permpuan Jawa yang tidak diberikan kesempatan mengecap pendidikan yang setara dengan laki-laki, selain kritik terhadap kolonialisme belanda.
Refleksi sejarah diperlihatkan pula bahwa dari awal gerakan perempuan (first wave feminism) di dunia pada tahun 1800-an. Ketika itu para perempuan menganggap ketertinggalan mereka disebabkan oleh kebanyakan perempuan masih buta huruf, miskin dan tidak memiliki keahlian. Diikuti setelahnya perempuan-perempuan kelas menengah abad industrialisasi mulai menyadari kurangnya peran mereka di masyarakat. Mereka mulai keluar rumah dan mengamati banyaknya ketimpangan sosial dengan korban para perempuan.
Kemudian muncul Simone de Beauvoir, seorang filsuf Perancis yang menghasilkan karya pertama berjudul The Second Sex yang berisi rancang teori feminis. Dari buku tersebut bermunculan pergerakan perempuan Barat (Second Wave feminism ) yang menggugat persoalan ketidakadilan seperti upah yang tidak adil, cuti haid, aborsi hingga kekerasan mulai didiskusikan secara terbuka.
Tokoh yang terkenal Susan B. Anthony, Elizabeth Cady Stanton dan Marry Wollstonecraft yang berjuang mengedepankan perubahan sistem sosial dimana perempuan bisa ikut dalam pemilu (Rossides, 1978).
Berawal dari revolusi pemikiran yang terjadi di Barat. Modernisasi (melalui revolusi Industri) menjadi momentum dibalik kehidupan masyarakat. Kehidupan kapitalistik materialistis menyebabkan perempuan Barat mulai terpancing untuk merambah sektor publik, sementara sektor domestik masih menjadi tanggungjawabnya. Seiring dengan terbukanya kesempatan kerja dan pendidikan bagi perempuan, merekapun mampu melihat dunia lama mereka (yaitu sektor domestik) dengan sudut pandang berbeda. Hal inilah yang memicu dan menyuburkan isu-isu penindasan dan pelecehan hak asasi, termasuk hak asasi perempuan. Sementara di satu sisi sistem kapitalistik memang tidak mampu melindungi hak-hak kaum perempuan. Muncullah kemudian terakan perempuan sebagai reaksi terhadap perubahan sosial yang terjadi. Gerakan ini melahirkan paham keperempuanan yang lazim disebut sebagai feminisme. Walaupun gerakan feminisme kemudian melahirkan berbagai ragam aliran yang berbeda
sesuai dengan analisis akar masalah dan target perjuangannya, namun mereka memiliki kesadaran yang sama, yakni membebaskan (liberalisasi) perempuan dari belenggu ikatan apapun, termasuk ikatan nilai-nilai agama.
Dalam perkembangan hingga kini, aktifitas feminisme maupun penggiat gender berbeda antar negara dengan setting budaya masing-masing dan sebuah isme dalam perjuangan gerakan feminis juga mengalami interpretasi dan penekanan yang berbeda di beberapa tempat. Feminis di Italia lebih mengarahkan kesamaan peran dalam mengupayakan pelayanan-pelayanan sosial, dan hak-hak perempuan sebagai ibu, istri dan pekerja. Hal yang sama digiatkan oleh feminis di Indonesia yang ditauladani dari gerakan RA. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya’
Dien. Kaum penggiat gender maupun feminis di Prancis menolak dijuluki sebagai feminis, namun lebih memilih Movement de liberation des femmes yang berbasis psikoanalisa dan kritik sosial. Dari semua contoh pada akhirnya feminis maupun penggiat gender selalu bercampur dengan tradisi politik yang dominan di suatu masa.
Dahulu, Barat menghancurkan hak-hak asasi kaum perempuan selaku manusia. Karena itulah, perempuan-perempuan Barat menuntut hak-hak tersebut.
Mereka menjadikan tuntutan pembahasan kesetaraan gender sebagai jalan untuk mendapatkan hak-hak mereka (An-Nabhani, 2009). Perkembangan selanjutnya feminisme secara garis besar, terdiri dari dua aliran yaitu feminisme liberal dan feminisme radikal.
2.2Prinsip-prinsip Gerakan Gender dan Feminimisme A. Prinsip Gerakan Gender
Gerakan gender mencakup pendekatan yang lebih luas dan mencoba untuk memahami dan mengatasi ketidaksetaraan serta konstruksi sosial seputar peran gender. Prinsip-prinsip gerakan gender termasuk:
Pemahaman Tentang Konstruksi Sosial Gender: Gerakan gender menekankan bahwa perbedaan gender tidak hanya bersumber dari faktor biologis, melainkan juga dari konstruksi sosial dan budaya. Ini berarti bahwa norma-norma, peran, dan ekspektasi gender dapat diubah dan dipertanyakan.
Kesetaraan dan Keadilan Gender: Prinsip utama gerakan gender adalah mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Ini melibatkan penolakan terhadap diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan upaya untuk menciptakan sistem yang menghargai dan memperlakukan semua individu dengan adil, tanpa memandang jenis kelamin.
Pemberdayaan Semua Individu: Gerakan gender berfokus pada pemberdayaan semua individu, termasuk perempuan, laki-laki, dan individu dengan identitas gender yang berbeda. Pemberdayaan mencakup hak untuk membuat keputusan sendiri, kontrol atas tubuh dan hidup sendiri, serta akses yang sama terhadap peluang dan sumber daya.
Inklusivitas dan Diversitas: Gerakan gender mengakui dan merayakan keragaman dalam identitas gender dan orientasi seksual. Ini mencakup dukungan untuk hak-hak LGBTQ+ serta pemahaman bahwa setiap individu memiliki pengalaman gender yang unik.
Pemahaman Tentang Kekuasaan dan Privilese: Gerakan gender memahami dinamika kekuasaan yang terkait dengan gender dan bagaimana hal itu dapat menciptakan sistem yang tidak adil. Ini
mencakup kesadaran terhadap privilégia dan bagaimana mereka dapat memengaruhi kesetaraan.
Pendidikan dan Kesadaran Gender: Seperti dalam feminisme, gerakan gender menekankan pentingnya pendidikan dan kesadaran tentang isu- isu gender. Hal ini mencakup penyebarluasan informasi tentang ketidaksetaraan, peran gender, dan dampaknya, serta pendidikan untuk mengubah sikap dan norma sosial.
Keseimbangan Kehidupan Pribadi dan Profesional: Prinsip ini menekankan pentingnya mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional untuk mendorong partisipasi penuh dan setara dari semua individu di berbagai bidang kehidupan.
Solidaritas dan Kolaborasi: Gerakan gender mendorong solidaritas dan kolaborasi antara individu dan kelompok untuk mencapai kesetaraan gender. Ini mencakup dukungan antarindividu dan gerakan serta kerja sama untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kelompok tertentu.
Gerakan gender bersifat inklusif dan mencoba untuk merangkul perspektif yang lebih luas daripada hanya fokus pada ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki.
B. Prinsip Gerakan Feminimisme
Gerakan feminisme adalah gerakan sosial dan politik yang berusaha untuk mencapai kesetaraan gender antara pria dan wanita. Prinsip-prinsip utama gerakan feminisme mencakup beberapa hal berikut:
1. Kesetaraan Gender: Prinsip utama feminisme adalah mencapai kesetaraan antara pria dan wanita dalam segala aspek kehidupan, termasuk hak, tanggung jawab, peluang, dan perlakuan.
2. Pembebasan Wanita: Gerakan feminisme berusaha membebaskan wanita dari peran dan norma tradisional yang mungkin membatasi kehidupan dan
potensinya. Ini termasuk pembebasan dari ekspektasi gender yang sempit, stereotip, dan peran yang dianggap kaku.
3. Hak Reproduksi: Feminisme seringkali memperjuangkan hak reproduksi wanita, termasuk akses bebas dan aman terhadap kontrasepsi, aborsi, dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
4. Pemberdayaan Wanita: Feminisme mendorong pemberdayaan wanita melalui pendidikan, pelatihan, dan pemberian akses ke peluang yang sama di berbagai bidang, termasuk dunia pekerjaan dan politik.
5. Penghapusan Diskriminasi Gender: Feminisme menentang segala bentuk diskriminasi gender, termasuk diskriminasi dalam hukum, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari.
6. Kritik Terhadap Patriarki: Gerakan ini menyoroti dan menentang sistem patriarki yang memberikan dominasi dan kontrol kepada pria dalam masyarakat.
7. Solidaritas Antar Perempuan: Feminisme mengedepankan solidaritas antarwanita, memahami bahwa setiap perempuan menghadapi pengalaman dan tantangan unik berdasarkan faktor-faktor seperti ras, kelas, seksualitas, dan budaya.
8. Perubahan Struktural: Feminisme tidak hanya mengejar perubahan individual, tetapi juga perubahan struktural dalam masyarakat yang mendukung
kesetaraan gender.
9. Pentingnya Kesadaran: Feminisme menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang ketidaksetaraan gender dan masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan.
Perlu diingat bahwa ada berbagai aliran dan pendekatan dalam gerakan feminisme, dan pandangan dan fokusnya dapat bervariasi di antara individu dan kelompok feminis. Beberapa aliran feminisme termasuk feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme Marxis, dan feminisme queer, masing-masing dengan pendekatan dan prioritas yang berbeda.
2.3 Wanita Dalam Perspektif Islam
Wanita pada hakikatnya memiliki kedudukan tinggi di dalam Islam4 . Mereka merupakan makhuk yang dimuliakan oleh Allah SWT, dengan segala kelebihannya. Antara pria dan wanita, Islam tidak mengenal adanya diskriminasi.
Perbedaannya ada pada fungsi dan tugas yang dibebankan kepada masing-masing dari mereka. Hanya saja, ada beberapa orang yang masih menjadikan hal ini sebagai salah satu bentuk diskriminasi. Dalam suatu ayat Allah SWT bersabda yang artinya:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (Q.S. An-Nisa: 32)
Dari ayat diatas, dapat diketahui bahwa Islam tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Semua memiliki kewajiban yang sama, hanya saja,
dalam proses menjalankannya saja yang sedikit berbeda. Islam sendiri mengajarkan betapa pentingnya sebuah keadilan. Namun, keadilan yang dimaksud bukan berarti sama, melainkan adil dalam porsinya masing-masing.
Wanita memiliki kesetaraan ataupun kedudukan yang sama dengan pria.
Hanya saja terletak sedikit perbedaan dalam menjalankannya. Dalam mengerjakan sesuatu, seseorang dibatasi dengan hukum ataupun peraturan yang dibuat. Hal ini dilakukan demi menjaga agar semua tetap dalam kendali dan tidak berlebihan.
Hukum yang digunakan juga bukan merupakan hukum asal kira, melainkan hukum yang berdasarkan syariat Islam dengan berpedoman Al-Qur‟an dan hadits.
Berikut merupakan beberapa kedudukan Wanita beserta hukumnya.
Muslimah sebagai wanita karir
Ada dua perbedaan pendapat mengenai cara wanita bekerja. Ada pendapat yang mengatakan bahwa wanita tidak diperbolehkan bekerja di luar rumah. Pendapat ini mengisyaratkan wanita sebagai ibu rumah tangga, dimana para wanita hanya diperkenankan mengurus rumah dan anak-anaknya. Berbeda dengan sebuah pendapat yang memperbolehkan para wanita bekerja di luar rumah melainkan harus selaras dengan kodratnya. Misalnya saja dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
Wanita sebagai istri
Terdapat dalam firman allah yang berbunyi:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-Rum:21)
Dari penggalan surat diatas, dapat dijelaskan bahwa peran wanita sebagai istri untuk menenangkan hati suaminya dan memberikan kasih sayang dalam kehidupannya
Wanita sebagai Ibu
Pada hakikatnya, orang tua merupakan pendidik pertama dan yang paling utama keluarga. Sedangkan menurut Al-Ghazali, pendidikan pertama yang harus diajarkan adalah pendidikan agama. Dalam perjalanannya, seorang wanita memegang tanggung jawab lebih besar daripada seorang ayah.
Sebagai seorang perempuan, mereka memiliki kodrat untuk melahirkan, merawat, serta mendidik anak-anak mereka kelak. Peran untuk merawat dan mendidik sebenarnya tidak hanya untuk para istri melainkan juga para suami. Hal ini dikarenakan anak merupakan kewajiban bersama yang dimiliki oleh orang tua. Seorang wanita memiliki kedudukan yang tinggi sebagai seorang ibu, diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya:
“Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak untuk aku untuk berlaku bajik kepadanya? Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.”
Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab,
“Ayahmu.” (HR. Bukhari-Muslim).(Juwita, 2018)
Wanita sebagai anggota Masyarakat
Dalam perannya kali ini, seorang wanita harus menjadi pengaruh baik bagi linkungannya. Mereka berperan untuk menyebarkan amar ma’ruf nahi mungkar atau mengajak kebaikan dan menghindari berbuat ingkar. Seorang wanita harus mampu menjadi seorang contoh baik itu bagi keluarganya sendiri maupun orang lain. Seorang wanita juga harus mampu menjaga martabat keluarganya dan dirinya sendiri. Mereka harus mampu menjaga tutur kata dan tingkah laku mereka di lingkungan masyarakat.
Wanita dalam politik
Mengenai kedudukan wanita sendiri dalam politik, masih menjadi perdebatan. Ada yang tidak memperbolehkan mereka memiliki hak-hak politiknya, ada juga yang memperbolehkannya19. Dalam Islam sendiri, salah satu contoh pemimpin yang pernah ada yaitu Siti Aisyah, beliau pernah memimpin perang jamal (unta) pada masa kekhalifahan. Hukum diperbolehkan terjunnya wanita ke dalam bidang politik pada dasarnya diperbolehkan, asalkan memenuhi persyaratan yang ada. Selain itu, mereka juga harus dapat mempertangungjawabkan dan mengimbangkan semua kewajibannya.
2.4 Syariat Islam Yang Diturunkan Untuk Memuliakan Wanita
Sejatinya, syariat Islam telah memberikan kepada kaum wanita kebebasan sepenuhnya dan menganugerahkan hak-hak yang sama dengan kaum lelaki dalam hal bekerja dan mencari penghidupan. Ironinya, terdapat persepsi masyarakat yang telah tertanam sejak lama, bahwa jika seseorang mempunyai atribut biologis sebagai laki-laki atau perempuan, akan berdampak pada perbedaan perannya dalam kehidupan sosial budaya.
Bentuk tubuh laki-laki yang berbeda dengan perempuan menjadi faktor utama dalam penentuan peran sosial kedua jenis kelamin tersebut. Laki-laki memegang peran utama dalam masyarakat karena dianggap lebih kuat, potensial dan produktif, sementara perempuan yang mempunyai organ reproduksi, dianggap lebih lemah, kurang potensial dan tidak produktif. Persepsi yang memandang rendah perempuan tersebut telah mengukuhkan kemampuan perempuan untuk mengambil peran domestik, sementara laki-laki mengambil peran di sektor publik. Stereotipe yang ekstrim dalam pembedaan peran perempuan dan laki-laki tersebut telah mempersempit kemungkinan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan berbagai potensinya dan untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa.
Syariat Islam menekankan perlindungan hak-hak wanita dan mempromosikan keadilan gender. Ini termasuk hak-hak ekonomi, pendidikan, dan perlindungan dari kekerasan. Prinsip-prinsip ini dirancang untuk memuliakan kaum wanita dalam semua aspek kehidupan.
Hak Ekonomi: Wanita dalam Islam memiliki hak penuh atas kepemilikan, pengelolaan, dan pewarisan harta. Mereka dapat memiliki dan menjalankan usaha secara mandiri.
Pendidikan: Islam mendorong pendidikan bagi wanita. Rasulullah SAW secara jelas menyatakan bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.
Hak Perkawinan: Syariat menetapkan prinsip-prinsip yang melindungi hak- hak wanita dalam perkawinan. Wanita memiliki hak untuk menentukan pilihan perkawinan mereka dan hak untuk mendapatkan nafkah dari suami.
Perlindungan Hukum: Syariat memberikan perlindungan hukum bagi wanita dalam konteks pernikahan, perceraian, dan hak asuh anak. Hukum Islam menjamin keadilan dan kesetaraan dalam menangani masalah- masalah hukum yang melibatkan wanita.
Pakaian dan Modesty: Syariat menetapkan aturan tentang pakaian yang sopan dan menutup aurat, yang bertujuan untuk menjaga kehormatan dan martabat wanita. Ini mencerminkan prinsip kesopanan dan etika Islam.
Partisipasi Sosial: Islam mendorong partisipasi aktif wanita dalam masyarakat, baik dalam bidang sosial maupun ekonomi, selama itu sesuai dengan prinsip-prinsip moral Islam.
Perlindungan dari Kekerasan: Wanita dilindungi dari segala bentuk kekerasan dan penindasan. Islam mengecam kekerasan terhadap wanita dan mengajarkan penyelesaian konflik dengan cara yang adil dan damai.
Semua prinsip ini dirancang untuk menciptakan lingkungan di mana kaum wanita memiliki hak-hak yang dihormati dan dijaga, sejalan dengan nilai- nilai keadilan dan kesetaraan dalam Islam.
2.5 Status Muslimah Tidak Menghambat Karir Wanita
Dalam Alqur’an perempuan karier adalah bekerja atau berusaha yang disebut dengan “amal”. Kedua kata ini iman dan amal yang disebut berkali-kali hampir oleh Alqur’an secara bersama-sama dan dalam satu nafas: “al ladzina aamanu wa amiluu al shalihat” (orang-orang yang beriman dan bekerja dengan baik) dan kalimat lain yang semakna bekerja dengan begitu adalah eksistensi manusia hidup.
Permasalahan seorang perempuan yang bekerja dalam pandangan masyarakat kita yang muslim, membawa sebuah gambaran dimana kebenaran dan kesalahan saling tumpang tindih di dalamnya, kejujuran dan kecurangan menjadi samar terdapat kelalaian yang melebihi batas dan penyimpangan. Sebagian kelompok berpendapat untuk mengunci perempuan di dalam rumah dan melarangnya keluar, meskipun untuk melakukan pekerjaan yang dapat membantu masyarakat.
Karena mereka menganggap hal tersebut telah keluar dari kodrat dan fitrah yang telah Allah SWT ciptakan pada diri seorang perempuan dan dapat
menyebabkannya lepas dari tanggung jawab rumah tangga dan bisa menghancurkan keutuhan keluarga.
Status Muslimah tidak menghambat karir wanita karena Islam secara jelas mendorong partisipasi wanita dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang karir. Beberapa poin yang dapat dijelaskan secara lengkap termasuk:
Kesetaraan dalam Islam: Islam mengajarkan prinsip kesetaraan antara laki- laki dan perempuan dalam hal hak dan tanggung jawab. Wanita memiliki hak untuk mencari pendidikan, berkarir, dan berkontribusi pada
masyarakat.
Pendidikan dan Pengetahuan: Islam menekankan pentingnya pendidikan bagi seluruh umat, tanpa memandang jenis kelamin. Wanita didorong untuk mengejar pengetahuan dan keterampilan yang dapat mendukung karir mereka.
Hak Pekerjaan: Wanita Muslimah memiliki hak yang sama dengan pria untuk bekerja dan memilih karir sesuai minat dan keahlian mereka. Tidak ada batasan dalam Islam yang secara khusus menghambat wanita dalam mencapai tujuan karir mereka.
Keberlanjutan Keluarga: Islam menghargai peran wanita dalam membentuk dan menjaga keberlanjutan keluarga. Namun, hal ini tidak diartikan sebagai pembatasan bagi wanita untuk berkembang dalam karir mereka.
Perlindungan Hukum: Islam memberikan perlindungan hukum terhadap hak-hak wanita dalam konteks pekerjaan, termasuk hak atas upah yang setara dan perlakuan adil di tempat kerja.
Keseimbangan Hidup: Islam mengajarkan keseimbangan antara kehidupan keluarga dan karir. Dengan memberikan hak-hak yang seimbang, Islam memungkinkan wanita untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara tanggung jawab keluarga dan pencapaian karir.
Dengan demikian, status Muslimah tidak menjadi hambatan bagi pengembangan karir wanita; sebaliknya, Islam memberikan dasar yang kuat untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan mencapai sukses dalam berbagai bidang.
2.6 Wanita adalah penentu baiknya sebuah bangsa
Dalam Islam, peran wanita dianggap sangat penting dalam membentuk dan membangun masyarakat yang baik. Prinsip-prinsip Islam menekankan kesetaraan antara pria dan wanita dalam segala hal, meskipun mungkin dengan tanggung jawab dan peran yang berbeda. Berikut adalah beberapa aspek yang menunjukkan
bagaimana wanita dianggap sebagai penentu baiknya sebuah bangsa dalam Islam:
1. Peran sebagai Ibu: Dalam Islam, peran seorang ibu dianggap sangat mulia.
Ibunda bertanggung jawab dalam mendidik, membimbing, dan memberikan nilai-nilai moral kepada anak-anak. Anak-anak yang dididik dengan baik dianggap sebagai aset yang berharga bagi masyarakat.
2. Peran dalam Keluarga: Wanita dianggap sebagai "qawwam" (pengelola atau pemimpin) dalam keluarga. Mereka memiliki tanggung jawab untuk
melindungi dan mengelola kebutuhan keluarga serta memastikan kesejahteraan anggota keluarga.
3. Keseimbangan dan Kesetaraan: Meskipun ada perbedaan biologis dan peran tertentu dalam keluarga, Islam menekankan kesetaraan hak dan tanggung jawab antara pria dan wanita. Keduanya dianggap sebagai mitra yang saling melengkapi.
4. Pendidikan: Islam memberikan penekanan besar pada pendidikan, dan ini termasuk pendidikan bagi wanita. Wanita diberi hak untuk memperoleh pengetahuan dan berpartisipasi dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan keahlian.
5. Pekerjaan dan Ekonomi: Wanita dalam Islam juga diberikan hak untuk bekerja dan memiliki kegiatan ekonomi, asalkan sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam. Hal ini mencerminkan konsep kesetaraan dalam berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial.
6. Pemberdayaan Wanita: Islam mendorong pemberdayaan wanita dan partisipasi aktif mereka dalam masyarakat. Dalam sejarah Islam, banyak wanita memiliki peran yang signifikan dalam berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan, seni, dan sosial.
Penting untuk dicatat bahwa interpretasi terhadap ajaran Islam dapat bervariasi di antara individu dan kelompok. Beberapa masyarakat Islam mungkin masih berjuang untuk mewujudkan sepenuhnya konsep kesetaraan gender yang diamanatkan dalam ajaran Islam, sementara yang lain telah berhasil menggabungkan nilai-nilai tersebut dalam struktur sosial dan budaya mereka.
BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi,
sosialbudaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.
Feminisme ialah sebuah gerakan yang menuntut emansipasi atau kesetaraan dan keadilan hak dengan laki-laki. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890- an mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak Perempuan. Secara luas pendefinisian feminisme adalah advokasi kesetaraan hak-hak perempuan dalam hal politik, sosial dan ekonomi.