Abou El Fadl, seorang pemikir Islam kontemporer yang lahir di Kuwait dan kini tinggal di Amerika, mencoba membahas persoalan otentisitas hadis melalui konsep kepenulisan hadis yang digagasnya. Penelitian ini diproyeksikan untuk mengetahui apa yang dimaksud Abou El Fadl dengan konsep kepenulisan hadis, bagaimana teorinya dikonstruksi, serta apa implikasi dan relevansinya bagi kajian hadis pada khususnya dan kajian Islam pada umumnya. Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian dilakukan melalui dialog dengan teks yang ditulis oleh Abou El Fadl.
Pendekatan historis terhadap pemikiran kepribadian dipilih karena penelitian ini merupakan kajian terhadap konsep kepenulisan hadis yang digagas oleh Abou El Fadl. Setelah diteliti, ditemukan jawabannya bahwa menurut Abou El Fadl, setiap hadits diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Untuk mengidentifikasi suara penulis nabi dalam sebuah sejarah atau hadis, Abou El Fadl menawarkan empat langkah, yaitu keberatan berdasarkan rasionalitas pembuktian, proporsionalitas logis, ketepatan jeda, dan keberatan berdasarkan keimanan.
Konsep kepengarangan hadis yang ditawarkan oleh Abou El Fadl mempunyai implikasi yang sangat luas, karena umat Islam harus mengevaluasi seluruh pandangannya terhadap hadis Nabi, para Sahabat Nabi dan literatur hadis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pegawai Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Pascadoktoral UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam pencarian literatur yang menjadi acuan penelitian disertasi ini. Kepada teman-teman Restoran Padang "Ngalau Raya" yang tersebar di Yogyakarta dan Magelang, terima kasih atas "carito-caritonya".
Terima kasih kepada sahabat Ujang dan Yulhardi beserta keluarga dan karyawannya, pemilik Foto Copy "Rasti Jaya" Balapan, Klitren dan "Baru Utama" Timoho, Sapen.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- Kajian Pustaka
- Kerangka Teori
- Metode dan Pendekatan
- Sistematika Pembahasan
Oleh karena itu, apa yang ditawarkan Abou El Fadl perlu diapresiasi dan digali lebih jauh. Hal ini terlihat dari banyaknya apresiasi dan kajian yang muncul karena terinspirasi dari ide dan karya Abou El Fadl. Sementara itu, ada pula yang terinspirasi untuk menerapkan salah satu teori atau konsep Abou El Fadl untuk menyelidiki kasus tertentu.
Kajian tesis ini lebih fokus pada pencarian teori hermeneutika yang digagas Abou El Fadl untuk menghindari otoritarianisme interpretatif internal. Abou El Fadl”, Amalia fokus membahas pandangan Abou El Fadl terhadap hadis-hadis yang mendiskreditkan perempuan. Selain pernyataan dan dalil, peneliti menemukan empat tulisan lain yang membahas pemikiran Abou El Fadl.
Dalam tulisannya, Supriatmoko mengkaji secara mendalam istilah otoritas, otoritarianisme, dan otoritarianisme menurut Abou El Fadl. Abou El Fadl yang tampil dengan topik mencari 'keseimbangan kekuatan' dalam menentukan makna antara pengarang, teks, dan pembaca.15. Mengenai tiadisme hermeneutika yakni pengarang-pembaca teks, menurutnya hermeneutika Abou El Fadl lebih kepada pembaca.
Berdasarkan penelusuran dan pemaparan tinjauan pustaka di atas, belum ditemukan karya yang secara khusus membahas tentang konsep penulis hadis Abu Al Fadl. Abou El Fadl”, dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Hermeneutika Al-Qur'an dan Hadits (Yogyakarta: elSAQ Press, 2010), hal. Dengan kata lain, penelitian ini mengembangkan dialog dan percakapan dengan teks yang ditulis oleh Abou El Fadl.
Data primer berupa karya-karya Abu Al Fadl berupa buku dan artikel khususnya yang berkaitan dengan topik kepengarangan hadis. Ini penting kerana ia akan memberikan atau menambah ilmu sebelum menyandarkan apa yang ditawarkan oleh Abu Al Fadl dengan konsep kepengarangan hadith. Bab keempat adalah tempat untuk mengetahui apakah yang dimaksudkan oleh Abu El Fadl dengan konsep kepengarangan hadith yang beliau tawarkan.
Bab kelima dimaksudkan sebagai tempat mengaplikasikan konsep kepengarangan hadith yang dikemukakan oleh Abu Al Fadl. Selain penilaian, jika didapati, bab ini juga akan mendapat kritikan dan bantahan terhadap konsep kepengarangan hadis Abu Al Fadl.
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Abou El Fadl, para sahabat yang hidup dan bergaul dengan Nabi tidak selalu menempatkannya dalam kerangka obyektif, namun selalu terikat oleh subjektivitas dan ambisi pribadinya masing-masing. Menurut Abou El Fadl, setiap generasi pendongeng mempunyai subjektivitasnya masing-masing, yang mendorong mereka mengingat sejarah tertentu dan melupakan sejarah lainnya. Agar lebih mudah memahami makna pernyataan kedua ini, Abou El Fadl kemudian membahas biografi singkat beberapa sahabat Nabi, seperti Abū Bakrah.
Berdasarkan ini, masuk akal jika riwayat dan hadis yang diambil daripadanya dipenuhi dengan pandangan kecil wanita. Oleh kerana tujuan kajian hadis dalam konsep kepengarangan hadis yang dicetuskan oleh Abu Al Fadl adalah untuk cuba mencari suara kepengarangan Nabi atau untuk mengenal pasti peranan Nabi dalam sesebuah kisah atau hadis, maka cara yang paling tepat adalah dengan dianalisis. . teks hadis atau kandungan berita. Bagi mengenal pasti dan menilai suara kepengarangan Nabi dan sejauh mana peranan Nabi dalam proses kemunculan sesuatu riwayat atau hadis, Abu Al Fadl menawarkan empat langkah panduan iaitu bantahan berdasarkan rasionalnya. bukti. , logik perkadaran, ketepatan jeda dan bantahan berasaskan iman.
Jika diperhatikan, konsep kepenulisan hadis yang dikemukakan Abou El Fadl mempunyai sejumlah implikasi yang sangat luas. Salah satu implikasinya yang paling nyata adalah umat Islam harus siap mengevaluasi seluruh pandangan mereka terhadap hadis Nabi, para sahabat Nabi, dan literatur hadis yang diklaim berasal dari tradisi kenabian. Misalnya, pandangan umat Islam saat ini terhadap hadis adalah bahwa mereka percaya bahwa hadis berasal dari Nabi.
Sedangkan Abou El Fadl, terlihat sebaliknya, karena perawi yang bersahabat, seperti Abū Hurairah, `Abdullāh ibn `Umar, Abū Sa'īd Al-Khudrī dan Abū Bakrah, adalah yang paling ditekankan. dan dikritik. Selain itu, pandangannya terhadap literatur hadis juga bertentangan dengan pemahaman umat Islam saat ini yang menempatkan kitab hadis sedemikian tinggi dan suci. Selain banyak implikasinya, konsep kepenulisan hadis yang ditawarkan Abou El Fadl juga relevan dengan kajian hadis pada khususnya dan kajian Islam pada umumnya.
Pertama, karena tujuan penelitian adalah mencari dan mengidentifikasi kepenulisan suara Nabi dalam sebuah cerita atau hadis, maka penelitian tersebut menyimpang dari matan ke sanad. Dengan kata lain, penelitian yang ditawarkan Abou El Fadl melihat terlebih dahulu isi beritanya kemudian melihat siapa yang memberitakannya. Karena para sahabat Nabi adalah orang-orang biasa yang mempunyai ambisi dan kepentingan, dan belum tentu apa yang mereka klaim sebagai hadis yang berasal dari Nabi benar-benar mencerminkan dan mewakili kepenulisan Nabi.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Teknik Analisis Data Kualitatif Dalam Penelitian Sosial”, dalam Burhan Bungin (ed.), Analisis data penelitian kualitatif. Psikolog Bawah Sadar Sigmund Freud: Die Tramdeutung (Tafsir Mimpi)”, dalam Buku yang Mengubah Sejarah yang diterjemahkan oleh Asrul Sani. Mongin-Ferdinand de Saussure, Bapak Linguistik Modern dan Pelopor Strukturalisme,” dalam Ferdinand de Saussure, Pengantar Linguistik Umum, diterjemahkan oleh Rahayu Surtiati Hidayat.
2003, “Cixous, Irigaray, Kristeva: French Feminist Theory” dalam Poststrukturalisme dan Postmodernisme: Pengantar Kritis, diterjemahkan oleh Medhy Aginta Hidayat. Kata Pengantar” dalam Muhammad Al-Ghazali, Kajian Kritis Hadits Nabi: Antara Tekstual dan Kontekstual, diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir, abad ke-6.
CURRICULUM VITAE
- Identitas Pribadi
- Riwayat Pendidikan
- Pengalaman Organisasi
- Pengalaman Kerja
- Karya Tulis dan Prestasi
Redaktur Sastra Gurindam Surau Tuo Jurnal Budaya Pemimpin Redaksi Jurnal Budaya Gurindam Surau Tuo Koordinator Departemen Media dan Publikasi Institut Surau Tuo (2007) - Anggota Forum Kajian Lereng Merapi (ForKaLeM anggota Komunitas Tinta Emas (KomTE) (2009-sekarang) - Koordinator Lembaga Sumpur Kudus Jogjakarta (2010-sekarang).