KONSEP KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMSEN
DALAM ISLAM
Tujuan konsumsi islami
Sebagai sarana wajib penolong untuk beribadah
Sebagai bentuk syukur kepada Allah
Jika diniatkan ibadah, maka bisa bernilai
ibadah meskipun mubah
Konsep konsumsi islami
Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Perbedaan mendasar dalam konsumsi islam adalah jenis yang dikonsumsi,
tujuan pencapaian dan cara pencapaian
tujuan harus sesuai syariah islamiyyah.
Urgensi konsumsi islami
Konsumsi islam adalah untuk kehidupan
Konsumsi islam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan atasi kemiskinan
Dilarang batasi konsumsi meski untuk tujuan ibadah (puasa dahr/wishol)
Darurat, boleh yang haram (Al-An’am:145)
Perilaku konsumen
Perilaku konsumen diartikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi dan
menghabiskan produk atau jasa
Perilaku konsumsi orang muslim didasarkan atas pertimbangan:
1. Manusia tidak kuasa mengatur secara detail permasalahan ekonomi masyarakat atau negara. Karena ketidakmampuan manusia mengkondisikan kebutuhan hidupnya berdasarkan
tempat dimana manusia hidup. Keyakinan umat muslim bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan manusia (QS. An-Nahl ayat 11).
Artinya: “Dia menurunkan air dari langit, diantaranya untuk minuman kamu dan diantaranya untuk tumbuh-tumbuhan, di sana kamu menggembalakan ternakmu. Dia tumbuhkan
untukmu dengan air itu tanaman, zaitun, kurma dan bermacam-
macam buah-buah”
Pola konsumsi didasarkan atas kebutuhan, bukan preferensi semata, sehingga
terhindar dari boros dan pengaruh pola konsumsi yang tidak perlu
Orang muslim sadar akan kehidupan bermasyarakat, sehingga dalam
berkonsumsi dituntut untuk saling
menghargai dan menghormati sesamanya sehingga terhindar dari kesenjangan
sosial.
TEORI NILAI GUNA
Teori kepuasan dalam ekonomi dalam mengkonsumsi suatu barang dinamakan utility / nilai guna
Nilai guna dibagi menjadi dua: nilai guna total (Total utility) dan nilai guna tambahan (Marginal Utility)
Nilai guna total adalah jumlah seluruh kepuasan yang
diperoleh dalam mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau
pengurangan penggunaan suatu unit barang
Tabel nilai guna
Jumlah kurma yang dimakan
Nilai guna total Nilai guna marginal
0 0 -
1 15 25
2 40 20
3 55 15
4 70 15
5 75 5
6 78 3
7 79 1
8 78 -3
9 75 -5
10 70 -15
Tabel di atas menunjukkan bahwa sampai konsumsi
yang ke tujuh menunjukkan nilai guna marginal positif.
Ketika makan kurma yang ke delapan nilai guna
marginal menjadi negatif. Artinya bahwa kepuasan
seseorang tidak didasarkan pada banyaknya barang yang dikonsumsi, tetapi didasarkan atas kemampuan fisik
manusia dalam menggunakan barang yang
dikonsumsinya dalam melangsungkan hidup. Hukum ini
dikenal dengan The law diminishing return (Nilai guna
yang semakin menurun). Apabila konsumsi ditambah
terus, maka nilai guna total akan menjadi semakin
sedikit.
Pendekatan prinsip pemaksimuman nilai guna 1. Kurva Kepuasan yang sama (Indifference Curve)
Adalah suatu kurva yang menggambarkan gabungan
dari dua barang yang akan memberikan kepuasan yang sama besar.
Contoh umat muslim dalam mengkombinasikan kebutuhan makanan dan pakaian. Kombinas
i
Jumlah barang Makanan Pakaian
A 20 1
B 16 2
C 12 4
D 10 6
E 8 8
F 5 10
Dengan pendekatan kurva indiferen, konsumen ingin memperoleh kepuasan maksimum, yaitu mencapai kurva indiferen tertinggi dengan kendala pendapatan yang tersedia. Jadi dalam satu kurva indiferen, tingkat kepuasan yang diperoleh adalah sama. Perhatikan gambar (a), konsumsi dititik A, B, C dan D adalah terletak pada kurva indiferen yang sama, berarti kepuasan yang diperoleh juga sama.
Pergerakan dari titik A ke titik B, dari titik B ke titik C, dari titik A ke titik C dan sebagainya (perpindahan dari satu ke titik lainnya), berarti konsumen ingin mendapatkan lebih banyak barang X untuk mendapatkan barang Y di mana tingkat kepuasan konsumen tetap sama, atau sebaliknya perpindahan dari titik D ke titik C, perpindahan dari C ke titik B dan sebagainya , berarti harus ada barang X yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan barang Y . Tingkat penggantian barang Y dengan barang X atau tingkat penggantian barang X dengan barang Y dinamakan tingkat penggantian subsitusi marginal (Marginal rate of subsitustion), yaitu berapa suatu barang yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan barang lain.
Gambar (b) adalah sekumpulan kurva indiferen atau dinamakan indiference map, makin jauh dari titik origin berarti makin tinggi tingkat kepuasan yang diterima konsumen. Kurva indiferen I3 > I2 > I1, ini berarti kepuasan pada kurva I3 lebih besar dari I2 dan I1, dan kepuasan yang diterima konsumen di I2 lebih besar dari kepuasan yang diterima konsumen pada kurva indiferen I1. Berdasarkan dua gambar di atas dapat ditentukan ciri-ciri kurva.
Ciri-ciri Kurva Indiferen
Ciri-ciri kurva indiferen adalah sebagai berikut :
1. kurva indiferen mempunyai nilai kemiringan negatif (negatively slope), atau paling tidak tak pernah mempunyai nilai kemiringan positif. Hal ini berarti bahwa bila konsumsi suatu jenis barang ditambah maka konsumsi barang lain harus dikurangi. Bentuk ektrim dari kurva indiferen adalah sejajar sumbu vertikal dan sejajar sumbu horizontal
2. Bentuk kurva indiferen cembung ke titik origin (titik O), hal ini menunjukkan derajat pengantian barang yang semakin menurun.
Derajat penggantian ini dugunakan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang harus dikurangi untuk menambah barang lain agar kepuasan yang diterima tetap sama.
3. Kurva indiferen tidak saling berpotongan, karena apabila saling berpotongan maka tidak konsisten dengan difinisi yang telah dijelaskan diatas.