• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Konsep Membentuk Keluarga Harmonis Dalam Perkawinan Beda Agama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF Konsep Membentuk Keluarga Harmonis Dalam Perkawinan Beda Agama"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

Konsep Terbentuknya Keluarga Harmonis dalam Pernikahan Lintas Agama (Studi Kasus di Desa Klepu Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo). Kedua, upaya yang dilakukan pasangan berbeda agama untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis. KELUARGA HARMONI DALAM PERKAWINAN ANTAR AGAMA (Studi Kasus di Desa Klepu Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo)”.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan, wawasan dan wawasan khususnya yang berkaitan dengan keharmonisan keluarga. Masyarakat berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam keluarga beda agama, agar perkawinan beda agama tidak selalu menimbulkan ketidakharmonisan.

Kajian Pustaka

Pendapat Ulil membolehkan perkawinan beda agama. Skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan. Kelima, skripsi Agus Jainal Arifin mahasiswa Syariah STAIN Ponorogo dengan judul tesis “Analisis Hukum Islam Terhadap Pernikahan Beda Agama di Indonesia”. Keenam, tesis Agus Saikoni mahasiswa Syari'ah STAIN Ponorogo dengan tesisnya yang berjudul “Status Hubungan Suami Istri Beda Agama”.

Metode Penelitiasn 1. Jenis penelitian

Subjek penelitian adalah keluarga beda agama di Desa Klepu Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo dalam hal ini suami dan/atau suami. Seperti wawancara langsung dengan berbagai pihak terkait, dalam hal ini yang terpenting adalah laki-laki dan/atau perempuan pelaku perkawinan dan perkawinan berbeda status agama di Desa Klepu Kec. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara terhadap 6 (enam) keluarga yang berbeda agama atau pasangan suami istri yang berbeda agama.

Sistematika Pembahasan

KONSEP KELUARGA HARMONIS

PERKAWINAN BEDA AGAMA DI DESA KLEPU KEC

ANALISIS TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA PASANGAN BEDA AGAMA DALAM MEMBENTUK

Pengertian Keluarga Harmonis

  • Keluarga Harmonis Menurut Islam
  • Keluarga Harmonis Menurut Katolik

Keluarga harmonis dalam Islam disebut keluarga sakinah, yaitu keluarga yang rukun dengan suami yang baik dan bertanggung jawab, istri yang setia dan penyayang, serta anak yang kekanak-kanakan. Keluarga rukun dalam agama Katolik disebut keluarga sejahtera, yaitu keluarga yang tidak kekurangan pangan dan sandang serta ada pengertian. Dengan demikian, melalui pernikahan, laki-laki dan perempuan dipanggil untuk saling membahagiakan dan menyempurnakan diri di hadapan Tuhan.37.

Hak Dan Kewajiban Dalam Keluarga

-Nisa' : 34) Berdasarkan hal tersebut maka nafkah istri wajib atas suaminya, tidak peduli istri berasal dari golongan kaya, karena nafkah istri tidak diwajibkan atas kebutuhannya, melainkan karena ia selalu ditawan. menaati hak suaminya 48. c. Terimalah bimbingan akhlak dari suamimu secara terus menerus dan dengan penuh kesabaran. Istri juga wajib selalu menjadi penghiburan bagi suaminya. Dalam konteks ini dapat disebut sebagai wujud pelayanan yang baik kepada suaminya. 52 2) Menjaga diri dan harta benda suami, baik di hadapannya maupun di belakangnya. Wanita diharapkan untuk tidak mengeluarkan apa pun dari rumahnya, kecuali dengan izin suaminya 54 Ia juga harus mengatur pengeluarannya sepanjang masih dalam batas ketaatan kepada suaminya 55.

Upaya Keluarga Dalam Mewujudkan Kebahagiaan Rumah Tangga Untuk mengupayakan terciptanya kehidupan rumah tangga yang

  • Pemenuhan Kebutuhan Biologis
  • Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi

Hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri dalam perspektif Islam adalah keseimbangan antara tanggung jawab yang dibebankan dengan hak yang diperoleh dalam rumah tangga.57 Namun format keseimbangan ini dapat disesuaikan berdasarkan banyak faktor, misalnya budaya asal usul suami istri. istri atau suami, latar belakang status, latar belakang sosial istri dan suami, latar belakang pendidikan suami dan istri serta latar belakang kompetensi kedua belah pihak. Semuanya dapat dijadikan pedoman dalam memenuhi dan melaksanakan hak dan kewajiban setiap individu dalam rumah tangga.58. Sekufu dalam sebuah pernikahan akan memberikan kontribusi yang besar baik bagi suami maupun istri dalam menyamakan persepsi dan pandangan dalam membangun keluarga sakinah.65.

Apabila perkawinan dilangsungkan dengan tujuan-tujuan Islam tersebut, dibarengi dengan upaya sungguh-sungguh baik suami maupun istri untuk mewujudkannya, maka insya Allah keluarga tersebut akan diridhoi Allah dan akan tercipta rumah tangga yang sakinah. Maka dari sudut pandang ini, rumah tangga merupakan lahan subur bagi ibadah dan amal shaleh. Orientasi yang dibangun Islam melalui pernikahan lebih mulia dari sekedar membangun kesuksesan dalam rumah tangga, dalam arti kelancaran urusan rumah tangga.

Islam memandang pernikahan sebagai suatu kehormatan untuk menjaga keutuhan nilai-nilai agama dalam rumah tangga agar dapat diraih keberkahan dunia dan akhirat. Perempuan sebagai pengelola perekonomian rumah tangga diharapkan mampu mengelola pengeluaran rumah tangga dengan baik, tergantung pengeluaran dan pendapatan.79. Dalam tradisi sosial, faktor ekonomi bagi setiap calon, terutama laki-laki sebagai kepala rumah tangga, merupakan kriteria yang tidak bisa diabaikan.80.

Hal ini untuk mencegah berkembangnya rasa saling tidak percaya yang pada akhirnya dapat berujung pada konflik dalam rumah tangga.

Upaya Pasangan Keluarga Harmonis Dalam Menyikapi Konflik Perkawinan

  • Membina Komunikasi Dalam Keluarga
  • Pola Asuh Yang Diterapkan Dalam Keluarga

Oleh karena itu, kemampuan laki-laki dan perempuan dalam menanggapi permasalahan ekonomi menjadi penting, baik dalam kondisi yang tidak memadai maupun ketika perekonomian mulai membaik. Perubahan ini berlangsung terus-menerus sehingga hubungan dalam keluarga sangat ditentukan oleh komunikasi dalam menghadapi perubahan struktur keluarga.84. Komunikasi dalam keluarga diperlukan untuk menjembatani kesalahpahaman antar anggota keluarga, untuk mengungkapkan perasaan atau keinginan, untuk menunjukkan penghargaan, dan sebagainya.

Waktu harus disediakan untuk membangun dialog yang dapat menyelesaikan permasalahan anggota keluarga. Apabila banyak terjadi ketidakpuasan antar anggota keluarga terhadap anggota lainnya, misalnya istri terhadap suaminya, atau sebaliknya, anak terhadap orang tuanya, atau sebaliknya, maka hal ini akan menimbulkan munculnya konflik-konflik yang pada awalnya mungkin kecil namun bisa juga terjadi. kemudian berkembang menjadi konflik. besar karena kurangnya keterbukaan melalui komunikasi.85. Bedanya, orang saleh tidak pernah membiarkan masalah berlarut-larut hingga menjadi keadaan yang disukai dan dikehendaki setan.

Melalui ajaran Islam, melatih dan membiasakan bertindak sesuai syariat Islam serta menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.89 Pembentukan kepribadian anak, cara berfikir, cara beribadah, cara berhubungan dengan Allah, sesama manusia dan cara bertindak. alam dan isinya merupakan hasil pendidikan orang tua sejak kecil, hingga ia dewasa dan menjadi seorang Mukalaf. Teori yang dikemukakan oleh Grunebaum berdasarkan hasil penelitiannya yang disebut dengan teori bonding seperti yang diungkapkan oleh Dadang Hawari adalah ada lima faktor yang mengikat suami istri agar tetap mempertahankan perkawinannya, yaitu: 1) saling memberi dan menerima kasih sayang, 2)) suami istri adalah mitra (sahabat), bukan saingan atau pesaing antara satu sama lain, 3) saling memuaskan dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan bertindak sesuai aturan agama, 4) masing-masing pihak mempunyai komitmen mengambil keputusan (keputusan bersama), 5) saling menjaga dan menjaga hubungan sosial dengan orang tua dan keluarga besar kedua belah pihak.92. Persetujuan orang tua terhadap awal pernikahan tidak bisa diabaikan begitu saja karena akan berdampak pada kebahagiaan pasangan dalam menjalani pernikahan.

Upaya baik suami maupun istri dalam membina hubungan dengan keluarga besar dijiwai oleh sebuah prinsip bahwa:

Praktek Harmonis Dalam Kehidupan Keluarga Pasangan Beda Agama di Desa Klepu

Ibu Misringah berasal dari Desa Klepu, sedangkan Bapak Tegeng berasal dari Desa Sooko, Kecamatan Sooko. Pernikahan mereka dilangsungkan di gereja yang disebut juga dengan Gereja Pemberkatan. Awalnya Pak Tegeng beragama Islam, namun untuk bisa menikah dengan Bu Misringah yang beragama Katolik, Pak Tegeng memperoleh akta baru yang menyatakan bahwa Pak Tegeng beragama Katolik. Sebelum pemberkatan dilakukan, Bapak Tegeng dan Ibu Misringah harus menghadiri proses pendidikan calon pengantin yang dilaksanakan selama 3 bulan di rumah Kategis (Guru Agama Katolik) dan dilaksanakan setiap hari Minggu.

Sejak awal pernikahan mereka, Pak Tegeng dan istrinya telah berkomitmen untuk tumbuh kembang dan pendidikan anak-anak mereka dengan baik. Pak Tegeng sendiri tidak pernah mengasuh anak, karena sering bekerja di luar kota. Dan baik Pak Tegeng maupun istrinya tidak pernah menekan atau memaksa anak-anaknya untuk menjadi Muslim atau Katolik.97.

Saat pernikahan keduanya berusia 2 tahun, saat ibu Emi Liana sedang mengandung anak pertamanya di usia kehamilan 7 bulan, Tn. Budianto istrinya bahwa dia bisa menjalani ritual keagamaan Katolik, tapi itu tidak masalah baginya, pada akhirnya Pak. Budianto masuk Islam lagi, dan ibu Emi pun tidak peduli. Pasangan itu, Pak. Suyud dan Ny. Mubru, merupakan pasangan keluarga beda agama keempat yang saya wawancarai. Pak Harto adalah seorang Katolik berusia 23 tahun, anak dari Pak Sono dan Ibu Siwar, sedangkan Bu Karti, seorang perawan berusia 19 tahun, beragama Islam, putri dari Pak Siroen dan Bu Natun.

Dalam hal mendidik anak, Bapak Kuswandi dan Ibu Amin sangat memperhatikan tumbuh kembang dan pendidikannya karena anak adalah wadah terpenting.

Upaya-upaya Pasangan Beda Agama Dalam Membentuk Keluarga Harmonis

Namun bagi mereka, kebutuhan biologis ini merupakan salah satu cara mereka untuk terus menciptakan kehangatan di rumah.113. Hidup dengan cinta adalah harapan setiap orang untuk menciptakan keluarga yang bahagia. Selain itu, upaya Bapak Harto dan Ibu Karti dalam menjalin hubungan baik dengan keluarga besar yang dimulai dari pernikahan membuat restu menjadi satu-satunya jalan untuk membangun keluarga yang harmonis.

Maka hal ini juga merupakan bagian dari upaya mewujudkan rumah tangga yang rukun, damai dan tenteram.127. Untuk mewujudkan pernikahan dan rumah tangga yang bahagia, Pak Harto dan Ibu Karti selalu berusaha menjamin ketentraman dalam keluarganya. Selain pemuasan seksualitas, kebutuhan biologis juga menjadi upaya mewujudkan rumah tangga harmonis dan bahagia.

Di Tuan. Keluarga suami istri Kuswandi sangat menentukan keadaan rumah tangga yang mereka jaga agar rumah tangga selalu mendapat kenyamanan dan kedamaian. Sebab cara mereka mengajarkan pendidikan anak pada rumah tangga yang berbeda keyakinan pasti akan sangat berbeda. Jika tujuan pernikahan dapat dipahami oleh suami istri, maka keretakan rumah tangga dapat dihindari.

Oleh karena itu, dalam rumah tangga yang berbeda keyakinan dan agama, perlu disepakati sejak awal bahwa ada kebebasan dalam menjalankan bimbingan agama masing-masing. Jangan sampai pertanyaan seputar keimanan anak pasangan beda agama menjadi pemicu keretakan rumah tangga. Upaya Keluarga Pak Harto “Upaya kami menjalin hubungan baik dengan keluarga besar dimulai dari menikah, sehingga restu adalah satu-satunya cara untuk membangun rumah tangga yang harmonis.

PENUTUP

Kesimpulan

Upaya suami istri membangun rumah tangga agar tetap rukun dan lestari hingga akhir hayat adalah dengan saling menerima apa adanya, saling memahami, saling menghargai, saling menghargai, saling menghargai. saling menasehati dan menyayangi. mempunyai dan melaksanakan fungsi, hak, dan kewajiban masing-masing. - masing-masing ada kemauan, dll. Menurut hukum Islam, hal ini sangat dianjurkan, karena banyak usaha laki-laki dan perempuan yang sesuai dengan syariah.

Saran

Status hubungan suami istri berbeda agama di Desa Klepu Kecamatan Sooko Perspektif Maqa>sid Syari>'ah.

Referensi

Dokumen terkait

1 tahun 1974 disebutkan “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami

Undang-Undang No 1 Tahun 1974 menetapkan, perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

1/1974 pasal 1 menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk

34 Dalam bab pertama undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasala 1 dijelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami

1 Tahun 1974 menyatakan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

1 tahun 1974 tentang perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan