• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM SENI PERGURUAN TINGGI (S1) DI ERA DISRUPSI 4.0

N/A
N/A
Salsabila Mukhlisa

Academic year: 2023

Membagikan "KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM SENI PERGURUAN TINGGI (S1) DI ERA DISRUPSI 4.0"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM SENI PERGURUAN TINGGI (S1) DI ERA DISRUPSI 4.0

Salsabila Mukhlisa Universitas Negeri Yogyakarta

Email: salsabilamukhlisa.2022@student.uny.ac.id

ABSTACT

The era of the industrial revolution 4.0 has affected the world of education, especially the roles and responsibilities of teachers. If the role of the teacher is still limited to imparting knowledge (transferring knowledge), then they will lose their role along with technological developments and changes in learning methods.

There are three main aspects that form the basis for developing a tertiary arts curriculum (S1) in the Disruption 4.0 Era. The first aspect is to integrate digital literacy, human literacy and digital age skills into the curriculum. The second aspect is ensuring that the work skills for succeeding in the digital age are integrated into all lecture syllabuses or lesson plans. The third aspect is following up on the impact of shifting roles and responsibilities of teachers or lecturers on learning strategies and including them in the syllabus. . It is important for teachers to develop learning models. The selection of material, the design of appropriate study levels, social systems, learning support systems and assessments must be adapted to the demands of the curriculum.

Keyword : Development, curriculum

ABSTRAK

Era revolusi industri 4.0 telah mempengaruhi dunia pendidikan khususnya peran dan tanggung jawab pengajar. Jika peran pengajar masih sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan (transfering knowledge), maka mereka akan kehilangan perannya seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan metode pembelajaran. Terdapat tiga aspek utama yang menjadi dasar dalam melakukan pengembangan kurikulum seni perguruan tinggi (S1) di Era Disrupsi 4.0. Aspek pertama adalah melakukan integrasi literasi digital, literasi manusia dan keterampilan zaman digital ke dalam kurikulum. Aspek kedua adalah memastikan bahwa keterampilan kerja untuk berhasil di era digital diintegrasikan ke dalam semua silabus atau RPS perkuliahan. Aspek ketiga adalah menindaklanjuti

(2)

dampak pergeseran peran dan tanggung jawab guru atau dosen terhadap strategi pembelajaran dan memasukkannya ke dalam silabus. . Penting bagi pengajar untuk mengembangkan model pembelajaran. Pemilihan materi, rancangan jenjang studi yang sesuai, sistem sosial, sistem penunjang belajar dan penilaian harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum.

Kata Kunci : Pengembangan, Kurikulum

PENDAHULUAN

Tanda-tanda perubahan disrupsi 4.0 saat ini telah masuk pada sektor pendidikan. Revolusi industri 4.0 telah mengubah persepsi tentang pendidikan.

Perubahan yang dilakukan tidak hanya pada metode pengajaran (teaching method) tetapi jauh lebih diperlukan yaitu mengubah cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Era revolusi industri 4.0 telah mempengaruhi dunia pendidikan khususnya peran dan tanggung jawab pengajar. Jika peran pengajar masih sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan (transfering knowledge), maka mereka akan kehilangan perannya seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan metode pembelajaran. Meskipun peran penting pengajar adalah menyampaikan nilai-nilai (transfer value) kepada kepribadian mahasiswa, namun hal tersebut tentunya tidak dapat digantikan oleh mesin atau program robotik.

Keadaan ini harus diatasi dengan meningkatkan kemampuan pengajar dalam bereksplorasi melalui belajar mandiri. Tantangan Industri 4.0 di bidang pendidikan menuntut pengajar untuk kreatif dalam menyelenggarakan pembelajaran yang menerapkan pemikiran kritis, kreativitas, keterampilan komunikasi, kolaborasi, komunitas sosial dan pendidikan karakter (Priatna, 2019).

Cara mengajar dan belajar era Revolusi Industri 4.0 yang memungkinkan melewati batas-batas fsik ruang, kampus, bahkan negara, memberikan konsekuensi bagi Perguruan Tinggi untuk memberikan pelatihan dan menambah keahlian para tenaga pengajar dalam meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi digital, serta membangun infrastruktur jaringan digital yang dapat mendukung proses pembelajaran. Sementara itu, tdak semua Perguruan Tinggi

(3)

telah tersentuh teknologi digital. Masih banyak perguruan tinggi yang menggunakan sistem pembelajaran yang sama dari tahun ke tahun, meski belum beralih ke teknologi digital. Revolusi Industri 4.0 juga telah memaksa Perguruan Tinggi untuk membangun kembali kurikulumnya untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Pendekatan konten kurikulum dilengkapi dengan prinsip inti teknologi, data, humaniora, dan keseimbangan antara teori dan praktik. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, pembelajaran berpusat pada mahasiswa sebagai pusat pembelajaran. Semua metode pembelajaran harus menjadikan mahasiswa sebagai aktor utama. Dosen hanya sebagai pemandu, bukan lagi sebagai pusat informasi dan ilmu pengetahuan karena berbagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan dapat dengan mudah ditemukan dengan teknologi informasi saat ini (Tjahjawulan, 2019).

Revolusi industri 4.0 menjadi ungkapan yang paling banyak dibicarakan sejak awal tahun 2019, dari skala nasional hingga skala daerah. Pada Revolusi Industri 4.0 berbagai perubahan harus dilakukan salah satunya perubahan kurikulum yang terbukti dengan dikeluarkannya Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Era Industri 4.0 pada pertengahan tahun ini. Kurikulum adalah rencana proses belajar mengajar yang berlangsung di suatu lembaga pendidikan yang memuat beberapa sumber intelektual, keilmuan, intelektual dan linguistik yang penting untuk dibahas dan dipertukarkan dalam proses belajar mengajar.

Sebagai suatu program pendidikan, kurikulum dipercaya bahkan dianggap sebagai unsur pertama dan terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan. Di Indonesia, kurikulum merupakan unsur pertama untuk melakukan perubahan kebijakan sehingga semua kebijakan besar nasional yang dicanangkan oleh pemerintah memerlukan dukungan semua pihak, termasuk pendidikan. Revitalisasi kurikulum tidak bisa dihindari di era yang semakin digital. Dikeluarkannya panduan penyusunan kurikulum oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada 2019 menjadi tanda yang sangat jelas untuk melakukan hal itu. Kurikulum yang dapat membantu mempersiapkan lulusan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah kurikulum yang mencakup literasi digital untuk mengatasi dampak

(4)

volatilitas pekerjaan dan keterampilan akibat Industri 4.0 (Bunyamin & Uwes, 2019).

Revolusi industri 4.0 secara tdak langsung telah menuntut pengembangan kurikulum seni perguruan tinggi (S1) meningkatkan kualifkasi dan kompetensi dosen dalam menyesuaikan diri terhadap teknologi digital. Dosen seni juga harus adaptif terhadap perubahan dan tdak gagap teknologi dalam proses pembelajaran.

Ketidaksiapan SDM dalam mengelola teknologi informasi, khususnya dosen adalah kendala yang dapat menghambat proses pembelajaran dalam hal pemanfaatan tekonologi digital di Perguruan Tinggi. Karena dosen adalah kunci untuk mewujudkan kualitas Pendidikan Tinggi Seni. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dengan cara mendokumentasikan kurikulum tersebut untuk kemudian dilaksanakan dalam bentuk pengajaran. Proses evaluasi kurikulum tentunya harus dilakukan setiap waktu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat (Supriyadi, 2020). Pada pengembangan kurikulum seni di Perguruan Tinggi harus ditopang dengan mengintegrasikan unsur nilai budaya dalam perilaku dan kebiasaan berfikir dalam kegiatan di kampus melalui salah satunya pendidikan seni. Dalam pengembangan kurikulum seni sebagai tuntutan pengembangan kompetensi, literasi dan karakter menjadi orientasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran dengan tidak mengesampingkan tuntutan jaman namun tetap berupaya mengokohkan fondasi karakter yang bersumber pada akar budaya Indonesia yang kita kenal sebagai kearifan lokal (Komalasari et al., 2013).

Tujuan dari penulisan artikel ini untuk mengetahui pengembangan kurikulum seni Perguruan Tinggi (S1) di Era Disrupsi 4.0.

PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 yang bergerak cepat dan berdampak besar pada sifat atau karakteristik pekerjaan, keterampilan dan kompetensi merupakan hal yang penting dan memerlukan perhatian. Dikarenakan era Revolusi Industri 4.0, integrasi dan penggunaan teknologi dan internet begitu maju dan besar, yang juga sangat mempengaruhi perubahan dan perilaku dunia

(5)

bisnis atau industri serta perilaku masyarakat dan perilaku konsumen pada umumnya. Pengembangan kurikulum memerlukan kajian yang komprehensif terhadap fakta yang terjadi di lapangan, sudah selayaknya kajian ini mencakup banyak sektor, antara lain sumber daya manusia di lingkungan universitas, mahasiswa harus dilibatkan karena hal-hal yang mereka pelajari di kampus, masyarakat yang menjadi pemangku kepentingan dan tidak lupa bahwa perkembangan teknologi, seni dan budaya menjadi prioritas perubahan kurikulum.

Program komprehensif ini memberikan wawasan tentang isu-isu strategis yang dibutuhkan lulusan masa depan. Kurikulum wajib dikembangkan dalam istilah ini dikembangkan secara komprehensif, mencakup didalamnya adalah berupa perencanaan, serta penerapan dan dilajutkan dengan adanya evaluasi (Supriyadi, 2020).

Terdapat tiga aspek utama yang menjadi dasar dalam melakukan pengembangan kurikulum seni perguruan tinggi (S1) di Era Disrupsi 4.0. Aspek pertama adalah melakukan integrasi literasi digital, literasi manusia dan keterampilan zaman digital ke dalam kurikulum. Aspek kedua adalah memastikan bahwa keterampilan kerja untuk berhasil di era digital diintegrasikan ke dalam semua silabus atau RPS perkuliahan. Aspek ketiga adalah menindaklanjuti dampak pergeseran peran dan tanggungjawab guru atau dosen terhadap strategi pembelajaran dan memasukkannya ke dalam silabus. Pengintegrasian literasi digital dilakukan dengan mengidentifikasi deskriptor/indikator literasi digital, memilih deskriptor/indikator yang relevan dengan program studi, mengidentifikasi komponen kurikulum dan yang dapat mengakomodasi deskriptor/indikator, mencocokkan deskriptor/indikator dengan komponen kurikulum dan RPS mata kuliah, dan memasukkan atau mengintegrasikan deskriptor/indikator literasi digital ke dalam komponen Kurikulum dan RPS mata kuliah dengan cara: memasukkan kata kunci indikator literasi digital ke dalam pernyataan yang ada dalam komponen Kurikulum dan RPS; membuat pernyataan khusus tentang literasi digital dan memasukkannya ke dalam komponen Kurikulum dan RPS terkait; dan memberikan bobot persentase khusus untuk literasi digital dalam penilaian setiap mata kuliah (Bunyamin & Uwes, 2019).

(6)

Pengembangan kurikulum seni Perguruan Tinggi (S1) di Era Disrupsi 4.0 yang sesuai dengan tuntutan adalah bagaimana seni sebagai media memenangkan kreativitas, inovasi, berpikir kritis dan penghargaan yang tinggi bagi mahasiswa.

nilai-nilai budayanya, sehingga terciptanya kepribadian mahasiswa yang berkarakter. Penting bagi pengajar untuk mengembangkan model pembelajaran.

Pemilihan materi, rancangan jenjang studi yang sesuai, sistem sosial, sistem penunjang belajar dan penilaian harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum.

Kurikulum seni harus menargetkan tingkat perkembangan mahasiswa dan memiliki pemaknaan yang tinggi dalam arti “mau dibawa kemana” mahasiswa dengan materi yang kita berikan. Makna dalam hal ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor kontekstual dalam kehidupan mahasiswa yang bertujuan untuk membentuk karakter mahasiswa, membentuk mahasiswa untuk berpikir global dan bertindak lokal sehingga dapat membentuk peserta didik yang Think Globally behave locally. Karakter adalah nilai perilaku seseorang yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan kebangsaan yang terdiri dari pikiran, perasaan, emosi, perkataan, dan tindakan berdasarkan norma agama, hukum, adat istiadat, budaya, dan praktik keagamaan.

Nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui pendidikan seni dengan mengintegrasikan kurikulum seni dalam teori dan praktik yang memiliki nilai- nilai nyata yang dapat ditanamkan kepada mahasiswa (Komalasari et al., 2013).

Pengembangan kurikulum seni Perguruan Tinggi (S1) di Era Disrupsi 4.0 dilakukan dengan pendekatan saintifik yang menuntut pengajar lebih inovatif dalam pengembangan kemampuan pedagogik dan salah satunya adalah pengembangan bahan ajar sesuai kebutuhan dan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Materi pembelajaran dapat disajikan secara terpadu sehingga mahasiswa memiliki pemahaman yang utuh. Kondisi mahasiswa yang saat ini sangat kurang apresiatif terhadap seni, karena anggapan kuno, sulit dipahami, juga keragaman bakat dan minat mahasiswa harus menjadi pertimbangan pengajar. Gagasan pengembangan kurikulum seni adalah merancang langkah-langkah pembelajaran yang sistematis yang harus dikembangkan oleh seorang pengajar dalam upaya memperkenalkan seni kepada

(7)

mahasiswa melalui pendekatan apresiatif kreatif dan penggunaan prinsip-prinsip integratif. Pengajar dapat menentukan kurikulum mana yang menekankan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi dan kegiatan mana yang menekankan apresiasi terhadap dunia nyata atau aspek seni kontekstual dengan menggunakan teknologi tepat guna. Proses pembelajaran menekankan pada pengembangan keterampilan siswa secara holistik dan mengembangkan pendidikan karakter dan berpikir (Komalasari et al., 2013).

PENUTUP

Era revolusi industri 4.0 telah mempengaruhi dunia pendidikan khususnya peran dan tanggung jawab pengajar. Tantangan Industri 4.0 di bidang pendidikan menuntut pengajar untuk kreatif dalam menyelenggarakan pembelajaran yang menerapkan pemikiran kritis, kreativitas, keterampilan komunikasi, kolaborasi, komunitas sosial dan pendidikan karakter Pada Revolusi Industri 4.0 berbagai perubahan harus dilakukan salah satunya perubahan kurikulum yang terbukti dengan dikeluarkannya Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Era Industri 4.0 pada pertengahan tahun ini. Kurikulum adalah rencana proses belajar mengajar yang berlangsung di suatu lembaga pendidikan yang memuat beberapa sumber intelektual, keilmuan, intelektual dan linguistik yang penting untuk dibahas dan dipertukarkan dalam proses belajar mengajar. Pada pengembangan kurikulum seni di Perguruan Tinggi harus ditopang dengan mengintegrasikan unsur nilai budaya dalam perilaku dan kebiasaan berfikir dalam kegiatan di kampus melalui salah satunya pendidikan seni.

Terdapat tiga aspek utama yang menjadi dasar dalam melakukan pengembangan kurikulum seni perguruan tinggi (S1) di Era Disrupsi 4.0. Aspek pertama adalah melakukan integrasi literasi digital, literasi manusia dan keterampilan zaman digital ke dalam kurikulum. Aspek kedua adalah memastikan bahwa keterampilan kerja untuk berhasil di era digital diintegrasikan ke dalam semua silabus atau RPS perkuliahan. Aspek ketiga adalah menindaklanjuti dampak pergeseran peran dan tanggungjawab guru atau dosen terhadap strategi pembelajaran dan memasukkannya ke dalam silabus. Kurikulum seni harus menargetkan tingkat perkembangan mahasiswa serta pemilihan materi, rancangan

(8)

jenjang studi yang sesuai, sistem sosial, sistem penunjang belajar dan penilaian harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum. Pengajar dapat menentukan kurikulum mana yang menekankan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi dan kegiatan mana yang menekankan apresiasi terhadap dunia nyata atau aspek seni kontekstual dengan menggunakan teknologi tepat guna.

DAFTAR PUSTAKA

Bunyamin, M., & Uwes, A. C. (2019). Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Seni, Dan Desain Di Era Revolusi Industri 4.0. In Copyright © FSB Universitas Negeri Gorontalo.

Komalasari, H., Mustofa, & Puspawati, G. A. M. (2013). Pengembangan Pembelajaran Tari Berbasis Kearifan Lokal Di Era Disrupsi. Prosiding:

Widyadharma I, 43–54.

Priatna, T. (2019). Disrupsi Pengembangan Sumber Daya Manusia Dunia Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. In UIN Sunan Gunung Djati.

http://digilib.uinsgd.ac.id/29541/1/BUKU DISRUPSI PENDIDIKAN 2019.pdf

Supriyadi, D. (2020). Infiltrasi Kebutuhan Dunia Usaha Di Era Industri Keempat Dalam Kurikulum Perguruan Tinggi. 2(1), 1–12.

http://clik.dva.gov.au/rehabilitation-library/1-introduction-rehabilitation

%0Ahttp://www.scirp.org/journal/doi.aspx?

DOI=10.4236/as.2017.81005%0Ahttp://www.scirp.org/journal/PaperDownlo ad.aspx?

DOI=10.4236/as.2012.34066%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.pbi.2013.02.0 Tjahjawulan, I. (2019). Bagaimana Pendidikan Tinggi Seni Indonesia, Khususnya

Institut Kesenian Jakarta Menghadapi Revolusi Industri 4.0? Jurnal Seni Nasional Cikini, 5(2), 60–71. https://doi.org/10.52969/jsnc.v5i2.82

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pemberian infus buah belimbing wuluh averrhoa bilimbi l terhadap kadar kolesterol darah tikus.. J farmasains Univ Muhamadiyah