• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Smart City dipengaruhi oleh adanya arus globalisasi yang memanfaatkan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Konsep Smart City dipengaruhi oleh adanya arus globalisasi yang memanfaatkan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Smart City

Peningkatan arus urbanisasi menciptakan permasalahan baru bagi perkotaan setiap tahunnya (Hasibuan, 2019). Permasalahan yang ditimbulkan meliputi lahirnya permukiman kumuh dan liar akibat adanya peningkatan jumlah penduduk diperkotaan. Menurut N. Malik (2017), urbanisasi merupakan proses yang terjadi akibat laju pertumbuhan penduk yang tinggi dan mobilitas demografis dari pedesaan menuju perkotaan yang menyebabkan terjadinya perluasan fisik kota.

Dalam paparannya, Kementerian Dalam Negeri mendefinisikan Smart City sebagai konsep penataan kota yang dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan perkotaan. Konsep Smart City dipengaruhi oleh adanya arus globalisasi yang memanfaatkan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari. Negara maju merupakan negara yang mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi yang bermanfaat bagi negara dan warganya sendiri (Thomas L Friedman dalam Sucitawathi, 2018). Smart City atau Kota Cerdas merupakan suatu konsep pengembangan kota memanfaatkan pengembangan teknologi sehingga dapat meningkatkan pelayanan publik dan kualitas hidup menjadi lebih baik. Menurut Cohen dalam Annisah (2017), Smart City adalah sebuah kota yang menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara pintar dan efisien dalam penggunaan sumber daya sehingga dapat menghasilkan penghematan biaya, peningkatan pelayanan dan kualitas hidup serta mendukung tifsi ekonomi ramah lingkungan. Smart City sendiri merupakan rancangan kota dengan memanfaatkan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Rancangan Smart City didasari atas kota dan pengembangannya yang memanfaatkan teknologi.

Munculnya konsep Smart City dipengaruhi oleh adanya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan publik yang cepat, efisien dan akurat dalam memberikan informasi dan mempermudah mengurus keperluan administrasi.

Sebagai perusahaan yang menjadi pelopor Smart City, IBM membagi Smart City menjadi enam jenis yang meliputi smart economy, smart mobility, smart government, smart people, smart living dan smart environment (Pratama, 2014).

(2)

Jenis Smart City tersebut kemudian diadaptasi oleh Cohen dalam Annisah (2017) sebagai Smart City Wheel yang berisi penjabaran enam dimensi yaitu smart economy, smart environment, smart government, smart living, smart mobility dan smart people beserta indikator yang mendukung terwujudnya Smart City.

Gambar 2.1 Smart City Wheel menurut Boyd Cohen (2014) Sumber: Annisah, 2017

Sementara menurut pakar Smart City asal Indonesia, Prof. Suhono Harso mendefinisikan Smart City sebagai kota yang terdiri atas pemahaman terhadap masalah (sensing), pemahaman terhadap kondisi masalah (understanding) dan mampu mengatur (controlling) sumber daya agar dapat digunakan secara efektif dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Agar sebuah kota dapat menjadi Smart City perlu dibutuhkan kesiapan, Nam dan Pardo (2011) menjelaskan bahwa penerapan Smart City terdiri dari tiga unsur, yaitu: infrastruktur teknologi yang mampu menghubungkan berbagai sektor layanan, sumber daya manusia yang untuk penanganan dan pengembangan fasilitas, serta tata kelola pemerintahan yang baik yang diperlukan sebagai dasar pelaksana Smart City. Berdasarkan Bappenas (2015), setiap tahunnya masyarakat banyak yang bermukim di perkotaan sehingga perencanaan Smart City perlu diterapkan. Dalam penerapannya, terdapat beberapa unsur yang perlu dikembangkan pada konsep Smart City, salah satunya adalah Smart Government. Dimensi Smart Government memuat salah satu unsur penting dalam perkotaan, yaitu instansi pemerintahan yang dikembangkan dari fungsi teknologi informasi agar dapat diakses oleh yang memiliki kepentingan secara

(3)

efisien dan efektif (Bappenas, 2015). Perencanaan Smart Government merupakan ujung tombak dalam perencanaan Smart City (Annisah, 2017). Menurut Scytl dalam Annisah (2017), tanpa adanya perencanaan Smart Government maka mustahil dalam mewujudkan keseluruhan konsep Smart City.

Tabel 2.1 Sintesa Teori Smart City

No. Sumber Definisi Smart City

1. Cohen dalam Annisah (2017)

Kota yang menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara pintar dan efisien

2. Thomas L Friedman dalam Sucitawathi (2018)

Konsep Smart City dipengaruhi oleh adanya arus globalisasi

3. IBM dalam Pratama (2014) Konsep Smart City memuat smart economy, smart mobility, smart government, smart people, smart living dan smart environment dalam perwujudannya

Sumber: Hasil Pustaka, 2021

2.1.1 Smart Government

Pada konsep Smart City terdapat sebuah bidang yang khusus dalam menangani masalah pelayanan publik yaitu Smart Government yang merupakan salah satu elemen dasar dalam mewujudkan Smart City. Smart Government merupakan elemen yang fokus pada tata kelola pemerintahan, dimana dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, jujur adil serta peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan publik. Menurut World Bank dalam The Government Handbook for Developing Countries (2002), setiap pemerintahan memiliki strategi yang berbeda dalam membangun e-government. Untuk membantu dalam membuat kebijakan dan menyusun strategi, World Bank menyiapkan sebuah handbook yang berisi tiga fase dalam proses implementasi e-government. Ketiga fase ini tidak bergantung satu sama lain dan juga untuk menyelesaikan fase selanjutnya tidak perlu menunggu fase sebelumnya untuk memulai, tetapi secara

(4)

konseptual ditawarkan tiga cara dalam mencapai tujuan e-government. Adapun ketiga fase dijabarkan sebagai berikut.

a. Publish: using ICT to expand access to government information

Pemerintah harus menyediakan keterbukaan informasi bagi masyarakat.

Sehingga masyarakat maupun pelaku bisnis dapat dengan mudah mengakses informasi pemerintahan tanpa harus mengunjungi kantor. Hal ini dapat meminimalisir tindakan korupsi karena informasi dapat diakses melalui situs web.

b. Interact: broadening civic participation government

Adanya e-government memiliki potensi untuk melibatkan masyarakat dalam proses tata kelola pemerintahan, dimana masyarakat dapat dilibatkan dalam membuat kebijakan disemua tingkatan pemerintahan.

c. Transact: making government services available online

Dengan memanfaatkan jaringan internet, pemerintah harus menyediakan pelayanan publik yang berbasis online. Pemerintah dapat membuat situs web yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi online. Pada negara berkembang, sektor swasta telah memanfaatkan internet berupa layanan e- commerce untuk memenuhi kebutuhan harian masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah diharapkan dapat melakukan hal yang sama terhadap sistem pelayanannya yaitu layanan pemerintahan yang tersedia setiap waktu.

Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting dalam mewujudkan Smart City melalui penetapan kebijakan maupun perencanaan yang diperlukan, sehingga perlu adanya perbaikan inovatif secara terus menerus. Sasaran dari Smart Government adalah mewujudkan tata kelola birokrasi melalui inovasi dan adopsi terhadap teknologi yang terpadu, sehingga memberikan percepatan pada hasil dan manfaat bagi masyarakat. Menurut Bappenas (2015), Smart Government memiliki prinsip dasar dalam penerapan Smart City, yaitu:

1. Melibatkan seluruh lapisan masyarakat Mengkolaborasikan dan mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat,

2. Meningkatkan fisiensi dengan mengembangkan operasional

3. Meningkatkan managemen sumber daya, organisasi dan infrastruktur 4. Menciptakan sistem database yang mampu diakses secara luas

(5)

5. Mengolah informasi data terkini (real time), 6. Menggunakan metode yang mutakhir,

7. Terdapat koordinasi antar stakeholdes terilbat

Menurut Giffinger (2007), terdapat tiga indikator dalam perwujudan Smart Government, yaitu partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, pelayanan umum dan sosial serta pemerintahan yang transparan. Menurut Cohen (2014), Smart Government terdiri atas beberapa indikator, diantaranya adalah membuat kebijakan terkait penawaran dan permintaan, penyediaan data yang terbuka dan transparan, serta pengembangan TIK dan e-government. Berdasarkan paparan Bappenas (2015) terkait komponen Smart Government terdiri atas pengembangan e-government dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Dimensi Smart Government sebagai salah satu indikator penting bagi konsep Smart City mengharuskan adanya beberapa aspek penting dalam pemerintahan, adapun tiga aspek utama tersebut adalah penggunaaan TIK dalam pemerintahan, mewujudkan transparansi dan keterbukaan data, serta merumuskan kebijakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan pada penjelasan para ahli terkait beberapa indikator dalam perwujudan Smart Government, diketahui terdapat keberagamaan pendapat dari para ahli yang tunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Sintesa Teori Karakteristik Smart Government

No. Sumber Karakteristik Smart Government 1. Giffenger (2007) 1. Partisipasi masyarakat dalam

pengambilan keputusan 2. Pelayanan umum dan sosial 3. Pemerintahan yang transparan

2. Cohen (2014) 1. Kebijakan terkait penawaran dan permintaan

2. Penyediaan data yang terbuka dan transparan

3. Pengembangan TIK dan e-government 3. Bappenas (2015) 1. Pengembangan e-government

(6)

No. Sumber Karakteristik Smart Government 2. Partisipasi masyarakat dalam

perencanaan pembangunan

4. Masterplan Jakarta Smart City

1. Penggunaan TIK dalam pemerintahan 2. Mewujudkan transparansi dan

keterbukaan data

3. Merumuskan kebijakan sesuai kebutuhan masyarakat

Sumber: Hasil Pustaka, 2021 Berdasarkan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa indikator-indikator tersebut berpengaruh dalam perwujudan dimensi Smart Government. Dalam mewujudkan pemerintahan yang berbasis teknologi tidak sebatas hanya menyediakan perangkat komputer dan jaringan internet untuk pemerintah. Namun, perlu memperhatikan tigal hal yaitu, publish, interact dan transact (Subekti, 2018).

Umumnya indikator-indikator Smart Government berdasarkan rangkuman dari para ahli ialah sebagai berikut.

1. Keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan dan penentuan keputusan 2. Peningkatan jumlah dan kualitas layanan publik melalui penyediaan sistem

informasi berbasis web

3. Adanya transparansi dan keterbukaan data didalam pemerintahan 4. Pemerintah merumuskan kebijakan sesuai dengan kebutuhan warga 2.2 Peningkatan Kapasitas

Kapasitas atau kemampuan individu adalah kesanggupan individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang ditunjukkan melalui tindakan dalam meningkatkan produktifitas kerja (Nasution, 2011). Menurut Haryono (2012), secara umum inisiatif dalam mengembangkan diri secara umum dilakukan untuk meningkatkan kapasitas individu dalam menjalankan tugasnya secara proffesional.

Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal dasar dalam mewujudkan organisasi yang bergerak sesuai dengan arah visi, misi, dan tujuan organisasi. SDM yang dikelola dengan baik dapat menjadi penentu untuk mengetahui efektivitas organisasi tersebut dalam mencapai visi, misi, serta tujuan

(7)

yang direncanakan. Sehingga, pengembangan kapasitas merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan individu agar lebih produktif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Zaenuri (2015) menjelaskan bahwa upaya pengelolaan SDM pemerintahan dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam menjalankan tahapan untuk proses tata kelola SDM tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap tata kelola SDM pemerintahan terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari misi dan tujuan organisasi, strategi pencapaian tujuan, jenis teknologi yang digunakan dan faktor eksternal yang terdiri dari kebijakan pemerintah, sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Handoko, 2005).

2.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Kapasitas

Menurut Nahruddin (2018) terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tata kelola SDM pemerintahan, diantaranya ialah (1)Strategi Pengelolaan SDM dalam meningkatkan kompetensi ASN; (2) Optimalisasi website atau portal dalam meningkatkan pelayanan publik; (3) Evaluasi Kebijakan Rekruitmen Aparatur Sipil Negara; (4) Budaya Organisasi yang berkembang pada instansi Pelayanan Publik; (5) Penguasaan Informasi dan Teknologi ASN. Menurut Soeprapto (2003,) faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi pembangunan kapasitas terdiri dari berikut:

a. Komitmen Bersama (Collective Commitments)

Dalam melakukan penguatan kapasitas membutuhkan waktu lama serta komitmen jangka panjang dari semua pihak yang terlibat (Milen dalam N Sari (2014). Pengaruh komitmen sangat besar terhadap pembangunan kapasitas, sebab komitmen merupakan dasar dari seluruh rancangan kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga, komitmen perlu diterapkan oleh seluruh elemen dalam organisasi, tidak hanya ketua atau pemegang kekuasaan saja.

b. Kepemimpinan yang kondusif (Condusif Leadership)

Kepemimpinan merupakan suatu proses pemimpin mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang kondusif merupakan kepemimpinan yang dinamis dan dapat memberikan

(8)

kesempatan bagi seluruh elemen organisasi dalam menyelenggarakan suatu pengembangan kapasitas.

c. Reformasi Peraturan

Budaya kerja yang berkembang dalam mendukung pengembangan kapasitas merupakan bagian dari Reformasi Kelembagaan. Struktur dan kultural kelembagaan dapat menjadi dasar dalam program pengembangan kapasitas sehingga perlu dikelola dengan baik. Tujuan reformasi peraturan adalah untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang professional dengan karakteristik, berintegrasi, memiliki kinerja yang tinggi. Hal tersebut diwujudkan melalui elemen yang patuh sistem peraturan yang ada, berupa reward dan punishment.

d. Peningkatan Kekuatan dan Kelemahan

Program peningkatan kapasitas dapat disusun sesuai dengan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan. Seluruh elemen organisasi dapat memahami dan menjelaskan terkait kekuatan dan kelemahan organisasi tersebut. Sehingga, kelemahan yang ada dapat diatasi dengan cepat dan kekuatan yang dimiliki dapat ditingkatkan.

Terdapat beberapa unsur dalam program pembangunan kapasitas pemerintah daerah, yaitu partisipasi, inovasi, akses informasi, akuntabilitas dan kepemimpinan.

Salah satu yang terpenting adalah inovasi, karena dengan inovasi dapat menyediakan berbagai alternatif dan metode dalam membangun kapasitas yang bervariasi. Terdapat persyaratan dalam program pembangunan kapasitas pemerintahan, antara lain partisipasi, inovasi, akses informasi, akuntabilitas dan kepemimpinan (Yuwono, 2003). Inovasi sebagai salah satu syarat adalah bagian dari program pembangunan kapasitas, khususnya dalam kerangka menyediakan berbagai alternatif dan metode pembangunan kapasitas yang bervariasi, dan menyenangkan.

Terdapat beberapa unsur dalam program pembangunan kapasitas pemerintah daerah, yaitu partisipasi, inovasi, akses informasi, akuntabilitas dan kepemimpinan.

Salah satu yang terpenting adalah inovasi, karena dengan inovasi dapat menyediakan berbagai alternatif dan metode dalam membangun kapasitas yang

(9)

bervariasi (Yuwono dalam Chazienul, 2010) . Berikut merupakan sintesa teori dari para ahli terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas.

Tabel 2.3 Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kapasitas No. Sumber Faktor Yang Berpengaruh Terhadap

Peningkatan Kapasitas

1. Nahruddin (2018) 1. Strategi Pengelolaan SDM dalam meningkatkan kompetensi ASN;

2. Optimalisasi website atau portal 3. Evaluasi Kebijakan Rekruitmen

Aparatur Sipil Negara;

4. Budaya Organisasi yang berkembang pada instansi Pelayanan Publik;

5. Penguasaan Informasi dan Teknologi ASN.

2. Soeprapto (2003) 1. Komitmen Bersama 2. Kepemimpinan Kondusif 3. Reformasi Kelembagaan

4. Peningkatan Kekuatan dan Kelemahan

3. Yuwono dalam

Chazienul Ulum (2010)

1. Partisipasi 2. Inovasi

3. Akses Informasi 4. Akuntabilitas 5. Kepemimpinan

Sumber: Hasil Pustaka, 2021

2.3 Penelitian Terdahulu

Berikut merupkan metode dan hasil penelitian terdahulu berdasarkan jurnal penelitian yang berhubungan dengan penelitian.

(10)

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No. Nama dan Tahun

Publikasi Metode dan Hasil Penelitian

1 Annisah, 2017 Metode: Dalam penelitian berjudul “Usulan Perencanaan Smart City: Smart Government Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko”

menggunakan metode penggabungan framework TOGAF (The Open Group Architecture Framework) dan COBIT 5 Capacity Model. Tujuan penelitian ini untuk menyusun konsep Smart Government yang sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Mukomuko.

Hasil: Output pada penelitian ini adalah tersusunnya usulan program Smart Government.

Penggunaan framework TOGAF dan COBIT 5 pada kajian ini dikarenakan dua kerangka kerja tersebut memiliki best practice yang digunakan sebagai acuan penyusunan program kerja. Dari uraian program yang telah disusun tersebut diharapkan dapat menjadi referensi dalam menyusun Blueprint Smart Government untuk rencana program Smart City di pemerintah daerah.

2 Marwadani dan Dessy, 2019

Metode: Dalam penelitian berjudul “Strategi Pemerintahan Daerah Kabupaten Sintang Dalam Mewujudkan Visi Pemerintahan dan Good Governance” menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk membahas program yang dilakukan dalam mewujudkan visi pemerintah daerah serta strategi dalam

(11)

No. Nama dan Tahun

Publikasi Metode dan Hasil Penelitian

pencapaian good governance oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang.

Hasil: Output penelitian ini ialah program- program yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan pada breakdown kata pada visi Pemerintah Kabupaten Sintang. Tersusunnya strategi untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih melalui lima tahapan yaitu konsolidasi, penguatan, percepatan, pengembagnan dan pemantapan.

Setiap tahapan tersebut diselenggarakan program-program yang menunjang terciptanya good governance diantaranya adalah peningkatan kapasitas SDM Aparatur, penggunaan teknologi informasi (IT) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan reformasi birokrasi di pemerintahan daerah.

3 Dewi Sucitawathi dkk, 2018

Metode: Dalam penelitian yang berjudul

“Konsep Smart City dan Tata Kelola Pemerintahan di Kota Denpasar” menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan data sekunder melalui kajian pustaka. Analisis data menggunakan teknik analisi konten. Adapun tujuan pada penelitian ialah mengetahui implementasi konsep Smart City dalam tata kelola pemerintahan di Kota Denpasar.

Hasil: Output pada penelitian ini ialah diketahui bahwa implementasi konsep Smart City sudah mulai diterapkan di Kota Denpasar. Hal tersebut

(12)

No. Nama dan Tahun

Publikasi Metode dan Hasil Penelitian

dilihat dari terdapat beberapa instansi pemerintah yang menerapkan layanan masyarakat berbasis online dan digital yang disebut “Damamaya Denpasar Monitoring”.

Fungsi layanan ini sebagai pusat kontrol seluruh OPD Kota Denpasar yang dapat memudahkan dalam memantau, mengawasi dan menindaklanjuti peristiwa-peristiwa kebencanaan serta layanan administratif. Dalam hal ini, penerapan konsep Smart City dapat mencerminkan kualitas, kinerja dan profesionalitas aparatur sipil negara di Kota Denpasar.

4 JD Ratnasari dkk, 2013

Metode: Dalam penelitian yang berjudul

“Pengembangan Kapasitas (capacity building) Kelembagaan Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jombang” menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Analisis data menggunakan interactive model of analysis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengembangan kapasitas kelembagaan dan faktor pendukun serta penghambat yang dihadapi dalam pengembagan kapasitas kelembagaan.

Hasil: Output pada penelitian ini adalah diketahui faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kapasitas kelembagaan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jombang. Faktor pendukung meliputi

(13)

No. Nama dan Tahun

Publikasi Metode dan Hasil Penelitian

kepemimpinan dan komitmen bersama. Serta faktor penghambatnya ialah inkonsistensi peraturan, terdapat peraturan yang sering berubah sehingga kesulitan dalam menyelesaikan tugas pokok. Dari faktor penghambat tersebut perlu menjadi perhatian, dimana peraturan harus disusun dengan jelas dan konsisten sehingga tidak menimbulkan multitafsir.

5 Halim R, 2014 Metode: Dalam penelitian yang berjudul

“Analisis Strategi Peningkatan Kinerja Bagian Sekretariat Pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banggai” menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan untuk analisis SWOT. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi peningkatan kinerja bagian secretariat Dinas Dikpora Kabupaten Banggai.

Hasil: Output pada penelitian ini adalah tersusunnya strategi peningkatan kinerja.

Berdasarkan hasil dari analisis SWOT diketahui kekuatan pada organisasi yaitu manajemen dan struktur organisasi serta prosedur dan kewenangan organisasi. Kelemahan organisasi sendiri ialah kualitas SDM yang masih rendah serta sarana dan prasarana yang masih kurang.

Sumber: Analisa Penulis, 2021

(14)

2.4 Sintesa Pustaka

Adapun dilakukan sintesa tinjauan pustaka dengan berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan pada Subbab 2.1 sampai dengan 2.2 yang dapat menjawab sasaran pada penelitian. Berikut merupakan hasil sintesa pustaka dalam penelitian ini.

Tabel 2.5 Sintesa Pustaka

Sasaran Indikator Variabel

Menganalisa Bobot Variabel- Variabel Pengaruh Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah

Partisipasi Partisipasi Masyarakat Pelayanan Publik Keterbukaan Data

Implementasi Kebijakan Kualitas Pelayanan Publik Pengembangan

Kapasitas

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kepemimpinan

Reformasi Peraturan Inovasi

Sumber: Hasil Pustaka, 2021

Referensi

Dokumen terkait

Sethuraman Sivakumar, ICAR- CTCRI 5.45 to 7.15 Valedictory Session Impact Assessment in Changing contexts of Agricultural Development Director, ICAR- IARI Director, IFPRI,