KONSEP TA’DIB DALAM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT M. NAQUIB AL ATTAS
Untuk memenuhi Tugas materi:
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MODERN Dosen pengampu:
Dr. Riza Azhari, M.Pd.I
Oleh
Azzumardi A’raaf (432022112039) Abdul Aziz Kholilullah (432022112004)
Amin Arrazi (432022112093)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR PONOROGO INDONESIA
1446 H/2024 M
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses yang dilakukan dengan niat dan juga kesadaran penuh untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan wawasan, keahlian, pengetahuan, dan juga kemampuan setiap individu. Dari pendidikan ini, diharapkan setiap individu mempunyai visi yang sesuai dengan apa yang ditujukan di awal. Setiap pendidik mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kematangan siswa baik fisik maupun mental untuk mencapai kedewasaan yang baik dan juga matang, agar dia bisa berdiri sendiri dan mandiri dalam memenuhi syarat sebagai hamba Allah SWT.(Abdiyantoro et al. 2024)
Menurut (Maulindah 2024) Pembangunan suatu bangsa yang maju, sudah dipastikan sangat mengedepankan pendidikan yang aksentuisinya adalah meningkatkan keimanan terhadap Tuhan yang maha esa. Dengan hal tersebut, diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan juga baik di berbagai sektor kehidupan. Maka dengan menerapkan konsep pendidikan yang terfokus kepada peningkatan iman ini akan menghasilkan siswa yang kuat dalam hal spiritual dan juga terampil di berbagai bidang.
Permasalahan yang terdapat pada pendidikan tidak akan lepas dari perubahan zaman ke zaman. Menurut (Ahmad 2021) pendidikan sangatlah Urgent dalam kehidupan manusia, karena dikatakan bawasannya nasib suatu bangsa itu memperhatikan dan juga mengembangkan pendidikan bagi generasi muda dan juga anak-anak bangsa. Maka dari itu dapat disimpulkan bawasannya sebuah bangsa dan peradaban yang baik berasal produk dari pendidikan yang baik pula, sedangkan kegagalan suatu bangsa dan juga peradaban adalah kegagalan pada dunia Pendidikan.
Menurut Ibnu Kholdun yang dikutip oleh M. Hidayat bahwa pendidikan islam memiliki 2 tujuan. Tujuan yang pertama ialah tujuan keagamaan yaitu melakukan amal akhirat sehingga manusia dapat mememui tuhannya dalam keadaan yang baik dan juga memenuhi hak-hak atau kewajiban Allah SWT. Tujuan yang ke dua ialah tujuan ilmiah keduniaan yaitu apa yang diajarkan oleh pendidikan kontenporer (modern) dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup yang lebih baik. (Hidayat and Mulyanto 2023)
Persoalan pendidikan adalah persoalan yang dilakukan secara langsung dengan kehidupan manusia serta dapat mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan apa yang terjadi pada kehidupan saat ini. Problem-problem yang sering dihadapi manusia sering dicari pemecahannya dalam dunia pendidikan. Dan hal tersebut sering menjadikan orang bertanya tentang konsep filosofis yang melandasi system pendidikan yang sedang terjadi dan dilaksanakan saat ini, dan juga konsep operasionalnya yang terus dikaji dan dikritik serta
diperbarui agar tetap relevan dan juga up to date dengan perkembangan manusia yang terjadi pada masa sekarang ini.
Situasi itulah mendorong para pemikir islam memikirkan Kembali struktur atau format Pendidikan islam untuk melakukan upaya pembaharuan. Syed Naquib Al-Attas yang selanjutnya disebut Al-Attas adalah salah satu dari banyak pemikir islam yang kompeten keilmuannya. Beliau termasuk pemikir muslim kontemporer yang memiliki concern tinggi terhadap kemunduran peradaban umat Islam dan memiliki konsep pendidikan yang dipandang fundamental (Hidayat and Mulyanto 2023). Dengan merumuskan konsep pendidikan dengan istilah Ta’dib yang berbeda dengan konsep-konsep yang sudah dipandang popular (tarbiyah dan ta’lim). Tujuan dari tulisan ini adalah menekankan pemikiran Al-Attas yang dianggap berbeda dengan istilah penddikan yang sudah popular dengan merumuskan konsep pendidikan dengan istilah ta’dib.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Biografi Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Syed Naquib Al-Attas adalah seorang pemiki dan ilmuan besar kelahiran di bogor, 5 September 1931. Ayahnya bernama Ali, sedangkan kakeknya bernama Al-Habib Abdullah Ibn Muhsin Al-Attas, seorang ulama besar di Bogor yang sanagt besar pengaruhnya di Indonesia. Dia akrab dengan sebutan Habib Empan Bogor. (Hidayat and Mulyanto 2023).
Al-attas memiliki nama lengkap Syed Muhammad Naquib bin Abdullah bin Muhsin Al-attas.
silsilah keluarganya bisa dilihar melalui sisilah sayyid dalam keluarga Ba’Alawi di Hadramaut dengan silsilah sampai pada Imam Husein, cucu Nabi Muhammad Saw.
Neneknya Ruqayah Hanum adalah wanita Turki berdarah aristocrat yang menikah dengan Ungku Abdul Majid, adik Sultan Abu Baka Johor yang menikah dengan adik Ruqayah Hanum, Khadijah yang kemudian menjadi ratu Johor. Setelah Ungki Abdul Majid meninggal, Ruqayah menikah lagi dengan Syed Abdullah Al attas dan dilkarunia anak bernama Syed Ali Attas.
Ibunnya al-Attas bernama Syarifah Raquan al-Aydarus. Dia merupakan keturunan ningrat di daerah Sunda. Diantara kakek moyang al-Attas dari jalur ibunya ada yang menjadi ulama besar, yaitu Syed Muhammad al-Aydarus. Dia adalah guru dan pembimbing spiritual Syed Abu Hafs Umar ba Shaiban dari Hadramaut yang berperan membawa ulama terkemuka Melayu, Nurrudin Ar-Raniri, masuk tarekat Rifaiyah.
Ketika mendapatkan gelar Sarjana, al-Attas telah menulis dua buah buku. Pertama Rangkaian Rubaiyyat dan buku kedua adalah some aspect of sufism as understood and practiced among the
malays. Dari buku kedua ini, al-Attas kemudian mendapat beasiswa selama tiga tahun dari kerajaan Kanada untuk belajar di Institut of Islamic Studies, yang di dirikan oleh Wilfred C antwell Smith di McGill University Montreal. Pendidikan tingginya berlanjut di School of Oriental and Afican Studies (SOAS), London University. Pada tahun 1965 al-Attas berhasil mendapatkan predikat comlaude.(Hendratno and Nuraida 2023) Jika dibuat klasifikasi, maka secara umum karya-karya al-Attas itu terbagi menjadi 5 bidang keilmuan :
a. Filsafat : seperti Prolegomena to the Metaphisics of Islam, The Degree of Exixtence dan karya terbarunya On Justice and the Nature of Man.
b. Tasawuf; seperti The Misticism of Hamzah Fansuri, Raniri and the Wujudiyah of 17th Century Acheh, dan The Positif Aspect of Tasawuf.
c. Sejarah dan Kebudayaan; seperti Islam dan Sejarah Kebudayaan Melayu, the historical Fact and Fiction.
d. Sastra ; seperti Rangnkaian Rubaiyat dan the Origin of Malay Shair.
e. Pendidikan ; seperti the Concept of Education in Islam, Aim and Objectives of Islamic Education.
B. Konsep Ta’dib Dalam Pendidikan Islam
Ta’dib berasal dari akar kata “Adab”. “Adab” merupakan satu konsep kunci yang digunakan Al-Attas yang pada hakikatnya merupakan inti pendidikan dan proses pendidikan. Menurutnya, konsep ini saja sudah cukup memadai dan tepat untuk menunjukkan pendidikan, karena konsep kunci ini memang mengenalkan dirinya sebagai
"sesuatu" di dalam ilmu yang merupakan pengetahuan tentang tujuan mencarinya. Adab yang dimaksud al-Attas adalah ilmu tentang tujuan mencari pengetahuan itu sendiri. Ilmu di sini didefinisikan al-Attas sebagai sampainya makna segala sesuatu pada jiwa seorang penuntut ilmu. Adapun makna, sebagaimana dikutip oleh Ismail Fajri Alatas, telah didefinisikan oleh al-Attas: "Pemahaman akan tempat yang benar bagi segala sesuatunya di dalam sistem yang terjadi pada saat relasi sesuatu hal dengan yang lainnya dalam sistem menjadi jelas dan dimengerti". Dengan kata lain, memahami posisi diri sendiri dan segala wujud yang ada dalam tatanan tingkat wujud.(Mulyo et al. n.d.)
Dikutip dari Agus Hendratno, Naquib Al-Attas mendefinisikan pendidikan Islam sebagai: pengenalan dan pengakuan, yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keperiadaan.(Hendratno and Nuraida 2023)
Menurut al-Attas yang di kutip dari Wasuti menyebutkan bawasannya pembelajaran dan proses mempelajari ketrampilan yang berupa sains-sains kemanusiaan, alam, terapan atau yang lainnya belum bisa dikatakan sebagai pendidikan yang sebenarnya jika belum ada "sesuatu" (adab) di dalamnya.(Mulyo et al. n.d.) Dengan demikian, adab di sini berhubungan erat dengan ilmu, karena adab menjadi prasyarat dalam proses penularan ilmu. Ilmu tidak bisa diajarkan atau ditransfer kepada anak didik kecuali jika orang tersebut memiliki adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, menurutnya, adab menjadi salah satu konsep yang paling utama untuk menguraikan konsep pendidikan yang khas Islam. Adab dalam kerangka pendidikan, merupakan unsur terpenting yang melekat dalam kandungan suatu pendidikan. Menurutnya, konsep ini sudah cukup memadai dan tepat untuk menunjukkan pendidikan.
Dari sedikit pemaparan tersebut, Al-Attas lebih memilih menggunakan istilah ta’dib dari pada tarbiyah atau ta’lim, karena istilah itu sudah mengandung arti ilmu (pengetahuan), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan (tarbiyah). Menurutnya ta’dib dapat mencakup beberapa aspek penting dari Pendidikan seperti ilm (ilmu), adl (keadilan), hikmah (kebijaka), amal (Tindakan), haqq (kebenaran), nutq (nalar), nafs (jiwa), qalb (hati), aql (pikiran), maratib dan derajat. (Hidayat and Mulyanto 2023)
Dikutip dari Susanti, Al-Attas mengatakan bahwa pengajaran dalam mempelajari ketrampilan betapapun ilmiahnya tidak dapat diartikan sebagai pendidikan bilamana di dalamnya tidak ditanamkan sesuatu, seperti yang ia tulis: There is a something in knowledge which if it is not inculcated will not make its teaching and learning and assimilation an education.(Susanti 2020). Kemudian beliau menegaskan bahwa sesuatu yang harus ditanamkan dalam Pendidikan tersebut adalah ilmu tentang tujuan mencarinya yang terkandung dalam konsep adab.Bahwa unsur fundamental yang berhubungan dengan konsep pendidikan Islam adalah penanaman adab, karena dalam pengertian yang meliputi semuanya dimaksudkan sebagai mencakup kehidupan spiritual dan material manusia yang memberikan sifat kebaikan yang dicarinya.
Syed M. Naquib Al-Attas melihat bahwa adab telah banyak terlibat dalam sunnah Nabi dan secara konseptual ia terlebur bersama ilmu dan amal. Dalam literatur Islam disebutkan sebuah hadits berikut:
ىبِـيْدِأْتَ نَسَحْاَ ىبِّرَ ىنِبِّدِأَ
Artinya : “Tuhanku telah mendidikku, maka ia menjadikan pendidikanku menjadi baik”(HR.Ibnu Hibban)
. نِآرْـقُلاَ تِوَلاَـتَوَ هِتِـيْبِّ لِآ بِّحْوَ مْكُيْـبِنَ بِّحْ &لِاـصَحْ ثِلاَثَ ىلَـعَ مْكُدِلاَوَأَ اَوْـبِّدِأَ , :
هِـئِآيْـبِنَأَ عَمَ هِـ4لَظِ لاَإِ لَّـظِ لاَ مَوْـيْ هِلَلاَ شِرْـعَ لَّـظِ ىفِ نِآرْـقُلاَ ةَلاـمَحْ نِإِفِ
هِـئِآيْـفِصْأَوَ
Artinya : “Didiklah anak-anakmu dalam tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarga nabi, dan membaca Al Qur’an. Maka sesungguhnya yang membaca Al Qur’an berada dalam naungan Nya, bersama para Nabi dan orang-orang Suci” (HR. Dailami)
Dengan demikian, pendidikan sebagaimana didefinisikan oleh al-Attas di atas merupakan suatu usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik ke arah kehidupan yang layak, bahagia dan sejahtera di dunia dan di akhiratnya. Karena dalam pandangan al-Attas pendidikan Islam itu harus terlebih dahulu memberikan pengetahuan kepada peserta didik berupa pengetahuan tentang manusia sebelum pengetahuan-pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, setelah manusia mengetahui tentang dirinya dan mengenali akan posisinya dalam tatanan kosmik lewat proses pendidikan, ia diharapkan dapat mengamalkan ilmunya dengan baik di masyarakat berdasarkan nilai yang sesuai dengan ketentuan Allah Swt maupun yang berlaku di masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, pencarian, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat dilaksanakan dalam kerangka ibadah guna kemaslahatan manusia.(Mulyo et al. n.d.)
C. Konsep Pendidikan Adab di Lembaga Pendidikan Islam
Jika dilihat dari paparan di atas tentang konsep ta’dib dalam pendidikan Islam, tampaknya al-Attas lebih menekankan pada aspek individu, tetapi tidak berarti mengabaikan terbentuknnya masyarakat yang ideal, sebagaimana yang ditulisnya: “Tujuan ilmu pengetahuan adalah melahirkan manusia yang baik, kami tidak bermaksud untuk melahirkan masyarakat yang baik. Karena masyarakat terdiri dari individu yang melahirkan seseorang pada gilirannya akan melahirkan masyarakat yang baik.
Pendidikan adalah (pembuat) struktur masyarakat”. Artinya, tujuan pendidikan yang dikemukakan al-Attas adalah menciptakan manusia atau individu yang baik (good man).
(Ahmad 2021)
Menurut Abu Muhammad Iqbal dikutip dari Ahmad menyebutkan, bawasannya tujuan pendidikan Islam yang dikonsepkan oleh al-Attas di atas pada dasarnya sama dengan tujuan Islam itu sendiri, yaitu menciptakan al-insan al-kamil (manusia paripurna). Konsep ini sejalan dan sesuai dengan diciptakannya manusia di mana ia membawa dua misi, yaitu pertama sebagai hamba Allah dan kedua sebagai khalifatullah. Artinya, yang dimaksudkan oleh al-Attas dengan manusia atau pribadi yang baik dalam konsep Islam itu sendiri disebut sebagai al-Insan al-kamil (manusia paripurna). Insan Kamil yang dimaksud adalah manusia yang bercirikan: pertama, manusia yang seimbang, memiliki keterpaduan dua dimensi kepribaian, yakni: (a) dimensi isoterik-vertikal, artinya tunduk dan patuh kepada Allah, dan
(b) dimensi eksoterik, ialektikal, dan horizontal, artinya membawa misi keselamatan bagi lingkungan sosial alamnya. Kedua, manusia seimbang dalam kualitas pikir, zikir, dan amalnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh al-Attas sangat erat hubungannya dengan ajaran Islam itu sendiri.(Ahmad 2021)
Al-Ghazali menegaskan bahwa, “tujuan pendidikan” adalah mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlaq, di mana fadhilah/keutamaan dan taqarrub kepada Allah merupakan tujuan yang paling penting dalam pendidikan. Jadi, beberapa uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa konsep ta’dib dalam pendidikan Islam adalah melahirkan manusia yang beradab, yaitu manusia yang mampu mengintegrasikan ilmu, amal, dan akhlak. Ketiga dimensi tersebut dapat mengantarkan manusia pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam aktifitas pendidikan, aspek moral/akhlak sangat signifikan dalam proses pengembangan pendidikan Islam, lebih- lebih di era milenial saat ini. Tidak hanya ditujukan kepada peserta didik, guru di ruang-ruang pendidikan harus memiliki tigas aspek penting, salah satunya adalah akhlaq wa suluk (shalih dan berakhlak mulia).(Tijani 2020)
Implikasinya konsep ta’dib dalam pendidikan Islam yakni diarahkan untuk menghasilkan manusia-manusia seimbang yang pandai dan cerdas, yang memiliki moral
“Anggun” dan akhlakul karimah, serta memiliki iman dan takwa yang tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga dapat membawa manusia pada kehidupan yang baik atau kebahagiaan duniawiyah dan ukhrawiyah. Dengan bahasa berbeda, ia menghasilkan manusia dengan ilmu dan teknologi modern yang lebih mengutamakan kepada upaya meningkatkan kemampuan berilmu pengetahuan dan berteknologi dengan iman dan takwa kepada Allah sebagai pembimbing dan pengendalinya.
KESIMPULAN
Konsep ta’dib dalam pendidikan Islam menurut perspektif al-Attas adalah
proses penanaman adab. Adab yang dimaksud al-Attas sendiri adalah ilmu tentang tujuan mencari pengetahuan itu sendiri. Ilmu di sini didefinisikan al-Attas sebagai sampainya makna segala sesuatu pada jiwa seorang penuntut ilmu. Dalam kalimat yang lain, dapat dikatakan bahwa penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi pertimbangan nilai-nilai moral dan ajaran agama. Konsep karena konsep ta’dib dalam pendidikan Islam, menurut al-Attas, adalah berfungsi untuk menghasilkan manusia- manusia seimbang yang pandai dan cerdas, yang memiliki moral dan akhlak yang baik, serta memiliki iman dan takwa yang tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga dapat membawa manusia pada kehidupan yang baik atau kebahagiaan, tidak hanya di
dunia, tetapi juga di akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdiyantoro, Restu, Novita Sari, Amrullah Amrullah, and Fakhruddin Fakhruddin. 2024.
“Pemahaman Guru Pada Konsep Tarbiyah, Ta’lim, Dan Ta’dib Dalam Pembelajaran Untuk Pembentukan Karakter.” Indonesian Journal of Innovation Multidisipliner Research 2(2): 11–20. doi:10.31004/ijim.v2i2.74.
Ahmad, Ahmad. 2021. “Konsep Ta’dib Syed Muhammad Naquib Al-Attas Dan
Implikasinya Dalam Pendidikan Islam.” AN NUR: Jurnal Studi Islam 13(1): 32–50.
doi:10.37252/an-nur.v13i1.98.
Hendratno, Agus, and Dede Nuraida. 2023. “Pemikiran Pendidikan Syed Muhammad Naquib Al-Attas.” 1(1): 14–37.
Hidayat, Muhtar, and Mulyanto Mulyanto. 2023. “Konsep Ta’dib Menurut Naquib Al- Attas Dalam Pendidikan Islam.” Tsaqofah 4(2): 865–78.
doi:10.58578/tsaqofah.v4i2.2414.
Maulindah, Dela. 2024. “Tarbiyah , Ta ’ Lim , Ta ’ Dib : Pilar Pendidikan Islam Dalam Membentuk Generasi Berkarakter.” 2(6): 15–25.
Mulyo, Sumber, Sungai Bahu, Sungai Bahu, and Muaro Bahu. “Konsep Ta’dib Dalam Pendidikan Islam.” : 1–19.
Susanti, Salamah Eka. 2020. “Epistemologi Pendidikan Islam: Melacak Akar Pemikiran Syed. M. Naquib Al-Attas.” Al-Fikru: Jurnal Pendidikan dan Sains 2(1): 75–89.
Tijani, A. 2020. “Guru Millenial Dalam Perspektif Pendidikan Islam.” AN NUR: Jurnal Studi Islam X: 119–36. https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur/article/view/85.
9