KONTINER DAN PERTUMBUHAN SEMAI (Laporan Praktikum Silvikultur)
Oleh
Syari Mela Simanjuntak 2114151033 Kelompok 4
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Membuat bibit adalah pekerjaan mudah apalagi jika tujuannya hanya sekedar menumbuhkan bibit. Namun pertanyaan yang akan muncul adalah apakah bibit yang dihasilkan tersebut dapat menjamin keberhasilan penanaman di masa datang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tidak sedikit orang yang mengalami kegagalan penanaman akibat kesalahan saat proses pembibitan seperti kesalahan pengadaan benih yang tidak jelas mutu genetiknya, penyimpanan benih, penyemaian benih, penyiapan media tumbuh tanaman, penyapihan, pemeliharan bibit di persemaian, hingga tidak dilakukannya seleksi bibit untuk memenuhi kriteria bibit siap tanaman. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat menyebabkan tidak terpenuhinya tujuan penanaman yang diakibatkan oleh matinya tanaman sebelum berproduksi, pertumbuhan tanaman yang merana di lapangan, rendahnya produksi tanaman, hingga tidak berproduksinya tanaman. Kegagalan tanaman ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya kriteria bibit berkualitas sehingga menyebabkan kerugian waktu, tenaga dan biaya (Rahman, 2018).
Bibit berkualitas dicirikan oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di lapangan, sehat dan seragam. Oleh sebab itu bibit yang akan ditanam harus memenuhi mutu genetik benih dan mutu fisik fisiologis bibit. Mutu genetik benih berkaitan dengan faktor bawaan yang ditentukan oleh komposisi gen benih, adapun mutu fisik fisiologis bibit menginformasikan tentang kondisi fisik bibit, antara lain: kondisi batang, kesehatan bibit, tinggi, diamater dan kekompakan media. Mutu benih dan mutu fisik fisiologis bibit akan menentukan kualitas tanaman/tegakan pohon di masa datang. Kesalahan dalam menyiapkan persyaratan mutu tersebut akan menyebabkan kegagalan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya akan
menentukan keberhasilan penanaman di masa datang. Dengan demikian jelas bahwa bibit berkualitas merupakan salah satu faktor penting yang akan turut menentukan keberhasilan penanaman dan manfaat yang diharapkan dari suatu kegiatan penanaman (Nabil, 2021).
Menurut Ismail et al (2021), bibit berkualitas dapat disediakan jika serangkaian kegiatan pembibitan dipenuhi dengan baik dan benar, mulai dari: (i) Pengadaan benih (bagaimana asal usul genetik benih, cara pengumpulan benih, penyimpanan benih, perlakuan benih hingga teknik penyemaian benih); (ii) Penyiapan media tumbuh bibit (komposisi media tumbuh, perbaikan sifat kimia dan fisik media tumbuh, pemanfaatan pupuk organik dan hayati); (iii) Terpenuhinya persyaratan persemaian (ketersediaan air, lokasi, tenaga kerja dan keamanan); (iv) Teknik pembibitan baik secara generatif maupun vegetative (penyapihan, pemeliharaan dan seleksi bibit). Oleh karenanya dibutuhkan sebuah manual yang setidaknya dapat menyajikan materi secara utuh untuk memberikan pengetahuan tentang teknik pembibitan tanaman yang berkualitas dan mudah dipraktikkan di lapangan.
Salah satu aspek terpenting dalam pertumbuhan semai adalah menentukan kontiner. Kontainer semai adalah wadah khusus yang digunakan untuk menanam benih atau bibit tanaman dalam kondisi awal pertumbuhan. Kontainer semai biasanya berbentuk pot atau wadah berukuran kecil yang dapat menampung tanah atau substrat tanam serta memberikan ruang yang cukup bagi akar untuk tumbuh.
Penting untuk memilih kontainer semai yang sesuai dengan jenis tanaman yang Anda ingin tumbuh dan memperhatikan faktor-faktor seperti ukuran, drainase, dan bahan kontainer. Selain itu, perawatan yang tepat, seperti penyiraman yang cukup, pemupukan, dan pemantauan kelembaban tanah, juga penting untuk memastikan pertumbuhan yang sehat dalam kontainer semai (Novaida, 2019).
I.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiwa mampu untuk mengetahui pengaruh kontiner terhadap pertumbuhan semai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kontiner
Kontiner diperuntukkan dalam mempersiapkan semai agar memiliki kondisi yang optimal pada saat akan ditanam di media tumbuh. Kontiner semai adalah wadah atau pot khusus yang digunakan untuk menanam benih atau bibit tanaman pada tahap awal pertumbuhan. Kontainer semai biasanya terbuat dari plastik, keramik, atau bahan lain yang cocok untuk menampung substrat tanah dan memberikan ruang yang cukup bagi akar untuk berkembang. Penggunaan kontainer semai dapat memberikan kendali yang lebih baik atas pertumbuhan tanaman pada tahap awal dan meningkatkan kesuksesan penanaman di tanah terbuka. Pemilihan kontiner sebagai pertumbuhan semai penting untuk dipertimbangkan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan kontiner yaitu bahan dasar kontiner, harga dan bentuk kontinernya (Nurlaelih, 2019).
2.2 Fungsi Kontiner
Penetapan penggunaan kontainer dalam penyiapan bibit harus dipertimbangkan secara matang, karena ini berkaitan dengan biaya operasional.
Pertimbangan tersebut meliputi kondisi bibit, kemudahan pengemasan, biaya transportasi, dan nilai ekonomisnya. Kontainer memiliki fungsi biologis dan fungsi operasional dalam konteks pertanian atau pertumbuhan tanaman. Fungsi biologis kontainer berfokus pada memfasilitasi pertumbuhan dan perlindungan tanaman. Sedangkan fungsi operasional kontainer berkaitan dengan kemudahan penggunaan dan manajemen lingkungan tumbuh. Kedua fungsi tersebut saling melengkapi dan membantu mencapai pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif (Tando, 2018).
2.3 Kelebihan Penggunaan Kontiner
Kontainer semai memiliki beberapa keuntungan (Yurlisa, 2018), antara lain:
1. Pengendalian lingkungan: Dengan menggunakan kontainer semai, Anda dapat mengatur lingkungan pertumbuhan, seperti suhu dan kelembaban, untuk memenuhi kebutuhan spesifik tanaman pada tahap awal. Ini memungkinkan Anda untuk menciptakan kondisi yang lebih ideal dan mengurangi risiko terhadap faktor lingkungan yang tidak menguntungkan.
2. Perlindungan dari gangguan eksternal: Kontainer semai memberikan perlindungan terhadap serangan hama, penyakit, dan cuaca yang buruk pada tahap awal pertumbuhan. Tanaman akan lebih terlindungi dari serangan hama dan dapat tumbuh lebih kuat sebelum ditanam di luar.
3. Memperpanjang musim tanam: Dengan menggunakan kontainer semai, Anda dapat memulai pertumbuhan tanaman lebih awal di dalam ruangan atau rumah kaca. Ini memungkinkan Anda untuk memanfaatkan periode tumbuh yang lebih panjang dan memperoleh tanaman yang lebih matang sebelum musim tanam dimulai di luar.
4. Mobilitas: Kontainer semai dapat dengan mudah dipindahkan ke tempat yang lebih baik atau sesuai dengan kebutuhan tanaman. Anda dapat mengatur posisi kontainer semai agar mendapatkan paparan cahaya yang optimal atau menghindari kondisi yang tidak menguntungkan.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum Silvikultur dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Maret 2023 pukul 15.00-17.50 WIB di Lab. Silvikultur, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
3.2 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bibit mahoni, media tumbuh terdiri dari tanah, sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1, macam-macam kontiner dari ukuran kecil, sedang dan besar dan gelas plastic kemasan, dan alat penyiram.
3.2 Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : a. Siapkan media tumbuh campuran tanah: sekam: pupuk kendang = 1:1:1 b. Siapkan kantong plastik dengan ukuran kecil, sedang, besar dan gelas plastik
kemasan, yang sudah dilubangi bagian bawahnya dengan ulangan masing- masing 5 kali.
c. Masukkan media tumbuh ke dalam kontiner yang sudah disiapkan
d. Sapih dan tanamlah semai dari bak perkecambahan ke dalam media tumbuh yang sudah disiapkan.
e. Siramlah media tumbuh pada berbagai kontiner tersebut. Penyiraman dilakukan setiap hari.
f. Amati dan ukurlah tinggi semai seminggu sekali sampai semai berumur 1 bulan.
g. Tuliskan hasil pengamatan tersebut pada tabel yang tersedia h. Pada akhir pengamatan hitunglah persen jadinya.
i. Bandingkanlah hasil pengamatan Anda dari macam-macam kontiner.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil pengamatan kontiner dan pertumbuhan semai selama satu bulan.
Perlakua n
Tinggi semai (cm) pada minggu ke
Rata-rata Keterangan
1 2 3 4
K1-1 25 cm 25,3 cm 25,3 cm 25,6 cm 25,3 cm Hidup K1-2 22 cm 22,1 cm 22,3 cm 22,7cm 22,2 cm Hidup K1-3 13 cm 13,4 cm 13,7 cm 14,1 cm 13,5 cm Hidup K1-4 16 cm 16,1 cm 16,3 cm 16,4 cm 16,2 cm Hidup Rata-rata 19 cm 19,2 cm 19,4 cm 19,7 cm 19,3 cm Hidup
4.2 Pembahasan
Pengamatan kontiner dan pertumbuhan dilakukan selama 4 minggu.
Pengamatan kontiner dan pertumbuhan semai dilakukan dengan pengulangan sebanyak 4 kali dan semai yang digunakan adalah mahoni (Swietenia mahagoni).
Hasil yang didapatkan yaitu; K1-1 dengan rata-rat 25,3 cm, K1-2 dengan rata-rata 22,2 cm, K1-3 dengan rata-rata 13,5 cm, dan pengulangan terakhir yaitu K1-4 dengan rat-rata 16,2 cm. Dari ke-4 pengulangan yang telah dilakukan, yaitu K1-1;
K1-2; K1-3; dan K1-4 dengan menggunakan semai mahoni (Swietenia mahagoni) didapatkan rata-rata total berturut-turut yaitu 19 cm; 19,2 cm; 19,4 cm; 19,7 cm, dan 19,3 cm dan semua semai dinyatakan hidup (100% hidup).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan akar bibit, kontainer yang baik harus memiliki beberapa karakteristik penting, diantaranya drainase yang baik, ukuran yang sesuai, transparansi, bahan yang ramah terhadap akar dan mobilitas.
Beberapa contoh bentuk kontainer yang umum digunakan untuk pertumbuhan dan akar semai adalah pot plastik dengan lubang drainase di bagian bawah, pot tanah
liat, tray bibit dengan sel individu untuk masing-masing bibit, atau kantong tanam (grow bag) yang terbuat dari bahan khusus yang memungkinkan pertumbuhan akar yang baik. Hal penting penting untuk memperhatikan kebutuhan spesifik tanaman yang Anda tanam. Beberapa tanaman mungkin memiliki preferensi kontainer tertentu, tergantung pada sistem akar mereka dan kebutuhan air (Husani, 2015).
Kontainer memiliki fungsi biologis dan fungsi operasional dalam konteks pertanian atau pertumbuhan tanaman. Fungsi biologis kontainer berfokus pada memfasilitasi pertumbuhan dan perlindungan tanaman. Sedangkan fungsi operasional kontainer berkaitan dengan kemudahan penggunaan dan manajemen lingkungan tumbuh. Kedua fungsi tersebut saling melengkapi dan membantu mencapai pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif. Penggunaan kontainer dari pada kantong plastik memiliki beberapa kelebihan, terutama dalam konteks pertumbuhan tanaman karena kontainer memang didesain untuk mendukung pertmbuhan tanaman secara optimal. Pembibitan tanpa kontainer memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan diantaranya penyebaran akar yang terbatas, kesulitan dalam pemindahan, risiko infeksi tanah dan hama, dan control nutrisi yang tidak optimal (Permana, 2016).
V. KESIMPULAN
Dari praktikum kontiner dan pertumbuhan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan seperti berikut:
1. Kontiner semai adalah wadah atau pot khusus yang digunakan untuk menanam benih atau bibit tanaman pada tahap awal pertumbuhan.
2. Dari 4 minggu pengamaatan dengan 4 kali pengulangan yang telah dilakukan, yaitu K1-1; K1-2; K1-3; dan K1-4 dengan menggunakan semai mahoni (Swietenia mahagoni) didapatkan rata-rata total berturut-turut yaitu 19 cm;
19,2 cm; 19,4 cm; 19,7 cm, dan 19,3 cm dan semua semai dinyatakan hidup (100% hidup).
3. Kontainer memiliki fungsi biologis dan fungsi operasional dalam konteks pertanian atau pertumbuhan tanaman. Fungsi biologis kontainer berfokus pada memfasilitasi pertumbuhan dan perlindungan tanaman. Sedangkan fungsi operasional kontainer berkaitan dengan kemudahan penggunaan dan manajemen lingkungan tumbuh.
4. Kontiner memiliki beberapa kelebihan dari pada penggunaan kantong plastik diantaranya sebagai pengendalian lingkungan, perlindungan dari gangguan eksternal, dan mobilitas yang optimal.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Husaini, H., dan Lenie, M. 2015. Aplikasi pupuk kandang kotoran sapi pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frustescens L.) di lahan rawa lebak. Jurnal Ilmiah Pertanian. 42(1): 1-7.
Ismail, A. Y., dan Adhya, I. 2021. Perberdayaan Kelompok Masyarakat Melalui Ekplorasi Benih Pohon Hutan di Desa Karangsari Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Empowerment: Jurnal Pengabdian Masyarakat. 4(01): 34-41.
Nabil, N. 2021. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Memilih Benih Melon Hibrida Di Kabupaten
Probolinggo (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).
Novaida, R., Susatya, A., dan Yansen, Y. 2019. Respon Pertumbuhan Semai Nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.) Dalam Bio Container Dari Serat Limbah Sawit. Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, 8(2), 99-108.
Nurlaelih, E. E., dan Damaiyanti, D. R. R. 2019. Urban farming untuk ketahanan pangan. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Permana, A. Y., Soetomo, S., Hardiman, G., dan Buchori, I. 2016. Transformasi Gubahan Ruang: Pondokan Mahasiswa di Kawasan Balubur Tamansari Kota Bandung (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Rahman, S. 2018. Membangun pertanian dan pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Deepublish. Jakarta.
Tando, E. 2019. Pemanfaatan teknologi greenhouse dan hidroponik sebagai solusi menghadapi perubahan iklim dalam budidaya tanaman
hortikultura. Jurnal Sains. 19(1): 91-102.
Yurlisa, K., dan Susanti, M. M. 2018. Sertifikasi Produk Pertanian Organik:
Teori dan Praktiknya. Universitas Brawijaya Press. Malang.
LAMPIRAN
Gambar 1. Dokumentasi penanaman
Gambar 2. Dokumentasi hasil penanaman
Gambar 3. Dokumentasi pengamatan