Kontrol Orang Tua Terhadap Remaja yang Berperilaku Menyimpang (Studi terhadap Perkelahian Remaja di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang
Provinsi Sumatera Barat)
ARTIKEL
Oleh:
VERA MAGNANI RAFERNA NPM:11070176
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2016
Kontrol Orang Tua Terhadap Remaja yang Berperilaku Menyimpang (Studi terhadap Perkelahian Remaja di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang
Provinsi Sumatera Barat)
Vera Magnani Raferna1 Dra. Fachrina, M.Si2 Sri Rahmadani, M.Si3 Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
Teen-Age represent period of transition of children to adult. In a period of this natural child very change quickly, including the change in cognate aspect, social and emotion. A period to this natural child growth and a period to growth of physical and also psychical growth of him. At period of this transition often cause various problem of like behavior digress. Adolescent mischief represent symptom deviation of caused by behaviour failure of x'self control systems which is later;then channelled to through deed which digressing. This matter happened effect of negligence of old fellow in educating its childs, continuous control inexistence and also its flower do not self- discipline. Target of this research is to family background mendeskripsikan having behavioral adolescent of me digress and forms mendeskripsikan control old fellow to my behavioral child digress.Theory which is used in this research is social control by Joseph S. Raucek. As for this research use approach qualitative, informan in this research is adolescent which old age my behavioral 13-21 year digress, and technique election of informan use sampling purposive whereas data collecting through observation, document study and interview. Data analysis use model of Milles and of Huberman.From conducted research, researcher find that if seen from old fellow background, like education of work and also production of old fellow result the lack of old fellow control, so that the lack of attention and affection cause behavioral child of me digress. To be seen from forms control old fellow where divided to become two that is 1. Preventif, preventive before happened like socialization, observation, and education 2. Represif, returning situation become kondusif return like Exhortation and penalization
Keyword : Control, Deviation, Preventif, Represif
¹ Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat angkatan 2011
² Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
³Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
PENDAHULUAN
Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama, kemudian keluarga juga diartikan sekumpulan orang yang hidup bersama dan tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasa adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Suhendi dan Ramdani, 2001: 22-41). Sejalan dengan pengertian di atas keluarga juga dipahami sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Gunarsa, 2000:36).
Secara umum keluarga mempunyai beberapa fungsi, diantaranya fungsi biologis, sosialisasi anak, afeksi, edukatif, relegius, protektif, rekreatif dan ekonomi (Suhendi dan Ramdani, 2001:45). Dalam menjalankan fungsi ini sangatlah dibutuhkan peranan dari orang terdekat yaitu orang tua, terutama ibu yang merupakan orang yang pertama dikejar anak di dalam memberikan perhatian dan kasih sayang penuh, dibandingkan ayah. Hal ini karena ayah lebih banyak berada di tempat kerja yang bertanggung jawab dalam menafkahi istri dan anak untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya (Sobur, 1991:34).
Perkembangan sosial anak remaja dipengaruhi oleh proses sosialisasi dalam keluarga. Remaja dalam keluarga yang ideal yaitu apabila fungsi biologis, sosialisasi anak, afeksi, religius, protektif, rekreatif, dan ekonomi yang terdapat dalam sebuah keluarga dapat berjalan dengan baik.
Dimana tugas atau fungsi orang tua harus dijalankan agar anak tidak merasa dirinya berbeda dengan yang lain. Seperti keluarga bertugas membesarkan anak dan memenuhi segala kebutuhan dan mampu merawat semua anggota keluarga. Memberikan kasih sayang dan menciptakan rasa aman terhadap anak, memberikan pendidikan serta melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anak merasa nyaman di dalam keluarga , dan mampu berkomunikasi atau berinteraksi dengan seluruh anggota keluarganya (Suhendi dan Ramdani, 2001:45-47).
Remaja atau adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa, dimana mempunyai arti yang lebih mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Selain perubahan fisik remaja juga mengalami perubahan secara psikologi.
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Hurlock, 1992:32).
Remaja yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Jika dilihat sebagai anggota suatu kelompok, remaja yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan remaja yang kurang pandai bereaksi.
Seseorang dikatakan remaja apabila perilakunya dapat diterima secara sosial, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Mampu menyesuaikan perilakunya sehingga dapat diterima dimasyarakat, serta mampu bersosialisasi dengan lingkungan sosial http://bloqspot.com.remajaideal/2015/01/11
Berdasarkan observasi peneliti di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX, terdapat keluarga yang belum menjalankan beberapa fungsi keluarga dengan baik seperti fungsi afeksi, ekonomis, religius, dan sosialisasi.
Lemahnya kontrol yang diberikan orang tua terhadap anak. Dimana orang tua tidak memberikan kasih sayang sepenuhnya terhadap anak. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, tidak adanya nilai agama yang ditanamkan oleh orang tua terhadap anak. Orang tua yang sibuk bekerja seharian, sehingga anak tidak terkontrol di rumah. Tidak adanya aturan yang ketat dari orang tua, sehingga anak merasa berbeda dengan anak yang lain atau tersisihkan dari keluarga maupun lingkungan sosialnya.
Anak tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar atau berinteraksi dengan baik, sehingga anak mencari perhatian di luar lingkungan keluarga, seperti teman sebaya, menciptakan sebuah geng dan bertindak menyimpang, mencari kesibukan tanpa menghiraukan baik buruk tindakan yang ia lakukan sehingga anak berperilaku menyimpang.
Melihat kondisi di atas apabila anak didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif maka akan menjadi pemicu
timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja. Dimana kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang dari norma- norma hukum yang dilakukan oleh remaja (Kartono, 2014:108). Sehinga perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang yang disakitinya.
Di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX, cara orang tua mengontrol perilaku anak yang menyimpang yaitu dengan cara orang tua memberikan anak nasehat-nasehat serta arahan yang membuat anak jera melakukan hal yang sama seperti apabila kita melakukan hal yang sama dan tidak bisa diselesaikan dengan kekeluargaan, maka akan diproses oleh pihak polisi. Selain itu orang tua memberikan hukuman dan teguran kepada anak yang berperilaku menyimpang, seperti tidak boleh keluar rumah, uang jajan dikuranggi, serta batasan-batasan untuk bermain di luar rumah. Hal ini dilakukan orang tua agar anak tidak mengulangi perbuatan yang sama. Dilihat dari peryataan diatas anak di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX, sebagian anak tetap melakukan perilaku menyimpang, hal ini disebabkan karena lemahnya kontrol yang diberikan orang tua dikarenakan factor ekonomi yang menyebabkan orang tua harus bekerja uttuk memenuhi kebutuhan keluarga. Serta kurang berjalannya fungsi orang tua di dalam keluarga, yang menyebabkan anak berperilaku menyimpang.
Dilihat dari jumlah masing-masing jenis tindakan menyimpang yaitu perkelahian yang tertera pada tabel 1,2,dan 3, sebagian cenderung menunjukan peningkatan. Di antara 15 Kelurahan yang ada di Kecamatan Lubuk Begalung, yang tindakan kenakalan remaja yang paling menonjol dari tahun 2012 sampai 2014 adalah perkelahian. Perkelahian merupakan salah satu tindakan kenakalan yang sering terjadi di Kota Padang yang dilakukan oleh remaja di mana pelaku atau perkelahian ini didominasi oleh remaja yang berumur dari 13-21 tahun (Wawancara dengan Pak Nasirwan. SH, Wakil Reskrim).
Berdasarkan data yang peneliti peroleh di Polsek Lubuk Begalung, terdapat beberapa kenakalan remaja. Kenakalan tersebut terlihat di antaranya :
Tabel: 1.2
Angka Kenakalan Remaja di Kelurahan Tanjung Aur Kecamatan Lubuk
Begalung Tahun 2012-2014
Jenis Kriminalitas
Jumlah Kasus
Pertahun Juml
ah 2012 2013 2014 55
Perkelahian 15 18 22 26
Percurian 7 8 11 2
Kejahatan Seksual
1 - 1
Curanmor 5 3 5 13
Jumlah 18 29 39 96
Sumber: Polsek Lbuk Begalung Kota Padang Tahun 2015
Perkelahian merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian menunjukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkelahian antar pelajar ataupun antar remaja melibatkan beberapa orang, baik dalam perkelahian maupun dalam penyerangan. Jadi perkelahian adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang yang dilakukan secara beramai-ramai (massal), baik perbuatan tersebut dilakukan dengan memukul, menendang, menusuk dengan pisau tumpul dan benda tajam yang mana dapat mengakibatkan rasa sakit pada orang lain yang menjadi korban (Kartono, 2014:106).
Di Kecamatan Lubuk Begalung, kelurahan yang tingkat kenakalannya mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai 2014 yaitu Kelurahan Tanjung Aur Nan XX, hal ini terlihat dari data yang didapat dari Polsek Lubuk Begalung.
Dimana Tindakan menyimpang yang mengalami peningkatan di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX yaitu perkelahian. Hal ini terlihat dari data tabel 1.2 dari tahun 2012 sampai 2014 dengan rincian jumlah kasus perkelahian 55 kasus, pencurian 26 kasus, kejahatan seksual dua kasus, curanmor 13 kasus, dalam cakupan wilayah Kelurahan Tanjung Aur Nan XX (wawancara Buk Asna pegawai kelurahan).
Tingkah laku delinkuen (kenakalan) pada umumnya merupakan kegagalan sistem kontrol pada orang tua dan pada diri remaja itu sendiri. Anak-anak remaja yang merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan
perhatian yang cukup dari orang tua mereka akan merasa tersisih dari keluarga.
Sehingga berpengaruh pada kontrol yang diberikan orang tua, dimana anak memilih bergaul dan hidup di luar lingkungan. Anak- anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua selalu merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan tempat berpijak.
Sehingga anak lebih suka berada di luar lingkungan, dengan lingkungan yang bebas dan mendapatkan teman baru sehingga menyebabkan anak ikut dalam tindakan- tindakan kriminalitas seperti perkelahian, pencurian, curanmor dan tindakan lainnya yang menyimpang (Kartono, 2014:59-61).
Keluarga yang gagal memberi kasih sayang dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anaknya. Maka hal ini yang menyebabkan anak-anak masuk ke dalam tindakan menyimpang. Selain itu kondisi keluarga yang kurang harmonis juga pemicu anak atau remaja terjerumus pada tindakan yang menyimpang. Di sini dapat kita lihat bahwa keluarga yang mampu menciptakan kepribadian anak yang baik dimulai dengan sosialisasi yang baik juga, dan tidak lupa menanamkan nilai-nilai agama sehingga terbentuk kepribadian anak sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak. Dimana peran keluarga terutama orang tua membimbing anaknya agar tidak berperilaku menyimpang (Suhendi dan Ramdani, 2001:42-43).
Melihat hal ini mendorong penulis mengangkat masalah tentang “ kontrol orang tua terhadap anak remaja yang berperilaku menyimpang (studi terhadap perkelahian remaja di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang Provinsi Sumatera Barat)”.
METODE DAN JENIS DATA
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dan tipe penelitian ini adalah tipe deskritif. Metode pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling adalah menentukan kriteria orang yang dijadikan informan penelitian. Kriteria pemilihan informan didasarkan atas subjek yang
menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar-benar relevan dan komponen dalam masalah penelitian (Bungin, 2011:108). Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi dokumen. Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data Miles dan Huberman.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Latar Belakang Orang Tua yang Mempunyai Anak Berperilaku Menyimpang
Keluarga adalah tempat atau wadah bagi pembentukan kepribadian atau karakteristik seorang anak dan pertama kalinya seseorang merasakan kehangatan kasih sayang. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh faktor pertalian darah atau keturunan.
Dimana dilihat dari keteladanan dari orang tua atau keluarga, dimana orang tua mempunyai fungsi memberikan anak pendidikan, sosialisasi dimana anak meniru tingkah laku dan tutur kata orang tua dalam bersikap. Selain itu pengaruh dari lingkungan pergaulan, dimana kepribadian anak ditentukan oleh hubungan anak dengan orang lain, serta bagaimana anak berinteraksi dengan teman sebaya atau masyarakat (Suhendi dan Ramdani, 2001:
98-99).
Berikut profil keluarga orang tua yang mempunyai anak berperilaku menyimpang dibawah ini :
1. Keluarga Informan A
Bapak Jeki Herizon berumur 48 tahun dengan pendidikan terakhir pada tingkat SMA. Bapak Jeki berprofesi sebagai supir ngampas di salah satu PT di Kota Padang. Pekerjaan yang dilakukan Bapak Jeki sangatlah menyita waktu, karena Bapak Jeki harus berada di luar kota antara dua sampai tiga hari. Pekerjaan bapak Jeki berlokasi antara Padang dan luar kota seperti pasaman, pariaman, solok, dan dharmasraya.
Hal itu dilakukan Bapak Jeki seminggu sekali, sehingga waktu bersama keluarga tidak cukup banyak, karena Bapak Jeki lebih banyak menghabiskan waktu diluar kota Padang. Bapak Jeki berada dirumah hanya pada saat hari minggu dan tanggal merah,
tetapi pada saat hari libur Bapak Jeki masih kekantor untuk mencek barang di gudang.
Jadi Bapak Jeki bertemu dengan anaknya hanya pada saat malam hari.
Istri Bapak Jeki bernama Yulinar, berumur 42 tahun, selain sebagai ibu rumah tangga Bu Yulinar juga menjual makan basah yang diletakkan di warung-warung terdekat Seperti bakwan, risol,ptu ayu, dll.
Saat pagi Bu Yulinar sudah sibuk memasak barang dagangan yang akan diantar ke warung-warung. Kemudian setelah selesai mengantarkan dagangannya tersebut, Bu Yulinar gunakan untuk beristirahat sekitar pukul 12.00-16.00 WIB. Setelah itu, sekitar pukuk 17.00 Bu Yulinar akan mengambil dagangannya lagi ke warung-warung tersebut.
Bapak Jeki dan Bu Yulianar mempuyai satu orang anak laki-laki yang bernama Angga Feriansyah, berumur 16 tahun. Angga tidak menamatkan pendidikan SMA nya, dan berhenti pada kelas 1 SMA.
Saat ini Angga belum bekerja, dan hanya menghabiskan waktu di rumah dan bersama teman-temannya. Adapun penyebab Angga berhenti sekolah yakni karena Angga sering berkelahi bersama teman-temannya dan mengakibatkan temannya yang lain terluka dan berpengaruh terhadap nilainya di sekolah. Perkelahian yang dilakukan Angga sudah sudah empat kali di tempat yang berbeda-beda seperti sekolah dan luar sekolah, dan pada saat perkelahian yang keempat di kawasan pengambiran Angga melukai temannya dengan menggunakan balok. Saat itu Angga tertangkap polisi karena pada saat kejadian polisi sedang melakukan razia dan Angga dibawa ke kantor polisi beserta dengan teman-temanya untuk diproses di kantor polisi. Pekelahian yang dilakukan Angga saat itu diselesaikan secara kekeluargaan dengan membuat surat perdamaian kedua belah pihak.
Hal ini disebabkan orang tua tidak mampu mengontrol sikap anaknya, serta tidak adanya aturan yang ketat terhadap anak, hal ini disebabkan orang tua yang sibuk bekerja. Sehingga Angga tidak mematuhi nasehat orang tuanya serta aturan yang dibuat orang tuanya yang melarang angga untuk tidak bergaul dengan sebarang teman, tetapi angga tidak mendengarkan nasehat kedua orang tuanya. nasehat atau pengawasan yang diberikan orang tuanya
melalui pendidikan, dan mengajarkan nilai- nilai agama.
2. Keluarga Informan B
Bapak Meldison berumur 54 tahun dengan pendidikan terakhir pada tingkat SMA, Bapak Meldison salah satu pegawai di PT Karet di Kota Padang. Bekerja mulai dari pagi hari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB. Biasanya pada saat jam istirahat Bapak Meldison menyempatkan waktu untuk pulang ke rumah, tetapi itu tidak sering dilakukan, hanya pada waktu jam kosong saja. Pada saat pulang Bapak Meldison hanya bertemu dengan istrinya, sementara anak-anaknya masih berada di luar rumah. Bapak Meldison jarang bertemu dengan anaknya sehingga ia tidak dapat mengawasi bagaimana perilaku anaknya.
Bapak Meldison mempunyai istri bernama Bu Suparni, berumur 45 tahun. Bu Suparni bekerja sebagai pedagang barang harian seperti ember, sapu lemari, dan lain- lain di rumah. Dengan berjualan di rumah Bu Suparni juga dapat mengawasi perilaku anak-anaknya di rumah maupun di luar rumah. Hal ini dilakukan untuk mengontrol perilaku anak-anaknya, selain itu Bu Suparni membuat beberapa aturan seperti pulang sekolah tepat waktu, memilih teman dan menberikan nasehat-nasehat seperti jangan suka berkelahi, mencotoh perilaku yang tidak baik, dan mematuhi semua aturan yang ada dimasyarakat.
Bapak Meldison mempunyai tiga orang anak, dua laki-laki dan satu peempuan. Nama anak pertama Endriko berumur 21 tahun, dan anak kedua bernama Rahmat Tofik berumur 17 dan anak ketiga bernama Shinta berumur 10 tahun. Pada saat kelas 2 SMA, anak bernama Raahmat Tofik berhenti sekolah. Rahmat sering berkelahi dengan teman-temannya, perkelahian itu jugalah yang menyebabkan ia berhenti sekolah karena nilai yang tidak bagus dan jarang masuk sekolah. Berbeda dengan kedua saudaranya, Rahmat termasuk anak yang tidak mau mendengarkan perkataan orang tuanya, dan melakukan perkelahian karena ia mudah terpengaruh dan mudah emosi. Perkelahian tersebut sering dilakukan bersama temannya, sehingga sangat meresahkan warga setempat. Warga yang resah kemudian melaporkannya kepada yang langsung turun tangan dalam menyelesaikan
aduan tersebut dengan membawa Rahmat kekantor polisi.
Rahmat sangat berbeda dengan kakaknya, dimana Rahmat sering tidak mau mematuhi peraturan yang telah dibuat orang tuanya, seperti pulang sekolah tepat waktu, bermain pada waktu-waktu tertentu. Perilaku menimpang yang dilakukan tofik seperti berkelahi sudah sering dilakukannya bersama temannya. Perkelahian tersebut karena tofik mudah terpengaruh dengan perkataan temannya.
3. Keluarga Informan C
Bapak Adullah Sobari, berumur 45 tahun dengan pendidikan terakhir pada tingkat SD, Bapak Abdullah berprofesi sebagai petani. Dimana ia mengarap tanahnya sendiri, penghasilan dari betani tidak menentu karena dilihat dari hasil panennya. Waktu berkerja bapak Abdullah dimulai pada pagi hari sampai sore hari, sekitar pukul 06-00 – 17.00 WIB. Setelah itu pukul 12.00 – 14.00 WIB Bapak Abdullah pulang untuk beristirahat untuk makan siang dan sholat. Sehingga Bapak Abdullah jarang berada di rumah dan mengawasi kegiatan anak-anaknya. Bapak Abdullah bertemu dengan anak hanya pada saat istirahat dan malam hari disaat anak pulang bermain bersama teman-temanya di luar rumah.
Istri Bapak Abdullah bernama Bu Eti Laila, berumur 43 tahun, dimana Bu Eti berprofesi atau bekerja sebagai pedagang kue atau makanan ringan seperti sosis, snack, dan lain-lain di rumah. Kesibukkan Bu Eti yang berjualan di rumah untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan keluarga, Bu Eti sering melalaikan tugasnya sebagai seorang ibu seperti menjaga dan mengurus anaknya. Bu Eti sibuk mengurus dangangan yang menyebabkan Bu Eti kurang memperhatikan anaknya.
Bapak Abdulah dan Bu Eti mempunyai dua orang anak laki-laki, dimana anak pertama bernama Roby Syahputra, berumur 20 tahun dan anak kedua Aldi Syahputra berumur 12 tahun.
Roby tidak menamatkan pendidikan sekolahnya, hanya sampai SMP, Roby berhenti sekolah dan bekerja sebagai kenek angkot disalah satu angkot jurusan ke Aurduri, Roby bekerja sebagai kenek angkot untuk memenuhi kebutuhannya sendiri karena kebutuhannya tidak dapat terpenuhi
oleh kedua orang tuannya. Roby berteman dan bergaul dengan anak-anak pasar, dimana teman-temannya yang menyebabkan Roby berkelahi, karena salah satu temannya tanpa sengaja menyindir roby karena tidak mampu membeli sebuah HP baru karena ekonomi orang tuanya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Pada saat itu Roby tidak bisa menahan emosinya, sehingga ia memukul temannya sampai terluka. Kedua orang tua temannya tersebut merasa tidak terima sehingga Roby dilaporkan kekantor polisi. Pihak polisi memberikan peringgatan dan menyarankan agar masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Orang tua dari Roby hanya mampu menasehati anaknya agar tidak mengulangi perbuatan itu lagi.
Kurangnya pengawasan dan perhatian yang diberikan orang tua kepada Roby sehingga Roby bergaul dengan teman- teman yang kurang baik, hal ini karena faktor ekonomi yang menyebabkan orang tuanya sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
4. Keluarga Informan D
Bapak Heru Sahputra, berumur 48 tahun dengan pendidikan terakhir pada tingkat SMA, bapak Heru berprofesi sebagai pedagang baju di pasar raya Kota Padang.
Pekerjaan ini dilakukan bapak Heru setiap hari dari pagi sampai malam, sehingga Bapak Heru jarang berada di rumah.
Penghasilan bapak Heru tidak menentu tergantung pembeli yang membeli dagangannya. Jadi waktu mengontrol anak diserahkan bapak Heru ke pada istrinya, karena bapak Heru tidak selalu bisa mengawasi anaknya di rumah karena sibuk bekerja untuk menafkahi istri dan anaknya.
Istri Bapak Heru bernama Bu Fitriani, berumur 43 tahun, Bu Fitriani menjalani kehidupannya sebagai ibu rumah tangga, dimana hanya mengurus kebutuhan suami dan anaknya di rumah. Bu Fitriani bertugas mengawasi atau mengontrol tingkah laku anaknya di rumah disaat suami sedang bekerja, memberikan nasehat dan ajaran kepada anak agar anak dapat berperilaku baik sesuai dengan yang diinginkannya, seperti dilarang bergaul dengan preman, beperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.
Bapak Heru dan ibuk Fitriani mempunyai dua orang anak, satu anak laki-
laki dan satu anak perempuan. Anak pertama laki-laki yang diberi nama Riko wijaya umur 20 tahun, dan anak perempuan bernama Chintia Syavani berumur 10 tahun. Riko menamatkan pendidikannya hanya sampai dijenjang yaitu SMP, Riko bekerja disalah satu warnet temannya sebagai penjaga warnet. Riko melakukan perkelahian bersama teman-temannya disebabkan karena ia merasa tidak terima karena keluarganya dihina oleh temannya sendiri. Sehingga emosi Riko tidak dapat dikendalikan, sehingga meyebabkan temannya terluka pada bagian perut karena ditendang oleh Riko. Riko melakukan perkelahian itu di bandar kali didekat Lubuk Begalung. Salah satu polisi sedang berada di sekitar tempat dimana mereka melakukan perkelahian.
Kemudian mereka dibawa kekantor polisi untuk diproses dan dipanggil masing-masing orang tuanya.
Dimana tidak berfungsinya peran kedua orang tua dalam mendidik serta mengontrol perilaku anak, dimana hanya ibu yang sering mengontrol perilaku anak, hal ini disebabkan bapak yang jarang berada dirumah, sehingga menyebabkan anak merasa kurang sepenuhnya mendapatkan perhatian. Seperti ibu mengawasi anaknya dengan memasukkan anak ke MDA, Pesantren, dan mengaji.
5. Keluarga Informan E
Bapak Marjohan, berumur 50 tahun dengan pendidikan terakhir Bapak Marjohan yaitu SMP, bapak Marjohan bekerja sebagai pedagang minuman di rumahnya, seperti minuman jus ataupun minuman yang berkaleng. Pekerjaan Bapak Marjohan sebagai pedangan tidak menyita waktu, karena bapak Marjohan masih menyempatkan waktu untuk bisa mengawas dan mengontrol anaknya, tetapi anak tersebut yang tidak mendengarkan perkataan orang tuanya. pak Marjohan memberikan batasan-batasan kepada anak agar anak dapat menghargai waktu, dan memberikan arahan-arahan bagaimana berperilaku baik.
Tetapi anak tersebut suka melanggar perkataan orang tuanya dengan mendengarkan perkataan teman-teman bermainnya.
Istri Bapak Marjohan bernama ibuk Yulianti, berumur 46 tahun, Bu Yulianti bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga.
Dalam mengawasi anak Bu Yulianti sangat
ketat, dimana ibu selalu memberikan nasehat dan arahan agar anak tidak salah atau terjerumus terhadap perilaku yang tidak baik. Seperti memberikan contoh atau arahan bahwa berkelahi itu tidak baik dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Bapak Marjohan dan ibu Yulianti mempunyai empat orang anak, dimana anak pertama diberi nama Andi umur 30 tahun, anak kedua bernama Erick berumur 24 tahun, anak ketiga benama Satria berumur 17 tahu dan anak keempat bernama Sinta yang masih berumur 10 tahun. Satria merupakan anak ke tiga dari empt saudara, Satria menamatkan pendidikannya sampai jenjang SMA, perilaku satria sangat berbeda dengan kakak dan adiknya. Perkelahian yang dilakukan satria disebabkan karena dia ikut- ikutan menolong temannya mencuri sepeda motor milik temannya sendiri. Karena ketahuan oleh temannya satria dan temannya tersebut dilaporkan oleh pemilik sepeda motor tersebut kekantor polisi. Tetapi pada saat itu satria tidak tertangkap karena pemilik sepeda motor tidak memiliki bukti yang memberatkanya, sehingga dia hanya diperinggati dan diberikan sanksi atau hukuman ringgan.
Pengaruh dari teman serta kurangnya nasehat-nasehat yang diberikan orang tua terhadap Satria, lingkungan yang tidak mendukung sehingga ia berperilaku menyimpang. Serta pengaruh-pengaruh negatif yang yang menyebabkan Satria terpengaruh, dan tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat serta ajaran yang diberikan orang tua.
Di dalam sebuah keluarga, tugas seorang ayah adalah mencari nafkah, melindungi serta mendidik anak, sedangkan ibu bertugas melayani keluarga serta mendidik anak-anaknya (Sobur, 1991: 34- 35). Demikian dengan beberapa keluarga di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX, dimana tidak hanya ayah yang mencari nafkah tetapi ibu juga membantu ayah dalam mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari seperti kerja sambilan atau bergadang, sehingga menyebabkan anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang penuh. Sehingga anak merasa dirinya terabaikan, dan mencari kesenangan di luar rumah. Hal ini yang menyebabkan anak mudah untuk berperilaku menyimpang,
kerena adanya pengaruh lingkungan serta teman sebaya.
5.2. Bentuk-bentuk Kontrol Sosial yang dilakukan Orang Tua
5.2.1. Kontrol Sosial Preventif
Pengendalian sosial atau kontrol sosial merupakan suatu mekanisme dalam mencengah tindakan yang menyimpang.
Serta bertujuan untuk mengajak bahkan mengarahkan anak agar berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku. Proses ini dilakukan dengan cara mendidik, menasehati serta mengajarkan anak agar mematuhi peraturan yang telah ditetapkan di masyarakat.
1. Melalui Sosialisasi
Dimana orang tua memberikan sosialisasi atau pembentukan karakter sejak anak masih kecil. Dimana orang tua mengajarkan anak untuk berbuat baik ke sesama, memberitahu mana perbuatan yang baik dan yang tidak baik dilakukan kepada anak seperti berkelahi atau mencuri. Orang tua memberikan nasehat, ajaran, larangan bahwa yang tidak baik jangan pernah ditiru ataupun dicontoh, karena itu melanggar norma dan aturan yang telah ada di masyarakat.
Dengan adanya sosialisasi yang diberikan orang tua, anak tetap melakukan tindakan menyimpang karena lingkungan tempat tinggal, serta pengaruh dari teman sebaya, tidak terinternalisasi nilai dan norma dalam diri seorang anak, lemahnya kontrol yang dilakukan orang tua terhadap anak, dan kegagalan dalam pembentukan karakter diri seorang anak . Dimana mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya serta tidak mampu mengendalikan dan mengatur tindakan tersebut ataupun pengaruh dari orang lain.
1. Melalui Pengawasan
Pengawasaan ini berfungsi untuk memberikan batasan-batasan tertentu terhadap anak, agar anak tidak salah bergaul atau berteman. Selain itu pengawasan terhadap lingkungan anak bermain, berfungsi untuk mencegah terhadap tindakan yang menyimpang. Maka diperlukan pengawasan dari orang tua terhadap anak.
Pengawasan yang ketat yang dilakukan orang tua tidak membuat anak terhindar dari tindakan menyimpang karena anak mudah
terpengaruh oleh teman sebaya. Dimana teman sangat berpenggaruh terhadap pembentukkan karakter diri anak baik berada di luar rumah atau sedang berada dilingkungan, seperti teman mempengarui temannya agar ikut berkelahi, atau diajak ikut mencuri sehingga terdorong dirinya untuk ikut mencoba.
2. Melalui Pendidikan
Dengan adanya pendidikan anak diarahkan menjadi lebih baik dengan memberikan arahan bahwa apa yang tidak baik tidak boleh ditiru atau dicontoh. Selain itu di rumah orang tua berkewajiban mendidik anaknya agar mematuhi norma dan kaidah yang ada di masyarakat.
Pendidikan juga merupakan usaha sadar yang dilakukan agar anak mencapai taraf kedewasaan.
5.2.2 Kontrol Orang Tua Secara Represif Bentuk kontrol sosial secara represif merupakan kontrol atau pengendalian sosial yang dilakukan orang tua untuk mengembalikan situasi seperti semula atau kondusif (Setiadi dan Usman, 2011:255- 256). Dimana bentuk pengendalian ini dilakukan orang tua pada anak yang berperilaku menyimpang, agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatan menyimpang lagi. Hal ini dilakukan orang tua dengan memberikan ancaman-ancaman agar anak merasa jera dan tidak mengulangi perbuatan itu lagi, sehingga situasi menjadi kembali normal.
1. Melalui Teguran
Teguran yang diberikan oleh orang tua berupa teguran seperti ancaman dengan cara membuat surat perjanjian secara tertulis, selain itu teguran atau ancaman ini berfungsi agar anak tersebut tidak mengulangi hal yang sama yang pernah ia lakukan sebelumnya dengan ancaman tidak tertulis. Hal ini bertujuan agar anak mampu merubah sikap dan bentuk kepribadiannya.
Serta adanya kesadaran akan yang dilakukannya itu adalah salah.
2. Melalui Hukuman
Orang tua yang memberikan hukuman kepada anak yang berperilaku menyimpang biasanya seperti melarang untuk anak agar tidak berteman lagi dengan temannya tersebut, tidak boleh keluar malam, selain itu hukumannya bisa seperti tidak diberikan uang jajan selama anak belum jera. Selain hukuman, reward juga
diberikan orang tua kepada anak, berupa penghargaan atas apa yang diperoleh anak, atau pujian-pujian yang diberikan orang tua kepada anak, seperti memberikan kado kepada anak yang memenangkan lomba, memberikan pujian kepada anak yang berprestasi. Selain itu hukuman berupa peringatan seperti surat perjanjian secara tertulis atau tidak tertulis, hukuman seperti itu berguna untuk membuat anak agar jera dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.
5.3. Pelaksanaan Kontrol Orang Tua Terhadap Anak yang berperilaku Menyimpang
Kenakalan yang dilakukan seorang anak pada umumnya dipergaruhi oleh keluarga seperti orang tua, anggota keluarga dan lingkungan sekitar. Perilaku menyimpang yang dilakukan anak merupakan kegagalan system dalam pengontrol diri, sehingga anak tidak mampu mengendalikan emosi dan disalurkan pada perbuatan menyimpang seperti perkelahian.
Anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan sehingga anak tidak mendapatkan pengawasan serta nasehat- nasehat yang menunjang perilaku anak.
Di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX, orang tua dalam mengontrol perilaku anak yang melakukan perilaku menyimpang dengan cara memberikan arahan, seperti jangan mudah terpengaruh terhadap perkatan orang-orang sekitar, serta nasehat-nasehat seperti berkelahi itu tidak baik dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Hal ini dilakukan orang tua terhadap anak yang berperilaku menyimpang untuk mengatisipasi agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatan yang sama. Selain itu orang tua juga memberikan hukuman bagi anaknya yang tidak mendengarkan perkataan orang tuanya, seperti dilarang keluar rumah, dikurangi uang belanja, serta diberikannya batasan-batasan dalam bermain dan beraktifitas. Hal ini bertujuan agar anak jera dengan tindakan yang mereka lakukan.
Selain itu penyebab anak melakukan perilaku menyimpang yaitu karena kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua terhadap anak. dan Hal ini karena factor pekerjaan yang menyita waktu orang tua sehingga anak tidak terkontrol sepenuhnya. Lemahnya kontrol yang diberikan orang tua terhadap anak,
menyebabkan anak lebih suka berada di luar rumah, dan mencari perhatian di luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya.
PENUTUP
Di Kelurahan Tanjung Aur Nan XX, anak yang melakukan penyimpangan disebabkan karena kurang berfungsiya atau lemahnya kontrol yang diberikan oleh orang tua terhadap anak, dimana kontrol atau pengendalian sosial ini merupakan sisitem yang mendidik, mengajak anak atau masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan norma serta menertibkan masyarakat yang membangkang atau berperilaku meyimpang. Beberapa penyebab anak berperilaku menyimpang yaitu :
1. Latar Belakang Orang Tua
Dimana latar belakang juga salah satu pemicu timbulnya perilaku menyimpang terhadap anak. Faktor ekonomi orang tua yang tidak mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, tidak adanya kepatuhan terhadap aturan yang diterapkan oleh orang tua, serta perasaan yang tidak puas terhadap kondisi lingkungan di dalam keluarga.
Kurangnya kasih sayang atau perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak. Kurangnya kasih sayang mempengaruhi perilaku dan pembentukan seseorang anak remaja.
2. Bentuk Kontrol orang tua terhadap anak yang berperilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
Preventif, pencegahan sebelum terjadinya perilaku menyimpang, seperti pemberian nasehat, mendidik, memberikan contoh sikap yang pantas untuk ditiru atau dicontoh seperti berkelahi itu tidak baik karena akan merugikan diri sendiri dan orang lain, melalui pendidikan ataupun sosialisasi.
Sedangkan represif, mengembalikan kekacauan atau situasi seperti semula dengan pemberian hukuman, teguran, serta nilai agama. Upaya ini dilakukan dengan melarang anak keluar rumah, tidak diberi uang jajan serta dilarang berteman dengan teman yang tidak baik tingkah lakunya, menanamkan nilai-nilai agama, seperti sholat, dan mengaji. Sehingga anak dapat mengontrol dirinya sebaik mungkin dan tidak melakukan penyimpangan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hurlock, Elizabeth .1992. Psikologis Perkembangan. Jakarta: Erlangga Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial 2
Kenakalan Remaja. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
Gunarsa, Singgih. 2000. Psikologi Praktis, Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta:
Gunung Mulin
Sobur, Alex. 1991. Antropology Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Suhendi, H Hendi dan Ramdani, Wahyu.
2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: CV Pustaka Setia http://bloqspot.com.remajaideal/2015/01/11