• Tidak ada hasil yang ditemukan

korelasi c- reaktif protein (crp) dengan laju endap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "korelasi c- reaktif protein (crp) dengan laju endap"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

Judul Tugas Akhir: Korelasi C-reactive Protein (CRP) dengan Laju Endap Darah (LED) pada Pasien Covid-19 di RS Siloam ASRI. Demi pengembangan keilmuan, dengan ini saya bersedia untuk mempresentasikan karya ilmiah saya ke Universitas Binawan yang berjudul: Korelasi Protein C-Reaktif dengan Laju Sedimentasi Darah pada Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Siloam Asri. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga terselesaikannya tugas akhir yang berjudul “Hubungan Protein C-reaktif dengan Laju Endap Darah Pada Pasien Covid-19 di RS Siloam Asri”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan parameter protein c-reaktif dengan laju sedimentasi darah pasien Covid-19. Ditemukan adanya korelasi antara protein c-reaktif dengan laju sedimentasi eritrosit dengan nilai p = 0,000 yang berarti ada korelasi dan nilai r = 0,625 dimana nilai r berarti korelasi yang kuat dan bias, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan bias pada pemeriksaan kadar c-reaktif. nilai protein reaktif dan sedimentasi eritrosit pada pasien Covid-19. KORELASI C-REACTIVE PROTEIN (CRP) DENGAN LAJU SEDIMENTASI ERYTHROCYTE (ESR) PADA PASIEN COVID-19 DI SILOAM.

The aim of this study was to determine the relationship between c-reactive protein parameters and erythrocyte sedimentation rate of Covid-19 patients.

Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium lainnya seperti pemeriksaan hematologi rutin, sgot, sgpt, LDH, ureum, kreatinin, protein c-reaktif, laju sedimentasi eritrosit, pemeriksaan protein c-reaktif, dan laju sedimentasi eritrosit merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan pada pasien Covid-19. CRP tidak hanya penanda peradangan, tetapi juga berperan aktif dalam proses peradangan.6 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tan dkk7, ditemukan bahwa kadar CRP dan ESR meningkat secara signifikan pada tahap awal pasien Covid-19 yang parah. CRP juga dikaitkan dengan perkembangan penyakit dan menunjukkan kinerja yang baik dalam memprediksi tingkat keparahan pada tahap awal penyakit Covid-19.7 Laju sedimentasi eritrosit (ESR) disebut juga dengan laju di mana sel-sel eritrosit menetap di dalam tabung yang berisi darah antikoagulan dalam satu tabung. . jam.

Siloam Hospitals Group mempunyai beberapa rumah sakit rujukan Covid-19 salah satunya RS Siloam Mampang, RS Siloam Mampang melakukan rujukan laboratorium rutin ke Laboratorium RSU Siloam Asri. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan C-reactive Protein (CRP) dengan Laju Endap Darah (LED) pada Pasien Covid-19 di RS Siloam Asri.

Identifikasi Masalah

Universitas Binawan Dalam studi yang dilakukan oleh Liu dkk9 yang membandingkan sekelompok pasien dengan penyakit progresif dengan kelompok pasien dengan perbaikan/stabilisasi, ditemukan bahwa CRP meningkat secara signifikan pada kelompok perkembangan dibandingkan dengan kelompok perbaikan/stabilisasi9. . Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan berkisar dari hematologi, kimia klinis, urinalisis, termasuk CRP dan ESR. Penelusuran data yang ada ditemukan hasil variasi CRP dan LED di RS Siloam Asri.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan untuk menambah wawasan masyarakat mengenai penyakit Covid-19, serta pemeriksaan yang dapat kita gunakan untuk memantau perkembangan infeksi Covid-19. Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan bacaan dan diskusi yang dapat menambah wawasan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis Covid-19.

Coronavirus disease (Covid-19)

  • Virologi
  • Etiologi
  • Transmisi
  • Patogenesis
  • Faktor Risiko
  • Manifestasi Klinis
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Diagnosis Klinis

Penularan dari manusia ke manusia masih menjadi yang utama, sehingga penyebarannya semakin agresif, menyebar dari pasien yang bergejala melalui droplet atau cipratan batuk/bersin. Setelah dilakukan penelitian, virus SARS-CoV-2 dapat bertahan dalam aerosol (diproduksi oleh nebulizer) setidaknya selama 3 jam. 1. Perbedaan profil imunologi antara kasus Covid-19 ringan dan berat terlihat dari sebuah penelitian di China. Studi tersebut menemukan jumlah limfosit yang lebih rendah, rasio leukosit dan neutrofil-limfosit yang lebih tinggi, serta persentase monosit, eosinofil, dan basofil yang lebih rendah pada kasus Covid-19 yang parah.

Penyebab ARDS pada infeksi SARS-CoV-2 adalah badai sitokin, yaitu respon inflamasi sistemik yang tidak terkontrol akibat pelepasan sitokin proinflamasi (IFN-α, IFN-γ, IL-1β, IL-2) dalam jumlah besar. , IL-6, IL-7, IL-10 IL-12, IL-18, IL-33, TNF-α, dan TGFβ) serta sejumlah besar kemokin (CCL2, CCL3, CCL5, CXCL8, CXCL9, dan CXCL10). Berdasarkan data yang ada, penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes melitus, perokok aktif merupakan faktor risiko infeksi SARS-CoV-2. 1 Penderita kanker dan penyakit hati kronis lebih rentan terhadap infeksi virus SARS-CoV-2 karena penyakit kanker dikaitkan dengan reaksi imunosupresif dan sitokin yang berlebihan.1 Penderita penyakit hati kronis juga mengalami penurunan respon imun sehingga lebih mudah terkena penyakit hati kronis. terinfeksi Covid-19.1 Hal ini diperkuat dengan penelitian Guan, dkk11 yang menemukan 261 pasien Covid-19 memiliki penyakit penyerta, 10 orang diantaranya menderita kanker dan 23 pasien Hepatitis B.11. Manifestasi klinis penderita Covid-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tidak adanya gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok septik.

Gejala ringan yang dimaksud adalah penderita infeksi saluran pernapasan atas akut tanpa komplikasi, yang dapat disertai demam, kelelahan, batuk (dengan atau tanpa dahak), anoreksia, malaise, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau sakit kepala. Pada penderita pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu gejalanya yaitu saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Saat ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun, dan pasien tidak menunjukkan gejala.

Universitas Binawan Peradangan semakin tidak terkendali, terjadilah badai sitokin yang menyebabkan ARDS, sepsis dan komplikasi lainnya. Tes tersebut menggunakan sampel usap nasofaring atau orofaring untuk memastikan keberadaan SARS-CoV-2 di dalam tubuh. Tes ini termasuk dalam Gold Standard atau tes definitif untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2.14 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tahamtan dkk.14, tes RT-PCR ini mengungguli tes lainnya karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. 14.

Gambar 1 Skema perjalanan penyakit COVID-19 1
Gambar 1 Skema perjalanan penyakit COVID-19 1

C- Reaktif Protein (CRP)

C- Reaktif Protein Pada Inflamasi Dan Infeksi

Oleh karena itu, biomarker yang beredar dapat mewakili status inflamasi dan kekebalan tubuh, yang mungkin berguna sebagai prediktor potensial dalam prognosis pasien Covid-19.16.

Hubungan C- reaktif protein pada Covid-19

Laju Endap Darah

Hubungan Laju Endap Darah pada Covid-19

Keuntungan penting lainnya dari penelitian ESR sebagai biomarker untuk menilai tingkat keparahan Covid-19 adalah kemudahan pengukurannya, terutama di negara-negara berkembang.7.

Kerangka Teori

Hipotesis

Jenis dan Desain Penelitian

Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Definisi Operasional

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian

Sampel Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian

Alat dan Bahan

Alat

Bahan

Cara Kerja

Pemeriksaan C- reaktif protein

Pemeriksaan Laju endap darah

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengolahan Data

Teknik Penyajian Data

Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan uji korelasi dilakukan uji normalitas, yaitu jika data berdistribusi normal maka dilakukan uji korelasi Pearson, namun jika tidak berdistribusi normal dilakukan uji Spearman.

Hasil

  • Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
  • Data Hasil Penelitian
  • Karakteristik Jenis Kelamin
  • Karakteristik Usia
  • Karakteristik Pemeriksaan C- Reaktif Protein
  • Karakteristik Laju Endap Darah
  • Analisis Hubungan antara CRP dengan LED

Universitas Binawan Berdasarkan Tabel 4.2 pada data, terdapat 125 pasien yang terdiri dari 64% pasien laki-laki dan 36% pasien perempuan yang menjalani pemeriksaan CRP dan ESR di RS Siloam Asri. Berdasarkan data pada Tabel 4.4, dari data 125 sampel pasien, 37% hasil CRP <5mg/L dan 63% hasil CRP >5mg/L pada pasien positif Covid-19 di RS Siloam Asri. Berdasarkan data pada Tabel 4.5, dari data 125 sampel pasien diperoleh 26% LED dengan nilai < 20 mm/jam dan hasil LED dengan nilai > 20 mm/jam sebanyak 74% positif Covid -19 pasien di RS Siloam Asri.

Berdasarkan data pada tabel dan diagram 4.6 dari data 125 sampel pasien, diperoleh hasil dengan membandingkan CRP (N) dengan LED (N) sebanyak 22 pasien, CRP (N) dengan LED (H) sebanyak 24 pasien, CRP ( H) ) dengan LED (N) sebanyak 11 pasien, CRP (H) dengan LED (H) sebanyak 68 pasien di antara pasien positif Covid-19 di RS Siloam Asri. Peneliti menggunakan tes ini karena jumlah sampelnya adalah 125, dengan syarat pengujian ini adalah jumlah sampel antara 51 – 200. Uji yang digunakan adalah Uji Liliefors, dari data pada tabel 4.7 diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,264 dan 0,350.

Berdasarkan hasil uji linearitas pada Tabel 4.8 diketahui nilai signifikansi CRP sebesar 0,866 > 0,05 dan nilai signifikansi LED sebesar 0,713. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier yang signifikan antara CRP dan ESR terhadap outcome pasien positif Covid-19 di RS Siloam Asri. Uji ini merupakan teknik analisis untuk mengetahui apakah suatu kumpulan data yang akan diukur berasal dari populasi yang homogen (sama) atau tidak dari dua variabel yaitu CRP dan LED, dengan menggunakan uji Levene maka hasil perhitungan uji ini akan menunjukkan nilai signifikansi. (p) dari kedua variabel.

Berdasarkan nilai P value uji Levene pada tabel 4.9 di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,741 untuk CRP dan nilai signifikansi sebesar 0,453 untuk LED, dimana nilai signifikansi tersebut > 0,05 sehingga data bersifat homogen. Dengan melihat catatan hasil uji normalitas, linieritas dan homogenitas diketahui hasilnya berdistribusi normal, sehingga pengujian ini dilanjutkan ke uji korelasi Pearson. Dasar pengambilan keputusan dinilai, jika nilai signifikansi <0,05 maka data berkorelasi, jika nilai signifikansi >0,05 maka data tidak berkorelasi.

Tabel 4. 3 Distribusi sampel berdasarkan usia
Tabel 4. 3 Distribusi sampel berdasarkan usia

Pembahasan

Pada tingkat signifikan (p < 0,05) ternyata terdapat bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara kadar CRP dengan nilai ESR. Nilai interval koefisien yang diperoleh adalah r = 0,625 yang menunjukkan korelasi positif dan tingkat hubungan kuat.Tanda positif pada nilai r berarti semakin tinggi nilai CRP maka semakin tinggi pula nilai LED. Penelitian ini didukung oleh penelitian Walsh L yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif dan hubungan linier antara kadar CRP dengan kadar LED.23.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Huang et al7, yang menemukan bahwa lebih banyak pasien pada kelompok kondisi parah yang mengalami peningkatan kadar CRP dibandingkan pasien pada kelompok kondisi ringan. Laju sedimentasi darah (ESR) adalah tes darah yang digunakan untuk mengukur berapa lama sel darah merah membeku atau mengendap. Universitas Binawan 19 menunjukkan adanya proses peradangan pada tubuh pasien, baik peradangan akut maupun kronis atau kerusakan jaringan.8 Peningkatan LED merupakan indikator respons fase akut yang tidak spesifik dan berguna untuk memantau aktivitas penyakit.8 Berdasarkan nilai ESR , menunjukkan hasil ESR meningkat sebesar 74% dibandingkan hasil normal sebesar 26%.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Tan C et al 7 yang menunjukkan bahwa nilai ESR meningkat secara signifikan pada tahap awal pasien dengan Covid 19 yang parah. 7 Covid-19 adalah penyakit pernapasan akut yang disebabkan oleh SARS-CoV . -2 virus. Penyakit ini memiliki gambaran klinis yang serius berupa pneumonia, hipoksemia, ARDS, dan gejala ekstrapulmonal seperti syok, ensefalopati, gangguan pembekuan darah, serta gangguan ginjal dan jantung.25 Pada pasien Covid-19, peradangan yang memicu tingginya CRP terjadi pada pasien dan pasien dengan penyakit ginjal kronik. Covid-19, Anda juga mengalami infeksi yang memicu peningkatan LED.

Kesimpulan

Saran

Perbedaan laju sedimentasi darah sebelum dan sesudah pemberian air kelapa hijau (Cocos Nucifera L) pada pekerja bagian pengecatan di industri body rizka semarang. Perbandingan hasil uji laju sedimentasi eritrosit Westergren menggunakan darah EDTA murni dengan metode otomatis.

Gambar

Gambar 1 Skema perjalanan penyakit COVID-19 1
Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 3. Kerangka konsep penelitian  3.2.1 Variabel Independen
Tabel 3. 1 Definisi Operasional  Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

MINUTES of the duly convened Ordinary Meeting of The Hills Shire Council held in the Council Chambers on 14 October 2014 This is Page 5 of the Minutes of the Ordinary Meeting of The