• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krisis Lingkungan dan Hakikat Alam Semesta dalam Filsafat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Krisis Lingkungan dan Hakikat Alam Semesta dalam Filsafat"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

ALEXANDER SERAN – KEBERSAMAAN HIDUP:

YANG ADIL DAN BERLANJUT

141 Respons 21 (2016) 01

Kebersamaan Hidup: yang Adil dan Berlanjut Alexander Seran

Judul: Filsafat Lingkungan Hidup Penulis: Dr. A Sonny Keraf

Penerbit : Penerbit Kanisius (2014); vi-224 hlmn

Krisis lingkungan hidup terasa semakin kuat pengaruhnya terhadap penurunan kualitas hidup seluruh ekosistem. Krisis tersebut dipicu oleh keinginan manusia menguasai alam semesta dan menjadikannya sumber yang memberi- nya kemakmuran secara ekonomis. Keinginan berkuasanya manusia atas alam itu mendorong manusia melahirkan pengetahuan baru dan merekayasa teknik-teknik baru berdasarkan pengetahuannya itu untuk menundukkan alam kepada kehendaknya. Pemahaman manusia atas ilmu pengetahuan dan pengembangannya melalui teknologi yang diciptakan memahirkan manusia mempraktikkan kekuasaannya atas alam.

(2)

RESPONS – JULI 2016

Respons 21 (2016) 01 142

Filsafat Lingkungan Hidup (2014) yang diterbitkan sebagai SERI FILSAFAT ATMA JAYA NO. 32, merupakan tulisan Dr. A. Sonny Keraf Buku itu adalah sebuah jawaban terhadap krisis lingkungan hidup yang menekankan upaya melek huruf lingkungan hidup melebihi sekedar kemampuan baca-tulis buku ilmu pengetahuan. Menurut Keraf, pencarian mengenai sebab dari krisis dan bencana lingkungan hidup secara filosofis ditemukan pada pemahaman yang tepat mengenai hakikat alam semesta serta kedudukan dan peran manusia di dalamnya. Hakikat alam semesta adalah hubungan saling berbagi karena realitas alam adalah keanekaan. Kedudukan dan peran manusia di alam semesta menjadi penting terutama karena kesadarannya untuk melampaui egosentrisme antroposentrik dapat menjadikan manusia promotor pemberantasan buta huruf lingkungan hidup dengan mengedepankan cara baru ilmu pengetahuan dan teknologi yang ramah dan bersahabat dengan lingkungan hidup.

Buku ini menekankan pentingnya penyamaan persepsi mengenai hubungan tak terpisahkan antara ekonomi dan ekologi (hal. 150). Dalam konsep yang bioregionalsme dibicarakan aktivitas manusia apa pun jenisnya termasuk aktivitas ekonomi hendaknya memperhatikan keterpautannya dengan keamanan lingkungan hidup agar kegiatan manusia membawa hasil yang direncanakan sekaligus mendukung keseimbangan lingkungan hidup demi keberlanjutan aneka kehidupan di dalamnya. Hubungan ekonomi dan ekologi harus menjadi budaya yakni, pembiasaan perilaku manusia untuk senantiasa mengedepankan harmoni antar berbagai ekosistem sebagai tuntutan kodrat: hidup bersama dan berbagi.

Fritjof Capra yang menginspirasi lahirnya buku ini menukik lebih dalam ketika ia mengajak manusia modern untuk kembali kepada hakikat alam

(3)

ALEXANDER SERAN – KEBERSAMAAN HIDUP:

YANG ADIL DAN BERLANJUT

143 Respons 21 (2016) 01

semesta (baca: keanekaragaman) dalam pemikiran ilmu pengetahuan maupun pengembangan teknologi. Alasannya sederhana yakni kesadaran ekologis merupakan pilihan cerdas dalam memberi prioritas pada pendidikan manusia dewasa ini yang ingin mengejar kualitas kehidupannya dengan melakukan pembalikan kepada hakikat alam semesta. Hal serupa menjadi perhatian Tanabe Hajime dalam bukunya Philosophy as Metanoetics (1986) yang mengajak pertobatan homo economicus yang marak kembali kepada hakikatnya sebagai makhluk yang melek terhadap kebersamaan dengan semua kehidupan lainnya di alam semesta.

Seperti Fritjof dan Hajime, Keraf mencoba membelalakkan mata hati kita untuk melihat kerusakan lingkungan hidup sebagai tanggung jawab manusia dan panggilan kepada semua orang untuk mewaspadai kecongkakan yang dapat membuat kita tergiur dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi buta ketika berdasarkan pengetahuan itu kita merekayasa teknologi yang mengancam kehidupan kita sendiri dan keberlanjutan alam semesta. Transgenik merupakan rekayasa genetika paling menggemparkan terutama ketika cloning manusia menunjukkan kebolehjadian yang tinggi secara ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Pertanyaannya adalah apa yang secara iptek bisa apakah juga boleh secara moral untuk dilakukan? Buku ini tidak secara spesifik menjawab pertanyaan tersebut namun secara implisit memberi pedoman etis mengenai keutamaan intektual bagaimana sebuah praksis harus didasarkan pada pemahaman yang benar mengenai hakikat alam semesta: kebersamaan yang adil dan berlanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan pola berfikir manusia untuk menciptakan teknologi semakin maju, dan teknologi menjadikan kondisi lingkungan dan alam berubah ke dua hal negatif dan positif

Pada hakikatnya Alam semesta merupakan sumber ilmu pengetahuan yang amat berharga, hampir semua ilmu bermula dari alam dan al- Qur‟an mengajak untuk mempelajari ilmu sains

Hubungan antara alam semesta (Insan) dan sang (Khaliq) mempunyai keterikatan erat, antara pencipta dan yang diciptakan. telah mengatur pergantian siang dan

Dalam perspektif islam, manusia harus merealisasikan tujuan kemanusiaannya di alam semesta, baik sebagai syahid Allah, and Allah, maupun khalifah Allah.. Dalam konteks ini, Allah

Ajaran Buhdisme yang disusun melalui proses kontemplasi dan perenungan yang cukup dalam ini, secara objektif menyadari keterbatasan akal manusia itu

Pada kenyataannya, manusia adalah model eksklusif dari seluruh makhluk hidup dan bahkan dapat disimpulkan bahwa jejak dan tanda- tanda dari seluruh makhluk di alam semesta ada

Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya, seperti diungkapkan Albert Schweitzer yang menyatakan, “Kesalahan terbesar

dengan alam semesta, terutama hubungan-Nya dengan manusia.14 Sedangkan menurut Schoof definisi tentang teologi dalam kaitan- nya dengan teologi pembebasan adalah refleksi sistematis,