PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan gambaran mendalam mengenai asuhan keperawatan pada pasien tipes dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengenali dan menentukan cara mengatasi permasalahan yang ada guna mengatasinya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik pada kasus dengan masalah utama keperawatan Keperawatan Hipertermia pada Pasien Tipes di Kelurahan Sutojayan Kota Pasuruan.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga pada pasien tipes dengan masalah keperawatan hipertermia di Kelurahan Sutojayan Kota Pasuruan. Dokumentasi asuhan keluarga pasien tipes dengan masalah keperawatan hipertermia di Kelurahan Sutojayan Kota Pasuruan.
Manfaat
Metode Penulisan
Yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk-ngetuk suatu bagian tubuh dengan tangan atau alat bantu seperti palu refleks untuk mengetahui refleks seseorang (disebutkan secara khusus). Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari keluarga atau kerabat dekat klien, catatan perawat, hasil pemeriksaan dan tim pelayanan kesehatan lainnya.
Sistematika Penulisan
Studi literatur yaitu mempelajari buku-buku sumber yang berkaitan dengan judul studi kasus dan permasalahan yang dibahas bertujuan untuk mencapai nilai baku.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Penyakit
- Definisi Demam Typhoid
- Klasifikasi Demam Typhoid
- Etiologi Demam Typhoid
- Faktor Resiko Demam Typhoid
- Manifestasi Klinis Demam Typhoid
- Patofisiologi Demam Typhoid
- Komplikasi Demam Typhoid
- Penatalaksanaan Demam Typhoid
- Pemeriksaan Penunjang
Penyebab demam tifoid S.typhi adalah bakteri Gram (-), tanpa spora, tanpa simpai, fimbriae, jenis flagelnya adalah flagel peririchous. Gejala demam tifoid sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan yang tidak memerlukan pengobatan hingga gejala berat yang memerlukan pengobatan.
Konsep Klien
- Definisi Keluarga
- Tipe atau Bentuk Keluarga
- Struktur Keluarga
- Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
- Fungsi Keluarga
Perawat keluarga harus menyadari tahapan dan tugas perkembangan keluarga, memberikan bimbingan dalam menganalisis kebutuhan pertumbuhan dan promosi kesehatan keluarga, dan mendukung keluarga seiring kemajuannya dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tugas pembinaan keluarga bagi pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan saling memuaskan dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menjalin jaringan kekerabatan secara harmonis, merencanakan kehamilan, dan mempersiapkan diri menjadi orang tua. Tugas perkembangan keluarga tahap II adalah membentuk keluarga muda sebagai satu kesatuan, memelihara hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas silaturahmi dengan keluarga besar dengan menambah peran orang tua dan kakek nenek, serta mengatasi lingkungan keluarga besar dari masing-masing keluarga. mitra.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak baru dengan tetap memenuhi kebutuhan anak lain, memelihara hubungan yang sehat di dalam keluarga dan di luar keluarga, menghargai dan menetapkan norma-norma hidup, hingga mengenal budaya keluarga, menanamkan keyakinan agama, memenuhi kebutuhan bermain anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah melakukan sosialisasi anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan membina hubungan dengan memenuhi kebutuhan kesehatan jasmani anggota keluarga, membiasakan rutin belajar, memperhatikan anak dalam menyelesaikan tugas sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap V adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak, memberikan kebebasan dalam batas tanggung jawab, memberikan komunikasi terbuka dua arah. untuk mempertahankan.
Tugas pembangunan keluarga pada Tahap VI adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang diperoleh melalui perkawinan anak, terus memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua yang lanjut usia dan sakit kepada suami istri, membantu anak untuk mandi, menjaga komunikasi, memperluas keluarga. hubungan antara orang tua dan menantu, penataan kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan oleh anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII adalah menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, memelihara hubungan yang memuaskan dan bermakna antara orang tua dan orang yang lebih tua, mempererat hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan di masa depan, sadar akan kesehatan masing-masing pasangan, menjaga komunikasi. dengan anak-anak.-anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII adalah mempertahankan kondisi kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan diri dengan penurunan pendapatan, memelihara hubungan perkawinan, menyesuaikan diri dengan kehilangan pasangan, memelihara ikatan keluarga antargenerasi, bersenang-senang antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi masa lalu seperti. olahraga. , berkebun, membesarkan cucu.
Konsep Dampak Masalah
- Konsep Solusi Demam Typhoid
- Konsep Masalah yang sering muncul pada Demam Typhoid
Asuhan Keperawatan Keluarga
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi Keperawatan
- Penatalaksanaan atau Implementasi
- Evaluasi Keperawatan
Data ini menjelaskan di mana alamat rumah tangga yang disurvei dalam penelitian digunakan, serta bagaimana peneliti menghubungi responden. Data genogram yang memuat silsilah keluarga minimal tiga generasi disajikan dalam bentuk grafik dengan menggunakan simbol atau sesuai dengan format rating yang digunakan. Data ini menjelaskan agama yang dianut setiap anggota keluarga serta aturan agama yang dianut keluarga mengenai kesehatan.
Data ini menggambarkan pendapatan rumah tangga dan anggota keluarga yang sudah bekerja, kebutuhan sehari-hari, dan aset atau barang yang dimiliki keluarga tersebut. Data ini menjelaskan tugas-tugas dalam tahap perkembangan keluarga yang saat ini belum terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi. Data tersebut menggambarkan jumlah anggota keluarga yang sehat, kapasitas keluarga, dukungan keluarga dan komunitas sekitar yang berhubungan dengan kesehatan, dan lain-lain.
Data ini memperjelas penafsiran perang oleh anggota keluarga dalam keluarga dan komunitas, yang terbagi dalam peran formal dan informal. Sejauh mana pengetahuan keluarga terhadap kesehatan dan penyakit, kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan, dapat dilihat dari kemampuan keluarga tersebut. melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu keluarga mampu mengenali masalah kesehatan, mengambil keputusan, mengambil tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu menerapkan fasilitas kesehatan pada lingkungan setempat. Stresor jangka pendek dan jangka panjang. a) Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan.
Pathway
Dada Thorax/dada : Dada simetris, frekuensi 24x/menit, irama nafas teratur, pemeriksaan paru : bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan. Pemeriksaan jantung : Ada denyut, ictus cordis berada pada ICS V midklavikula kiri, Batas jantung normal, BJ 1 normal, BJ 2 normal, tidak ada tambahan BJ, tidak ada murmur/murmur, nadi 120x/ menit. Toraks/Dada : Dada simetris, frekuensi 22x/menit, irama pernafasan teratur, pemeriksaan paru : bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan.
Dada/dada : dada simetris, frekuensi 20x/menit, irama pernafasan teratur, pemeriksaan paru : bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan. Perut. Bentuk perut simetris, tidak ada bula, tidak ada BJA, tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati. Bentuk perut simetris, tidak ada bula, tidak ada BJA, tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati.
Endotoksin ini merangsang sintesis dan pelepasan pirogen yang bersirkulasi di area yang mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh/hipertermia (Kusuma & Nurarif, 2015). Menurut penulis, peningkatan suhu tubuh yang dialami pasien tersebut disebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa yang masuk bersama makanan yang dikonsumsi. F diberikan kompres hangat, diberikan terapi obat yang berfungsi menurunkan suhu tubuh pasien, monitor suhu setiap 2 jam, monitor tanda vital, monitor asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
- Identitas Pasien
- Komposisi Keluarga
- Tipe Keluarga
- Status Sosial Ekonomi Keluarga
- Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
- Data Lingkungan
- Struktur Keluarga
- Fungsi Keluarga
- Stres dan Koping Keluarga
- Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu Anggota Keluarga
- Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
- Harapan Keluarga
Dan ia berharap anak-anaknya bisa mempunyai kehidupan yang layak sehingga bisa hidup sejahtera dan bahagia. F pun berharap penyakitnya tidak sering kambuh dan selalu diberikan kesehatan agar istri dan anak-anaknya tidak khawatir dan bisa beraktivitas.
Analisis Data
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan yang tidak mencukupi Setelah 3x24 jam pengobatan diharapkan status gizi membaik. Bekerjasamalah dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika diperlukan.
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Pada pembahasan kali ini penulis akan memaparkan kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan keluarga pada pasien demam tifoid dengan hipertermia di Kelurahan Sutojayan Kota Pasuruan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut (Smeltzer dan Bare, 2012), penyakit ini ditandai dengan peningkatan suhu pada malam hari dan pada pagi hari suhu tubuh kembali normal. F mendapat diagnosis yang sama yaitu Hipertermia b.d Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita demam tifoid d.d proses infeksi dan defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan dalam tubuh.
Fakta yang penulis temukan pada pasien tidak menemukan diagnosis risiko kekurangan volume cairan dan konstipasi pada klien. Perencanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan masalah yang dialami pasien dan penentuan prioritas masalah, sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi. F diambil dalam tinjauan literatur berdasarkan teori keperawatan pada pasien tipes oleh (Kusuma & Nurarif 2015).
Menurut (Sjaifullah, 2015), peningkatan suhu tubuh seseorang terjadi karena adanya pelepasan pirogen dari leukosit yang sebelumnya telah dirangsang oleh pirogen eksogen yang mungkin berasal dari mikroorganisme atau akibat respon imun yang tidak berdasarkan. sebuah infeksi. Berdasarkan pengalaman penulis, kelemahan dan keterbatasan yang ada adalah tidak mampunya kerjasama dengan tenaga medis lain seperti pemberian obat analgetik untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh dan pemberian pola makan oleh ahli gizi agar asupan nutrisi klien dapat lebih terkontrol. . Berdasarkan hasil pembahasan “Asuhan keperawatan keluarga pada pasien demam tifoid dengan masalah keperawatan hipertermia di desa Sutojayan Kota Pasuruan” di atas dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut.
PEMBAHASAN
Pembahasan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi Keperawatan
- Implementasi Keperawatan
- Evaluasi Keperawatan
Di tempat ini, kuman difagositosis oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial (RES) dan kuman yang tidak difagositosis berkembang biak. Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir yang kompleks, data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam medis, dan penyedia layanan kesehatan lainnya (Nursalam, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari proses evaluasi, sebagai data subjektif/objektif terdapat data yang memungkinkan untuk ditegakkannya diagnosis keperawatan sesuai dengan permasalahan yang muncul. Menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), diagnosa keperawatan pada klien demam tifoid adalah hipertermia berhubungan dengan proses infeksi bakteri Salmonella typhosa, ketidakseimbangan nutrisi. F membawa 2 diagnosa yaitu : Hipertermia b.d Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita demam tifoid d.d proses infeksi dan defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan dalam tubuh karena dalam proses pengkajian ditemukan data dan hasil yang mendukung, sehingga penulis mengangkat 2 diagnosis ini.
Fakta yang ditemukan pada bidang intervensi pada pasien yaitu pemberian kompres hangat, pemantauan tanda vital, pemantauan suhu, peningkatan asupan cairan, tidak memakai pakaian yang tidak terlalu tebal, dan pemberian obat antipiretik. F mengalami penurunan nafsu makan, mual muntah, maka dilakukan tindakan keperawatan dengan menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, pantau intake dan output klien, pantau adanya penurunan berat badan, pantau turgor kulit, pantau mual dan muntah, kerjasama dengan dokter. ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi klien diet. Mual dan muntah yang terjadi disebabkan oleh peningkatan atau penurunan gerak peristaltik usus sehingga menyebabkan asam lambung meningkat sehingga menimbulkan rasa mual dan muntah.
Kelemahan dan Keterbatasan
Hubungan Status Gizi (Hindering dan Non-Hindering) dengan Kemampuan Kognitif pada Remaja di Sukoharjo Jawa Tengah, Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Identitas Klien
Komposisi Keluarga
Tipe Keluarga
Status Sosial Ekonomi Keluarga
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Data Lingkungan
Struktur Keluarga
Fungsi Keluarga
Stres dan Koping Keluarga
Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Harapan Keluarga
Analisis Data
Diagnosa Keperawatan
Skoring Prioritas Masalah
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Bakteri Salmonella Typhi
Pathway
Grafik Karakteristik Demam Pada Klien
Grafik Karakteristik Demam Pada Pasien Hari Pertama
Grafik Karakteristik Demam Pada Pasien Hari Kedua
Grafik Karakteristik Demam Pasien Pada Hari Ketiga