PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
- Manfaat Bagi Masyarakat
- Manfaat Bagi Institusi
- Manfaat Bagi Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Definisi Candida Sp
- Klasifikasi
- Patogenesis
- Cara Infeksi
- Gejala Klinis
- Diagnosis laboratorium
- Urine
- Defenisi Urine
- Komposisi
- Kandungan Dalam Urine
- Jenis Urine
- Pemeriksaan Urine
- Konsep Diabetes Melitus
- Definisi Diabetes Melitus
- Klasifikasi Diabetes Melitus
- Komplikasi
- Gejala Klinis
- Patofisiologis
Urine normal berwarna bening dan transparan, sedangkan urine kekuningan berasal dari pigmen empedu. Urin normal terdiri dari air, urea, asam urat, amonia, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam klorida, garam, terutama garam dan kelebihan zat dalam darah. Urin yang normal berwarna bening dan transparan, sedangkan warna urin yang kekuningan berasal dari pigmen empedu (bilirubin dan biliverdin).
Urin normal terdiri dari air, urea, asam urat, amonia, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam klorida, garam, terutama garam dan zat berlebih dalam darah.Semua cairan dan pembentukan urin berasal dari darah atau cairan interstitial. Berbagai tes urin dapat digunakan kapan saja untuk urin, yaitu urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan secara khusus. Urin ini lebih pekat daripada urin yang dikeluarkan pada siang hari, sehingga baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, dan juga baik untuk tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (Human Chorion Gonadotropin) dalam urin (Gandasoebrata, 2007).
Sampel urin berguna untuk menyelidiki glukosuria, yaitu urin pertama yang dikeluarkan 1,5-3 jam setelah makan. Untuk pemeriksaan sedimen urin termasuk urinalisis rutin, urin yang digunakan adalah urin pekat yang mengendap atau bercampur dan harus segar kurang dari 2 jam. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik menahun yang lebih dikenal dengan silent killer atau “silent killer”.
Diabetes melitus tipe I ditandai dengan hilangnya sel beta penghasil insulin di pankreas, sehingga terjadi kekurangan insulin di dalam tubuh. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang dapat terjadi berulang kali dan dapat memperparah diabetes bahkan menyebabkan kematian. Kuman dan jamur mudah tumbuh pada kondisi gula darah tinggi sehingga menyebabkan infeksi, dan sel darah putih yang bertugas melawan infeksi tidak dapat berfungsi dengan baik pada kondisi gula darah tinggi.
Glukosa dari makanan tidak dapat disimpan di hati, meskipun tetap berada di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia postprandial (setelah makan). Pada tahap awal ini, individu tersebut kemungkinan mengalami gangguan toleransi glukosa namun belum memenuhi kriteria diabetes melitus. Kondisi resistensi insulin akan terus berlanjut dan memburuk sementara pankreas tidak lagi mampu secara terus menerus meningkatkan kemampuan mengeluarkan insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Akhirnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas akan menurun dan peningkatan gula darah akan semakin parah. Setelah bayi lahir, kadar glukosa darah pada wanita dengan diabetes gestasional akan kembali normal.
METODE PENELITIAN
- Tempat Dan Waktu Penelitian
- WaktTempat
- Tempat
- Populasi Dan Sampel
- Populasi
- Sampel
- Persiapan Penelitian
- Persiapan Alat
- Persiapan Bahan
- Prosedur Kerja
- Sterilisasi Alat
- Pembuatan Media SDA
- Pengambilan Sample
- Persiapan Sample
- Penanaman Sample Pada Media SDA
- Identifikasi Jamur
- Secara Makroskopis
- Secara Mikroskopis Dengan Pewarnaan Gram
- Tes Pembentukan Tabung Kecamba (Germ Tube)
- Pengolahan Dan Analisis Data
Secara makroskopis, morfologi jamur koloni Candida sp pada media SDA memiliki ciri-ciri seperti bau asam, terdapat koloni mirip ragi, berwarna putih kekuningan, dan permukaan koloni lembab dan cembung. Pemeriksaan urine pada penderita diabetes melitus di RSUD Sawah Lunto dianalisis menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mengetahui adanya jamur Candida sp. dalam urine penderita diabetes melitus. Disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian data yang diperoleh dianalisis berdasarkan persentase hasil positif dengan menggunakan rumus pemeriksaan urine pada pasien diabetes melitus di RSUD Sawah Lunto dianalisis menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mengetahui adanya Candida sp.
Sehingga secara makroskopis dapat dilihat hasil positif yang diperoleh adalah Candida sp pada 4 sampel dengan ciri-ciri seperti bau asam, koloni mirip ragi, berwarna putih kekuningan, dan permukaan koloni lembab dan cembung. Setelah dilakukan uji pewarnaan gram pada 4 sampel yang secara makroskopik positif Candida sp, maka hasil positif pewarnaan gram hanya 4 sampel yang positif Candida sp. Dari tabel 4.1.3 diatas telah dilakukan pemeriksaan 10 sampel urine penderita diabetes melitus, 30% positif Candida sp., 10% positif Candida albicans dan 60% negatif Candida sp. ditemukan dalam urin penderita diabetes melitus tipe II.
Persentase jamur Candida sp dalam urine penderita diabetes melitus di RSUD Sawahlunto menurut jenis kelamin. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 sampel urin pasien Diabetes Mellitus tipe II di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Sub Mikrobiologi RSUP Sawahlunto dengan pemeriksaan makroskopis pada media Sabaroud Dextrose Agar (SDA) didapatkan 4 sampel positif berwarna kuning, kuning, berbau harum, mirip dengan ciri-ciri Candida. seperti koloni, permukaan koloni lembab dan cembung. Setelah dilakukan pemeriksaan makroskopis dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis yaitu dengan pewarnaan gram yang menunjukkan hasil positif Candida sp pada 3 sampel dengan ciri-ciri yang menunjukkan adanya blastospora pada pewarnaan gram positif, sel berbentuk oval dengan diameter kurang lebih 5μm dan berwarna ungu.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dari 10 sampel, ditemukan 3 sampel positif Candida sp pada urine penderita diabetes melitus dengan persentase 30. Candida sp juga sering ditemukan dalam bentuk miselium dengan pseudohifa dan terkadang ditemukan dalam bentuk miselium septate (Kayser et al, 2005). Pemeriksaan germ tube tidak ditemukan Candida albicans pada urine penderita diabetes melitus tipe II.
Berdasarkan pemeriksaan beberapa media di atas, dapat disimpulkan bahwa dari 10 sampel yang diperiksa, Candida sp. ditemukan pada tingkat 30% dan Candida albicans pada tingkat 10% dalam urin pasien diabetes mellitus tipe II. Daerah kelamin wanita merupakan tempat yang subur dan ideal untuk tumbuhnya jamur, sehingga Candida sp. ditemukan dalam urin wanita dengan diabetes melitus. Dengan demikian diharapkan penderita diabetes melitus lebih menjaga kebersihan alat kelamin dengan cara rutin membersihkan alat kelamin, mencari lingkungan kering yang tidak lembab dan basah alat kelamin, mengganti celana dalam, mengganti pembalut secara teratur, dan tidak menggunakan celana ketat (Ramaiah, 2008). Herlambang (2013) Mengatasi Hipertensi dan Diabetes. 2018) “Deskripsi jamur Candida sp pada urin penderita diabetes melitus oleh dr.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Candida sp merupakan spesies jamur patogen dari kelompok deuteromycota, Candida sp khususnya Candida albicans dapat bersifat saprofit yaitu sebagai flora normal pada kulit, mukosa, mulut, saluran pencernaan, saluran pernafasan, vagina dan kuku, sedangkan sifat patogennya dapat menyebabkan infeksi patogen primer20 atau kedua. hubungan seksual dan penularan dari ibu ke anak. Hasil gram positif berupa khamir, berbentuk oval dengan diameter kurang lebih 5μm dan berkembang biak dengan membentuk blooming. Hasil pemeriksaan mikroskopis dengan germ tube (Grem tube) ditemukan bentuk pseudohifa yang diperoleh dari proses perkecambahan blastospora sehingga hasilnya positif.
Penderita diharapkan menghindari asupan karbohidrat sederhana atau makanan yang mudah menaikkan gula darah, seperti jus buah, gula pasir dan manisan, serta produk olahan tepung, seperti kue kering atau cake. 2016) 'Prevalensi infeksi Candida pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Sari, Iran Utara', Journal of Biomedical and Pharmacology,.
PENUTUP
Saran