A. Latar Belakang
Menurut WHO (2022) remaja merupakan fase antara masa kanak- kanak dan dewasa dalam rentang usia antara 10 hingga 19 tahun. Selain itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan, rentang usia remaja ialah 10 hingga 24 tahun dan belum menikah, maka dapat diartika remaja ialah masa pergantian dari anak-anak menuju dewasa (Brief Notes Lembaga Demografi FEB UI, 2020).
WHO (2022) menyatakan jumlah kelompok usia remaja di dunia berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk didunia. Sedangkan menurut hasil sensus penduduk tahun 2020 melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional Indonesia diperoleh data penduduk indonesia pada bulan September 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa, dengan prevalensi remaja pada rentang usia 8-23 tahun berjumlah 27,94% dan di provinsi Sumatera Barat memiliki jumlah penduduk sebanyak 5.534.472 juta jiwa, pada rentang usia 10-24 tahun sebanyak 14,93% dari total penduduk Sumatera Barat , dan dikota Padsng sebanyak 31,73% dengan rentang usia 10-24 tahun dari total penduduk kota Padang (Badan Pusat Statistik Indonesia,2020).
Remaja merupakan kelompok beresiko untuk penularan HIV, karena masa remaja adalah masa individu berada pada mobilitas social yang paling tinggi karena akan membuka peluang baginya untuk terpapar
1
terhadap berbagai perubahan social, kultural, budaya, serta fisik maupun psikologis. Akibatnya remaja tersebut mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap penularan berbagai jenis penyakit salah satunya HIV. Faktor penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan tentang HIV (Ariyanti, 2020).
Sosialisasi tentang HIV harus diberikan sejak dini terutama pada remaja. Dimana remaja merupakan masa perkembangan ini remaja mencapai kematangan fisik, mental, social, dan emosional penyalahgunaan narkotika serta obat-obat terlarang (narkoba), pecandu narkoba suntik, pacaran serta berganti-ganti pasangan akan beresiko terjangkit virus HIV (Harmawati dkk.,2020).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang dapat menyerang leukosit yang memicu penularan system imun manusia. Kondisi tersebut muncul terutama ketika jumlah Cluster Of Differentiation4 (CD4)
<200 sel/mm3 (UNAIDS, 2022).
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan sistem imun atau kekebalan tubuh turun meskipun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain melalui hubungan seks atau jarum suntik (Harmawati dkk., 2020).
Menurut World Health Organizational (WHO) pada tahun 2020 tercatat kasus HIV mencapai1,5 juta kasus. Afrika merupakan wilayah yang berjumlah kasusnya tertinggi dengan 880.000 kasus. Untuk wilayah Pasifik barat kawasan Asia tenggara dan Mediterania tercatat 100.000 dan 40.000 kasus, dan terakhir Amerika tercatat 150.000 kasus. Kasus HIV dengan usia < 15 tahun 50.000 kasus, >15 tahun1,3 juta kasus. Dengan jenis
kelamin laki-laki 660.000 kasus dan perempuan 640.000 kasus. Menurut WHO ada 789.000 kasus yang telah meninggal akibat HIV (Rizaty, 2021).
Berdasarkan data United Nations Programe on HIV and AIDS (UNAIDS), HIV tetap menjadi krisis kesehatan global dan dunia dengan 1,5 juta infeksi HIV baru. Ada 37,7 juta orang yang hidup dengan HIV pada tahun 2020, termasuk 10,2 juta yang tidak dalam pengobatan HIV (UNAIDS, 2021).
Menurut data United Nations Programe on HIV and AIDS (UNAIDS) 2017 Indonesia peringkat ke 3 untuk kasus HIV/AIDS terbanyak dengan 620.000 kasus dengan latar belakang pekerja seks 5,3%, homoseksual 25,8% transgender 24,8%, penggunaan narkoba 28,76%. Dengan kelompok umur 20-29 tahun 85,9% dan ≥ 50 tahun 7,6% (Carolin dkk., 2020)
Di Indonesia terjadi penurunan jumlah kasus Human lmmunodeficiency Virus (HIV) dengan penurunan kasus 6,5% dari 50.282 kasus pada 2019 menjadi 4.987. Pada tahun 2021 jumlah penderita orang dengan hidup dengan HIV berjumlah 543.100 orang (Kemkes RI, 2021).
Prevalensi HIV pada populasi umum di tanah Papua tahun 2017 adalah 2,3%. Pada tahun 2006 pernah dilakukan survei dengan metode pemeriksaan HIV yang berbeda dengan hasil prevalensi HIV 2,4%.
Prevalensi HIV lebih tinggi pada suku Papua 2,9% jika dibandingkan dengan yang bukan Papua 0,4%, dan yang tidak disunat 2,4% jika dibandingkan dengan laki-laki yang disunat 0,1%. Proporsi penduduk yang memiliki pengetahuan komprehensif HIV di tanah Papua masih rendah
(9,2%). Penduduk yang tinggal di dataran rendah memiliki tingkat pengetahuan komprehensif lebih baik jika dibandingkan dengan penduduk di daerah pegunungan. Jumlah kasus HIV/AIDS per 30 Juni tahun 2020 adalah 44,664 orang. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki penderita HIV sebanyak 7,545 orang dengan penderita AIDS sebanyak 13,443 orang.
Sementara itu, pada jenis kelamin perempuan penderita HIV sebanyak 9,93 orang dan penderita AIDS sebanyak 13,648 orang.Faktor risiko terbanyak adalah heteroseksual 43,392 orang dengan rincian 17,020 penderita HIV dan 26,372 penderita AIDS (Dinkes Provinsi Papua, 2020).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah peneliti tentang “Gambaran Sikap Remaja Putra Putri kelas VII tentang pencegahan HIV di SMP YPPK Santo Mikael Merauke”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sikap remaja putra putri tentang HIV di kelas VII SMP YPPK Santo Mikael Merauke.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran sikap remaja putra putri tentang HIv dengan taraf positif di kelas VII SMP YPPK Santo Mikael Merauke.
b. Untuk mengetahui gambaran sikap remaja putra putri tentang HIV dengan taraf negatif di kelas VII SMP YPPK Santo Mikael Merauke.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Menambah informasi tentang sikap remaja putra dan putri tentang pencegahan HIV dikelas VII SMP YPPK Santo Mikael Merauke. Sebagai suatu masukan yang dapat dipertimbangkan untuk dijadikan bahan bacaan dalam meningkatkan pengetahuan khususnya tentang HIV.
2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan siswa/siswi tentang sikap pencegahan HIV sehingga faktor resiko HIV dapat dihindari.
b. Bagi institusi
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran dan menambah pengetahuan terkait pencegahan HIV.
c. Bagi masyarakat
Untuk menambah wawasan di lingkungan masyarakat tentang sikap pencegahan HIV sehingga mereka memiliki peran aktif dalam menjaga kesehatan ingkungan sosialnya.
d. Bagi sekolah
Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan kesehatan khususnya di lingkungan sekolah. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber informasi terkait sikap pencegahan HIV pada remaja.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam KTI ini hanya membahas tentang gambaran sikap remaja putra putri tentang HIV di kelas VII SMP YPPK Santo Mikael Merauke.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul, Nama, Tahun
Jenis Penelitian
Populasi/
Sampel Hasil Perbedaan Persamaan
1
NuridhaFauziya h(2021)Hubunga npengetahuanda nsikapdengantin dakanpencegah
anHIV-AIDS pada SISWA
SMK di sumedang
Penelitian kuantitatif
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi di
SMK X sejumlah 92
responden.
Peneltian ini diketahui bahwa
ada hubungan antara sikap dengan tindakan
pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMK X (p value <0.05).
Perbedaan judul, lokasi,
waktu penelitian,
populasi, sampel,
teknik pengambila
n sampel dan analisis
data.
Jenis variabel penelitian
2 Febby Nadila Lestari (2021)Analisisfa ktoryangberhubu ngandenganperil akudalampence gahanHIVdiRW1
5kelurahankeca matanharjamukti
kotacirebontahu n 2021
surveiana litik
Pada 86 responden remaja di RW 15 Kelurahan
Kecapi Kecamatan
Harjamukti Kota Cirebon
Analisis univariat didapatkan responden 57
orang yaitu (66,3%), sebanyak
48 orang (55,8%) memiliki tingkat
pengetahuan cukup, mendapatkan sumber informasi melalui media 67 orang (77,9%), 49
orang (57,0%) memiliki sikap mendukung
Perbedaan judul, lokasi,
waktu penelitian,
populasi, sampel,
teknik pengambila
n sampel dan analisis
data.
Jenis variabel penelitian
terhadap pencegahan HIV/AIDS, dan 46
(53,5%) memiliki perilaku negatif.
3
Nur Azizah (2022)Gambara npengetahuan,S ikap,Kepercayaa ndanPerilakuPe
ncegahanHIV/
AIDSpada Remaja di SMA
X Kota Tangerang Tahun 2022
Deskriptif
Populasi penelitian sebanyak
235 responden.
Hasil penelitian menunjukkan 73,2% responden
memiliki pengetahuan yang
tinggi tentang pencegahan HIV/AIDS, 64,7%
memiliki sikap positif tentang pencegahan HIV/AIDS, 56,2%
memiliki kepercayaan yang
tinggi tentang pencegahan HIV/AIDS dan 51,1% memiliki
perilaku pencegahan yang
baik.
Perbedaan judul, lokasi,
waktu penelitian,
populasi, sampel,
teknik pengambila
n sampel dan analisis
data.
Jenis variabel penelitian
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori
1 Sikap
a. Pengertian sikap
Suharyat dalam syamsuri (2021) berpendapat bahwa Sikap menjadi suatu kecendrungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya.
Sikap adalah salah satu istilah dalam bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku istilah sikap dalam bahasa inggris biasa juga disebut attitude”. Sikap yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah prilaku seseorang yang mencerminkan rasa ketertarikan , tidak suka atau biasa-biasa saja (netral) terhadap objek tertentu. syamsuri (2021)
b. Cara mengukur sikap
a. Skala likert dugunakan untuk mengukur untuk mengukur sikap, pendapat,dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena social.dalam penelitihan, fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variable penelitian.
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan dan pengukuran
b. Unobstrusive measure
Metode ini berakar dari situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek- aspek perilakunya sendiri atau yangberhubungan sikapnya dalam pernyataan.
c. Multidimensional Scaling
Teknik ini memberikan deskripsi seorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifatunidimensional
c. Karakteristik Sikap
Sikap dapat menimbulkan dan mendorong dalam berprilaku dengan orang lain di tempat kerja. Oleh karena itu, dengan adanya sikap maka karyawan dapat bekerja sana dengan baik atau tidak. Menurut S Azwar dalam Hasan (2022, hlm. 80) Ciri atau karakteristik sikap adalah :
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, ini artinya, sikap individu dapat dipelajari pada saat individu tumbuh berkembang semakin dewasa dan berada di lingkungan yang seperti apa
b. Sikap selalu memiliki hubungan dengan suatu objek, maksudnya, dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang mereka lihat, kemudian mereka sukai atau tidak, tergantung dari objek tersebut.
c. Sikap dapat tertuju pada satu obje, dan dapat pula pada sekumpulan objek.
Contohnya, apabila satu objek, individu tersebut tidak bisa pindah kelain objek, misalakan mepunyai siap menyukai terhadap merek mobil 9 tertentu, sampai kapanpun akan membeli merek mobil tersebut. Sedangkan, sikap pada sekumpulan objek, dapat dilihat bila individu memiliki sikap terhadap komunitas pemiliki mobil vintage, maka individu tersebut, akan mengikuti acara – acara yang dilakukan komunitas tersebut.
d. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar, artinya apabila sikap didorong oleh rasa suka atau tidak suka terhadap suatu peristiwa, objek atau seseorang, maka itu dapat berlangsung lama atau sebentar, tergantung sikap individu dalam menyikapi hal- hal yang membuat mereka suka atau tidak suka.
e. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi. Semua individu memiliki perasaan dan motivasi yang berbeda beda dalam mengalami sesuatu yang terjadi pada di dirinya.
c. Komponen Sikap
Menurut schiffman dan kanuk dalam Hasan (2022, hlm. 81) sikap memiliki 3 komponen, yaitu kognitif, afektif dan konatif:
didapat berdasarkan gabungan pengalaman langsung dengan obyek dan berdasarkan gabungan pengalaman langsung dengan obyek dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber.
b. Komponen afektif. Merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional terhadap obyek dan individu lihat. Pada komponen ini, individu memiliki perasaan suka atau tidak suka terhadap apa yang mereka lihat atau mereka alami dari suatu peristiwa.
c. Komponen konatif. Merupakan komponen yang berhubungan dengan kemungkinan individu berprilaku dengan cara tertentu terhadap objek yang mereka lihat atau peristiwa yang mereka alami
d. Faktor -Faktor Sikap
Menurut S Azwar dalam Hasan (2022, hlm. 82) Dalam hal ini, ada beberapa faktor dengan penjelasannya mengenai hal- hal apa saja yang mempengaruhi individu dalam bersikap, yaitu :
a. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi individu dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Apabila mereka melihat obyek atau mengalami suatu peristiwa, baik itu positif maupun negatif, maka akan meninggalkan kesan yang kuat.
b. Pengaruh orang lain Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap individu lain yang dianggap penting oleh individu tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan Pembentukan sikap juga dapat dipengaruhi oleh kebudayaan. Abaila individu hidup dalam budaya yang menjunjung tinggi nilai kereligiusan, saling mneghormati perbedaan agama, suku dan ras, maka sikap positif terhadap hal- hal tersebut akan terbentuk dengan baik.
d. Media masa Sekarang ini, media masa dengan batuan teknologi sangat cepat berkembang, sehingga diperlukan suatu berita yang benar benar dapat dipercaya, factual dann aktual serta disampaikan secara obyektif, maka individu akan bersikap terhadap apa yang diterimanya tersebut.
individu, apabila diterima dengan baik, maka akan menimbulkan suatu tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap ajarannya tersebut, sehingga hal ini dapat menimbulkan sikap dari ajaran pendidikan atau agama tersebut.
f. Emosional Emosional jiuga dapat mempengaruhi terbentuknya sikap. Emosi adalah keadaan individu dalam menerima atau melihat suatu obyek dan peristiwa. Apabila individu mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan dalam pekerjaannya , maka emosi rasa marah , sedih dan kecewa pada individu 11 tersebut cenderung terpancing, akan tetapi apabila individu dapat mengontrol emosinya maka hal- hal yang tidak baik tidak terjadi.
2. Remaja
a. pengertian remaja
Menurut Sarwono 2020 dalam (Sari, 2022) Remaja adalah suatu perkembangan dalam diri manusia yang memiliki tiga aspek, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi yang memiliki batasan usia 10-20 tahun.
Remaja merupakan individu yang berkembang ketika ia mulai menunjukan tanda-tanda seksual sekunder hingga mencapai kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan psikologi dari anak-anak menuju dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh terhadap keadaan sehingga akan lebih mandiri.
Remaja menurut World Health Organization (WHO), merupakan penduduk yang memiliki umur 10-19 tahun, sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) remaja merupakan penduduk yang memiliki umur 10-24 tahun dan belum melakukan pernikahan (BPS, 2020).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), rentang usia remaja terhitung dari 10-24 tahun dan belum terikat status pernikahan.
Perkembangan remaja memiliki beberapa karakteristik, diantaranya
ingin menjelajah, mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya, dan menyukai petualangan serta tantangan yang sifatnya cenderung berani menanggung risiko, tanpa pertimbangan yang matang, salah satu permasalahan yang terjadi pada masa remaja adalah perilaku seks pranikah (Qomariah, 2020).
b.Tahapan Remaja
1) Remaja awal (Early adolescence) Yaitu remaja usia 10-12 tahun, pada masa ini remaja masih merasa heran terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan yang mengikuti perubahan tersebut.
2) Remaja tengah (Middle adolescence) Yaitu remaja usia 13-15 tahun.
Masa ini remaja cenderung bingung dalam menentukan keputusan, sehingga pada masa ini remaja membutuhkan kehadiran teman.
3) Remaja Akhir (Late adolecence) Yaitu remaja usia 16-19 tahun, pada masa ini remaja memiliki minat yang lebih mantab, munculnya ego untuk bersama dengan orang lain mencari pengalaman baru dan identitas seksual mulai terbentuk dan menetap serta terjadi banyak perubahan besar pada diri remaja,(Nabila, 2022).
d. Pertumbuhan Remaja
Pertumbuhan merupakan perubahan yang ditandai dengan peningkatan ukuran fisik dan dapat diukur. Remaja mengalami pertumbuhan termasuk dalam fungsi fisiologis yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi.
Lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap percepatan perubahan.
Perubahan dipengaruhi oleh hipotalamus dan hopofisis yang kemudian akan merangsang kelenjar 13 gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ reproduksi (Rosyida, 2020).
3. HIV
a. pengertian HIV
tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia dan membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sulit sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik dan bisa menyebabkan kematian, sedangkan AIDS adalah sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat virus HIV (Kemenkes RI, 2020:2).
Pencegahan HIV mengacu pada praktik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyebaran HIV. Praktik pencegahan HIV dapat dilakukan oleh individu untuk melindungi kesehatan diri sendirinya.
Pencegahan HIV yang dapat dilakukan yaitu pantang (tidak berhubungan seks) atau tidak boleh gonta-ganti pasangan, tidak pernah berbagi jarum suntik, dan menggunakan kondom dengan cara yang benar setiap kali berhubungan seks (CDC, 2021).
HIV merupakan infeksi virus yang menyerang sel darah putih.Virus ini dapat menyebabkan turunnya daya tahan tubuh manusia yang diakibatkan infeksi virus menyerang sel darah putih (Kemenkes RI, 2020).
b. Tanda – tanda gejala HIV.
Gejala HIV bervariasi tergantung pada stadium infeksinya. Meskipun orang yang hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan pertama setelah terinfeksi, banyak yang tidak menyadari status mereka hingga tahap selanjutnya. Dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi awal, orang mungkin tidak mengalami gejala atau penyakit serupa influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam atau sakit tenggorokan (WHO, 2020).
c. Penularan HIV
a. menggunakan jarum suntik bergantian
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang terinfeksi HIV. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas membuat seseorang berisiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV (Alodokter.com, 2020)
Penularan HIV AIDS juga bisa terjadi melalui transfusi darah. Virus akan cepat masuk kepembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh.
Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV (Bethsaidahospitals.com, 2020) c. Penularan melalui menyusui, kehamilan dan persalinan
Penularan seorang ibu yang mengidap penyakit HIV/AIDS bisa berisiko menularkan pada janin dan bayi melalui air susu ibu. Penularan pada saat persalinan melalui proses transisi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah saat melahirkan dan penularan yang terjadi pada kehamilan melalui asupan makanan dari darah melalui plasenta (Halodokter.com, 2020)
d. Pencegahan HIV
Pencegahan HIV mengacu pada praktik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyebaran HIV. Praktik pencegahan HIV dapat dilakukan oleh individu untuk melindungi kesehatan diri sendirinya. Pencegahan HIV yang dapat dilakukan yaitu pantang (tidak berhubungan seks) atau tidak boleh gonta-ganti pasangan, tidak pernah berbagi jarum suntik, dan menggunakan kondom dengan cara yang benar setiap kali berhubungan seks (CDC, 2021).
Menurut (INFODATIN, 2021) untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut:
1) A (Abstinence), artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah.
2) B (Be faithful), artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan).
3) C (Condom), artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
4) D (Drug No), artinya dilarang menggunakan narkoba.
mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.
e. Pemeriksaan Tes HIV
Makhmcik ( 2021) menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis tes HIV yaitu sebagai berikut :
1. Tes serologi
Tes serologi terdiri atas tes cepat, tes ELISA, dan tes Westem blot a) Tes cepat dilakukan pada jumlah sampel yang lebih sedikit dan
waktu tunggu kurang lebih 20 menit. Tes ini sudah ditunjuk oleh kementrian kesehatan republic Indonesia untuk mendekteksi antibody terhadap HIV-1 maupun 2
b) Tes ELISA berfungsi mendeksi antibody untuk HIV-1 dan HIV-2 yang di lakukan dengan ELISA ( enzyme-linked immunisorbent assay).
c) Tes western blot adalah tes antibody untuk konfirmasi pada kasus yang sulit. Jika aslinya positif, akan muncul serangkai pita yang menandakan adanya pengikatan spesifik antibody terhadap protein virus HIV.ini anya dilakukan untuk menindak lanjut skrinig ELISA yang positif.
2.Tes virologist dengan PCR
a) Tes HIV ini perlu dilakukan terhadap bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang positif menghidap HIV.tes virologist dengan PCR memang dianjurkan untuk mendiagnisis anak yang berumur kurang dari 18 bulan.
b) Ada 2 jenis tes virologist, yakni kualitatif (IED) dan HIV RNA kuantitatif tes HIV DNA kualitaif berfungsi mendeteksi virus dan tidak bergantung pada keberadaan antibody ( kerap digunakan pada bayi).
c) Tes RNA kuantitatif mengambil sampel plasma darah tak Cuma bayi, tes tersebut juga dapat digunakan untuk memantau terapi antitretroviral( ART) pada orang dewasa.
3.Tes HIV antibody-antigen
p24. Protein p24 adalah bagian dari anti virus ( antigen dari virus). Meski aantibody baru terbentuk berminggu- minggu setelah terjadinya infeksi, tetapi virus dan protein p24 sudah ada dalam darah. Sehingga tes tersebut dapat mendeteksi dini infeksi.
f. Pengobatan HIV
Antiretroviral (ARV) telah terbukti berhasil dalam menurunkan viral load dan meningkatkan jumlah CD4 (Cluster Of Differentiation 4). Pengobatan dengan ART tidak menyembuhkan infeksi HIV, tetapi dapat mengontrol perkembangan penyakit (Sakthivel et al., 2020).
Faktor terpenting menentukan keberhasilan terapi ARV adalah kepatuhan dalam meminum obat ARV untuk mengurangi jumlah virus HIV dalam tubuh manusia (Minum et al., 2021).
Mempertahankan kepatuhan yang optimal dan penekanan virus pada orang yang hidup dengan HIV (ODHA) sangat penting untuk memastikan manfaat pencegahan dan terapeutik dari terapi antiretroviral (ART) (Fuge et al., 2022).
Terapi antiretroviral (ART) merupakan kombinasi dari berbagai obat antiretroviral yang digunakan untuk menghambat HIV berkembang biak dan menyebar ke dalam tubuh. Obat antiretrovital sendiri merupakan pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV (Muchtar, 2021).
I. KERANGKA TEORI
Gambar kerangka Teori 2.1
J. KERANGKA KONSEP
Gambar kerangka konsep 2.2
Sikap Remaja HIV
1. Pengertian
2. Cara mengukur sikao 3. Karateristik sikap 4. Komponen sikap 5. Faktor- faktor sikap
1. PENGERTIAN 2. Tahapan Remaja 3. Pertumbuhan
Remaja
1. Pengertian 2. Tanda –tanda
gejala 3. Penularan 4. Pencegahan 5. Pemeriksaan
tes
6. pengobatan
1. Pengertian HIV 2. Tanda – tanda
grjala HIV 3. Penularan HIV 4. Pencegahan HIV 5. Pemeriksaan
TES HIV 6. pengobatan
Gambaran sikap remaja putra –putri tentang pencegahan HIV