• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan pustaka

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman,juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

(2)

10

diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(3)

11 e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.2 Sikap (Attitude)

Sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi positif atau negatif dari orang, objek, peristiwa, kegiatan, ide, atau apa saja di lingkungan Anda (Zimbardo dkk., 1999) Menurut pendapat Bain (1927), sikap adalah "perilaku terbuka relatif stabil dari seseorang yang mempengaruhi statusnya". Sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencerdi tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, &

Adgley, 1980).

Menurut beberapa ahli yang menemukan teori tentang sikap antara lain Louis Thustone (1928; salah- seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap), Rensis Likert (1932; juga seorang pionir dibidang sikap), dan Cherles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu

(4)

12

bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih spesifik, Thourstone memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negative terhadap suatu objek psikologis’ (Edwards, 1957).

Mann (1996) mengatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan individu bertindak,akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap semata akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainya. disamping itu, ternyata untuk satu macam tindakan saja terdapat banyak pola sikap yang relevan. Karena itu, ketidak-konsistenan sikap lebih merupakan masalah orientasi individu terhadap situasi yang ada.Pada dasarnya memang sikap lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan atau kelakuan lebih bersifat umum atau sosial, karena itu, tindakan lebih peka terhadap tekanan tekanan sosial.

1. Strukutur Sikap

Sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu :

a. Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang

(5)

13

berhubungan dengan begaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu komponen yang berhubungan

dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecendrungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap.

Komponen-komponen tersebut di atas merupakan komponen yang membentuk struktur sikap.Analisis dengan melihat komponen-komponen yang membentuk sikap desebut analisis komponen atau analisi struktur.

2. Analisis fungsi Sikap

Sikap selain dianalisis dengan analisis struktur atau analisis komponen, juga juga dapat dianalisis dengan analisis fungsi, yaitu suatu analisis mengenai sikap dan

(6)

14

melihat fungsi sikap. Menurut Katz (IiH. Secord dan Backman, 1964) sikap itu mempunyai empat fungsi, yaitu:

a. Fungsi instrumental, atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana- tujuan.Disini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan.Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka pencapaian tujuan.

Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut, demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap bersangkutan. Karena itu fungsi ini juga disebut fungsi manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan dapat menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap sekitarnya. Misal orang mempunyai sikap anti kemewahan, karena dengan sikap tersebut orang

(7)

15

bersangkutan mudah diterima oleh kelompoknya, karena ia tergabung dalam kelompok anti kemewahan.

b. Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya.Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.Demi mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan mengambil sikap tertentu.Misal orang tua mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya, dalam keadaan terdesak pada waktu diskusi dengan anaknya.

c. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya.

Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukan keadaan dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ini menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.sistemnilai apa yang ada pada diri

(8)

16

individu dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tersebut.

d. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman-pengalamanya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamanya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.

3. Determinan Sikap a. Faktor fisilogis

Faktor fisiologis seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap seseorang. Berkaitan dengan ini ialah faktor umur dan kesehatan.Pada umumnya orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan pada orang dewasa sikapnya lebih moderat.Dengan demikian masalah umur akan berpengaruh pada sikap seseorang.

(9)

17

b. Faktor pengalaman langsung pada objek sikap Bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang yang bersangkutan dengan objek sikap tesebut.

c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam sikap seseorang, karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. Bila kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap tersebut.

d. Faktor komunikasi sosial

Faktor komunikasi sosial sangat jelas menjadi determinan sikap seseorang, dan faktor ini yang banyak diteliti. Komunikasi sosial yang berwujud informasi dari seseorang kepada orang lain dapat menyebabkan perubahan sikapyang ada pada diri orang yang bersangkutan.

4. Ciri-ciri Sikap

a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu

(10)

18

terhadap suatu objek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena sikap itu terbentuk atau dibentuk, maka sikap itu dapat dipelajari, dan karenanya sikap itu dapat berubah.

b. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap Oleh karena itu sikap selalu dibentuk atau dipelajari dalam hubunganya dengan objek-objek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebuthubungan positif atau negatif antara individu dan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut.

c. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek.

Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecendrungan untuk menunjukan sikap yang negatif pula pada kepada kelompok dimana seseorang tersebut tergabung didalamnya. Disini terlihat adanya kecenderungan menggeneralisasikan objek sikap.

d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar Kalau sesuatu sikap terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara

(11)

19

relaitif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah akan memekan waktu yang akan lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.

e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi

Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu objek tertentu kan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga yang bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Di samping itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.

2.1.3 PeriIaku(Practice)

Menurut S. Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour).

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

(12)

20

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat tindakan diantaranya :

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

b. Respon Terpimpin (Guided respons)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indicator tindakan tingkat dua.

c. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

d. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

(13)

21 2.1.4 Teori Rosenberg

Teori Rosenberg dikenal dengan teori afecctive- cognative consistency dalam hal sikap dan teori ini

kadang-kadang juga disebut teori dua faktor.Rosenberg (Iih.Second & Beckman, 1964) memutuskan perhatiannya pada hubungan komponen kognitif dan komponen afektif.Dalam beberapa pendapat diajukan komponen- komponen ini, tetapi bagaimana hubungan antara keduanya belum dikupas oleh para ahli, dan Rosenberg ingin melihat hubungan ini.

Menurut Rosenberg (Iih. Second & Beckman, 1964) pengertian kognitif dalam sikap tidak hanya mencakup tentang pengetahuan-pengetuhan yang berhubungan dengan objek sikap, melainkan mencakup kepercayaan atau belief tentang hubungan antara objek sikap itu dengan sistem nilai yang ada dalam diri individu.

Komponen afektif berhubungan dengan bagaimana perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, dapat positif tetapi juga dapat negatif terhadap objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap objek sikap, maka ini berarti adanya hubungan pula dengan nilai-nilai positif yang lain yang berhubungan dengan objek sikap tersebut, demikian juga dengan sikap yang negatif. Misalnya bila seseorang mengalami

(14)

22

kecelakaan dan salah satu bagian tubuhnya mengalami fraktur tulang (patah tulang) dia lebih memilih pengobatan tradisional sambung tulang dari pada pengobatan medis.

Karna ada beberapa faktor,yang pertama yaitu faktor biaya, kebudayaan, dan kepercayaan terhadap pengobatan tradisional.

Menurut Rosenberg (Iih. Second dan Beckman, 1964) bahwa komponen afektif akan selalu berhubungan dengan komponen kognitif,dan hubungan tersebut dalam keadaan konsisten. Rosenberg menciptakan skala sikap dan berpendapat bahwa adanya hubungan konsisten antara komponen afektif dengan komponen kognitif.Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap yang positif pada suatu objek, maka indeks kognitfnya juga tinggi, demikan sebaliknya.

Suatu hal yang penting pengetrapan teori Rosenberg ini ialah dalam kaitanya dengan perubahan sikap. Karena hubungan afektif dan komponen kognitif konsisten, maka bila komponen afektifnya berubah, maka komponen kognitifnya juga akan berubah, demikian juga bila komponen kognitifnya berubah, komponen afektifnya juga berubah. Pada umumnya dalam rangka pengubahan sikap, orang akan mengubah dahulu komponen kognitifnya, sehingga akhirnya komponen afektinya berubah. Dalam rangka pengubahan sikap Rosenberg

(15)

23

mencoba mengubah komponen afektif dahulu. Dengan rubahnya komponen afektif akan berubah juga komponen kognitifnya, yang pada akhirnya akan berubah pula sikapnya (Iih. Second dan Beckman, 1964)

2.1.5 Teori Festinger

Teori Festinger (Iih. Second & Beckman, 1964) dikenal dengan teori disonansi kognitif (the cognitive dissonance theory) festinger meneropong tentang sikap dikaitkan

dengan perilaku yang nyata., yang merupakan yang banyak mengundang perdebatan. Seperti yang dijelaskan, sikap terbagi menjadi tiga macam komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan komponen konatif atau action component.Dalam hubungan ini Festinger (Iih.Second & Beckman, 1964) ingin menyelidiki tentang hubungan sikap dan perilaku.

Festinger dalam teorinya mengemukakan sikap individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain, dan dengan tindakanya juga konsisten satu dengan yang lain.

menurut Festinger apa yang dimaksud dengan elemen kognitif ialah mencakup pengetahuan, pandangan, kepercayaan tentang lingkungan, tentang seseorang atau tentang tindakan.

(16)

24

2.1.6 Study KAP (knowledge-attitude-practice)

Travers (1977), Gagne (1977) dan Crobach (1977) sependapat bahwa sikap melibatkan 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan yaitu :

1. Komponen cognitive : berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang berdasarkan informasi, yang berhubungan dengan objek.

Misalnya : warga desa Waai pulau Ambon tahu bahwa pengobatan tradisonal sambung tulang (Topu Bara ) sangat berkhasiat dan tidak rumit proses penyembuhannya untuk penderita patah tulang.

Cognitive masyarakat Waai tentang pengobatan tradisonal sambung tulang (Topu Bara) bahwa meraka tahu dan percaya pengobatan tradisional ini sangat berkhasiatdan tidak rumit proses penyembuhannya.

2. Komponen Afektif : menunjukan pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Misalnya : jika warga desa Waai mengatakan senang karna menggunakan pongobatan tradisional sambung tulang, ini melukiskan perasaan mereka terhadap pengobatan tradisional sambung tulang (Topu Bara) .

(17)

25

3. Komponen behavior atau conative : melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak terhadap obyek.

Misalnya : karena pengobatan tradisonal sambung tulang (Topu Bara) itu sudah dipercaya oleh warga desa Waai Ambon, dan mereka berusaha (bertindak) untuk kalau sakit atau mengalami patah tulang akan segera di bawa ke sana.

2.1.7 Pengobatan tradisional (Topu Bara)

WHO menyatakan pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni pengobatanberdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental, ataupun sosial.

Hasil keputusan “Seminar Pelayanan Pengobatan Tradisional Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat 2 definisi untuk Pengobatan Tradisional Indonesia yaitu : a. Ilmu dan atau seni pengobatan yang dilakukan oleh

Pengobat Tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan YME sebagai upaya penyembuhan, pencegahaan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial masyarakat.

(18)

26

b. Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, kaidah- kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran modern, diwariskan secara turun menurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara- cara yang tidak lasim digunakan dalam ilmu kedokteran.

Pengobatan tradisional sambung tulang “Topu Bara”

adalah : pengobatan tradisional, menggunakan bara, daun pisang, dan minyak kelapa, di letakan pada bagian yang patah tulang, dan di urut atau pijat di bagian patah tulang yang patah. “Topu Bara” ini salah satu pengobatan tradisional untuk penderita patah tulang di desa Waai Ambon.

2.1.8 Perspektif Teoretis

Pengetahuan (Knowledge)

Sikap (attitude)

Perilaku (Practice)

Komponen kognitif

Komponen afektif

Komponen konatif

Objek sikap

(19)

27

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman,juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003). Dari pengetahuan yang kita dapat akan menstimulus pikiran kita untuk member nilai positif atau negatif yang ditunjukan oleh sikap kita.

Sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi positif atau negatif dari orang, objek, peristiwa, kegiatan, ide, atau apa saja di lingkungan Anda (Zimbardo dkk., 1999) Menurut pendapat Bain (1927), sikap adalah " perilaku terbuka relatif stabil dari seseorang yang mempengaruhi statusnya". Sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencerdi tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, &

Adgley, 1980).Sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu :

a. Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

(20)

28

pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan begaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu komponen yang berhubungan

dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap.

Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besat kecilnya kecendrungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap.

Menurut S. Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour).

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat tindakan diantaranya :

(21)

29 a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

b. Respon Terpimpin (Guided respons)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indicator tindakan tingkat dua.

c. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

d. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang

Komunikasi dalam timbang terima pasien berhubungan dengan proses pemberian/perpindahan informasi spesifik tentang pasien yang bertujuan untuk menjamin kesinambungan

Sikap ini mengambarkan sikap pasif yang diperlukan dalam relaksasi, dari sikap pasif akan muncul efek relaksasi ketenangan. Anjurkan mengakhiri dengan

Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan

Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari,

Tujuan dari analisis cluster adalah agar objek-objek yang bergabung dalam sebuah kelompok merupakan objek yang mirip atau berhubungan satu sama lain dan berbeda

perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan yang berperan dalam mekanisme persalinan, melenturkan persendian yang berhubungan dengan proses persalinan, membentuk sikap

mempunyai sikap yang positif terhadap suatu objek ketika kepercayaan, perasaan dan prilaku mereka menunjukkan bahwa mereka memihak atau favorability terhadap objek,