• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication, yang artinya sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Menurut Amirah (2013) komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, serta pikiran yang diberikan pada penerima pesan dengan harapan penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap dan perilaku.

2. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi menurut Nasir et al. (2009) dalam Amirah 2011 sebagai berikut :

a. Perubahan sikap (attitude change)

Pesan yang diterima oleh komunikan menimbulkan pemahaman dan akan menumbuhkan kesadaran untuk menyetujui apa yang disampaikan oleh komunikator, sehingga mempengaruhi sikap komunikan sesuai keinginan komunikator.

(2)

b. Perubahan pendapat (opinion change)

Pemahaman yang timbul dari proses komunikasi yang dimiliki komunikan dalam menerima pesan secara cermat, akan menciptakan pendapat yang berbeda-beda.

c. Perubahaan perilaku (behavior change)

Pengertian dan pemahaman terhadap suatu pesan memberikan respon pada komunikan untuk mengubah perilaku.

d. Perubahan sosial (social change)

Membanguun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang menjadi baik dan secara tidak sengaja komunikasi efektif akan meningkatkan keeratan hubungan interpersonal.

3. Pengertian Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang terlibat dalam komunikasi.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komuniksi Efektif

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif menurut Ruky, 2012 diantaranya :

a. Kepribadian

Suatu organisasi yang khas pada diri setiap individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, yang menjadi penentu dalam mempengaruhi tingkah laku.

(3)

b. Persepsi

Persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Menurut Hidayat (2009) proses seseorang memahami lingkungan, meliputi pengorganisasian dan penafsiran rangsang dalam suatu pengalaman psikologis.

c. Sikap

Pengertian sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman, yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek dan keadaan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2015). Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.

Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, dengan mempunyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan/keyakinan ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak.

Tingkatan sikap mulai dari menerima, menanggapi, menghargai dan bertanggung jawab. Faktor-faktor yang menunjang perubahan sikap:

(1) Adanya imbalan dan hukuman dimana individu mengasosiasikan

(4)

(2) Stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi perubahan dalam sikap;

(3) Stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap semula.

d. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah kumpulan informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Merupakan hasil dari tahu melalui penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan sangat penting terhadap terbentuknya tindakan kesadaran seseorang dalam melakukan

komunikasi efektif SBAR (Notoatmodjo 2010

).

Pengetahuan

merupakan aspek yang sangat vital dari keperawatan. Setiap hal yang dilakukan oleh perawat dilakukan berdasarkan pengetahuan yang kita anggap benar dan praktik yang dilakukan harus sesuai dengan pengetahuan (Basford & Slevin, 2006 dalam Afdhal 2009).

e. Pendidikan

Setiap pekerjaan atau tugas memerlukan ketrampilan dan pengetahuan yang didukung oleh pendidikan dan pelatihan (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi diri (Nursalam, 2011).Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi komunikasi, dimana seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi mempunyai kosa kata yang luas

(5)

dan kemampuan untuk membaca serta menulis dibandingkan dengan seseorang yang pendidikannya lebih rendah. Sehingga pendidikan sangat dibutuhkan dalam penentuan metode asuhan keperawatan (Nursalam, 2011). Pemberian asuhan keperawatan kepada pasien harus mempunyai dasar pendidikan yang tinggi merupakan indikator jaminan kualitas layanan kepada pasien dan dapat menghindari dari kesalahan-kesalahan (Nursalam, 2011).

f. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (Hamzah, 2008). Faktor atau hal-hal yang memotivasi perawat tetap bekerja di keperawatan yaitu, antara lain: Kepuasan kerja, Pengembangan Profesional, Kondisi kerja yang baik, Tingkat penggajian.

5. Prinsip Komunikasi Efektif

Agar komunikasi menghasilkan komunikasi yang efektif, seseorang harus memahami prinsip-prinsip dalam berkomunikasi. Ada lima prinsip komunikasi efektif yang harus dipahami. Lima prinsip tersebut disingkat dengan REACH, yaitu : Respect, Empathy, Audible, Care, dan Humble. Lima prinsip komunikasi yang efektif itu adalah sebagai berikut :

a. Respect

Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang akan kita sampaikan.

(6)

b. Empathy

Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta jika komunikator

memiliki sikap empati. Empathy artinya kemampuan seorang

komunikator dalam memahami dan menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain.

c. Audible

Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan melalui media atau delivery channel.

d. Care

Care berarti komunikator memberikan perhatian kepada lawan

komunikasinya. Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan komunikasi personal merasa diperhatikan.

e. Humble

Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai.

6. Langkah-langkah Komunikasi Efektif

Adapun langkah-langkah untuk membangun komunikasi yang efektif adalah sebagai berikut :

a. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi

b. Mengenali komunikan

c. Menyampaikan pesan dengan jelas

(7)

e. Memusatkan perhatian

f. Menghindari gangguan komunikasi

g. Membuat suasana yang menyenangkan

h. Menggunakan bahasa tubuh (body language) yang benar B. Konsep Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment,

Recommendation)

1. Pengertian Komunikasi SBAR

Komunikasi yang berbasis SBAR (Situation, Background,

Assassement, Recomendation) merupakan strategi komunikasi yang dipakai oleh tim pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun menyampaikan keadaan pasien kepada teman sejawat. Komunikasi SBAR dilakukan pada saat timbang terima (handover), pindah ruang rawat maupun melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain (Tim KP-RS RSUP Sanglah, 2011).

Kerangka komunikasi SBAR memuat informasi pasien tentang Situation, Background, Assessement, Recommendation. Komunikasi SBAR adalah cara sederhana yang secara efektif telah mengembangkan komunikasi dalam setting lain dan efektif pula digunakan pada pelayanan

kesehatan (Ohio’s Medicare, 2010).

2. Tujuan Komunikasi SBAR

SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas perawatan untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk

(8)

serah terima pasien, transfer pasien, percakapan kritis dan panggilan telepon. Ini menciptakan harapan bersama antara pengirim dan penerima informasi sehingga keselamatan pasien dapat tercapai. Menggunakan SBAR, laporan pasien menjadi lebih akurat dan efisien.

3. Manfaat Komunikasi SBAR

Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk : a. Meningkatkan patient safety

b. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang

c. Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang

efektif

d. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap

4. Kerangka Komunikasi dengan metode SBAR

Kerangka Komunikasi SBAR adalah kerangka tehnik komunikasi yang disediakan untuk berkomunikasi antar para petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien (Permanente, 2011). SBAR adalah kerangka yang mudah untuk diingat, mekanisme yang digunakan untuk menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan tindakan segera. SBAR menyediakan metode komunikasi yang jelas mengenai informasi yang berkaitan tentang kondisi pasien antara tenaga medis (klinis), mengajak semua anggota tim pelayanan kesehatan untuk memberikan masukan pada situasi/kondisi pasien termasuk rekomendasi. Fase pemeriksaan dan rekomendasi memberikan kesempatan untuk diskusi

(9)

diantara tim pelayanan kesehatan. Metode ini mungkin agak sulit pada awalnya bagi pemberi dan penerima informasi (Leonard, 2014).

Menurut Leonard (2014), prinsip-prinsip menggunakan SBAR dan apa yang harus dikomunikasikan, sebagai berikut :

1) S (Situation) mengandung informasi tentang identifikasi pasien, masalah yang terjadi saat ini dan diagnosa medis.

2) B (Background) menggambarkan riwayat/data sebelumnya yang mendukung situasi saat ini seperti :

a. Riwayat penyakit/kondisi sebelumnya b. Riwayat pengobatan

c. Riwayat tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan d. Riwayat alergi

e. Pemeriksaan penunjang yang mendukung

f. Tanda-tanda vital terakhir

3) A (Assesment) : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.

4) R (Recommendation): Komponen recommendation menyebutkan hal-hal yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat.

Tehnik komunikasi dengan metode SBAR menurut Arini, 2012 terdiri dari empat langkah :

(10)

a. Situasi (Situation)

Menyampaikan apa yang terjadi dengan pasien. Dimulai dengan memperkenalkan diri, mengidentifikasi pasien, dan menyatakan masalah.

b. Latar belakang (Background)

Menyampaikan apa latar belakang pada pasien ini. Sampaikan hasil pemeriksaan penunjang dan catatan perkembangan (jika situasi dan waktu memungkinkan). Antisipasi pertanyaan yang mungkin diajukan oleh komunikator (tenaga kesehatan).

c. Penilaian (Assesment)

Menyampaikan hasil pengamatan dan evaluasi dari kondisi pasien.

d. Rekomendasi (Recommendation)

Menyampaikan atau meminta saran berdasarkan informasi yang ada.

5. Fungsi SBAR dalam proses Komunikasi

SBAR merupakan salah satu mekanisme yang mudah digunakan dalam sebuah percakapan, terutama guna menyampaikan hal yang kritis dan membutuhkan perhatian segera seorang dokter untuk memberikan suatu tindakan. Alat ini mempermudah dan dijadikan standar oleh tenaga kesehatan untuk menjelaskan informasi apa yang harus dikomunikasikan antara anggota tim, dan bagaimana tindakan selanjutnya. Hal ini juga dapat membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan dan meningkatkan budaya keselamatan pasien (Arini, 2012).

(11)

6. Kelebihan Dokumentasi SBAR

a. Menyediakan cara yang efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi dan timbang terima;

b. Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan menggunakan elemen komunikasi SBAR;

c. Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima pasien;

d. Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.

7. Manfaat Dokumentasi SBAR

a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat

b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai

informasi mengenai pasien telah dicatat

8. Keuntungan Dokumentasi SBAR

a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif

b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat

paham akan kondisi pasien.

c. Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat

berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter.

(12)

9. Penerapan Komunikasi SBAR a. Operan

Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatiulaporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.

b. Pelaporan Kondisi Pasien

Pelaporan kondisi pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setiap kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamatan pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien.

c. Transfer Pasien

Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan eksternal. Transfer pasien internal adalah

(13)

transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien eksternal adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien.

C. Kebijakan Komunikasi dalam Timbang Terima / Handover

Komunikasi dalam timbang terima pasien berhubungan dengan proses pemberian/perpindahan informasi spesifik tentang pasien yang bertujuan untuk menjamin kesinambungan pelayanan dan keselamatan informasi yang diberikan biasanya berhubungan dengan kondisi pasien saat itu, perubahan kondisi yang terjadi, penatalaksanaan pengobatan serta kemungkinan terjadinya perubahan kondisi maupun komplikasi yang biasa terjadi. Timbang terima pasien merupakan aktivitas yang berkesinambungan dalam rentang selama pelayanan pasien antar shift, pelaporan perawat ketika pasien pindah ruangan serta persiapan pasien pulang.

Menurut The Joint Commision Acreditation of Health Care

Organization (WHO) menetapkan komunikasi efektif dalam timbang terima menjadi aspek penting dalam perawatan pasien untuk menjamin keselamatan pasien diantaranya sebagai strategi untuk mengurangi kejadiannya tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) serta sentinell event. JCAHO menetapkan komunikasi efektif sebagai tujuan kedua dari enam national safety goals.

(14)

1. Konsep timbang terima / handover

Timbang terima memiliki berbagai istilah di antaranya adalah hand over, hand offs, shift report, sign out, sign over dan cross ccoverage. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan istilah handover.

2. Pengertian Handover

Nursalam, (2015) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handover juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

Nursalam, (2015) menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.

3. Tujuan & Fungsi Handover

Menurut Nursalam (2015) tujuan dilakukannya handover adalah : a. Melaporkan status dan data pasien

b. Melaporkan tindakan yang sudah dilakukan dan yang belum atau akan dilakukan

(15)

c. Menyampaikan perihal tindakan yang segera di lanjuti oleh shift berikutnya

d. Membuat rencana tindakan kelanjutannya.

4. Prinsip Handover

Standar prinsip handover menurut Friesen, White dan Byers (2009) yaitu:

a. Kepemimpinan dalam handover

b. Pemahaman tentang handover

c. Peserta yang mengikuti handover

d. Waktu handover

e. Tempat handover f. Proses handover

5. Manfaat Handover

Menurut Australian Healthcare dan Hospitals Association / AHHA (2009) adalah :

a. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. b. Selain mentransfer infomasi pasien, handover merupakan sebuah

kebiasaan atau kebudayaan yang dilakukannyaolehnyaperawat. Handover mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisii dannkkebiasaan. Selain itu sebagai bentuk dukungan ke sesama rekan kerja dalam memberikan kalanjutan asuhan.

(16)

d. Handover mempunyai dampaknyapositif baginyaperawat, yaitu dapat

memberikannyamotivasi, menggunakan pengalamannyafdan informasinya untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan berkelanjutan, meningkatnya kemampuan komunikasii antar perawat, menjalini suatu hubungannyakerja sama dan tanggung jawabnyaantar perawat dan dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif.

6. Langkah-langkah dalam Handover

a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

b. Shift yang akan mengoperkan sudah menyiapkan hal yang akan disampaikan ke shift berikutnya

c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggungjawab

shift selanjutnya meliputi :

1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum

2) Tindak lanjut untuk tindakan selanjutnya dari yang menerima operan

3) Rencana kerja untuk shift yang menerima laporan

d. Penyampaian serah terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru

e. Perawat primer dan anggota kedua shif secara bersama-sama melihat keadaan pasien

(17)

7. Tahapan Handover

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab, meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelum.

b. Petukaran shift jaga, dimana anatara perawat yang akan pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan danya komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelum kepada perawat shift berikutnya.

c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang bertugas selanjutnya mengenai tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Aktifitas dari perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau terhadap pasien.

8. Metode Handover

a. Handover dengan metode tradisional, dilakukan hanya dimeja perawat, menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak ada diskusi, jika ada pengecekan pasien hanya memastikan jumlah pasien dan kondisi secara umum dan yang paling penting metode ini tidak ada peran serta dari pasen ataupun keluarganya.

b. Metode bedside handover

Handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan disamping tempat

(18)

tidur pasien dengan melibatkan pasien dan keluarga secara langsung untuk mendapatkan feedback.

9. Indikator Handover

Suatu cara menyampaikan serta menerima laporan dengan teknik tertentu terkait asuhan keperawatan kepada pasien baik yang sudah atau telah dilakukan maupun yang belum di intervensikan. Indikator handover ini merupakan pengembangan dari prosedur handover menurut Nursalam (2015) yaitu terdiri dari 1) persiapan, 2) pelaksanaaan, 3) post timbang terima.

D. Konsep Teori Model Keperawatan Imogene King

Pada komunikasi efektif saat timbang terima pasien adanya interaksi antara perawat dengan perawat lainnya dalam menyampaikan kondisi pasien, adapun kerangka konseptual teori model King terdiri dari 3 (tiga) sistem yang saling berinteraksi, yaitu sistem inividu atau (personal system), sistem kelompok atau (interpersonal system), dan sistem sosial atau (social system). a. Sistem personal

Individu berada dalam sistem personal. Konsep ini yang perlu dipahami dalam sistem ini adalah : gambaran diri, diri sendiri, pertumbuhan dan perkembangan, persepsi, ruang dan waktu.

b. Sistem intrerpersonal

Sistem ini terbentuk ketika dua atau lebih individu saling berhubungan, pembentukan oleh dua orang atau lebih, interaksi perawat dengan pasien adalah jenis dari sistem ini yang mesti dipahami perawat. Konsep ini

(19)

diperlukan satu pemahaman tentang konsep komunikasi, interaksi, peran dan trnsaksi.

c. Sistem sosial

Sistem ini berinteraksi saling seiringnya secara menyeluruh yang terdiri dari kelompok masyarakat, dikenal sebagai sistem sosial. Sistem sosial ini sangat penting dipahami untuk memahami otoritas suatu konsep, pengambilan keputusan, organisasi, dan status.

(20)

E. Kerangka Teori

Kerangka teori penerapan metode SBAR dalam handover dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. 1 Kerangka Teori SBAR dari Leonard, 2014 danTimbang Terima dari Nursalam, 2015

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif: 1. Persepsi 2. Pengetahuan 3. Sikap 4. Motivasi Penerapan metode SBAR dalam Handover Faktor yang mempengaruhi perilaku (Kongsuwan Nilmanat K, Prompahakul C, 2011) : 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Masa kerja 4. Pendidikan

Gambar

Gambar 2. 1 Kerangka Teori SBAR dari  Leonard, 2014 danTimbang Terima dari Nursalam, 2015

Referensi

Dokumen terkait

• Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut maupun rujukan yang perlu dilakukan pada saat

kesehatan. Hal ini karena pada hakekatnya pelayanan dan asuhan.. pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu klien dalam. pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya

adekuat. c) Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi.. b) Ketahui makanan kesukaan pasien. c) Timbang berat badan pada interval yang tepat. d) Anjurkan makanan sedikit tapi sering.

• Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut maupun rujukan yang perlu dilakukan pada saat

Informasi yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi

Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan jelas, kegiatan pelayanan

Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit Poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Polio adalah penyakit susunan saraf pusat

• Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut maupun rujukan yang perlu dilakukan pada saat