• Tidak ada hasil yang ditemukan

KTI TIARA RIZKI FITRIANI.pdf - Repository Poltekkes Kaltim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KTI TIARA RIZKI FITRIANI.pdf - Repository Poltekkes Kaltim"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

Yang telah melimpahkan kebaikan-Nya, Taufiq dan Hidayet sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd, saya ucapkan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran yang telah membantu saya menyelesaikan makalah penelitian ini. Terima kasih telah mau menemani saya dan mendengarkan cerita keluh kesah saya selama proses perkuliahan dan pembuatan makalah penelitian ini pak.

Dalam penyusunan artikel ilmiah ini banyak sekali permasalahan dan kendala yang saya alami, namun semuanya dapat teratasi berkat bantuan dari berbagai pihak.

Latar Belakang Masalah

Banyaknya kasus DBD pada tahun 2019 terutama menyerang anak-anak berusia 5 hingga 14 tahun, mengingat daya tahan tubuh mereka lebih rendah dibandingkan orang dewasa (Dinkes Kota Balkipan 2019). Saat ini angka kejadian DBD di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak-anak, namun juga pada remaja dan dewasa (Pare et al. 2020). Data yang diterima, dalam dua tahun terakhir, jumlah kasus pasien terdiagnosis DBD di ruang Flamboyan C mengalami peningkatan.

Sedangkan data kasus pasien terdiagnosis DBD di ruang Flamboyan C pada tahun 2019 sebanyak 50 kasus.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Asuhan keperawatan pada klien anak penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat di rumah sakit”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan mengenai penyakit DBD pada anak. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar dan rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya disiplin keperawatan tentang asuhan keperawatan pada anak DBD.

TINJAUAN TEORI

Pengertian

Etiologi

Anatomi Fisiologi

Pada orang dewasa dan anak-anak, sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembekuan diproduksi di sumsum tulang. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu komponen padat yang terdiri dari sel darah (sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan sel pembekuan darah atau trombosit) dan komponen cair yaitu plasma darah. Ada 3 jenis sel darah, yaitu: Eritrosit adalah sel darah yang telah berdiferensiasi tinggi dan memiliki fungsi khusus untuk mengangkut oksigen.

Sel darah putih : Berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit dengan cara mengkonsumsi atau memfagosit penyakit.

Klasifikasi

Patofisiologi

Akibat aktivasi C3 dan C5, akan dilepaskan C3a dan C5a, dua peptida yang mempunyai kekuatan melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah sehingga terjadi pelebaran. plasma di ruang ekstraseluler. Ekspansi plasma ke ruang ekstraseluler menyebabkan penurunan volume plasma, hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia, serta efusi dan syok. Adanya kebocoran plasma pada daerah ekstravaskular dipastikan dengan ditemukannya cairan yang terakumulasi pada rongga serosa yaitu pada peritoneum, pleura dan perikardium, yang pada otopsi terbukti lebih banyak dibandingkan cairan yang diberikan secara intravena.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan bahwa kebocoran plasma telah teratasi, sehingga kecepatan dan jumlah pemberian cairan intravena harus dikurangi untuk mencegah edema paru dan gagal jantung. yang buruk juga bisa mengalami shock.

Manifestasi Klinis

Pemeriksaan Penunjang

Tes serologis = Tes HI (uji penghambatan hemaglutinasi) Tes serologis didasarkan pada perkembangan antibodi pada pasien yang terjadi setelah infeksi. Reaksi sekunder merupakan kelanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat diamati secara in vitro, seperti presipitasi, flokulasi dan aglutinasi. Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan kemampuan antibodi dengue dalam menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue, yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).

Prinsip metode ini adalah mendeteksi keberadaan antibodi IgM dan IgG dalam serum pasien.

Penatalaksanaan

Cairan intravena biasanya hanya bertahan 24-48 jam aliran kapiler spontan setelah pemberian cairan. Harus diingat bahwa lebih banyak kematian terjadi akibat kelebihan hidrasi dibandingkan akibat kekurangan cairan.

Komplikasi

Pathway DHF

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Pola pernafasan tidak efisien berhubungan dengan keterbatasan usaha pernafasan Tujuan: Mempertahankan pola pernafasan normal/efisien Kriteria hasil. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. i) Berikan suplemen makanan bila perlu. Pendidikan.. j) Anjurkan posisi duduk jika bisa. k) Pelajari program diet Kerja Sama. l) Berkolaborasi dalam pemberian obat sebelum makan (misalnya obat pereda nyeri, antimietik) jika diperlukan. m) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika diperlukan. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler. Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat diatasi Kriteria hasil.

Konsep Keperawatan Anak

  • Paradigma Keperawatan Anak
  • Prinsip Keperawatan Anak
  • Batasan Usia Anak
  • Peran Perawat Anak
  • Konsep Hospitalisasi pada Anak

Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dipertimbangkan adalah lingkungan eksternal dan internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak. Pelayanan keperawatan anak ditujukan untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan dengan suatu tujuan. Keperawatan anak merupakan suatu disiplin ilmu kedokteran yang fokus pada kesejahteraan anak, sehingga perawat mempunyai tanggung jawab yang komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, menilai, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka, dengan menggunakan proses keperawatan yang konsisten dengan aspek moral (etika) dan hukum (legal). Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan masa dewasa atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Kebutuhan orang tua akan pendidikan kesehatan dapat mencakup pemahaman dasar tentang penyakit anak mereka, perawatan anak selama dirawat di rumah sakit, dan perawatan lebih lanjut sebagai persiapan pulang ke rumah.

Menjadi peneliti perawat anak memerlukan keterlibatan penuh dalam upaya menemukan masalah keperawatan anak untuk diteliti, melakukan penelitian langsung, dan menggunakan temuan penelitian kesehatan/keperawatan anak untuk meningkatkan mutu praktik keperawatan/pengasuhan anak. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus mampu melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu keperawatan anak. Anak membutuhkan rasa aman dan aman dari orang tuanya, namun tidak selalu harus didampingi oleh orang tuanya.

Anak tidak takut berpisah dengan orang tuanya, namun takut kehilangan status dan hubungan dengan teman-temannya. Seringkali orang tua lebih memperhatikan anak yang sakit dibandingkan anak yang sehat.

METODOLOGI PENELITIAN

  • Subyek Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
  • Keabsahan Data
  • Analisis Data

Berdasarkan tabel 4.8 klien 2 menjelaskan bahwa pelaksanaan didasarkan pada rencana atau intervensi yang dibuat, tujuan dilakukannya tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan sehingga kriteria hasil dapat tercapai. Pada klien 1 dan klien 2 ditegakkan diagnosa keperawatan menurut Nanda (2015) yaitu Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit virus dengue dan berdasarkan SDKI (2017) untuk menegakkan diagnosa Hipertermia yaitu Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas normal. Tanda dan gejala DBD pada klien 1 dan klien 2 salah satunya adalah mengalami demam tinggi secara tiba-tiba selama 2-7 hari (Nurarif & Kusuma, 2015).

Berdasarkan SDKI (2017), pada klien 1 dengan data mayor dan minor diperoleh data mayor (objektif) yaitu selaput lendir kering dan data klien 1 mocosa bibir kering dan diperoleh tanda minor (objektif) yaitu peningkatan badan. suhu dan pada klien 1 diperoleh data suhu 38oC (Normal. Pada klien 2 ditegakkan diagnosa keperawatan menurut Nanda (2015) yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi akibat mual dan penurunan nafsu makan serta berdasarkan SDKI (2017) untuk menegakkan diagnosis defisiensi nutrisi yaitu defisiensi nutrisi yang berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan makan) yang ditandai dengan mual dan muntah, sedangkan berdasarkan data yang ada klien 1 tidak menunjukkan adanya tanda dan gejala defisiensi nutrisi. .

Pada klien 1 ditegakkan diagnosa keperawatan menurut Nanda (2015) yaitu perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi yang ditandai dengan trombositopenia, dan berdasarkan SDKI (2017) untuk menegakkan diagnosis risiko perdarahan yaitu risiko perdarahan yang ditandai dengan gangguan koagulasi ( trombositopenia). Pada klien 1 ditegakkan diagnosa keperawatan menurut Nanda (2015) yaitu resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yang ditandai dengan perdarahan dan berdasarkan SDKI (2017) untuk menegakkan diagnosa resiko syok yaitu risiko syok yang ditandai dengan kekurangan volume cairan. Implementasi pada klien 1 dan klien 2 dilakukan sesuai dengan intervensi yang dilakukan dan disesuaikan dengan permasalahan keperawatan klien.

Dalam hal ini diperoleh data gejalanya sama yaitu Klien 1 dan Klien 2 mengalami demam yang fluktuatif. Namun terdapat perbedaan keluhan antara klien 1 dan 2 yaitu klien 1 tidak mengalami mual dan muntah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian

Klien 1 didiagnosis DBD derajat II, sedangkan klien 2 didiagnosis DBD derajat III. Berdasarkan Tabel 4.5 diatas teridentifikasi 4 diagnosa keperawatan pada klien 1 dan diagnosa keperawatan 2 pada klien 2, sedangkan diagnosa antara klien 1 dan klien 2 sama yaitu hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Berdasarkan tabel 4.6 diatas intervensi yang digunakan oleh Nanda Nic Noc (2015) dan intervensi yang akan dilaksanakan pada klien 1 dan klien 2 selama masa perawatan sudah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

Berdasarkan tabel 4.7 diatas klien 1 menjelaskan bahwa pelaksanaannya didasarkan pada rencana atau intervensi yang telah disusun, tujuan pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan tersebut, sehingga kriteria hasil dapat tercapai. Berdasarkan SDKI (2017), pasien 2 memperoleh data utama (objektif) dengan data yang lebih besar dan lebih kecil yaitu suhu tubuh diatas nilai normal dan data klien 2 yaitu suhu : 38,5 oC (normal dan diperoleh lebih kecil (objektif) karakter). yaitu kulit merah dan kulit terasa hangat saat disentuh dan pada klien 2 diperoleh data warna Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler Pada klien 1 ditegakkan diagnosa keperawatan menurut Nanda (2015) yaitu hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan berdasarkan SDKI (2017) ditegakkan diagnosis hipovolemia yaitu hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler untuk memastikan diagnosis hipovolemia, terdapat gejala dan tanda mayor 80-100% untuk memastikan diagnosis dan ada tanda minor : gejala dan tanda tidak perlu ditemukan, namun bila ditemukan dapat menunjang diagnosis seperti pada gejala dan tanda mayor subjektif (tidak ada) Tujuan : denyut nadi meningkat, denyut nadi lemah .

Kemungkinan data klien 2 tidak lengkap dan diagnosis risiko syok menurut SDKI (2017) tidak dapat ditegakkan karena data tidak lengkap. Menurut analisa peneliti klien 1 berdasarkan rencana keperawatan menurut data klien 1 tidak mempunyai rencana keperawatan pendidikan. Berdasarkan analisa peneliti terhadap rencana keperawatan klien 2 berdasarkan data yang ada, perencanaan keperawatan klien 2 sudah sesuai dengan aspek observasi, terapi, edukasi dan kolaborasi.

Berdasarkan analisa peneliti terhadap klien 1 berdasarkan rencana keperawatan menurut data klien 1 belum mempunyai rencana keperawatan terapeutik. Penerapan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah hipovolemia pada klien 1 sesuai dengan intervensi yaitu mengamati dan mencatat asupan dan haluaran cairan serta bekerjasama dengan pemberian terapi cairan intravena. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa setelah 3 hari perawatan pada klien 1, masalah Risiko Perdarahan yang ditandai dengan gangguan koagulasi (trombositopenia) teratasi pada klien 1 pada hari ketiga tanggal 24 April 2019 sesuai kriteria perencanaan.

Sedangkan klien 2 juga mempunyai 3 diagnosa keperawatan yang sudah terkonfirmasi dan teratasi, serta 2 diagnosa yang teratasi sebagian sesuai rencana, yaitu risiko perdarahan yang ditandai dengan gangguan pembekuan darah (trombositopenia), hipertermia terkait proses, penyakit yang ditandai dengan suhu tubuh di atas nilai normal. , defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan terhadap makanan), ditandai dengan mual dan muntah.

Pengkajian

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

4.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien pneumonia menurut Nurarif & Kusuma 2015 adalah : 4.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan