• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci :Perlindungan Hukum; Tindak Pidana; Pencurian; Saksi dan Korban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kata Kunci :Perlindungan Hukum; Tindak Pidana; Pencurian; Saksi dan Korban"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN KORBAN DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR

Hendra Purnama1, Hidayatullah2, Munajah3 Program Studi: Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Email :hendrapurnama540@gmail.com/ No. HP 087815185771

ABSTRAK

Hendra Purnama.NPM. 16.81.0413. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Saksi dan Korban dalam Tindak pidana Pencurian Kendaraan Bermotor.Skripsi.Fakultas Hukum.Universitas Islam Kalimantan Pembimbing I. Dr. Hidayatullah, SHI., S.Pd., M.PD, Pembimbing II. Munajah, SH, MH.

Kata Kunci :Perlindungan Hukum; Tindak Pidana; Pencurian; Saksi dan Korban.

Seiring dengan perkembangan jaman, yang semakin meningkat ada beberapa kasus tindak pidana yang sering dialami masyarakat termasuk kasus pencurian. Meningkatnya tindak pidana pencurian khusus untuk kendaraan roda dua, yang dimana tindak pidana pencurian itu merugikan bagi korban, dan pada saat itu saksi melihat kejadian tersebut segera melaporkan kepihak berwajib, setelah melaporkan kepihak berwajib dimana saksi dan korban untuk meminta perlindungan hukum dari berbagai ancaman pihak manapun agar merasa aman dan terlindungi.

Penelitian ini di fokuskan pada dua rumusan masalah yaitu bagaimana kedudukan saksi dan korban dalam tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap saksi dan korban dalam tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.

Penelitian ini merupakan penelitian normatif, yang bersifat Deskriptif analitis dan sumber bahan hukum melalui bahan hukum primer, sekunder, dan bahan hukum tersier, pengumpulan bahan hukum melalui studi perpustakaan dan pengolahan bahan hukum dengan editing, coding, reconstruction dan systematizing. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode kualitatif.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa kedudukan saksi dan korban diatur dalam sistem peradilan pidana, ada dua yang mengatur Undang-undang yaitu: Undang-undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Undang-undang nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dan bahwa bentuk perlindungan hukum terhadap saksi dan korban diatur dalam Undang-undang nomor 13 Tahun 2006 terbentuknya sebuah lembaga yaitu Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Aturan tentang saksi dan korban didalam Undang-undang nomor 13 Tahun 2006 diatur secara khusus diutamakan dan dikarenakan adanya asas hukum Lex Spesialis derogate legi generali dimana asas itu tersebut bahwa menurut penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum bersifat khusus itu mengesampingkan aturan hukum yang bersifat umum.

maka aturan bersifat umum,tidak terlalu diutamakan lagi sebagai hukum ketika ada aturan hukum yang bersifat khusus.

ABSTRACT

(2)

Hendra Purnama. NPM. 16.81.0413. 2020. Legal Protection against Witnesses and Victims in Criminal Act Motor Vehicle Theft.Skripsi.Faculty of law Kalimantan Islamic University.Adviser I. Dr.

Hidayatullah, SHI., S.Pd., MH., M.Pd, and Adviser II. Munajah, SH.,MH.

Keywords : Legal Protection; Theft; Criminal act; Victim and Witness.

Along with the times, which are increasing there are several criminal act cases that are often experienced by community, including cases of theft. The increase in criminal cases of theft specifically for two-wheeled vehicles, in which the criminal cases of theft is very detrimental to the victim and at that time the witness saw the incident immediately reported to the authorities, after reporting to the authorities where witnesses and victims asked for legal protection from various threats from any party to feel safe and protected.

This research is focused on two problem formulations, namely how the position of witnesses and victims in the crime in vehicle theft crimes, how the form of legal protection for witnesses and victims in motor vehecle theft crimes.

This research is a normative research, which is descriptive analytical and sources of legal material through primary, secondary and tertiary legal material, techinques for collecting legal material through document studies (library studies) and processing of legal materials by editing, coding, reconstruction and systematizing. The data obtained study were analyzed using qualitative methods.

From this research, it is found that the position of witnesses and victims is regulated in the criminal justice system, there are two regulating laws, namely: Law number eight Year one thousand nine hundred eighty one concerning the Criminal Procedure Code and Law number thirteen year two thousand and six concerning Protection. Witness and Victim and that the from of legal protection for witnesses and victim is regulated in Law number thirteen year two thousand and six, the establishment of an institution, namely the Witness or Victim Protection Agency. The rules regarding witnesses and victims in Law number Thirteen Year two thousand and sixare specifically regulated and are due to the legal principle of Lex Specialist derogate legi generali, where this principle is that the interpretation of law which states thar this particular law overrides general legal rules. then the general rule is, no longer a law when there are already specific legal rules.

PENDAHULUAN

Dari judul diatas bahwa kita akan menjelaskan pengertian Masyarakat dan korban dalam membantu mengungkap Tindak Pidana Curanmor (Pencurian kendaraan bermotor), sebagai berikut pengertian Masyarakat secara Umum yaitu, manusia yang merupakan satu kesatuan, yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Masyarakat mempunyai peranan penting yang dimana tujuannya saling membantu satu sama lain dan disebut juga sebagai makhluk sosial.

dan ciri-ciri masyarakat yaitu terdapat Interaksi Sosial, hidup selalu berkelompok, berada di wilayah tertentu dan lain-lain dan sedangkan pengertian Korban yaitu suatu yang mengalami, penderitaan fisik,mental,dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh tindak pidana.Korban termasuk pembahasan dalam kajian ilmu Viktimologi1yang dimana arti sebuah ilmu mempelajari tentang korban.

1Lilik Mulyadi, (2012) “Hukum Acara Pidana Indonesia”, Cet ke 4, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, hlm. 22.

(3)

Pada umumnya hubungan korban dan kejahatan yaitu pihak menjadi korban sebagaimana akibat kejahatan.Jadi hal disepakati dalam hubungan, pihak korban adalah pihak yang dirugikan.dan sedangkan pelaku merupakan pihak yang mengambil untung dari korban.Mengapa penyebab terjadi adanya korban: kealpaan, ketidaktauan,dan lain-lain.Dilihat dari perkembangan faktor global,ataupun factor- factor negatif lain.

Jadi sebagaimana judul diatas yaitu peranan masyarakat umum dan korban dalam membantu mengungkap tindak pidana curanmor, yang dimana diatur dalam Pasal 362 sampai Pasal 367 Tentang Pencurian, KUHP yang dimana intinya masyarakat umum dan korban termasuk dalam kategori sebagai Saksi yang dalam Pasal 1 ketentuan umum nomor 26 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP,yang dimana penjelasan sebagai berikut :

Saksi yaitu seseorang memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan,dan peradilan tentang perkara pidana dimana ia dengar sendiri, ia lihat sendiri,dan ia alami sendiri. dan Saksi sebagai ketentuan dalam Pasal 184 tentang Alat Bukti KUHAP yang sah sebagaimana sudah dicantumkan dalam Pasal 184 yaitu mengatur tentang Alat Bukti ada 5 yaitu:

1. pertama Keterangan Saksi, 2. kedua Keterangan Ahli, 3. ketiga surat,

4. keempat Petunjuk dan

5. kelima Keterangan Terdakwa.

Perlindungan Saksi dan Korban sudah diatur juga dalam Undang- Undang No 13 Tahun 2006 dan terbentuknya sebuah lembaga perlindungan saksi dan korban.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kedudukan saksi dan korban dalam tindak pidana pencurian kendaraan bermotor ?

2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap saksi dan korban dalam tindak pidana pencurian kendaraan bermotor ?

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan jenis penelitian Normatif,yang sifat Deskriptif Analitis dan sumber bahan hukum melalui bahan hukum primer, sekunder, dan tersier, ada juga Pengumpulan bahan melalui keperpustakaan dan Pengolahan bahan hukum dengan cara melakukan editing, coding, reconstruction dan systemizing. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode kualitatif.

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Saksi dan korban dalam tindak pidana pencurian kendaraan bermotor

Kedudukan Saksi dan korban dalam pandangan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.Dalam suatu penegakan hukum,kelemahan dasarnya yaitu terabaikan

(4)

hak korban kejahatan,yang proses penanganan perkara pidana maupun akibat harus ditanggung oleh korban kejahatan,tidak mendapat aturan yang memadai.2

Hal ini dapat kita lihat dalam KUHAP, tidak terlalu banyak pasal yang membahas tentang korban,Terlihat dengan macam-macamnya bahasa digunakan dalam menujuk seorang korban.

Kedudukan Korban tindak pidana pencurian,diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban.Setelah sekian lama banyak pihak yang menunggu lahirnya undang-undang yang mengatur secara khusus perlindungan saksi dan korban3,berlakunya undang-undang ini, memberikan angin segar bagi perlindungan korban dan saksi dari kejahatan.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Saksi dan Korban dalam Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor

Sebagaimana bentuk perlindungan terhadap korban yaitu:4 a. Ganti rugi

Dapat kita lihat dari pengertian ganti rugi menurut Pasal 1 ayat 22 KUHAP

“ganti kerugian yaitu Hak seseorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan,sejumlah uang karena ditangkap,ditahan,dituntut,ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.5

b. Restitusi (restitution)

yaitu pembayaran ganti kerugian dibebankan kepada pelaku,berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

c. Kompensasi

yaitu ganti kerugian yang diberikan oleh negara,karena pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian sepenuhnya yang menjadi tanggung jawabnya.6

Ada juga bentuk perlindungan menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. dan terbentuknya sebuah lembaga perlindungan saksi dan korban (LPSK).

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dari bab hasil penelitian maka penulis dapat menarik kesimpulan, sebagai berikut :

1. Bahwa kedudukan saksi dan korban,diatur sistem peradilan pidana ada 2 (dua) yang mengatur undang-undang tersebut yaitu pertama,Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981,tentang KUHAP dan yang kedua,Undang-Undang Nomor 13

2Yulia Rena (2010), Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Cet ke1, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 103.

3Ibid., hlm. 110

4Ibid., hlm. 178.

5Sofyan Muhammad Andi, Asis Abd, (2014),Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Cet ke 2 Jakarta: Kencana hlm. 112.

6Ibid., hlm.180.

(5)

Tahun 2006,tentang Perlindungan Saksi dan Korban.Pada awalnya kedudukan saksi dan korban menurut KUHAP sedikit sekali pasal mengatur saksi dan korban dan hanya secara umum saja.Lahirnya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang mengatur secara khusus, memberikan konsekuensi tentang Perlindungan Saksi dan Korban, pada aturan tentang saksi dan korban dimana KUHPidana tidak bisa diterapkan lagi dan berlakunya undang-undang ini memberikan angin segar, bagi perlindungan korban dari tindak kejahatan.

2. Bentuk perlindungan hukum saksi dan korban diatur Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006,tentang Perlindungan Saksi dan Korban yaitu,terbentuknya sebuah Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dimana tugas dan wewenang adalah menerima permohonan saksi dan korban untuk perlindungan, menghentikan progam dan lain-lain, dan bekerjasama dengan lembaga terkait yang berwenang dalam melaksankan pemberian perlindungan dan bantuan.

Selama aturan tentang saksi dan korban ada didalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 maka aturan tersebut diatur secara khusus diutamakan dan dikarenakan adanya asas hukum Lex Spesialis derogate legi generali dimana asas tersebut bahwa penafisran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus, itu mengesampingkan aturan hukum yang bersifat umum, maka aturan yang bersifat umum itu tidak lagi sebagai hukum ketika telah ada aturan hukum yang bersifat khusus.

B. Saran

1. Kepada semua pihak baik masyarakat, maupun aparat penegak hukum perlu mengefektifkan upaya preventif maupun represif. Namun hendaknya lebih baik jika kita semua mengutamakan upaya – upaya preventif jauh lebih baik untuk menghindari munculnya adanya korban.

2. Setiap orang, siapapun itu hendaknya lebih waspada lagi dan hati – hati untuk menyimpan ataupun memarkir kendaraan roda dua baik itu dirumah maupun ditempat umum utamakan mengunci stang ganda dan pakai rantai agar dapat meminimalisir suatu tindak pidana pencurian.

3. Saksi dan /atau Korban haruslah terlebih dahulu mengerti akan prosedur dalam pengajuan permohonan perlindungan terhadap LPSK dan persyaratan apakah aja yang harus dipenuhi. Disamping itu LPSK juga wajib memberikan kemudahan untuk saksi dan /atau korban serta pihak terkait lainnya dalam hal mengajukan permohonan, pemenuhan persyaratan serta hal – hal terkait lainnya yang sulit untuk dipahami oleh mereka.

4. Perbaikan akan Undang – Undang Perlindungan Saksi dan Korban akan sangat membantu LPSK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

Sosialisasi tentang kehadiran LPSK inipun penting dilaksanakan agar masyarakat luas semakin mengetahui secara jelas tentang bagaimana kinerja dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

DAFTAR PUSTAKA

(6)

BukuAbdullah, Edi, Muhadar, Thamrin Husni (2010),“Perlindungan Saksi dan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana”Surabaya: PMN.

Gosita Arief, (1993), “Masalah Korban Kejahatan”, Jakarta: PT Akademika Pressindo.

Lexy J. Moleong, (1999), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remadja Rosdakarja,

Lilik Mulyadi, (2012),“Hukum Acara Pidana Indonesia”, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Muhadar, (2010),Perlindungan Saksi dan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana, Surabaya: PMN,

Rena Yulia, (2010)“Viktimologi Perlindungan Hukum terhadap Korban Kejahatan”, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Ronny Hanitjo Soemitro, (1990),Metodologi Penilitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:

Ghala Indonesia,

Siswanto Sunarso, (2012),Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Sinar Grafika

Teguh Prasetyo, (2010),Hukum Pidana, Jakarta, Rajawali Pers

WaluyoBambang,(2011),“Viktimologi Perlindungan Korban dan Saksi”,Jakarta: PT.

Sinar Grafika.

Andi Muhammad Sofyan,Abd. Asis, (2014), “Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar”,Jakarta: Kencana.

Ilyas Amir, (2012), “Asas-asas Hukum Pidana” Yogyakarta:Rangkang Yogyakarta

& PuKAP-Indonesia.

Wirjono Prodjodikoro, (2010), “Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia”, Bandung: Refika Aditama.

Ridwan Hasibuan,(1994),“Kriminologi dalam Arti Sempit dan Ilmu-ilmu Forensik”, Medan: USU Press.

Toposantoso dan Eva Achiani Zulfa, (2001), “Kriminologi”, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Adami Chazawi, (2002), “Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2”, Jakarta : PT Raja GrafikaPersada

Jurnal

Saristha Natalia Tuage,Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Dan Korban Oleh

Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK), Artikel Jurnal, (2013), hlm.3 dapat diakses oleh https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen /article/view /1541/1236,tanggal 20 juli 2020.

Claudia Qurota Akyunin,“Kajian Viktimologi tentang Perlindungan Hukum bagi Korban Pengendara Kendaraan Bermotor yang Mengalami Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan (Studi Kasus di Kepolisian Resor Pasuruan) Jurnal Universitas, Brawijaya (2013). hlm. 78, dapat diakses http://repository.ub.ac.id/111472/1/051305416.pdf, tanggal 22 Juli 2020.

(7)

Laxmi Jamaluddin, Tinjauan Viktimologis terhadap Tindak Pidana Pencurian Kendraan Bermotor roda dua di Kota Pinrang, Artikel Jurnal, (2016), hlm.

21 dapat diakses oleh http://digilib.unhas.ac.id/uploaded/files/temporary/

DigitalCollection/YjYwMTBlMjdiOTlmMDMxMjkyNzUzZmVjYjY4M2 Y5ZTkxMDI5YzE5Y Q==.pdf,tanggal 20 juli 2020.

Kamus / Ensiklopedia

Depdikbud, (1989),Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-2, Jakarta, Balai Pustaka.

Website

Hukumonline, Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban Nomor 13 Tahun 2006dapat diakses online pada https://www.hukumonline.com/pusatdata/

detail/25992/ undang undang-nomor-13-tahun-2006 tanggal 21juli 2020.

Hukumonline, Undang-undang No 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dapat di akses online pada https://www.hukum online.com/pusatdata/detail/2647/undang-undang-nomor8-tahun1981

tanggal 21 juli 2020

Peraturan Perundang – Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pemberian Kompensansi, Restitusi dan Bantuan Kepada Saksi dan Korban.

Peraturan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian Perlindungan Saksi dan Korban.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undag Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP menjelaskan bahwa jangka waktu penahanan ditentukan menurut kepentingan anak dan pembedaan ancaman pidana terhadap anak sebagaimana diatur