LAPORAN PENANAMAN BENIH INDIGOFERA DI RUMAH KACA INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
KELOMPOK 5 RA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK (NIM) :
1. Akhdan (122420012)
2. Hinsa Samuel Sirait (122420001)
3. Laurent Sirait (122420048)
4. Nur Indah Fahira (122420033)
5. Zahwa Noprida Maharani (122420023)
REKAYASA KEHUTANAN
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
W
DAFTAR ISI
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 1 1.3 Tujuan 1 II TINJAUAN PUSTAKA ... 2
2.1 PEMATAHAN DORMANSI DAN UJI PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KEHUTANAN 2 2.2 PERSIAPAN MEDIA SAPIH DAN PENYAPIHAN 2 2.3 PENGUKURAN, PENYULAMAN, DAN PEMELIHARAAN 3 2.4 PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA 4 BAB III ... 5
METODE ... 5
2.6 Waktu dan Tempat Penelitian 5 2.6.1 Alat dan Bahan ... 5
2.6.2 Persiapan Media Sapih dan Penyapihan ... 5
2.6.3 Pengukuran, Penyulaman, dan Pemeliharaan ... 5
2.6.4 Pemeliharaan Tanaman Muda ... 5
2.7 Prosedur Kerja 6 2.7.1 Pematahan Dormansi dan Uji Perkecambahan Benih Tanaman Kehutanan... 6
2.7.2 Persiapan Media Sapih dan Penyapihan ... 6
2.7.3 Penyukuran, Penyulaman, dan Pemeliharaan ... 6
2.7.4 Pemeliharaan Tanaman Muda ... 7
III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8
3.1 PEMATAHAN DORMANSI DAN UJI PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KEHUTANAN 8 3.2 PERSIAPAN MEDIA SAPIH DAN PENYAPIHAN 8 3.3 PENGUKURAN, PENYULAMAN, DAN PEMELIHARAAN 9 3.4 PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA 11 IV SIMPULAN DAN SARAN ... 13
4.1 Simpulan 13 4.2 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA ... 14
LAMPIRAN ... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Genus Indigofera, yang termasuk dalam keluarga Fabaceae, mencakup lebih dari 750 spesies yang tersebar di berbagai wilayah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Salah satu spesies yang paling terkenal dari genus ini adalah Indigofera tinctoria, yang telah lama digunakan untuk menghasilkan pewarna biru yang dikenal sebagai indigo. Pewarna ini memiliki aplikasi luas dalam industri tekstil untuk memberikan warna biru pada kain. Selain itu, beberapa spesies Indigofera, seperti Indigofera hirsuta, juga memiliki nilai pakan ternak dan potensi sebagai tanaman penutup tanah atau tanaman penambah nitrogen. Dalam konteks pertanian, beberapa spesies Indigofera diusahakan secara komersial untuk produksi indigo, sementara yang lain dimanfaatkan dalam agroforestri dan praktik pertanian berkelanjutan. (Muzayyinah, 2014)
Kemampuan Indigofera untuk memperbaiki kualitas tanah melalui fiksasi nitrogen membuatnya bernilai dalam sistem pertanian yang berkelanjutan.
Pengenalan benih Indigofera yang tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu atau memiliki sifat-sifat unggul juga menjadi penting dalam praktik perbanyakan tanaman. Dengan sifat fisiologis benih yang khas, pengetahuan mendalam tentang karakteristik morfologi, dan peran ekonomis serta lingkungan masing-masing spesies, Indigofera menjadi penting dalam konteks keberlanjutan pertanian. Dengan demikian, pemahaman yang lebih mendalam tentang benih Indigofera tidak hanya berkontribusi pada produksi pewarna alami, tetapi juga pada upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan pengembangan sistem pertanian yang ramah lingkungan. (Mayasari & Ismiraj, 2019)
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengaruh proses dalam pengujian mutu benih Indigofera?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan pasir zeolid dan tanah dalam uji perkecambahan benih?
3. Apa pengaruh teknik dormansi terhadap uji perkecambahan benih?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mengetahui pengujian benih yang dilakukan menghasilkan bibit yang berkualitas dan mengurangi kerugian.
2. adapun sebagai media tanam yang memiliki laju kecepatan dalam perkecambahan benih Indigofera.
3. Mahasiswa mengetahui pemantahan dormansi memberikan pengaruh terhadap indeks perkecambahan biji Indigofera
2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PEMATAHAN DORMANSI DAN UJI PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KEHUTANAN
Dormansi adalah kondisi dimana tumbuhan tidak aktif melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Dormansi dilakukan ketika lingkungan sekitar tidak mendukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Dormansi benih merupakan kondisi saat benih hidup tidak berkecambah hingga waktu di akhir pengamatan meskipun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahan.
Dormansi benih disebabkan akibat adanya impermeabilitas lapisan luar atau kulit benih terhadap air dan gas serta embrio yang belum tumbuh sempurna.Dormansi benih adalah cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dormansi benih dapat mencegah terjadinya perkecambahan di lapangan, mekanisme untuk mempertahankan hidup benih, dan pada beberapa spesies dapat memiliki daya simpan yang lebih lama. Tetapi dormansi benih dapat mengganggu waktu tanam, memperpanjang waktu berkecambah, dan menimbulkan masalah dalam interpretasi terhadap pengujian benih. Perlakuan ini digunakan untuk proses mempercepat perkecambahan benih sehingga persentase berkecambah tetap tinggi. Pematahan dormansi ini dilakukan pada benih yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dikecambahkan. (Suita, 2019)
Perlakuan dormansi diawali pada kulit benih, embrio, maupun endosperma benih dengan tujuan untuk menghilangkan faktor penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali selsel benih yang dorman. Pematahan dormasi dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti perendaman dalam air, pengurangan ketebalan kulit, perlakuan dengan bantuan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi.
Penggunaan metode pematahan dormansi pada benih disesuaikan dengan jenis dormansi pada benih. Pemilihan metode ini perlu untuk dilakukan agar benih dorman lebih cepat berkecambah dan pertumbuhannya seragam. Menurut Marsiwi, air panas dapat mematahkan dormansi fisik pada Leguminoseae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereid atau merusak tutup strophiolar.
Pencelupan sesaat juga baik dilakukan untuk mencegah kerusakan embrio. Cara yang biasa dilakukan yaitu dengan menuangkan benih ke dalam air yang mendidih dan membiarkannya dingin dan menyerap air selama 12-24 jam. (Taniu, Solle, &
Hendrik, 2022)
2.2 PERSIAPAN MEDIA SAPIH DAN PENYAPIHAN
Persiapan media sapih dan penyapihan kualitas bibit sangat dipengaruhi oleh kualitas media penyapihan yang digunakan. Media penyapihan mempunyai peranan penting dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanaman, yaitu memberi dukungan mekanik dengan menjadi tempat berjangkarnya akar, menyediakan ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, serta menyediakan udara untuk respirasi air, dan menyediakan nutrisi (Putri dan Djam’an, 2004).Pembangunan HTI dilaksanakan melalui penerapan sisitem silvikultur intensif. Salah satu aspek
3 yang perlu diperhatikan pada pembangunan HTI adalah penggunaan media penyapihan bibit. ( Prananda, Indriyanto, & Riniarti, 2014)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan media tumbuh bibit antara lain: (1) media mampu mengikat air dan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan, (2) mempunyai drainase dan aerasi yang baik, (3) dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman, (4) tidak mudah lapuk, (5) mudah didapat dan harganya murah, dan (6) tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Berdasarkan hal tersebut maka penggunan top soil saja tidak selalu memenuhi kualifikasi yang mencakup 6 hal pentingtersebut, oleh karena itu penggunaan bahan campuran media merupakan alternatif untuk memperbaiki media tumbuh bibit sehingga dapat diperoleh kualitas pertumbuhan bibit yang baik.
Media penyapihan yang umumnya digunakan dalam pembibitan adalah tanah lapisan atas. Top soiltersusun atas komposisi alamiah dengan kandungan mineral yang sangat berguna bagi tanaman. Namun terdapat beberapa kelemahan dari penggunaan top soilsebagai media penyapihan semai, misalnya media penyapihan lekas menjadi padat, aerasi kurang baik karena mengandung bahan organik sedikit dan ketersedian unsur hara tertentu bagi tanaman yang sangat kurang. (Irawan, Arbainsyah, Ramlan, Putranto, & Afifudin, 2020)
2.3 PENGUKURAN, PENYULAMAN, DAN PEMELIHARAAN
Pengukuran, penyulaman, dan pemeliharaan adalah tiga aspek penting yang melibatkan kegiatan yang berbeda namun saling terkait dalam berbagai konteks.
Pengukuran merupakan proses penting untuk menentukan nilai suatu parameter atau sifat dari suatu objek atau sistem. Di sisi lain, penyulaman berkaitan dengan kegiatan membersihkan, menyulam, atau merapikan sesuatu, terutama pada tanaman atau tumbuhan. Dalam dunia pertanian, penyulaman mencakup pemangkasan cabang atau daun yang tidak sehat untuk memastikan pertumbuhan yang sehat. Sementara itu, pemeliharaan melibatkan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menjaga, merawat, dan memperbaiki objek atau sistem agar tetap berfungsi dengan baik. Pemeliharaan dapat mencakup perawatan rutin mesin atau peralatan, pembersihan bangunan, dan tindakan preventif untuk mencegah kerusakan atau penurunan kinerja. Secara keseluruhan, ketiga konsep ini memiliki peran krusial dalam memastikan kualitas, keberlanjutan, dan kinerja optimal dari berbagai sistem atau objek dalam berbagai bidang. (Oktaviyan, Indriyanto, &
Surnayanti, 2017)
Pemeliharaan tanaman dilakukan agar bibit yang telah ditanam pada sistem dapat tumbuh dengan optimal. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman, pengontrolan EC dan pH, dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pengendalian terhadap OPT dilakukan secara manual. Jika pada saat penanaman terdapat serangan hama maka hama dimusnahkan dari tanaman.
Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam, penyulaman dilakukan apabila tanaman pada lubang tanam tidak tumbuh atau mati. Penyulaman di ambil dari bibit cadangan yang sudah di siapkan. Pengisian larutan dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dan pengamatan setiap pagi atau sore hari. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur. Penurunan atau pengurangan tinggi air larutan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai evapotranspirasi tanaman. Pengukuran EC larutan nutrisi dengan menggunakan TDS meter atau EC meter. Pengukuran EC
4 meter dilakukan dengan cara menyelupkan pH meter pada nutrisi yang berada di
talang hidroponik. Pengukuran pH dilakukan pada nutrisi sekitar tanaman dengan menggunakan pH meter. Pengukuran pH dilakukan dengan cara menyelupkan pH meter pada nutrisi yang berada di talang hidroponik. Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama dan penyakit yang dapat membahayakan proses produksi sawi. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperhatikan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien. (Umawaitina, Katiandagho,
& Pangemanan, 2019)
2.4 PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA
Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa aspek, seperti penyulaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemangkasan cabang yang tidak dikehendaki. Pemeliharaan tanaman yang intensif dan teratur dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Selain itu, faktor-faktor seperti kelembaban media tanam, suhu udara, waktu, dan dosis pemeliharaan yang dibutuhkan harus diperhatikan sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam. Tahapan pemeliharaan tanaman sayuran meliputi pembibitan, menyiapkan lahan, penanaman, pemupukan, panen, dan setelah panen. ( Setiawan, Indriyanto, &
Bintoro, 2020)
Pemeliharaan tanaman muda adalah aspek penting dalam tumbuh kembang tanaman. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan tanaman, yaitu kondisi kelembaban media tanam, suhu udara pada lingkungan tanaman, waktu dan dosis dalam penerapan pemeliharaan yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan jenis tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemeliharaan intensif berpengaruh secara nyata terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter jenis tanaman tertentu seperti meranti. Pemeliharaan tanaman muda dilaksanakan pada seluruh tanaman yang baru tanam pada lokasi penanaman yaitu ketika usia bibit sudah mencapai sekitar enam bulan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas tanaman, pertumbuhan, dan persen hidup tanaman yang akan ditanam. (Vera, Turmudi, & Suprijono, 2020)
5
BAB III METODE
2.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum Teknik Silvikultur dilakukan setiap hari Sabtu, di jam 08.00 – 10.00 WIB. Tempat dilakukannya kegiatan praktikum ini berbeda-beda.
Berlokasikan di tegakan Akasia yang berada di dekat rumah kayu ITERA dan di rumah kaca yang berada di Kebun Raya ITERA. Semua kegiatan praktikum ini dilakukan di sekitaran lingkungan kampus Institut Teknologi Sumatera.
2.6.1 Alat dan Bahan
• Pematahan Dormansi dan Uji Perkecambahan Benih Tanaman Kehutanan
• Benih Indigofera
• Air
• Media tabur ( tanah dan pasir halus dengan perbandingan 1:1 )
• Bak kecambah
2.6.2 Persiapan Media Sapih dan Penyapihan
• Tanah
• Kompos
• Aram sekam
• Kapur
• Pupuk hayati mikoriza
• Polybag
• Zeolit
• Nampan
• Media yang sudah diberi perlakuan 2.6.3 Pengukuran, Penyulaman, dan Pemeliharaan
• Caliper digital
• Penggaris
• Tally sheet penguruan tinggi dan diameter 2.6.4 Pemeliharaan Tanaman Muda
• Tanaman kehutanan yang telah berumur tiga bulan atau lebih
• Pupuk NPK
• Neraca
• Plastik
• Pita ukur
• Golok
• Parang
• Cangkul
6
• Gunting stek
2.7 Prosedur Kerja
2.7.1 Pematahan Dormansi dan Uji Perkecambahan Benih Tanaman Kehutanan
• Pematahan dormansi benih sengon/balsa/akasia/indigofera dilakukan dengan cara merendam benih dalam air panas (±80 °C), kemudian dibiarkan sampai dingin selama 12 jam.
• Media tabur dari zeolit disiapkan pada nampan yang sudah diberi lubang pada bagian bawahnya. Zeolit cuci dahulu sebelum digunakan.
• Media kecambah dari tanah dan kompos juga disiapkan dengan perbandingan 1:1.
• Benih sengon/balsa/akasia/indigofera ditanamkan pada media tabur dengan memberikan jarak 0.5 – 1 cm.
• Pertumbuhan tanaman diamati setiap dua hari sekali selama 2 minggu, sambil disiram.
• Uji Perkecambahan Benih*
➢ Benih sengon biasanya berkecambah pada umur 5-14 hari
➢ • Setelah 14 hari, ukur persentase perkecambahan dengan rumus berikut.
Persentase kecambah : Benih yang berkecambah x 100%
Jumlah total benih 2.7.2 Persiapan Media Sapih dan Penyapihan
• Lubang pada polybag diberikan untuk penyiapan semai. Lubang dapat digunakan dengan ranting atau dengan jari tangan.
• Semai yang akan disapih diambil dengan cara diambil pada bagian bawah media semai agar akarnya tidak rusak atau batangnya tidak patah. Semai tidak dicabut dari atas media taburnya.
• Pada perlakuan yang menggunakan mikoriza, 1 sendok takar mikoriza diberikan pada lubang tanam sebelum semai dimasukkan.
• Lubang semai ditutup kembali dengan sedikit penekanan menggunakan jari- jari tangan.
• Setelah semua tanaman disapih, tinggi dan diameter semai diukur sebagai data awal pertumbuhan (T0).
• Jika ada semai yang mati setelah disapih, penyulaman (penanaman kembali) dilakukan dengan semai yang ada pada media tabur.
• Tanaman disiram setiap hari dan pembersihan terhadap hama dilakukan jika diperlukan.
2.7.3 Penyukuran, Penyulaman, dan Pemeliharaan
Pengukuran tinggi dilakukan dengan penggaris, dari titik tumbuh permukaan tanah media tanam hingga tunas bagian pucuk.
7
• Pengukuran diameter pada pangkal batang tanaman. Bias pengukuran dapat terjadi karena adanya pemadatan tanah akibat penyiraman. Oleh karena itu, ajir mini yang sudah ditandai dapat digunakan untuk titik pengukurannya.
• Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 8 minggu sejak penyapihan.
Data hasil pengukuran dicatat.
2.7.4 Pemeliharaan Tanaman Muda
1. Penyiangan, Pendangiran, dan Pemupukan
• Lingkaran di sekeliling tanaman pokok dibersihkan dari gulma menggunakan parang. Diameter jalur yang disiangi sepanjang 2 meter, yaitu 1 meter di kanan tanaman pokok dan 1 meter di kiri tanaman pokok.
• Vegetasi yang telah disiangi dikumpulkan dengan cara ditumpuk pada jalur yang tidak disiangi.
• Tanah pada lingkaran di sekitar tanaman pokok digemburkan menggunakan cangkul. Diameter jalur yang didangir sepanjang 1 meter, yaitu 0.5 meter di kanan tanaman pokok dan 0.5 meter di kiri tanaman pokok.
• Pupuk NPK dengan dosis 50 g/tanaman ditaburkan pada sekeliling tanaman dengan lebar hingga batas tajuk tanaman sedalam 5-10 cm, lalu ditutup dengan tanah.
• Tanah yang telah diberi pupuk ditutup menggunakan potongan vegetasi hasil penyiangan. Vegetasi tersebut berfungsi sebagai mulsa.
• Prestasi kerja dalam melakukan kegiatan penyiangan, pendangiran, dan pemupukan dihitung.
I. Pemangkasan Cabang
• Tegakan pohon yang bercabang banyak diamati.
• Cabang-cabang yang sudah tidak produktif dipangkas menggunakan gunting stek.
• Prestasi kerja dalam melakukan kegiatan pemangkasan cabang dihitung.
8
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 PEMATAHAN DORMANSI DAN UJI PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KEHUTANAN
Pematahan dormansi bertujuan untuk mengatasi kondisi dormansi pada benih, yang merupakan mekanisme alami perlambatan pertumbuhan untuk memastikan benih tumbuh di kondisi lingkungan yang sesuai. Metode pematahan dormansi pada benih Indigofera dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas (±80 °C). Langkah ini membantu merangsang proses perkecambahan dengan menghilangkan atau mengurangi lapisan pelindung pada benih. Proses pematahan dormansi dilakukan dengan cara merendam benih dalam air panas selama 1 menit, lalu di ganti airnya dengan air dingin dan direndam selama 12 jam. Tujuannya adalah memastikan suhu yang cukup tinggi dapat merespon dormansi benih Indigofera, sehingga benih tersebut menjadi lebih responsif terhadap lingkungannya. Dengan demikian, proses pematahan dormansi menjadi langkah kritis dalam persiapan benih untuk pertumbuhan optimal tanaman Indigofera.
Persiapan media tanam merupakan tahap awal yang krusial dalam budidaya tanaman Indigofera. Media tabur yang digunakan dapat disiapkan dengan menggunakan zeolit pada nampan yang telah dilubangi di bagian bawahnya, sementara media kecambah dapat disiapkan dari campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Proses penanaman benih dilakukan dengan menanam benih Indigofera pada media tabur dengan jarak tertentu (0.5 – 1 cm) guna memastikan pertumbuhan yang optimal. Selanjutnya, pemantauan dan pengukuran pertumbuhan dilakukan secara berkala, dengan tanaman diamati setiap dua hari sekali selama 2 minggu. Pengukuran tinggi dan diameter tanaman dilakukan untuk mendapatkan data awal pertumbuhan (T0). Dalam penanganan benih yang tidak berhasil berkembang setelah proses perkecambahan, dilakukan penyulaman dengan menanam kembali benih yang masih tersedia pada media tabur. Perawatan lanjutan melibatkan aspek penyiraman yang cukup dan pembersihan terhadap hama jika diperlukan, memastikan bahwa tanaman Indigofera dapat tumbuh dengan sehat dan optimal.
3.2 PERSIAPAN MEDIA SAPIH DAN PENYAPIHAN
Persiapan media sapih dan penyapihan pada bibit tanaman Indigofera merupakan tahap yang membutuhkan perencanaan dan perhatian detail. Lokasi penanaman harus dipilih dengan cermat, memastikan adanya sinar matahari yang memadai, tanah yang subur, dan sistem drainase yang efisien. Analisis tanah perlu dilakukan untuk menilai ketersediaan nutrisi dan keasaman tanah sehingga dapat disesuaikan sesuai kebutuhan tanaman Indigofera. Media tanam yang ideal harus memiliki struktur yang baik, ketersediaan air yang cukup, serta kemampuan retensi dan drainase yang optimal. Penggunaan bahan organik dalam media tanam dapat meningkatkan kualitas tanah dan menyediakan nutrisi tambahan untuk bibit.
Persiapan media melibatkan pencampuran dan penyaringan bahan-bahan yang digunakan, serta penyesuaian pH dan kelembaban.
9 Media yang kami gunakan dalam persiapan media sapih adalah tanah, tanah + sekam, tanah + kompos, tanah + sekam + kompos. Dari s etiap media yang kami buat, terdapat tiga bibit tanaman Indigofera. Pemberian pupuk menjadi aspek penting dalam persiapan media. Pemupukan yang tepat, baik dari segi jenis maupun jumlahnya, perlu diterapkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bibit Indigofera pada fase awal pertumbuhannya. Pemilihan bibit menjadi tahap kunci, di mana kualitas dan kesehatan bibit harus dipastikan. Bibit yang kuat, bebas dari penyakit, dan sesuai dengan varietas atau genotipe yang diinginkan akan memberikan dasar yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Rencanakan sistem irigasi yang efisien, memastikan bibit mendapatkan pasokan air yang stabil tanpa risiko genangan yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Sistem irigasi tetes atau sistem irigasi terkomputerisasi dapat menjadi solusi yang efektif. Langkah-langkah pengendalian hama dan penyakit perlu diintegrasikan dalam persiapan media. Ini melibatkan pemantauan rutin, penggunaan varietas tahan penyakit jika tersedia, dan penggunaan metode kontrol biologis atau kimiawi sesuai kebutuhan. Pertimbangkan pelatihan tunas atau pemangkasan bibit untuk membentuk struktur pertumbuhan yang diinginkan. Hal ini dapat membantu dalam pengelolaan bentuk dan ukuran tanaman, serta distribusi nutrisi secara merata.
3.3 PENGUKURAN, PENYULAMAN, DAN PEMELIHARAAN
Tabel.1 Pengukuran tinggi, diameter atas (D1) dan diameter bawah (D2) Pada Tanaman indigofera
Nama Pupuk Tinggi Diameter
(DI)
Diameter (D2)
Tanah Sekam I 4 cm 1,32 cm 1,0 cm
Tanah Sekam II 2,5 cm 1,06 cm 1,25 cm
Tanah Sekam III 2,7 cm 1,24 cm 1,25 cm
Tanah I - 1,34 cm 1,68 cm
Tanah II 5,3 cm 1,01 cm -
Tanah III 6,4 cm - -
Tanah Kompos I 3 cm 1,04 cm 0,87 cm
Tanah Kompos II 4,2 cm 0,67 cm 0,76 cm
Tanah Kompos III - - -
Tanah+Sekam+kompos I
3,2 cm 0,78 cm 0,89 cm
Tanah+Sekam+Kompos II
- - -
Tanah+Sekam+Kompos III
5,5 cm 1,12 cm 1,12 cm
Data yang diberikan mencakup pengukuran tinggi (DI) dan diameter (D2) tanaman pada berbagai jenis tanah, sekam, dan kompos. Tinggi tanaman tertinggi
10 tercatat pada Tanah III dengan 6,4 cm, sementara Tanah II memiliki tinggi 5,3 cm.
Tanah I tidak memiliki data tinggi tanaman. Diameter terbesar tercatat pada Tanah I dengan D2 sebesar 1,68 cm, diikuti oleh Tanah III dan Tanah+Sekam+Kompos, keduanya dengan diameter 1,12 cm. Tanah Kompos II memiliki diameter terkecil pada D2 (0,67 cm), sementara Tanah Kompos I memiliki diameter 0,87 cm. Tanah I dan Tanah III menunjukkan tinggi tanaman yang cukup tinggi, tetapi Tanah I memiliki diameter yang lebih besar. Tanah Kompos I dan Tanah Kompos II memiliki tinggi yang serupa, tetapi Tanah Kompos I memiliki diameter lebih besar.
Kombinasi Tanah+Sekam+Kompos menunjukkan tinggi tanaman yang konsisten (3,2 cm dan 5,5 cm) dengan diameter yang bervariasi. Beberapa jenis tanah tidak memiliki data tinggi (Tanah I, Tanah III, Tanah Kompos III, Tanah+Sekam+Kompos tanpa data DI), dan beberapa jenis tanah tidak memiliki data diameter (Tanah II, Tanah III, Tanah Kompos III, Tanah+Sekam+Kompos tanpa data D2). Kesimpulannya, hasil menunjukkan variasi dalam pertumbuhan tanaman tergantung pada jenis tanah dan komposisi campuran, dan perlu mendapatkan data lengkap serta analisis lebih lanjut untuk pemahaman yang lebih mendalam.
Tabel.2 Pengukuran tinggi, D1 dan D2 Pada Tanaman indigofera
Nama Pupuk Tingg
i
Diamete r
(DI)
Diamate r
( D2)
Tanah Sekam I 5,2
cm
0,56 cm 0,67 cm
Tanah SekamII 2 cm 0,20 cm 0,40 cm
Tanah Sekam III - - -
Tanah I 5,5
cm
0,59 cm 0,77 cm
Tanah II 7,1
cm
0,68 cm 0,83 cm
Tanah III - - -
Tanah Kompos I 6,2
cm
1,12 cm 0,94 cm Tanah Kompos II 6,5
cm
0,54 cm 0,80 cm
Tanah Kompos III - - -
Tanah+Kompos+Seka m
5,5 cm
1,2 cm 0,79 cm
Tanah+Kompos+Seka m
6,8 cm
1,36 cm 1,20 cm Tanah+Kompos+Seka
m
- - -
11 Data pengukuran tinggi (DI), diameter (D1), dan diameter (D2) tanaman pada berbagai jenis tanah, sekam, dan kompos memberikan gambaran tentang pertumbuhan tanaman dalam kondisi tertentu. Tanah II mencapai tinggi tanaman tertinggi dengan 7,1 cm, disusul oleh Tanah Kompos II yang mencapai 6,5 cm.
Sementara itu, Tanah Sekam I menunjukkan tinggi yang cukup baik dengan 5,2 cm.
Dalam hal diameter, Tanah+Kompos+Sekam menonjol pada pengukuran D2 dengan diameter 1,36 cm, sedangkan Tanah Kompos I memiliki diameter terbesar pada pengukuran D1 dengan 1,12 cm. Tanah II dan Tanah Kompos II juga menunjukkan diameter yang baik pada D2, masing-masing dengan 0,68 cm dan 0,54 cm. Meskipun demikian, beberapa jenis tanah seperti Tanah III dan Tanah Kompos III tidak memberikan data tinggi tanaman, sehingga evaluasi yang komprehensif tidak dapat dilakukan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya mencakup mendapatkan data yang lengkap untuk setiap jenis tanah dan melakukan analisis lebih lanjut untuk memahami hubungan antara tinggi dan diameter tanaman dalam setiap jenis tanah. Kesimpulannya, data ini memberikan gambaran awal pertumbuhan tanaman dan memberikan dasar untuk pemahaman lebih lanjut terkait pengaruh media tanam pada pertumbuhan tanaman.
Terdapat beberapa benih yang kami tanam itu mati. Kematian benih setelah penanaman dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Kualitas benih menjadi faktor utama, di mana benih yang sudah tua atau mengalami kerusakan fisik memiliki peluang berkecambah yang lebih rendah. Selain itu, kondisi lingkungan juga berperan penting; suhu yang tidak sesuai, kelebihan atau kekurangan air, serta kedalaman penanaman yang tidak tepat dapat menghambat proses berkecambah. Kondisi tanah yang tidak sesuai, seperti tekstur tanah yang buruk atau kehilangan nutrisi, juga dapat memengaruhi keberhasilan berkecambah.
Serangan penyakit oleh jamur atau bakteri, serta serangan hama, merupakan faktor risiko tambahan yang dapat merugikan kesehatan benih. Faktor lain yang perlu diperhatikan melibatkan kondisi mikroba tanah dan paparan suhu ekstrem atau cuaca buruk. Terakhir, keberadaan zat beracun atau polutan di tanah juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih. Oleh karena itu, pendekatan holistik terhadap manajemen benih, kondisi lingkungan, dan praktik pertanian menjadi kunci untuk meningkatkan peluang sukses berkecambah dan pertumbuhan tanaman yang sehat. (Zunata, Muhtarudin, Liman, & Erwanto, 2022)
3.4 PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA
Prosedur pertama dalam penanaman tanaman mencakup tiga tahap utama:
penyiangan, pendangiran, dan pemupukan. Pertama-tama, lingkaran di sekeliling tanaman pokok dibersihkan dari gulma menggunakan parang. Jalur yang disiangi memiliki panjang 2 meter, dengan 1 meter di sebelah kanan dan 1 meter di sebelah kiri tanaman pokok. Vegetasi yang telah disiangi dikumpulkan dan ditumpuk pada jalur yang tidak disiangi. Selanjutnya, tanah pada lingkaran di sekitar tanaman pokok digemburkan menggunakan cangkul. Jalur yang didangir sepanjang 1 meter, dengan 0.5 meter di sebelah kanan dan 0.5 meter di sebelah kiri tanaman pokok.
Pupuk NPK dengan dosis 50 g/tanaman kemudian ditaburkan pada sekeliling tanaman, hingga batas tajuk tanaman, dan ditutup dengan tanah. Tanah yang telah diberi pupuk ditutup menggunakan potongan vegetasi hasil penyiangan, yang
12 berfungsi sebagai mulsa. Prestasi kerja dalam melaksanakan penyiangan,
pendangiran, dan pemupukan dihitung.
Prosedur kedua adalah pemangkasan cabang. Tegakan pohon yang bercabang banyak diamati, dan cabang-cabang yang sudah tidak produktif dipangkas menggunakan gunting stek. Prestasi kerja dalam melakukan kegiatan pemangkasan cabang juga dihitung. Keseluruhan prosedur ini mencerminkan praktek-praktek pertanian yang berfokus pada pemeliharaan dan peningkatan pertumbuhan tanaman. Penyiangan dan pendangiran bertujuan membersihkan area sekitar tanaman dari gulma yang dapat bersaing dengan tanaman utama untuk sumber daya. Gemburkan tanah juga dilakukan untuk meningkatkan aerasi dan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Pemberian pupuk NPK bertujuan memberikan nutrisi tambahan yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan optimal.
Penggunaan vegetasi hasil penyiangan sebagai mulsa membantu dalam menjaga kelembaban tanah, menghambat pertumbuhan gulma, dan memberikan nutrisi tambahan saat vegetasi tersebut terurai. Langkah-langkah ini dapat meningkatkan kondisi tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat.
Pemangkasan cabang merupakan upaya untuk merawat struktur tanaman, memastikan pertumbuhan yang terarah, dan menghilangkan cabang-cabang yang sudah tidak produktif. Ini membantu memaksimalkan sumber daya yang diterima tanaman dan dapat meningkatkan hasil panen. Prestasi kerja dihitung sebagai ukuran produktivitas dan efisiensi dalam melaksanakan setiap tahap prosedur.
Dengan memonitor prestasi kerja, dapat dievaluasi sejauh mana praktek-praktek pertanian tersebut berhasil diimplementasikan. Keseluruhan, prosedur ini menggambarkan serangkaian langkah yang komprehensif untuk merawat tanaman mulai dari membersihkan lingkaran tanaman hingga pemangkasan cabang, dengan fokus pada kesehatan dan pertumbuhan tanaman yang optimal.
13
IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Simpulan yang kami dapatkan dari praktikum tentang Penanaman Indigofera, yaitu:
1. Langkah-langkah seperti penyiangan, pendangiran, dan pemupukan menunjukkan pentingnya persiapan tanah sebelum penanaman benih.
Persiapan yang baik memberikan lingkungan yang optimal bagi benih untuk berkecambah dan tumbuh.Langkah-langkah seperti penyiangan, pendangiran, dan pemupukan menunjukkan pentingnya persiapan tanah sebelum penanaman benih. Persiapan yang baik memberikan lingkungan yang optimal bagi benih untuk berkecambah dan tumbuh.
2. Perlakuan perendaman selama 1 menit dapat meningkatkan daya kecambah sebesar 54,17 %, rata rata hari berkecambah 6,49 biji/hari,indeks vigor 6,71, laju pertumbuhan plumula 3,187 cm/hari dan radikula 0,581 cm/hari.
3. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 50 g/tanaman menunjukkan perhatian terhadap nutrisi tanaman. Pupuk tersebut dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertumbuhan yang sehat.
4. Pemangkasan cabang bertujuan untuk merawat struktur tanaman dan memaksimalkan hasil panen dengan menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif. Ini merupakan praktek pemeliharaan yang penting untuk meningkatkan produktivitas.
5. keseluruhan prosedur penanaman benih Indigofera menunjukkan pendekatan yang holistik terhadap kehutanan, mulai dari persiapan tanah hingga pemeliharaan tanaman.
4.2 Saran
Setelah praktikum selesai, asisten praktikum dapat mengadakan sesi diskusi dengan praktikan tentang hasil praktikum dan temuan yang diperoleh. Diskusi ini dapat membantu peserta praktikum untuk mengaitkan praktek-praktek kehutanan dengan konsep-konsep teoritis.
14
DAFTAR PUSTAKA
Prananda, R., Indriyanto, & Riniarti, M. (2014, September). RESPON PERTUMBUHAN BIBIT JABON (Anthocephalus cadamba) DENGAN
PEMBERIAN KOMPOS KOTORAN SAPI PADA MEDIA
PENYAPIHAN. Jurnal Sylva Lestari, II, 29-38.
Setiawan, B., Indriyanto, & Bintoro, A. (2020, Juni). Pemeliharaan Tegakan Hutan oleh Petani Hutan Kemasyarakatan Beringin Jaya, KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) Kota Agung Utara, Tanggamus. Jurnal Silva Tropika, IV, 242-252.
Irawan, U. S., Arbainsyah, Ramlan, A., Putranto, H., & Afifudin, S. (2020).
MANUAL PEMBUATAN PERSEMAIAN DAN PEMBIBITAN TANAMAN HUTAN. Bogor: Operasi Wallacea Terpadu.
Mayasari, N., & Ismiraj, M. R. (2019). INTRODUKSI PEMANFAATAN LEGUM Indigofera zollingeriana SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, VIII, 105-110.
Muzayyinah. (2014). Indigofera: “Kini dan Nanti”. BIOEDUKASI, VII, 23-26.
Oktaviyan, E. S., Indriyanto, & Surnayanti. (2017, April). IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN PEMELIHARAANNYA DI HUTAN RAKYAT DESA KELUNGU KECAMATAN KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS. Jurnal Sylva Lestari, V, 63-77.
Suita, E. (2019). PEMATAHAN DORMANSI DAN METODE UJI VIABILITAS BENIH LAMTORO (Leucaena leucocephala Lam. de Wit.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, XVI, 59-72.
Taniu, S. I., Solle, H. R., & Hendrik, A. C. (2022). PENGARUH LAMA
PERENDAMAN KONSENTRASI KNO3 TERHADAP
PERKECAMBAHAN BENIH PINANG (Areca catechu Linn.) . Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak, 16-28.
Umawaitina, N., Katiandagho, T. M., & Pangemanan, L. R. (2019, Mei). SIKAP PETANI PALA PADA KEGIATAN PEMELIHARAAN TANAMAN PALA DI DESA KAUDITAN II KECAMATAN KAUDITAN KABUPATEN MINAHASA UTARA. Agri-SosioEkonomi Unsrat, XV, 347-354.
Vera, D. Y., Turmudi, E., & Suprijono, E. (2020). PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL KACANG TANAH DAN POPULASI GULMA. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 16-22. doi:https://doi.org/10.31186/jipi.22.1.16-22 Zunata, R. B., Muhtarudin, Liman, & Erwanto. (2022). PENGARUH
PEMBERIAN FUNGISIDA BENOMIL DENGAN DOSIS YANG BERBEDA DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS BENIH Indigofera sp. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan, 136-144.
15