Nilai ekonomi jasa ekosistem mangrove di Kabupaten Takalar terdiri dari nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung. Berdasarkan Tabel 1, nilai ekonomi hasil perikanan dan kehutanan yang berasal dari penangkapan (ikan, rajungan, udang) dan budidaya (monokultur udang dan monokultur bandeng, polikultur udang dan bandeng, dan polikultur bandeng dan rumput laut), dan nilai kayu bakar , kerajinan arang dan daun nipah. Untuk nilai ekonomi tangkapan rajungan per tahun diperoleh nilai ekonomi sebesar 331,2 juta (22,59 ISD/tahun) atau per tahun per hektar diperoleh sebesar 221,09 ribu rupiah (15 USD/tahun/ha), sedangkan untuk udang produk, diperoleh manfaat ekonomi sebesar 91,2 juta per tahun (6,2 ribu USD/tahun) atau per tahun per hektar sebesar 60,88 ribu rupiah (4 USD/tahun/ha).
Terakhir, total nilai ekonomi jasa ekosistem mangrove dari hasil perikanan dan kehutanan adalah 8,43 miliar rupiah per tahun tahun (575,35 ribu USD/tahun) atau 5,63 juta rupiah per tahun per hektar (384 USD/tahun/ha). Berdasarkan Tabel 2 nilai ekonomi jasa ekosistem mangrove untuk perlindungan pantai di Kabupaten Takalar dengan total luas mangrove 1.498 ha (73,40 km untuk daratan dan 98,10 km untuk Kepulauan Tanakeke yang terdiri dari Pulau Tanakeke, Pulau Langtangpeo , Pulau Bauluang, Pulau Satangga dan Pulau Dayang-Dayang) pada tahun 2020, yaitu Rp 234,95 miliar/tahun (US$16,02 juta/tahun) atau Rp 156,84 juta per tahun per hektar (US$10,69 ribu per tahun per hektar). Nilai ekonomi pencegahan intrusi air laut Berdasarkan Tabel 3, nilai ekonomi jasa ekosistem mangrove untuk pencegahan intrusi air laut dengan luas mangrove 1.498 ha pada tahun 2020 adalah 50,96 miliar rupiah/tahun (3,49 juta USD)/tahun) atau 34,01 juta rupiah/tahun/ha (2.327 USD/tahun/ha).
Nilai manfaat ekonomi terbesar (97%) diperoleh dari nilai manfaat tidak langsung, sedangkan terkecil dari nilai manfaat pilihan (1%), yang tidak berbeda jauh dengan nilai manfaat langsung ( 2%). Dampak perubahan iklim yang mereka yakini TELAH (A) dan AKAN (B) terjadi di wilayah tempat tinggal mereka masing-masing (n=150).
Ketergantungan mata pencaharian dengan mangrove
Selanjutnya, 43% dari mereka menyatakan bahwa pengaruh perubahan hutan mangrove berpengaruh sedang terhadap pendapatan mereka. Dengan dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh masyarakat seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu berkurangnya keberadaan ikan, lebih dari setengah (55%) masyarakat melaporkan bahwa perubahan iklim berdampak besar terhadap hasil tangkapan mereka (Gambar 11). Hal ini secara implisit menunjukkan bahwa perubahan iklim akibat penurunan hasil tangkapan secara tidak langsung akan mempengaruhi hutan mangrove di kawasan ini dan merupakan indikator sensitivitas.
Menurut masyarakat, dampak terbesar penggundulan hutan mangrove adalah gerusan pantai (48%), diikuti banjir (23%), yang berdampak pada wilayah pesisir dan tempat tinggal mereka serta mengurangi hasil tangkapan ikan (17%) (Gambar 12). Hal ini semakin diperkuat dengan temuan FGD yang mengungkapkan bahwa deforestasi hutan mangrove, seiring dengan perubahan iklim, telah mengakibatkan seringnya cuaca buruk dan membuat wilayah mereka tidak terlindungi dari erosi pantai dan intrusi air laut, sehingga pasokan air tawar berkurang. Mengenai jasa ekosistem mangrove dan dampak deforestasi mangrove, masyarakat secara umum dan sering menyebut bahwa erosi pantai merupakan jasa ekosistem mangrove yang penting dan memiliki dampak terbesar akibat deforestasi mangrove (Gambar 13).
Hal ini menunjukkan bahwa gerusan pantai merupakan salah satu parameter penentu untuk menentukan sensitivitasnya. Selanjutnya terkait dengan kondisi hutan mangrove dalam 20 tahun terakhir, terdapat 32% yang menilai kondisi hutan mangrove lebih baik, diikuti 28% masih baik (Gambar 14.
Kapasitas Adaptif (Adaptive Capacity)
Akses ke sumberdaya alam hutan mangrove
Penilaian ini didasari oleh semakin meningkatnya kegiatan penghijauan (reboisasi) mangrove yang hilang oleh pemerintah dan LSM yang bekerja sama dengan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan kerentanan penghidupan mereka terhadap perubahan iklim dan deforestasi hutan bakau sangat penting. Kesadaran tersebut secara tidak langsung terkait dengan pengetahuan mereka agar dapat beradaptasi dengan perubahan iklim dan reboisasi hutan mangrove yang mengalami deforestasi.
Oleh karena itu, kesadaran akan dampak perubahan iklim, deforestasi hutan mangrove dan hubungan keduanya dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat pemerintah daerah (jaringan formal), terlihat bahwa keberadaan dan kontribusi pemerintah cukup besar dalam mendukung dan melaksanakan upaya reboisasi atau penanaman kembali hutan mangrove yang mengalami deforestasi dan perlindungan terhadap mangrove yang ada. Hal ini sebagian besar dikonfirmasi (64%) oleh masyarakat setempat yang terlibat dalam pemerintahan (Gambar 16).
Selain itu, berdasarkan informasi dari pemerintah daerah dan masyarakat, beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Sulawesi Selatan telah berkontribusi dalam upaya penyadaran masyarakat akan pentingnya fungsi dan. 21 manfaat hutan rakyat bagi kehidupan masyarakat, termasuk yang terkait dengan mitigasi perubahan iklim yang sedang berlangsung, dan upaya penghutanan kembali hutan mangrove yang telah digunduli bersama masyarakat setempat.
Pendapatan dari mata pencaharian
Dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki, terlihat bahwa lebih dari setengah (59) responden mengenyam pendidikan di berbagai jenjang pendidikan dan selebihnya tidak pernah sekolah, namun tertinggi pada tingkat SD (31%) diikuti oleh tingkat SMP (16%). Jika dikaitkan dengan informasi sebelumnya, pernahkah mereka mendengar istilah perubahan iklim dan percaya bahwa perubahan iklim menyebabkan perubahan di daerah tempat tinggal mereka menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan atau mempengaruhi persentase kesadaran akan perubahan iklim karena tidak hanya pendidikan tinggi (perguruan tinggi) yang menyadari hal ini, tetapi mereka yang berpendidikan rendah hingga SMA juga tampaknya menunjukkan kesadaran akan hal ini.
Penilaian tingkat kerentanan
Dari segi sensitivitas, penilaian ketergantungan penghidupan terhadap mangrove menunjukkan bahwa masyarakat sangat bergantung pada hutan mangrove, sehingga menjadi sangat sensitif (kategori tinggi) terhadap dampak perubahan iklim dan deforestasi mangrove. Secara umum kerentanan kehidupan masyarakat di wilayah Takalar terhadap perubahan iklim berada pada kategori sedang, meskipun komponen indikator keterpaparan (dampak perubahan iklim terhadap kehidupan masyarakat) dan seluruh indikator komponen sensitivitas berada pada kategori tinggi dan sebagian bersifat adaptif. kapasitas berada pada kategori rendah, namun masyarakat untuk kesadaran masyarakat terkena dampak perubahan iklim dan deforestasi mangrove, maka dilakukan upaya masyarakat untuk menghutankan kembali hutan mangrove dan diversifikasi pendapatan, sehingga hal ini pada akhirnya berdampak pada meningkatnya tingkat kerentanan di tengah. kategori. Perhatian yang lebih besar dari para pembuat kebijakan di kawasan ini terhadap dampak perubahan iklim dan penipisan mangrove, yang dapat mempercepat laju perubahan iklim dan mengurangi tingkat kerentanan yang muncul, bisa menjadi pilihan yang tepat.
Selain itu, meningkatkan program perlindungan dan restorasi mangrove serta menciptakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat dapat mengurangi ketergantungan yang tinggi terhadap hutan.
Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
O5 Peluang untuk mengembangkan skema pembayaran jasa ekosistem (PES) yang mendukung upaya konservasi dan pengelolaan mangrove berkelanjutan yang mencakup dan meningkatkan kesejahteraan manusia. T1 Dampak perubahan iklim baik terhadap manusia maupun lingkungan, seperti terjadinya bencana alam seperti kekeringan, banjir, tsunami, badai dan gelombang besar. D5 Degradasi keanekaragaman hayati (flora dan fauna) akibat aktivitas manusia dan dampak perubahan iklim dan SLR.
Kuadran SWOT: Strategi dan Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Hutan Mangrove untuk Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kabupaten Takalar. 26 Gambar 20 menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove di Kabupaten Takalar negatif (kuadran III), memiliki kelemahan dalam berbagai hal (Tabel 8, Kelemahan), sehingga peluang yang menguntungkan (Tabel 9, Peluang) sulit dicapai. Secara umum masyarakat sudah mengetahui fungsi dan manfaat hutan mangrove sebagai pelindung pantai dari erosi dan sebagai habitat beberapa fauna.
Pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove sebagai penyerap dan penyimpan karbon masih rendah. Mitigasi perubahan iklim telah menjadi agenda internasional yang menjadi komitmen banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Peluang untuk mengembangkan skema pembayaran jasa ekosistem (PES) yang mendukung upaya konservasi dan pengelolaan mangrove berkelanjutan yang melibatkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dampak perubahan iklim baik terhadap manusia maupun lingkungan, seperti bencana alam seperti kekeringan, banjir, tsunami, badai dan gelombang besar. Kenaikan muka air laut (sea level rise/SLR). flora dan fauna) akibat ulah manusia maupun dampak perubahan iklim dan SLR 6. Membangun kawasan lindung untuk menjamin perlindungan keanekaragaman hayati yang melibatkan masyarakat dengan penegakan hukum dan tata kelola yang jelas serta menetapkan kawasan jalur hijau (buffer zones) ke dalam melindungi pantai dari keausan dan intrusi air laut serta meningkatkan sumber daya ikan.
Mempromosikan dan melaksanakan kegiatan konservasi dan restorasi hutan bakau untuk mengembalikan hutan bakau yang hilang dan jasa ekosistem, serta menjaga dan meningkatkan stok karbon yang ada sebagai bagian dari adaptasi dan perencanaan untuk memitigasi dampak perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon. Mendefinisikan dan memastikan hubungan yang jelas dengan hak kepemilikan, akses dan implementasi pemanfaatan hutan mangrove yang berkelanjutan dan bermanfaat dalam jangka panjang bagi masyarakat dengan perencanaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi setempat, termasuk memastikan bahwa tidak ada lagi perluasan tambak melalui hutan mangrove untuk , tetapi mendorong upaya menuju praktik akuakultur yang berkelanjutan. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan akses pendidikan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya fungsi dan manfaat mangrove bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan mitigasi perubahan iklim.
In addition, both the numbers indicating the field survey locations and the distance in the scale bar are too small. We have corrected it in the text of the manuscript and all figures in Figure 3. Given your results and the presence of maps of mangrove expansion in your region (Figure 1), a global estimate of carbon stocks should be made in the Takalar- district, and the loss of carbon stocks due to human activities (aquaculture) in recent years.
Analisis kesehatan hutan mangrove berdasarkan metode klasifikasi NDVI pada citra Sentinel-2 (Studi kasus: Teluk Pangpang Kabupaten Banyuwangi).