LAPORAN AKHIR
AKUISISI PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI TG3231
MODUL KE – 03
QC,F-K FILTER DAN NEAR OFFSET STACK
Oleh:
Jessica Egi Aulia Br Tarigan 121120160
Asisten:
Ndiko Pradana Putra 120120023 Ravika Glori Oktavia H. 120120069 Yoel Sanove Haganta Sebayang 120120075
Natal Hutajulu 120120121
Dimas Astomo 120120130
Muhamad Arif Samsudin 120120158
Yogi Y. CH. Sitio 120120168
Josma Hardianto Damanik 120120183
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2024
2 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 2
DAFTAR GAMBAR ... 3
I. Tujuan ... 4
II. Dasar Teori ... 5
2.1 Metode Seismik ... 5
2.2 Dispersi Gelombang Rayleigh ... 5
2.3 Pengolahan Data Seismik ... 6
2.4 Preprocessing ... 7
2.5 Quality Control (QC) ... 9
2.6 F-K Filter ... 9
2.7 Stacking ... 9
III. Langkah Pengerjaan ... 10
I. Langkah Kerja ... 10
II. Diagram Alir ... 29
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
3.1 Hasil ... 30
3.2 Pembahasan ... 38
IV. KESIMPULAN ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
LAMPIRAN ... 44
3 DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 CDP sebelum dilakukan picking reflektor ... 30
Gambar 2 Hasil Picking Reflektor ... 30
Gambar 3 Stacking Elevrefracstatic ... 31
Gambar 4 Offset QC ... 31
Gambar 5 Surface QC... 32
Gambar 6 Spiking QC ... 32
Gambar 7 TAR QC ... 33
Gambar 8 Stacking prepro offset ... 33
Gambar 9 Stacking prepro surface ... 34
Gambar 10 Stacking prepro spiking decon... 34
Gambar 11 Stacking prepro TAR ... 35
Gambar 12 CDP prepro sebelum dilakukan picking decon ... 35
Gambar 13 Picking Decon Terbaru ... 36
Gambar 14 Prepro sesudah dilakukan picking decon ... 36
Gambar 15 Decon baru dengan Prepro QC ... 37
4 I. Tujuan
1. Melakukan proses FK filter untuk menghilangkan linear noise 2. Melakukan Stacking (near offset stack, brute stack)
3. Melakukan Teknik QC proses untuk mencari parameter optimum → QC TAR - Decon - dll
5 II. Dasar Teori
2.1 Metode Seismik
Metode seismik menggunakan waktu kedatangan pertama gelombang dalam perhitungannya. Gelombang P memiliki kecepatan yang lebih tinggi daripada gelombang S, oleh karena itu waktu kedatangangelombang P digunakan dalam perhitungan. Gelombang seismic refrakasi yang dapat direkam di permukaan bumi oleh penerima hanyalah gelombang seismik yang dibiaskan yang merambat pada batas antar lapisan batuan. Adapun metode seimik yang digunakan pada praktikum ini adalah metode MASW ( Multichannel Analysis of Surface Waves).
Metode MASW adalah metode seismik yang menggunakan gelombang geser sebagai sinyal utamanya. Gelombang geser memiliki amplitudo yang sangat besar dibandingkan dengan gelombang badan. Oleh karena itu, jika diabandingkan maka gelombang geser paling kuat diantara gelombang lainnya. Selain itu, gelombang geser merambat sangat lambat dengan waktu rambat yang panjang di dalam tanah.
Hal inilah yang menyebabkan MASW mempunyai signal to noise ratio lebih tinggi dibandingkan metode seismik konvensional (metode seismik refraksi dan metode seismik refleksi) (Haryadddi, 2018). Metode MASW dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1. MASW aktif yaitu rncana yang ditetapkan dengan sumber yang berdampak tepat seperti palu godam, weight drop
2. MASW pasif adalah dihasilkan oleh kultural dan alam yang tidak berhubungan dengan survei seperti lalu lintas dan gerakan tidal.
2.2 Dispersi Gelombang Rayleigh
Gelombang seismik merambat secara mekanik ke dalam medium lapisan bumi yang merupakan gelombang elastis atau mekanik yang ditimbulkan akibat regangan medium elastis. Berdasarkan sistem penjalarannya, gelombang seismik dibagi menjadi dua bagian, yaitu: gelombang badan dan permukaan. Energi gelombang seismik 67 % berupa energi gelombang permukaan. Gelombang permukaan ini, digunakan untuk estimasi kecepatan gelombang geser sebagai fungsi kedalaman.
Selanjutnya, nilai gelombang geser ini, dapat digunakan untuk mengetahui sifat (porositas, densitas, saturasi air dan jenis batuan) struktur bawah permukaan.
6 Gelombang rayleigh adalah jenis gelombang permukaan yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang geser secara konstruktif.
Gerakan partikel pada wavefront gelombang rayleigh terdiri atas kombinasi gelombang P dan SV pada bidang vertikal dengan pola gerakan partikel secara ellipse retrograde (Warnan, 2018).
2.3 Pengolahan Data Seismik
Pengolahan data seismik dilakukan dengan mempertinggi kualitas dari data seismik untuk mempresentasikan data dalam bentuk yang cocok untuk interpretasi secara geologi (Yilmax, 2014). Hasil akhir dari pengolahan data seismik adalah penampang seismik yang analog dengan penampang geologi (geologic cross- section). Pengolahan data seismik dilakukan melalui serangkaian tahapan- tahapan.
Oleh karena geologi setiap medan survey seismik berbeda-beda, yang secara umum dapat dibedakan menjadi lingkungan laut (marine), lingkungan darat (land), dan transisi (transition), perbedaan ini akan menghasilkan data dengan karakteristik yang berbeda-beda dan akan menyebabkan tahapan tahapan.
pengolahan data seismik pun berbeda-beda (Jamaluddin, 2020) Secara prinsip, tahapan dalam pengolahan data seismik dapat dikelompokkan dalam:
• Pre-processing/editing (conditioning data)
• Main processing
• Post processing
a. Loading of the Data / Input Data
Pada Flow ini dilakukan pembacaan raw data seismik, Pembacaan tersebut dapat dilakukan dari tape maupun disk sesuai dengan media penyimpanan fil tersebut. Umumnya file memiliki format SEG-Y adapun format lain seperti SEG- D harus dilakukan proses demultiplex terlebih dahulu. Dimana raw data adalah data yang direkam pada saat melakukan akuisisi dilapangan, biasanya raw data ini berupa shot gather.
b. Geometri
Geometri adalah hal utama dalam pengolahan data seismik. Tujuan dari proses geometry yaitu untuk menambahkan data parameter lapangan ke dalam data seismik. Proses ini perlu dilakukan untuk mencocokkan parameter
7 lapangan dengan data seismik (Wulandari, 2015). Dekonvolusi bekerja sepanjang sumbu waktu, merupakan proses mengembalikan bentuk wavelet sumber dari rekaman trace seismik hingga mendekati wavelet dan karenanya dapat meningkatkan resolusi temporal. Stacking adalah proses kompresi data seismik dalam sumbu offset dengan mereduksi data seismik dalam bidang midpoint-time data seismik ke seismic section dengan zero offset, hasilnya adalah stack section. Migrasi merupakan proses pemindahan even/refleksi miring ke posisi subsurface sebenarnya dan menghilangkan efek difraksi (Septoan, 2015).
c. Demultiplexing
Demultiplexing, suatu tahapan untuk mengatur kembali atau mengurutkan data berdasarkan kelompok trace/channel-nya. Gelombang seismik yang diterima oleh sensor geophone pada mulanya berbentuk analog, yang kemudian dilakukan sampling dan digitalisasi dengan menggunakan multiplexer pada interval tertentu saat perekaman berlangsung (Septoan, 2015).
2.4 Preprocessing
Preproccesing adalah proses pengolahan data seismic berdasarkan pengkoreksian awal data seismik sebelum diolah lebih lanjut, dimana raw data seismik masih ditemui noise yang tinggi dan trace yang rusak. Pada proses preproccesing ini dilakukan serangkaian proses yang diisikan dengan beberapa parameter yang paling sesuai dengan kondisi dan kualitas data. Parameter – parameter yang digunakan dapat berbeda – beda terhadap kondisi dan kualitas datanya. Dari proses preproccesing akan menentukan hasil dari tahapan berikutnya, hingga diperoleh penampang seismik yang baik atau buruk (Riyadi P. , 2011).
1. Gain / Amplitude Recovery
Gain adalah penskala-an amplitudo gelombang seismik untuk menampilkan amplitudonya yang menurun akibat geometrical spreading.Merupakan suatu proses yang dilakukan untuk membuang penguatan yang dilakukan oleh amplifier pada saat perekaman dilakukan.
Akibatnya, sinyal-sinyal hasil refleksi tersebut akan semakin lemah dan
8 akan digantikan dengan hasil penguatan yang bisa kita dapatkan dari experimental gain curve yang dianggap cocok pada daerah yang akan diselidiki (Abdullah, 2007).
2. Muting
Muting adalah pemotongan noise noise yang tidak diinginkan seperti noise direct wave, ground roll, dan lain-lain. Muting berbeda dengan editing berdasarkan dimensinya. Jika muting beroperasi dalam dua dimensi (X-T) sekaligus, maka editing beroperasi dalam satu dimensi dan bersifat sangat lokal. Namun tujuan dari muting dan editing adalah sama, yaitu untuk menghilangkan noise noise yang terdapat dalan suatu event seismik, sehingga diharapkan noise dapat berkurang dan sinyal akan menjadi bertamabah kuat (Sismanto, 2006).
3. Editing
Hasil akuisis dilapangan seringkali terganggu oleh adanya noise yang tinggi, pembalikan polaritas dan trace yang mati sehingga mempengaruhi kualitas data saat dilakukan stacking. Oleh karena itu perlu dilakukan editing supaya nilai noise berkurang (Yilmaz, 2001).
4. Dekonvolusi
Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi tersebut diatas agar wavelet yang terekam menjadi tajam dan tinggi kembali amplitudonya di kawasan waktu atau pada kawasan frekuensi spektrum amplitudonya dilebarkan (diputihkan/whitening) dan spektrum fasenya dinolkan (Sismanto, 1996). Untuk menghilangkan pengaruh wavelet, maka diperlukan proses dekonvolusi sehingga yang tersisa hanya keofisien refleksi. Secara garis besar metoda dekonvolusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu deterministik dan statistik (Ubaidillah, 2009).
5. CDP Sorting
CDP Sorting adalah proses pengelompokan trace seismik berdasarkan posisi Common Depth Point (CDP), dimana CDP adalah titik pada kedalaman yang sama yang selalu dilalui oleh gelombang seismik.
Pengelompokan ini sangat ditentukan oleh geometri penembakan, arah gerakan penembakan.
9 2.5 Quality Control (QC)
Tahap Field QC dan Pengolahan data seismik seismik merupakan kegiatan untuk mengontrol kualitas dari perekaman data seismik lapangan dan mengolah data seismik yang berupa raw data menjadi penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan (Azman, 2009). Quality Control (QC) dan Pengolahan data seismik adalah kegiatan untuk mengontrol kualitas dari perekaman data seismik lapangan dan mengolah data seismik yang berupa raw data menjadi penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan. Dalam melakukan QC, dapat dilakukan pencarian parameter optimum sehingga diperoleh hasil pengolahan yang menjadi lebih baik. Dalam melakukan QC, kita dapat mencari parameter optimum sehingga hasil pengolahan menjadi lebih baik. QC dalam modul ini dilakukan pada parameter-parameter Preprocessing seperti Offset Amplitude Recovery, True Amplitude Recovery, Decon, dll. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil preprocessing yang lebih baik sebelum dimasukkan pada proses processing.
2.6 F-K Filter
Noise multiple perioda panjang bisa dihilangkan dengan berbagai metode seperti filter F-K, Karhunen-Loeve (KL) transform dan Transformasi Radon (Saputra dan Deni, 2006). Metode atenuasi noise dapat digunakan dengan filter F- K Filter, yang merupakan domain frekuensi dan domain bilangan gelombang.
Karena noise yang terekam juga memiliki frekuensi tertentu, maka dengan mengaplikasikan filter F-K dapat dipilih (picking) frekuensi yang diharapkan sesuai dengan sinyal reflektor. Filter F-K juga dapat meresolusi struktur dengan kemiringan yang curam, dan dapat diperlakukan juga pada data dengan rasio signal to noise yang rendah atau dengan kata lain data yang buruk. (Yilmaz, 2001).
2.7 Stacking
Stacking adalah proses menjumlahkan trace-trace seismik dalam satu CDP setelah koreksi NMO (Normal Move Out). Proses stacking memberikan keuntungan untuk mengingkatkan rasio signal terhadap noise (S/N ratio). Stacking untuk meningkatkan nilai S/N ratio, karena sinyal yang koheren akan saling memperkuat dan noise yang sifatnya random akan saling menghilangkan. Proses stacking juga dapat mengurangi noise yang koheren seperti multiple. (Rahma Hi Manrulu, 2016).
10 III. Langkah Pengerjaan
I. Langkah Kerja
1. QC (Quality Control) 1.1 Static -2
QC Static digunakan untuk memperbaiki hasil Static sebelumnya. Adapun langkah pengerjaannya yaitu,
a) Buatlah flow baru bernama 04. Static-New dengan subflow berikut,
b) Pada subflow “Datum Statics Calculation” isikan parameter sesuai dengan gambar berikut,
c) Kemudian pada subflow “Refraction Statics Calculation” sesuaikan parameter dengan gambar berikut,
11 Kemudian EXECUTE.
d) Setelah running complete, matikan 2 subflow teratas kemudian aktifkan subflow berikut,
e) Kemudian pada Disk Data Input sesuaikan parameter dengan gambar berikut,
12 f) Kemudian untuk subflow “Apply Elevation Statics” dan “Apply Refraction Statics” sesuaikan parameter dengan gambar-gambar berikut,
g) Setelah itu pada subflow “Bandpass Filter” dan “Automatic Gain Control” atur parameter seperti gambar berikut,
13 h) Kemudian atur parameter subflow “Trace Display” seperti di bawah,
lalu EXECUTE.
Hasilnya akan seperti berikut,
14 i) Kemudian dapat melakukan perhitungan kecepatan pada Time tertentu
dengan klik View > Trace Display
Pada Display Controls masukkan parameter seperti dibawah ini.
j) Setelah itu klik dx/dt seperti gambar dibawah ini.
k) MB1 pada trace tengah data seismik pada time yang memiliki kelengkungan reflektor, kemudian langsung klik mb2 di tempat klik mb1 lalu arahkan kursoir kesamping untuk melihat kelengkungan yg cocok dengan reflektor. Catat informasi velocity dan time.
15 l) Hasil QC ini kemudian disimpan dengan mengaktifkan subflow
berikut,
Untuk Disk Data Input, Apply Elevation Statics, Apply Refraction Statics, parameternya masih sama seperti sebelumnya. Kemudian untuk DDO atur sebagai berikut,
Kemudian EXECUTE.
16 1.2 QC Static
a) Kemudian buatlah flow baru 08. Stacking kemudian isikan subflow seperti pada gambar berikut
b) Setelah itu sesuaikan parameter subflow Disk Data Input seperti gambar berikut,
c) Kemudian pada subflow “Normal Moveout Correction” isikan parameter seperti berikut. Pada Specify NMO velocity function(s)
17 masukkan nilai velocity dan time yang telah dicatat pada QC Static.
Lakukan konversi nilai velocity dari m/s ke ft/s.
d) Pada subflow “CDP/Ensemble Stack” dan “Automatic Gain Control”
isikan parameter berikut,
e) Kemudian sesuaikan parameter subflow “Trace Display” seperti berikut, lalu EXECUTE.
18 Hasilnya akan seperti berikut,
1.3 QC
Pada dasarnya processing yang dilakukan sekarang bertujuan agar menghasilkan display reflektor yang bagus dan baik dalam tahapan velocity analysis. QC dilakukan pada proses yang sudah dilakukan pada praktikum sebelumnya. Setiap proses akan di QC dilihat dari kelengkungan reflektor dengan 2 cara : cdp gather dan cdp stacking.
Parameter Preprocessing
a) Kemudian buatlah flow baru dengan nama “07. QC”. Susun subflow seperti berikut.
19 Pada tahap ini kita akan melakukan QC pada parameter-parameter Preprocessing di antaranya, Offset Amplitude Recovery, Surface Consistant Amp, True Amplitude Recovery, dan Decon. QC akan dilakukan secara bergiliran, contohnya ketika melakukan QC Offset, maka subflow Offset pada ELSEIF dan ELSE diaktifkan dan dibuat 2 parameter yang berbeda untuk membandingkan Offset mana yang lebih bagus dengan parameter yang lebih baik. Begitu pula dengan parameter lain.
b) Kemudian pada DDI masukkan dataset ElevRefractStatic
c) Pada subflow Reproduce Traces sesuaikan parameter seperti gambar berikut,
Total number of datasets menunjukkan jumlah trace dataset yang akan ditampilkan dalam display.
d) Kemudian pada “Trace Display Label” di bawah IF, isikan nama trace seperti gambar berikut, (Artinya, offset pertama yang akan ditampilkan menunjukkan offset original yang berasal dari input yang dimasukkan pada DDI).
e) Atur “Offset Amplitude Recovery” dan “Trace Display Label” di bawah ELSEIF sebagai berikut,
20 Artinya, kita membuat trace offset 1 yang parameternya diatur seperti gambar di atas. Parameter ini akan berbeda dengan trace offset 2 berikutnya.
f) Kemudian atur “Offset Amplitude Recovery” dan “Trace Display Label” di bawah ELSE sebagai berikut,
g) Kemudian atur parameter “Trace Display” setelah ENDIF sebagai
berikut, lalu EXECUTE.
Hasilnya adalah sebagai berikut,
21 Akan ditampilkan 3 trace yang terdiri dari Original Input, Offset 1, dan Offset 2 yang mana sesuai dengan parameter yang telah diinputkan.
Lakukanlah analisa trace mana yang menghasilkan offset paling baik dan paling bagus dalam melihat kelengkungan reflektor.
h) Kembali ke Line_001 kemudian buat flow baru 05. Preprocessing-02.
i) Input proses seperti berikut. Hidupkan proses dibawah Spike & Noise Burst Edit sesuai dengan proses yg dicari parameter terbaik pada flow 07. QC sebelumnya.
j) Input parameter terbaik yang telah dilakukan pada flow 07. QC.
k) Pada DDO, buat dataset 06. Prepro-(sesuai proses). Lalu EXECUTE
22 l) Kemudian masuk ke flow 08. Stacking. Input dataset 06. Prepro-Offset
pada proses DDI.
m) Lalu EXECUTE. Ulangi tahapan i-h kepada proses yang sudah didapatkan parameter terbaik.
23 1.4 QC Decon
a) Pada flow 00. Display Data Inputkan parameter 05. ElevRefracStatic
b) Pada Bandpass Filter masukkan parameter seperti dibawah ini.
c) Pada Trace Display Masukkan Parameter seperti dibawah ini
24 Setelah itu “EXECUTE” maka akan muncul tampilan sebagai berikut.
d) Kemudian pilih Picking > Pick Miscellaneous Time Gates
e) Kemudian lakukan picking decon, usahakan linear. Contohnya sebagai berikut.
f) Kembali ke flow baru 05. Preprocessing-2, masukkan subflow seperti dibawah ini.
25 Kemudian hanya aktifkan subflow seperti dibawah ini.
g) Pada Disk Data Input, pada Select Dataset inputkan 05.
ElevRefracStatic
h) Pada Spike & Noise Brust Edit, inputkan parameter sebagai berikut.
26 i) Kemudian pada Spike & Noise Brust kedua, inputkan parameter
sebagai berikut.
j) Pada spiking/predictive decon, inputkan parameter sebagai berikut.
k) Pada bandpass filter inputkan parameter sebagai berikut.
l) Pada Trace Display inputkan parameter sebagai berikut.
Kemudian “EXECUTE”, maka akan muncul trace display seperti gambar dibawah ini.
27 m) Setelah itu, matikan subflow selain yang dibawah ini.
n) Pada Disk Data Output, pada Output Dataset Filename, inputkan 06.
PreproDecon-QC
Kemudian “EXECUTE”
o) Setelah itu, buat flow baru 08. Staking dan inputkan sub-flow seperti dibawah ini.
28 p) Pada Disk Data Input, inputkan 06. PreproDecon-QC
q) Pada Autocorrelation, inputkan parameter sebagai berikut, pada specify autocorrelation biarkan default.
r) Pada Bandpass Filter dan Automatic Gain Control, inputka parameter sebagai berikut.
s) Pada Trace Display inputkan parameter sebagai berikut.
Kemudian “EXECUTE”, maka akan muncul tampilan sebagai berikut.
Kemudian lakukan analisis dari gambar diatas.
29 II. Diagram Alir
30 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Gambar 1 CDP sebelum dilakukan picking reflektor
Gambar 2 Hasil Picking Reflektor
31 Gambar 3 Stacking Elevrefracstatic
Gambar 4 Offset QC
32 Gambar 5 Surface QC
Gambar 6 Spiking QC
33 Gambar 7 TAR QC
Gambar 8 Stacking prepro offset
34 Gambar 9 Stacking prepro surface
Gambar 10 Stacking prepro spiking decon
35 Gambar 11 Stacking prepro TAR
Gambar 12 CDP prepro sebelum dilakukan picking decon
36 Gambar 13 Picking Decon Terbaru
Gambar 14 Prepro sesudah dilakukan picking decon
37
Gambar 15 Decon baru dengan Prepro QC
38 3.2 Pembahasan
Pada praktikum modul ini, yang dimana kita melakukan pengohanan seismik
“qualitiy control (QC), F-K Filter dan Near Offset Stack”, yang dimana tujuan kita lakukan pengolahan tersebut yaitu untuk menghilangkan pengaruh yang datang dari gangguan ataupun dari noise yang ada dan kita mendapatkan parameter-parameter yang bagus ataupun optimum. CDP gather sebelum dilakukan picking reflektor harus dilakukan beberapa proses untuk memperbaiki kualitas data seismik. Pada display static menunjukkan bahwa kualitas dari data yang kita dapatkan itu masih kurang baik dan juga masih banyak trace-trace sesimik yang banyak berandatakan.
Oleh karena itu untuk memperoleh kualitas dari akuisisi atau data seismik yang ada maka perlu dilakukan Quality Control(QC) dengan bantuan stacking chart sehingga dapat diperoleh kesalahan saat proses geometri berlangsung. Sementara itu pada koreksi statika refraksi bertujuan untuk menghilangkan efek dari lapisan pelapukan.
Dengan demikian, ketebalan dan kecepatan lapisan pelapukan serta kecepatan lapisan sub-pelapukan diperkirakan dan digunakan kemudian untuk menghitung koreksi statik refraksi. Picking reflektor pada akuisisi pengolahan data seismik refleksi adalah proses mengidentifikasi reflektor-reflektor yang ada dalam data seismik. Ini dilakukan untuk mengidentifikasi lapisan-lapisan dan struktur geologi bawah permukaan. Proses picking reflektor dilakukan pada tahap pengolahan data seismik, yang bertujuan untuk menghasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap untuk diinterpretasikan. Peoses picking reflector dapat dilakukan dengan MB1 pada trace tengah data seismik pada time yang memiliki kelengkungan reflektor, kemudian langsung klik mb2 di tempat klik mb1 lalu arahkan kursoir kesamping untuk melihat kelengkungan yg cocok dengan reflektor. Catat informasi velocity dan time.
Hasil stacking elevefracstatic akan menggabungkan semua trace dalam satu CDP gather, dengan koordinat midpoint yang sama dijumlahkan menjadi satu trace.
Setelah semua trace dikoreksi static dan dinamik, maka di dalam format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak horizontal, seperti groundroll dan multiple. Setelah dilakukan proses quality control (QC) pada koreksi statik, akan diperoleh penampang QC. Berdasarkan hasil yang diperoleh, penampang diatas belum dapat merepresentasikan kondisi sebenarnya. Hal ini
39 terlihat dari gelombang yang dihasilkan masih berbentuk statis dan masih terdapat gelombang yang tidak berarturan sehingga belum dapat membentuk kemenerusan yang membuat penampang ini sulit untuk di interpretasi.
Pada hasil QC Offset 3 trace menunjukan bahwa hasil penampang seismic settelah dilakukan Quality Control(QC) menunjukkan kulaitas data yang lebih baik dimana pada proses pencarian parameter optimumnya. Adapaun parameter yang disebut antara lain adalah Offset Amplitude Recovery, True Amplitude Recovery, Decon, dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil preprocessing yang lebih baik sebelum dimasukkan pada proses processing. Pada hasil QC dengan 3 trace, yaitu pada offsetoriginal_jessica_160, offset1_jessica_160 dan offset2_jessica_160 menunjukan informasi dan gambar yang berbeda dimana dalam melihat kelengkungan reflector trace terbaik, diamana kita bisa lihat perbedaan dari ketiga trace tersebut. Dari namanya yaitu original, dimana data pada ataupun hasil dari trace itu kemungkinan benar, belum dilakukan pengolahannya secara langsung. Kemudian yang kita bandingankan antara ketiga trace tersebut adalah kita dapat melihat terlebih dahulu dari perbedaan gambar , kemudian kita lihat dari persebaran noise ataupun gangguan, pada data tersbut. Dari hasil yang saya amati itu dimana trace yang paling bagus itu adalah trace offset2_jessica_160, dimana kita lihat hasil yang didapatkan tergolong smooth, karena penampang seismik yang diperoleh tidak banyak menunjukkan keberadaan noise atau ground roll, sehingga trace yang diberikan akan menunjukkan bentuk kelengkungannya atau gelombang refleksi yang terbaik. Surface QC pada akusisi pengolahan data seismik refleksi merupakan kontrol kualitas terkait dengan kenampakan permukaan yang diukur. Hal ini penting dalam pengolahan data seismik refleksi karena surface QC menentukan kualitas data yang dihasilkan. Dalam proses pengolahan data seismik refleksi, surface QC mengacu pada kualitas data yang diukur dari permukaan bumi. Hal ini penting karena kualitas data yang rendah akan menyebabkan kesalahan dalam interpretasi data. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan tahap quality control (QC) yang baik, yaitu surface QC. Surface QC merupakan langkah yang penting dalam pengolahan data seismik refleksi, karena hal ini menentukan kualitas data yang dihasilkan. Dengan melakukan surface QC yang baik, kualitas data yang dihasilkan akan lebih akurat dan dapat digunakan
40 untuk interpretasi data seismik refleksi. Spiking QC pada akusisi pengolahan data seismik refleksi adalah tahapan pengolahan data yang melibatkan penerapan dekonvolusi spiking. Dekonvolusi spiking merupakan proses pemisahan gelombang seismik yang direkam dari gelombang refleksi yang diinginkan. Dalam proses spiking QC, data seismik yang dihasilkan dari akuisisi dilakukan penerapan dekonvolusi spiking. Dekonvolusi spiking merupakan proses pemisahan gelombang seismik yang direkam dari gelombang refleksi yang diinginkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil interpretasi yang akurat dan handal mengenai struktur bawah permukaan. Dengan melakukan spiking QC, kualitas data yang dihasilkan akan lebih baik dan dapat digunakan untuk interpretasi data seismik refleksi. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil interpretasi yang akurat dan handal mengenai struktur bawah permukaan. True Amplitude Recovery QC adalah proses pemeriksaan dan evaluasi kualitas pemulihan amplitudo seismik yang benar (true amplitude recovery) selama proses pengolahan data seismik refleksi. Tujuan dari True Amplitude Recovery QC adalah untuk memastikan bahwa amplitudo sinyal seismik yang direkam mencerminkan dengan akurat amplitudo sinyal asli yang dihasilkan dari sumber seismik, tanpa distorsi atau penurunan yang signifikan.
True Amplitude Recovery QC pada akuisisi pengolahan data seismik refleksi adalah suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh amplitudo gelombang seismik yang seharusnya terdapat dalam data seismik. Metode ini digunakan untuk memastikan bahwa amplitudo gelombang seismik yang diamati sesuai dengan nilai yang seharusnya ada, sehingga memungkinkan interpretasi yang lebih akurat.
Stacking prepro offset amplitude recovery pada akuisisi pengolahan data seismik refleksi adalah proses yang melibatkan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas data seismik. Langkah ini mencakup stacking, preprocessing, offset, dan amplitude recovery. Stacking merupakan teknik untuk menggabungkan sinyal seismik dari berbagai sumur atau titik pengukuran untuk meningkatkan sinyal terhadap noise. Preprocessing melibatkan serangkaian langkah untuk membersihkan dan memperbaiki data seismik sebelum analisis lebih lanjut. Offset adalah jarak antara sumber getaran dan penerima gelombang seismik yang mempengaruhi resolusi dan kualitas data. Amplitude recovery bertujuan untuk memperoleh amplitudo gelombang seismik yang sesuai dengan nilai yang
41 seharusnya ada dalam data seismik. Proses ini penting untuk memastikan representasi yang akurat dari sifat fisik bawah permukaan bumi dalam data seismik refleksi . CDP prepro sebelum dilakukan picking decon, pada hasil sebelum decon data seismik yang ada masih ditemui banyak noise oleh karena itu dilakukan picking setiap noise-noise yang ada disekitar penampang seismic agar hasil yang diperoleh setelah decon akan lebih smooth dan lebih sedikit noise disekitarnya.
CDP preprocessing sebelum dilakukan picking decon melibatkan beberapa langkah yang diperlukan untuk mengatur data seismik refleksi sebelum melakukan pengolahan deconvolution (decon). Picking decon merupakan langkah terakhir dalam pengolahan data seismik yang memungkinkan untuk menentukan posisi refleksi yang benar-benar tepat. Picking decon dapat memperbaiki ketepatan dari hasil analisa kecepatan, sehingga menghasilkan fungsi kecepatan yang benar-benar tepat dan akurat. Jika masih ada lengkungan hiperbola yang mengalami overcorrection atau undercorrection, maka proses picking decon memungkinkan untuk mengubah titik-titik picking yang dianggap salah. Setelah dilakukan decon menunjukkan distribusi frekuensi dalam data seismik lebih konsisten. Penampang seismik akhir adalah hasil dari proses pengolahan data seismik, yang menunjukkan posisi refleksi yang benar-benar tepat. etelah decon, kualitas data seismik akan lebih baik, karena noise yang ada dalam data seismik akan lebih dikurangi, dan akan muncul keseimbangan data seismik yang lebih baik, yang menunjukkan hubungan antara refleksi dan lapisan batuan bawah permukaan bumi. Pada Hasil Stacking dengan input PreproDecon menunjukan hasil stacking berbentuk bentuk belah ketupat yang dimana hasil ini sesuai dengan picking yang telah dilakukan sebelumnya. Pada Hasil Stacking dengan input PreproDecon menunjukan hasil stacking berbentuk bentuk belah ketupat yang dimana hasil ini sesuai dengan picking yang telah dilakukan sebelumnya. Proses stacking dilakukan dengan cara menjumlahkan setiap trace dalam satu CDP yang sama, dari hasil stacking juga sudah memperlihatkan proses dekonvolusi yang dilakukan sudah benar karena jika proses dekonvolusi tidak benar maka akan terjadi kekosongan data yang akan tampak pada hasil stacking.
42 IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang kita dapatkan pada praktikum kali ini antara lain sebaagi berikut ini:
1. Pada praktikum modul ini, kita melakukan pengolahan seismik "Quality control (QC), F-K Filter dan Near Offset Stack" untuk menghilangkan pengaruh gangguan atau noise dan mendapatkan parameter-parameter yang bagus ataupun optimum.
2. Quality Control dalam pengolahan data seismik refleksi merupakan suatu tahapan untuk memperoleh data yang baik sebelum dilanjutkan dalam tahap processing. Praktikan sendiri dalam menentukan parameter yang digunakan dalam proses QC dengan cara trial and error dengan tetap memperhatikan hasil yang ada.
3. Surface QC pada akusisi pengolahan data seismik refleksi merupakan kontrol kualitas terkait dengan kenampakan permukaan yang diukur, yang penting dalam pengolahan data seismik refleksi karena surface QC menentukan kualitas data yang dihasilkan.
43 DAFTAR PUSTAKA
Haryadddi, N. K. (2018). Identification Of Rnvironment Of Rinjani Mountain Devicesusing In District Of Central Lombok. In eprints.unram.ac.id.
Jamaluddin, S. J. (2020). PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE
MENGGUNAKANProMAX DI AREA TENGGARA PULAU
SIMEULUW. PETROGAS. Septoan, A. (2015). PENGGUNAAN METODA SEISMIK DALAM SURVEY GEOFISIKA. Pt. Elnusa Tbk.
Warnan, D. (2018). Pemodelan Parameter Dinamis Tanah (Vs, G) Berdasarkan Metode Multichannel ANalysis Of Surface Wave (MASW) Sebagai Evaluasi Tapak Lokal Surabaya. .Tugas Akhir.Institut Teknologi Sepuluh November.
Wulandari, I. M. (2015). PENERAPAN METODE COMMON REFLECTION SURFACE PADA DATA SEISMIK LAUT 2D DI LAUT FLORES. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan.
Yilmax. (2014). Seismik Data Analysis: Processing, Inversion, and. Tulsa: S. M.
Doherty, Ed., Society of Exploration Geophysicist.
44 LAMPIRAN
45
46
47
48
49