• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik Refleksi

N/A
N/A
Jeyy

Academic year: 2024

Membagikan "Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik Refleksi"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

i LAPORAN AKHIR

AKUISISI PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI TG3231

MODUL KE – I

PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI : INPUT DATA, GEOMETRI DAN EDITING

Oleh:

Jessica Egi Aulia Br Tarigan 121120160

Asisten:

Ndiko Pradana Putra 120120023

Ravika Glori Oktavia H. 120120069

Yoel Sanove Haganta Sebayang 120120075

Natal Hutajulu 120120121

Dimas Astomo 120120130

Muhamad Arif Samsudin 120120158

Yogi Y. CH. Sitio 120120168

Josma Hardianto Damanik 120120183

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2024

(2)

ii DAFTAR ISI

I. Tujuan ... 1

II. Dasar Teori ... 1

2.1 Metode Seismik ... 1

2.2 Pengolahan Data Seismik ... 2

2.2.1 Field Tape ... 3

2.2.2 Demultiplexing ... 3

2.2.3 Geometry ... 3

2.2.4 Amplitude Recovery ... 3

2.2.5 Editing ... 4

2.2.6 Koreksi Statik ... 4

2.2.7 Dekonvolusi ... 4

2.2.8 Analisis Kecepatan ... 4

2.2.9 Koreksi NMO ... 4

2.2.10 Stacking ... 5

2.2.11 Migrasi ... 5

III. Langkah Pengerjaan ... 6

a) Langkah Kerja ... 6

b) Diagram Alir... 43

IV. Hasil dan Pembahasan ... 44

4.1 Hasil ... 44

4.2 Pembahasan ... 51

V. Kesimpulan ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 57

(3)

iii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram Alir ... 43

Gambar 2 No scaling raw data display ... 44

Gambar 3 No scaling raw data + VD/WT ... 44

Gambar 4 Raw Data + scaling ... 45

Gambar 5 Raw Data + Scaling + AGC ... 45

Gambar 6 Spektral analisis tanpa bandpass ... 46

Gambar 7 Spektral analisis sesudah bandpass ... 46

Gambar 8 2D stacking chart ... 47

Gambar 9 Raw Data yang sudah diberi geometri pada CDP 1262... 47

Gambar 10 Raw Data yang sudah diberi geometri pada CDP 1662... 48

Gambar 11 Raw Data yang sudah diberi geometri pada CDP 1862... 48

Gambar 12 Picking ... 49

Gambar 13 Hasil Editing pada CDP 1262 ... 49

Gambar 14 Hasil Editing pada CDP 1662 ... 50

Gambar 15 Hasil Editing pada CDP 1862 ... 50

(4)

1 I. Tujuan

Adapun tujuan praktikum pada modul ini antara lain sebagai beriku ini:

1. Mengaplikasikan hasil rekaman data seismik ke dalam aplikasi pengolahan data seismic ProMax.

2. Menambahkan informasi geometri ke dalam rekaman data seismik.

3. Melakukan proses editing dan memahami fungsinya dalam pengolahan data seismik.

4. Menampilkan rekaman data seismik dalam bentuk shot gather dan CMP gather.

II. Dasar Teori 2.1 Metode Seismik

Metode Seismik ialah salah satu metode geofisika memanfaatkan sifat- sifat penjalaran gelombang seismik yangmelewati medium-medium di bawah permukaan bumi, dimana gelombang yang dilihat dari metode ini adalah Body Wave maupun Surface Wave. Metode ini kebanyakkan digunakan dikarenakan memiliki nilai akurasi serta resolusi yang didapatkan tinggi untuk melihat objek yang ingin kita lihat. Metode seismik ini sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu seismik refraksi dan seismik refleksi, dimana perbedaan dari kedua metode ini ialah pada metode seismik refraksi biasanya melihat ataupun mengetahui kedalaman bawah permukaan bumi yang relatif dangkal, sedangkan seismic refleksi dapat mengetahui lapisan dibawah permukaan bumi yang cukup dalam dibandingkan dengan seismik refraksi (Burger, 1992).

Metode seismik menggunakan waktu kedatangan pertama gelombang dalam perhitungannya. Gelombang P memiliki kecepatan yang lebih tinggi daripada gelombang S, oleh karena itu waktu kedatangangelombang P digunakan dalam perhitungan. Gelombang seismic refrakasi yang dapat direkam di permukaan bumi oleh penerima hanyalah gelombang seismik yang dibiaskan yang merambat pada batas antar lapisan batuan, seismik refraksi biasanya melihat ataupun mengetahui kedalaman bawah permukaan bumi

(5)

2 yang relatif dangkal, Adapun metode seimik yang digunakan pada praktikum ini adalah metode MASW ( Multichannel Analysis of Surface Waves).

Metode MASW adalah metode seismik yang menggunakan gelombang geser sebagai sinyal utamanya. Gelombang geser memiliki amplitudo yang sangat besar dibandingkan dengan gelombang badan. Oleh karena itu, jika diabandingkan maka gelombang geser paling kuat diantara gelombang lainnya. Selain itu, gelombang geser merambat sangat lambat dengan waktu rambat yang panjang di dalam tanah. Hal inilah yang menyebabkan MASW mempunyai signal to noise ratio lebih tinggi dibandingkan metode seismik konvensional (metode seismik refraksi dan metode seismik refleksi) (Haryadddi, 2018).

2.2 Pengolahan Data Seismik

Pengolahan data seismik adalah peningkatan kualitas dari data seismik dengan tujuan untuk mempresentasikan data dalam bentuk yang sesuai guna interpretasi secara geologi. Hasil akhir dari pengolahan data seismik adalah penampang seismik yang analog dengan penampang geologi (geologic crosssection). Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga dapat dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi seperti kenyataannya. Pengolahan data seismik dilakukan melalui serangkaian tahapan-tahapan. Oleh karena geologi setiap medan survei seismik berbeda-beda, yang secara umum dapat dibedakan menjadi lingkungan laut (marine), lingkungan darat (land), dan transisi (transition), perbedaan ini akan menghasilkan data dengan karakteristik yang berbeda- beda. Secara prinsip, tahapan dalam pengolahan data seismik dapat dikelompokkan dalam :

1. Pre-Processing/Editing (Conditioning Data).

2. Main Processing.

3. Post Processing.

(6)

3 2.2.1 Field Tape

Hasil Akuisisi lapangan direkam pada pita magnetik, dimana berisi informasi informasi yang berkaitan dengan akuisisi lapangan seperti data source, receiver, dan lain-lain dengan Format SEG (Socienty of Exploration Geophysicists), biasanya format rekaman berupa SEG-B, SEG-Y.

2.2.2 Demultiplexing

Demultiplexing diperlukan bila data seismik yang direkam masih dalam format multiplexer, Multiplexer menyebabkan data tersebut direkam menurut deret jarak bukan dalam deret waktu. Dalam Raw Data input format multiplex akan diubah menjadi format demultiplex berupa SEG-Y. data yang tersimpan dalam pita magnetik lapangan diubah susunannya yang berdasarkan urutan pencuplikan receiver atau channel.

2.2.3 Geometry

Kita memasukkan parameter-parameter hasil akuisisi di lapangan ke dalam label pada header data seismik yaitu koordinat source maupun receiver berdasarkan laporan data observasi di lapangan akuisisi data, kedalaman source dan lain-lain. Tahap ini bertujuan mendefinisikan keadaan lapangan akuisisi.

2.2.4 Amplitude Recovery

Penjalaran gelombang seismik ke permukaan bumi, nilai energi gelombang akan semakin melemah yang dikarenakan faktor jarak ataupun geometri serta proses penyerapan oleh lapisan batuan. Besarnya amplitudo yang terekam oleh receiver berbanding lurus dengan energi gelombang yang diterima oleh receiver tersebut, dengan bertujuan memunculkan amplitudo-amplitudo gelombang seismik yang melemah setelah faktor penguat oleh amplifer diangkat dari gain removal yang merupakan proses membuang penguat yang dilakukan oleh amlifer karena setelah penguat dibuang sinyal-sinyal refleksi akan menjadi lemah, maka penguatan amplifer ini digantikan oleh penguatan lain yang nilai-nilainya lebih cocok untuk daerah yang diteliti.

(7)

4 2.2.5 Editing

Editing merupakan proses menghilangkan rekaman sinyal- sinyal yang buruk atau yang tidak diinginkan yang dapat menganggu hasil penampang seismik sendiri. Ditahap Editing ada proses Muting dan kiling, Muting adalah tahap untuk menghilangkan sinyal gelombang seismik bersifat noise seperti ground roll maupun gelombang refraksi yang dapat menganggu data, sedangkan proses killing merupakan tahap untuk menghilangkan trace yang dapat menganggu atau noise.

2.2.6 Koreksi Statik

Koreksi ini menghilangkan pengaruhnya topografi terhadap gelombang seismik yang pada umumnya nilai topografi tidak rata yang mengakibatkan bergesernya waktu dari gelombang seismik itu sendiri yang nantinya seolah shot point dan receiver ditempatkan di topografi yang sama.

2.2.7 Dekonvolusi

Merupakan proses untuk menghilangkan pengaruhpengaruh seperti ground roll, multiple serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise yang nantinya tersisa estimasi dari refleksi lapisan bumi. Dekonvolusi merupakan proses invers filter karena konvolusi yang merupakan suatu filter. Wavelet terlalu panjang yang mengakibatkan turunnya nilai resolusi seismik yang dikarenakan kemampuan untuk membedakan dua event refleksi yang berdekatan menjadi berkurang.

2.2.8 Analisis Kecepatan

Analisis kecepatan untuk menentukan kecepatan yang sesuai untuk memperoleh Stacking yang terbaik. Prinsip dasar analis kecepatan pada proses Stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum.

2.2.9 Koreksi NMO

Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset

(8)

5 antara shot point dan receiver pada suatu trace yang 16 berasal dari satu CDP (Common Depth Point). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal incident) dan waktu yang sama

2.2.10 Stacking

Stacking ialah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini biasanya dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace- trace yang tergabung pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren.

2.2.11 Migrasi

Migrasi merupakan proses untuk mereposisi reflektor sehingga berada pada posisi yang sebenarnya Ketidaktepatan posisi reflektor ini disebabkan aleh efek difraksi yang terjadi ketika gelombang seismik mengenai ujung/puncak dari suatu diskontinuitas, maupun akibat adanya reflektor miring. Melalui migrasi didapat sejumlah parameter yang berbeda sebagai koreksi yaitu migrasi memperbesar sudut kemiringan, memperpendek reflektor dan memindahkan reflektor ke arah up dip serta memperbaiki resolusi lateral.

(9)

6 III. Langkah Pengerjaan

a) Langkah Kerja

• Buka aplikasi ProMAX dengan cara open Terminal (klik kanan pada layar desktop – > open Terminal) lalu ketikkan perintah “./promax” -> Enter.

• klik MB1 dengan mouse tanpa digeser, ketikkan label tersebut MB1 label Area A, dimana MB1 (klik kiri), MB2 (klik tengah), dan MB3 (klik kanan).

• Siapkan data yang sudah disiapkan.

1) Input Data SEG-Y

• Tambahkan Area dengan cara klik MB1 pada Add dengan tanpa menggeser mouse. Ketikkan label tersebut dengan nama praktikan_NIM. Kemudian klik area yang sudah dibuat.

• Kemudian muncul Line, tentukan line berapa yang akan diolah dalam praktikum ini. Kemudian tambahkan line dengan cara klik MB1 pada Add dan tuliskan line data “line_001”.

• Pada bagian Flows, masukkan label “01. Input Data”, flow ini digunakan untuk menginputkan data SEG-Y yang kita miliki.

• Pada flow “01. Input Data” ini isikan sub-flow dengan klik MB1 pada flow tersebut. Sehingga muncul Editing Flow : 01. Input Data dan masukkan subflow “SEG-Y Input” dan “Disk Data Output”

(10)

7

• Pada subflow “SEG-Y Input” klik MB2, lalu ganti “Type of storage to use”

menjadi “Disk”. Dan pada “Max Trace per ensemble” menjadi 999.

• Kemudian pada “Browse for DISK file path name” klik “browse” kemudian ubah sesuai lokasi data pada kolom Filter kemudian klik file “.sgy” lalu klik

“Add” lalu klik “Done”.

• Kemudian pada subflow “Disk Data Output” klik MB2 lalu pada “Output dataset filename” klik “INVALID” akan muncul kolom DATASETS > Klik MB1 pada Add >“01. Raw Data”.

(11)

8

• Setelah itu klik MB1 pada “EXECUTE”. Tunggu sampai status proses berubah menjasi “Completed 01Input Data Normally” seperti gambar di bawah,

2) Display Data

• Buat flow baru dengan klik kembali “Add” kemudian masukkan nama “00.

View Data”. Flow ini digunakan untuk menampilkan data seg-y yang sebelumnya sudah diinputkan pada flow “01. Input Data”. Kemudian pada editing flow masukkan beberapa subflow berikut,

(12)

9

• Pertama, kita kan mendisplay raw data tanpa melakukan filter, penguatan, maupun scaling. Non-aktifkan subflow berikut di bawah dengan klik

“MB3”. Pada subflow Disk Data Input pertama, masukkan datasets 01. Raw Data dengan klik MB2.

Kemudian pada subflow trace display sesuaikan dengan parameter berikut,

• Kemudian klik “EXECUTE” maka akan dihasilkan gambar “No Scaling Raw Data Display” berikut,

(13)

10 Pada Raw Data display di atas, tanpa melakukan scaling, dapat diketahui trace auxiliary yang bukan trace pengukuran. Nantinya trace tersebut dapat dihilangkan. Pada display di atas tidak terlihat adanya data pada tiap chanel, kita dapat membuatnya terlihat dengan langkah berikut,

• Klik menu View pada jendela trace display, lalu klik Trace Display,

• Kemudian muncul jendela Display Controls, atur wiggle mode seperti trace bias, trace excursion, kemudian colormap > greyscale.

(14)

11

• Kemudian klik “Apply” dan OK. Hasilnya adalah sebagai berikut,

• Kemudian kembali ke menu View > Edit Colormap, lalu muncul jendela Color Editor, lalu klik File > Open,

• Lalu muncul jendela “Open”, pada kolom Selection, buatlah file .rgb baru bernama greyscalenew.rgb lalu klik OK.

• Lalu atur warna pada file .rgb baru tadi seperti pada gambar berikut,

(15)

12

• Maka akan dihasilkan “Raw Data Display (No Scaling + VD/WT)” berikut,

• Kedua, kita akan men-display raw data dengan melakukan scaling pada raw data tersebut. Langkah pengerjaannya adalah kembali ke flow Display Data, lalu MB2 flow Trace Display. Kemudian pada Trace Scaling option, pilih individual.

• Pada Disk Data Input, masukkan 01. Raw Data. Kemudian EXECUTE.

Hasil gambar “Raw Data + Scaling” adalah sebagai berikut,

(16)

13

• Ketiga, kita akan mencoba menampilkan raw data dengan melakukan Automatic Gain Control, tanpa melakukan scaling. Pada flow “00. View Data” aktifkan subflow Automatic Gain Control,

• Kemudian EXECUTE. Hasil “Raw Data Display + AGC + No Scaling”

adalah sebagai berikut,

(17)

14

• Kemudian untuk melihat rentang frekuensi yang akan kita ambil, kita akan melakukan analisa menggunakan subflow Interactive Spectral Analysis.

Aktifkan terlebih dahulu subflow tersebut pada flow “00. View Data”, dan nonaktifkan subflow lain seperti pada gambar berikut, lalu “EXECUTE”.

• Kemudian akan muncul jendela Spectral Analysis Data Selection, lalu klik ikon kotak biru seperti yang ditunjukkan gambar untuk memilih area data,

• Kemudian pilih area data, tanpa mengikutsertakan trace auxiliary seperti gambar berikut,

(18)

15

• Lalu klik menu Option > Spectral Analysis.

• Hasil Spectral Analysis adalah sebagai berikut,

Berdasarkan analisis spektral di atas, kita dapat menganalisa rentang frekuensi berapa yang akan kita ambil, dan yang akan kita buang. BPF yang digunakan pada percobaan ini adalah 2-15-90-120, artinya rentang oktaf frekuensi yang akan diambil adalah 15-90, dimana 2-15 dan 90-120 adalah oktaf ramp atau dianalogikan sebagai __/----\__. Sehingga 15-90 adalah pass band, 2 dan 120 adalah cutting frequency, dan secara berurutan disebut : fcut-flow-fhigh-fcut.

• Kemudian aktifkan subflow Bandpass Filter pada flow “00. View Data” dan masukkan rentang BPF yang sebelumnya sudah ditentukan, “EXECUTE”.

(19)

16

• Kemudian dapat dihasilkan display analisis spektral seperti berikut,

Pada jendela tersebut kita dapat menganalisa kembali bagaimana frekuensi yang sudah diambil. Jika belum sesuai proses dapat diulang kembali dengan memasukkan rentang frekuensi baru pada subflow Bandpass Filter.

3) Geometri

• Kembali ke jendela flow kemudian tambahkan flow “02. Geometry” dan tambahkan subflow berikut pada editing flow.

(20)

17

• Kemudian, nonaktifkan semua subflow kecuali “2D Land Geometry Spreadsheet” dan Execute.

• Dan muncul jendela Promax 2D Land Geometry Assignment 5000 berikut,

Setup

Pada menu di atas, MB1 pada Setup. Kemudian isikan parameter-parameter berikut

(21)

18 Kemudian klik OK.

Receiver

Klik Receivers pada menu 2D Land Geometry Assignment, kemudian muncul jendela SRF Ordered Parameter File. Klik “Import”. Kemudian muncul jendela File Import Selection, sesuaikan lokasi data pada filter kemudian pilih file “.RPS” kemudian OK.

(22)

19 Kemudian akan muncul data Record Specification, catat data tersebut.

Kemudian select data menggunakan “MB1” di awal dan “MB2” di akhir.

Setelah di-select :

Lalu hapus dengan “Ctrl + D”. Setelah dihapus klik “Format”

Kemudian muncul jendela import definition, pada “Selection” isikan “rec_1 kemudian “OK”.

(23)

20 Kemudian isikan data pada “Column Import Definition” sesuai dengan data

“Record Specification” yang sudah dicatat sebelumnya. Setelah data terisi seperti gambar di bawah, klik “Save to” pilih “rec_1” lalu “OK”

(24)

21 Kemudian pada pop window “ASCII/EBCDIC File Import” pilih “Apply”

kemudian pilih “Overwrite All Existing...” lalu klik “OK”

Kemudian muncul tampilan seperti berikut, kemudian “Save”.

(25)

22

Source

Kemudian kembali pada jendela 2D Land Geometry Assignment, klik

“Source” kemudian muncul jendela SIN Ordered Parameter File, klik “File”

> “Import”.

Lalu akan muncul jendela berikut, sesuaikan lokasi data pada filter, lalu pilih file “.SPS” kemudian OK. Data .SPS merupakan data observer report source.

(26)

23 Kemudian akan muncul data Record Specification, catat terlebih dahulu data tersebut, lalu select data menggunakan MB1 di awal dan MB2 di akhir, lalu hapus dengan “Ctrl + D”.

Setelah itu klik “Format” lalu muncul kolom “Selection” isikan “Sin_1” lalu

“OK”.

(27)

24 Kemudian isi data “Column Import Definition” dengan data “Record Specification” yang sebelumnya dicatat, setelah itu klik “Save to” pilih

“Sin_1” yang tadi telah dibuat, kemudian “OK”.

Kemudian “Save” dan “Exit”. Kemudian pada kolom “ASCII/EBCDIC File import” pilih “Apply” lalu pilih “Overwrite All Existing...” klik “OK”.

Setelah itu kembali pada pop window “ProMAX 2D Land Geo...” klik menu

“Source” pilih “Import”. Sesuaikan dengan lokasi data pada kolom filter lalu pilih data “.XPS”. Lalu “OK”

(28)

25 Kemudian catat kembali data “Record Specification”, kemudian select data dengan “MB1” di awal dan “MB3” di akhir, lalu hapus dengan “Ctrl +D”.

Setelah dihapus kemudian pada windows “ASCII/EBCDIC File Import”

klik “Format” ketik nama “Sin_2” pada kolom Selection, lalu “OK”.

Kemudian isikan Record Specification yang telah dicatat sebelumnya pada kolom “Column Import Definition” kemudian klik “Save to” kemudian muncul pop windows “Import Definition” pilih “Sin_2” kemudian klik

“OK”.

(29)

26 Kemudian “Save” dan “Exit”. Kemudian pada kolom “ASCII/EBCDIC File import” pilih “Apply” lalu pilih “Overwrite All Existing...” klik “OK”.

(30)

27 Kemudian kembali pada windows “SIN Ordered Parameters File”, lalu MB1 pada kolom “Mark Blok” baris 1,

Hasilnya kolom “Source” akan terisi seperti di bawah ini,

Lalu, isikan nilai pattern pada kolok “Pattern” dengan MB1 pada kolom

(31)

28 pattern,

Isikan nilai 1 untuk “Starting value” dan 0 untuk “Increment” kemudian OK. Hasil setelah mengisi kolom “source” dan “pattern” adalah sebagai berikut,

Pattern

Kembali pada pop windows “ProMAX 2D Land Geo...” klik menu

“Pattern”, lalu masukkan angka 284 pada “Maximum number of data channel/record”

Kemudian isikan parameter berikut,

(32)

29 Setelah itu klik menu “File” lalu “Exit”.

Bin

Kembali pada window “2D Land....” Lalu pilih menu “Bin” untuk “Assign Midpoint by” dan klik “OK” lalu klik “Proceed”.

Setelah itu, kita buka kembali Source, maka kolom shot “Shot Fold” yang sebelumnya kosong akan terisi,

(33)

30 Kemudian pilih “Binning” lalu “Proceed”. Setelah status “Succesfully completed binning” klik “OK”

Terakhir, pilih “Finalize Database” lalu “OK”

Kemudian, setelah selesai semua proses di atas, kembali ke flow “02.

Geometry”, lalu nonaktifkan subflow “2D Land Geometry...” dan aktifkan subflow dibawahnya seperti berikut ini,

(34)

31 Lalu, MB3 subflow “Disk Data Input” isikan “Select Dataset” dengan “01.

Raw Data”,

Pada subflow “Inline Geom Header Load” atur parameter seperti di bawah ini,

Dan pada subflow Disk Data Output, buatlah dataset baru “02. Geom” pada Output Dataset Filename.

(35)

32 Kemudian “EXECUTE”

Stackung Chart

Setelah memasukkan geometri pada data seismik, lihat tampilan

“2DStacking Chart” untuk memberikan informasi geometri posisi data CDP dengan cara kembali ke jendela “Flows” → MB1 Database hingga muncul jendela DB Tools→ Klik menu View → Predefined → 2D Stacking Chart hingga muncul jendela tersebut.

(36)

33 Hasil 2D Stacking Chart adalah sebagai berikut,

Display Hasil Penambaan Geometry

Kembali pada flow “00. View data” kemudian nonaktifkan subflow teratas Interactive Spectral Analysis, dan kondisikan parameter subflow Disk Data Input menginputkan dataset “02. Geom”,

(37)

34 Kemudian klik “EXECUTE” dan hasil trace setelah penambahan informasi geometri adalah sebagai berikut,

Bandingkan dengan trace sebelum penambahan geom atau Raw Data + AGC + No Scaling berikut,

Kemudian untuk melakukan QC pada data, apakah geometri sudah benar ditambahkan atau belum, kita bisa menampilkan dengan primary CDP bin Number dan secondary header Offset.

(38)

35 Hasil QC penambahan geometry di atas sebagai berikut,

Editing

Execute kembali flow “00. View Data” dengan Disk Data Input berisi dataset “02. Geom” dengan parameter berikut

(39)

36 Hasil yang akan ditampilkan adalah sebagai berikut,

Kemudian klik menu “Picking” pilih “Kill Traces”,

(40)

37 Lalu muncul jendela “List Selector” tuliskan nama list pada kotak Enter a new list name,

Setelah muncul kotak “Select a Secondary Key” pilih “CHAN” klik OK.

Kemudian pick trace yang akan di-kill. Trace yang di-kill adalah trace yang rusak dan mengganggu trace-trace lainnya.

(41)

38 Contoh killing trace,

Setelah itu untuk melakukan muting, sama seperti langkah sebelumnya, pada Menu Picking, pilih Pick Top Mute, kemudian beri nama pada Table Selector. Kemudian pada tabel Select Secondary Key pilih “CHAN”.

Maka akan terbentuk layer untuk picking topmute.

Kemudian lakukan hal yang sama, klik menu Picking > Pick Bottom Mute, kemudian beri nama pada Table Selector, dan pada jendela Select a

(42)

39 Secondary Key pilih “CHAN”.

Maka terbentuk layer untuk picking bottommute.

Kemudian picking untuk killing dan muting sebagaimana contoh picking di bawah,

Setelah selesai, simpan hasil picking dengan klik File > Save Picks.

(43)

40 Kemudian untuk menyimpan hasil editing, isi flow “03. Editing” dengan subflow berikut,

Aturlah parameter untuk Disk Data Input sebagaimana gambar berikut,

Masukkan list dari killing pada subflow “Trace Kill/Reverse” pada parameter Select trace kill parameter file.

(44)

41 Kemudian pada subflow “Trace Muting” sesuaikan parameter sebagaimana gambar.Isikan list picking topmute “Select mute parameter file”.

Kemudian pada subflow “Trace Muting” yang kedua, “Select mute parameter file” diisikan dengan list picking Bottommute.

Pada subflow Disk Data Output, buatlah dataset baru “03. Edit” pada Output Dataset Filename.

Setelah semua parameter seperti berikut, klik “EXECUTE”.

(45)

42 Untuk menampilkan hasil editing, kembali pada flow “00. View Data” dan pada subflow Disk Data Output, masukkan dataset “03. Edit” pada Select dataset. Sesuaikan primary dan secondary trace header seperti pada gambar,

Klik “EXECUTE”

Hasil akhir setelah dilakukan proses editing adalah sebagai berikut,

(46)

43 b) Diagram Alir

Gambar 1 Diagram Alir

(47)

44 IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

Gambar 2 No scaling raw data display

Gambar 3 No scaling raw data + VD/WT

(48)

45 Gambar 4 Raw Data + scaling

Gambar 5 Raw Data + Scaling + AGC

(49)

46 Gambar 6 Spektral analisis tanpa bandpass

Gambar 7 Spektral analisis sesudah bandpass

(50)

47 Gambar 8 2D stacking chart

Gambar 9 Raw Data yang sudah diberi geometri pada CDP 1262

(51)

48 Gambar 10 Raw Data yang sudah diberi geometri pada CDP 1662

Gambar 11 Raw Data yang sudah diberi geometri pada CDP 1862

(52)

49 Gambar 12 Picking

Gambar 13 Hasil Editing pada CDP 1262

(53)

50 Gambar 14 Hasil Editing pada CDP 1662

Gambar 15 Hasil Editing pada CDP 1862

(54)

51 4.2 Pembahasan

Pada praktikum mengenai pengolahan data seismik refleksi dengan flow yang digunakan adalah Input data, Geometri dan Editing. Input data ini akan dilakukan pembacaan pada rawa data seismik melalui format SEG-Y. Untuk raw data sendiri adalah data yang direkam pada saat melakukan akuisisi dilapangan, dimana biasanya raw data ini berupa shot gather. Pengolahan data seismik menggunakan Promax dan beberapa data yang digunakan seperti Line_001.RPS,Line_001.SPS, Line_001.sgy Line_001.XPS. Dari pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh trace diplay raw tanpa scaling dengan informasi yang diberikan adalah ditemuinya trace auxiliary yang kemudian akan dihapus karena memiliki energi yang tinggi dibanding trace seismik yang lain.

Hal ini terjadi karena trace auxilary sendiri merupakan trace yang paling dekat sumber getar dan selain itu alasan trace auxilary dihapus karena trace ini sulit dalam mengidentifikasi direct wave, reflected wave, ataupun refracted wave.

Pada praktikum ini kita menggunakan beberapa flow, yang dimana flow yang kita gunakan itu ada 4 flow yaitu antara lain: view data, input data, geometry, dan juga Editing. View data adalah suatu tampilan atau output yang akan kita tampilkan dari setiap data yang kita kerjakan, yang dimana itu bisa berupa gambar atau sejenis lainnya. Dalam view data ini kita menggunakan subflow yaitu disk data input, bandpass, interactive special analysis, automatic gend control, dan trace display.

Input data adalah dimana kita memasukkan data-data yang nantinya akan kita gunakan dalam pengolahan. Dalam input data kita menggunakan beberapa subflow yaitu antara lain: SEG-Y input dan Disk data Input, yang diamana SEG- Y itu guannya untuk memasukkan data yang kita gunakan yaitu data yang telah diberikan oleh asiten praktikum, dan disk data input itu digunakan untuk untuk memasukkan raw data yang akan kita gunakan.

Geometry adalah proses memasukkan parameterparameter lapangan untuk mendapatkan model yang ideal sesuai dengan parameter geometrinya dan juga untuk mengetahui hubungan antara shot point dan penerima yang akan dipergunakan dalam koreksi statik. Pada geometery ini kita menggunakan

(55)

52 subflow 2D geometry, add flow comment, disk data input, inline geo, dan juga disk data output. Fungsi dari semua subflow ini sama dengan halnya seperti yang sudah ada pada diatas tetapi pada ini ada kita meggunakan data geometry. Selain itu, geometri juga berperan sebagai proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shout point, kumpulan CPD. Raw Data + geometri + Automatic Gain Control (AGC) yang dihasilkan oleh software ProMAX melibatkan proses pengolahan data seismik yang mencakup informasi geometri dan penerapan Automatic Gain Control (AGC). AGC secara otomatis mengatur gain yang diterapkan pada sampel trace sebagai fungsi dari amplitudo sampel dalam jendela waktu AGC. Pada geometry yang menggunakan AGC maka data yang kita dapatkan akan lebih baik dikarenakan adanya filtrasi yang terjadi seperti nois dan yang lainnya pada pengolahan tersebut.

Ediitng yaitu editing yang berfungsi untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan lainnya yang dapat mengganggu data. Pada editing kita melakukan pemotongan data, yang dimana data tersebut kita edit agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal dari datanya. Hal tersebut merupakan hal yang sudah biasa dalam hal melakukan perbaikan pada hasil data yang dilakukan suatu pengolahan sehingga hasil data yang kita dapatkan itu layak dan juga baik untuk kita gunakan. Maka dari daripada itu kita perlu menerapkan editing pada pengolahan data.

Pada subflow editing ini kita menggunakan disk data input, kill trace, trace muting top, trace muting bottow, dan juga disk data output. Yang dimana fungsi dari kiil trace itu kita menyeleksi trace-trace yang rusakk di data kita Killing trace pada seismik adalah teknik yang digunakan untuk menghapus sejumlah data seismik yang tidak relevan atau tidak diperlukan dalam analisis. Beberapa kegunaan killing trace antara lain mengurangi noise, noise dapat muncul dari berbagai sumber seperti pergerakan air laut, lalu lintas kapal, atau aktivitas manusia. Killing trace dapat digunakan untuk menghapus sebagian atau seluruh data dari sumber noise yang tidak relevan, sehingga meningkatkan kualitas

(56)

53 sinyal seismik dan membuat analisis data menjadi lebih akurat, kemudian kita buat trace top yang berguna untuk menghilangkan noise pada top , serta begitu juga dengan bottow trace.

Raw data adalah data asli atau data mentah yang kita gunakan dalam pengolahan yang data-data nya itu kita rapikan sedemikian rupa. Raw data sendiri adalah data yang direkam pada saat melakukan akuisisi dilapangan, dimana biasanya raw data ini berupa shot gather. Row data no scalling adalah data seismik yang belum dikerjakan dengan metode scaling,dari pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh trace diplay raw tanpa scaling dengan informasi yang diberikan adalah ditemuinya trace auxiliary yang kemudian akan dihapus karena memiliki energi yang tinggi dibanding trace seismik yang lain. Hal ini terjadi karena trace auxilary sendiri merupakan trace yang paling dekat sumber getar dan selain itu alasan trace auxilary dihapus karena trace ini sulit dalam mengidentifikasi direct wave, reflected wave, ataupun refracted wave. Dari hasil yang saya dapatkan dimanaa itu perbedaan antara geometri dengan raw data itu sangat jelas terlihat dari segi gambar atau hasil yang kita dapatkan. Dari perbedaan antara raw data dengan geometry itu dimana pada gambar atau hasil raw data lebih baik dibandingkan dari data geometry, yang dimana pada raw data itu trace yang dihasilkan itu terlihat baik dan juga tidak terdapat noise random yang banyak, berbeda dengan geometry yang berbanding terbalik dengan raw data.

Perbandingan antara display primary source dangan secondary reconding channel dengan primary CDP dan secondary offset tidak jauh beda dengan hasilnya , yang dimana itu kita melihat hasil yang tidak terlihat antara perbandingan-perbandingan yang kita dapatkan. Maka hasil yang kita dapatkan itu akan semakin baik jika kita lebih memperhatikan parameter yang digunakan.

Pada gambar 2D stacking chart diamana kita dapatkan dengan memasukkan data data yang telah kita dowload sebelumnya yaitu data RPS, SPS, dan XPS. Pada langkah awal kita harus menentukan geometrinya terlebih dahulu dengan setap lalu masukkan variabel yang akan kita ginakan. Kemudian kita lakukan receiver, source, pattern dan juga terakhir kita melakukan bin agar data kita bisa

(57)

54 terjalankan atau bisa kita koresksi apakah bagus ataupun ada data yang error.

Dari hasil 2D stacking chart yang kita lihat ada energi yang dapat kita lihat sepert warna merah yang memiliki energi yang tinggi, warna kuning energi sedang , warna hijau dengan energi rendah. Dari hal tersebut nantinya kita dapat melakukan interpretasi data.

Stacking dilakukan untuk menjumlahkan trace–trace dalam satu gather data yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N) karena sinyal yang koheren akan saling memperkuat dan noise yang bersifat tidak koheren saling menghilangkan. Selain itu, stacking akan mengurangi noise bersifat koheren. Pada tahap geometri diperoleh stacking chart 2D. Dimana stacking chart 2D menampilkan hasil warna warni. Selain itu pada tahap geometri dilakukan penambahan QC pada data geometri dimana terdapat perbedaan antara trace sebelum penambahan geometri pada gambar 3 dimana perbedaannya yaitu terlihat dari chan number.

Yang kita lakukan terakhir yaitu dilakukannya tahap editing, tahap ini bertujuan untuk menyeleksi trace data seismik yang buruk atau rusak yang terjadi pada saat akuisisi data sehingga tidak dipergunakan dalam proses selanjutnya. Seleksi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Killing dan Muting. Killing adalah proses menghilangkan satu trace karena trace tersebut buruk atau rusak, Killing trace pada seismik adalah teknik yang digunakan untuk menghapus sejumlah data seismik yang tidak relevan atau tidak diperlukan dalam analisis. Beberapa kegunaan killing trace antara lain mengurangi noise, noise dapat muncul dari berbagai sumber seperti pergerakan air laut, lalu lintas kapal, atau aktivitas manusia. Killing trace dapat digunakan untuk menghapus sebagian atau seluruh data dari sumber noise yang tidak relevan, sehingga meningkatkan kualitas sinyal seismik dan membuat analisis data menjadi lebih akurat. Setelah itu lakukan muting untuk memberi bobot nol pada bagian yang memiliki groundroll sangat parah atau amplitude yang terlalu besar sedangkan Muting akan memotongan noise noise yang tidak diinginkan seperti noise direct wave, ground roll, dan lain-lain.

(58)

55 V. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum modul 1 ini antara lain sebagai berikut ini:

1. Geometri digunakan untuk memasukkan parameter-parameter lapangan dan untuk mengetahui hubungan antara shot point dan penerima yang akan digunakan dalam koreksi statik.

2. Proses pengolahan data seismik melibatkan pengolahan raw data, geometri, dan Automatic Gain Control (AGC) untuk mendapatkan data yang lebih baik dan dengan kualitas yang lebih baik.

3. Editing merupakan proses penting dalam pengolahan data seismik refleksi untuk menghilangkan rekaman yang buruk dan noise yang mengganggu, editing melibatkan pemotongan data dan proses untuk menghilangkan sinyal gangguan, seperti ground roll dan first break.

4. Shot gather adalah sekumpulan trace yang mempunyai atau berasal dari satu source point yang sama. Karena pada umumnya pengolahan data seismik dilakukan pada domain common-midpoint (CMP), maka data common-shot gather tadi disusun dan di-sort ke bentuk CMP gather.

(59)

56 DAFTAR PUSTAKA

Haryadddi, N. K. (2018). Identifikasi Of Environment Of Rinjani Mountain Devicesusing Multichannel Analysis Of Surface Wave Methone (MSAW) In District Of Central Lombok .

Jamaluddin, S. J. (2015 & 2020). Pengolahan Data Seismik 2D Marine Menggunakan Promax Di Area Tenggara Pulau Simeulu. Petronas Septoan . A. Penggunaan Metode Seismik Dalam Survei Geofisika. PT Elnusa Tbk.

Jusri,T.A. (2005). Panduan Pengolahan Data Seismik Menggunakan ProMAX.

Laboratorium Seismik Program Studi Geofisika ITB.

M. Muzli *, R. P. (2016). Pengukuran VS30 Menggunakan Metode MASW Untuk Wilayah Yogyakarta. 2-4.

Warnana, D. D. (2018). Pemodelan Parameter Dinamis Tanah (VS, G) Berdasarkan Metode Multichannel Analysis Of Surface Wave (MASW) Sebagai Evaluasi Tapak Lokal Surabaya. Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh November.

Wulandari, I. M. (2015). Penerapan Metode Common Reflection Surface Data Seismik Laut 2D Di Laut Flores . Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan.

Yilmax. (2014). Seismik Data Analysis: Processing, Inversion, and. Tulsa: S. M.

Doherty, Ed., Society of Exploration Geophysicists.

(60)

57 LAMPIRAN

Gambar

Gambar 1 Diagram Alir
Gambar 2 No scaling raw data display
Gambar 3 No scaling raw data + VD/WT
Gambar 5 Raw Data + Scaling + AGC
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada tahap pengolahan data seismik, semua masalah atau parameter dari lapangan akan digunakan untuk diolah dalam perangkat lunak tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan

Hasil pengolahan data seismik sangat bergantung pada parameter – parameter dan metode- metode yang digunakan, sehingga untuk menghasilkan data dengan kualitas baik harus didukung

Berdasarkan pengamatan kompilasi data seismik refleksi dan batimetri, terlihat bahwa komplek prisma akresi di daerah Selat Sunda yang merupakan penerusan dari zona akresi

Pada tahap pengolahan data seismik, semua masalah atau parameter dari lapangan akan digunakan untuk diolah dalam perangkat lunak tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan

Hasil pengolahan data seismik sangat bergantung pada parameter – parameter dan metode- metode yang digunakan, sehingga untuk menghasilkan data dengan kualitas baik harus didukung

Tahapan selanjutnya dalam akuisisi data seismik pantul saluran tunggal dengan sparker sebagai sumber gelombang adalah pengumpulan data serta pengamatan data sebagai validasi

Modul pelatihan mengenai pengumpulan dan pengolahan

Metode T-X Intercept Time merupakan metode yang sederhana dalam pengolahan data seismik dengan hasil relatif kasar dan kedalaman lapisan hanya diperoleh pada titik-titik tertentu