• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Seismik Refleksi Tutorial Software Petrel 2

N/A
N/A
yangmana nda

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Praktikum Seismik Refleksi Tutorial Software Petrel 2"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM SEISMIK REFLEKSI TUTORIAL SOFTWARE PETREL 2

Oleh :

ANDRE AZHAR ARYANSYAH 115.190.065

KELOMPOK 5

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2021

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM SEISMIK REFLEKSI

TUTORIAL SOFTWARE PETREL 2

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti acara Praktikum Seismik Refleksi selanjutnya, tahun ajaran 2021/2022, Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta.

Disusun Oleh :

ANDRE AZHAR ARYANSYAH 115.190.065

KELOMPOK 5

Yogyakarta, 8 November 2021 Disahkan Oleh : Asisten Seismik Refleksi

(FEBBIL ZIAN FAHMI)

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”

YOGYAKARTA

2021

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya (Penulis) kemudahan dalam menyusun Laporan Praktikum Seismik Refleksi dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan Nya, tentu saja laporan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita, umatnya, kejalan yang benar, dan semoga kita mendapatkan syafaat nya di hari kiamat nanti, Aamiin.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat sehat Nya, baik itu merupakan sehat fisik maupun sehat akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan Laporan Praktikum ini. Saya tentu menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini banyak kekurangan dan juga kesalahan didalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan sarannya, supaya laporan ini nantinya menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian apabila dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, saya mohon maaf sebesar – besarnya.

Yogyakarta, 9 November 2021

Andre Azhar Aryansyah

(4)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Rumusan Masalah ... 3

BAB II. DASAR TEORI 2.1. Picking Horizon ... 4

2.2. Picking Fault ... 4

2.3. Time Structure Map ... 5

2.4. Depth Structure Map ... 5

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Diagram Alir Pengolahan Data ... 7

3.2.Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data ... 8

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Picking Horizon dan Fault In Line ... 10

4.2. Hasil Picking Horizon X Line ... 12

4.3. Hasil Picking Horizon dan Fault Arbitrary Line ... 14

4.4. Penampang Seismic Time Structure ... 15

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 16

5.2. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA LEMBAR KONSULTASI

(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Picking Horizon (Ahmad, 2019) ... 4 Gambar 2. 2. Picking Fault (Ahmad, 2019) ... 5 Gambar 3. 3. Diagram Alir Pengolahan Data ... 7 Gambar 4. 1. (a) Pempang Inline 100, (b) Penampang Inline 250, (c) Penampang Inline 400, (d) Penampang Inline 550, (e) Penampang Inline 700 ... 10 Gambar 4. 2. (a) Pempang Xline 380, (b) Penampang Xline 580, (c) Penampang Xline 780, (d) Penampang Xline 980, (e) Penampang Xline 1180 ... 12 Gambar 4. 3. Penampang Picking Horizon dan Fault Arbitrari Line ... 14 Gambar 4. 4. Penampang Seismic Time Structure ... 15

(6)

vi

DAFTAR TABEL

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Semakin hari, kebutuhan akan bahan bakar tentunya semakin meningkat pula.

Kemudahan untuk dapat memiliki kendaraan bermotor, usaha rumahan hingga industri menjadi faktor dari meningkatnya kebutuhkan akan bahan bakar minyak.

Dibutuhkan penentuan – penentuan daerah dengan prospek minyak baru untuk mencukupi kebutuhan akan bahan bakar minyak tersebut. Oleh sebab itu, dibutuhkan tahapan eksplorasi untuk mencari keberadaan dari minyak tersebut.

Pada Geofisika metode Seismik itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu Seismik Refraksi dan Seismik Refleksi. Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam.

Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi).

Kedua kelompok ini tentu saja menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik lapangannya. (Hasanudin, 2005).

Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting; pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data seismik sehingga dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah permukaan. (Hasanudin, 2005).

Dalam melakukan eksplorasi menggunakan metode Seismik Refleksi diperlukan suatu korelasi terhadap data sumur atau Well Logging. Dengan metode well loging akan didapatkan informasi litologi, pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, permeabilitas dan kejenuhan hidrokarbon untuk evaluasi formasi dan identifikasi litologi bawah permukaan. Metode ini merupakan suatu metode yang dapat memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kualitatif dan kuantitatif adanya hidrokarbon. Dari interpretasi kualitatif diperoleh identifikasi

(8)

2 tipe batuan, pendeteksian adanya hidrokarbon, pendeteksian adanya lapisan permeabel, dan penentuan batas reservoar. Sedangkan dari interpretasi kuantitatif diperoleh harga porositas, saturasi fluida dan indeks permeabilitas. Dasar– dasar interpretasi log kuantitatif adalah pemahaman sifat petrofisika batuan, penentuan besaran petrofisika dari log, penggunaan software untuk interpretasi dan pemahaman kegunaan hasil interpretasi hasil log sumur. (Dewanto, 2009).

Dari data seismik dan data sumur tersebut dilakukan pengintegrasian sehingga didapatkan suatu penampang seismik yang memiliki domain waktu dari data seismik dan domain kedalaman dari data sumur. Pengintegrasian tersebut umumnya dikenal dengan proses well seismic tie. Well seismic tie digunakan untuk memperoleh korelasi antara data sumur dan data seismik. Langkah pertama pada well seismic tie yaitu melakukan checkshot. Pada langkah ini, data yang digunakan adalah data sonik (p-wave) dan data checkshot. Kegunaan dari korelasi checkshot ini adalah untuk melakukan konversi antara data sumur yang merupakan data domain kedalaman terhadap data seismik yang memiliki domain waktu. Setelah melakukan checkshot, langkah selanjutnya yaitu mengekstraksi wavelet. Setelah melakukan proses ekstraksi wavelet lalu dapat dibuat hasil seismogram sintetik yang merupakan hasil konvolusi dari koefisien reflektifitas terhadap wavelet.

Koefisien reflektifitas didapatkan dari hasil perubahan impedansi akustik (p- impedance). Nilai perubahan impedansi akustik didapatkan dari perkalian log densitas terhadap log kecepatan gelombang (p-wave). Hasil seismogram sintetik ini dianggap telah mirip dengan bentuk trace seismik aslinya akan digunakan untuk well seismic tie (Nofriyanti dan Namigo, 2016). Picking Horizon dilakukan pada penelitian ini untuk membentuk permukaan top formasi yang selanjutnya dapat dilakukan analisa lebih lanjut. Sebelumnya, perlu dibuat arbitary line yang menghubungkan data sumur. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan picking horizon. Atau dengan kata lain arbitary line dibuat sebegai acuan/referensi dalam melakukan picking horizon. Lalu terdapat pula peta struktur waktu yang memiliki domain time yang menunjukan geometri struktur pada bawah permukaan. Input data untuk membuat time structure map yaitu hasil dari picking horizon dari map boundary. Dalam pembuatan peta struktur waktu, terdapat beberapa metode gridding dimana, pemilihan metode gridding harus

(9)

3 diperhatikan dengan benar agar peta tersebut dapat mempresentasikan morfologi / geometri bawah permukaan.

1.2.Maksud dan Tujuan

Maksud dari Tutorial Petrel 2 untuk melakukan pengolahan data seismik dan sumur menjadi suatu time structure map dan depth structure map. Laporan ini juga ditujukan agar dapat memahami mengenai penggunaan software Petrel serta proses saat mengolah data yang baik dan benar. Sehingga peneliti dapat menambah ilmu dalam melakukan pengolahan data sumur hingga mendapatkan data berupa penampang seismik yang sudah melalui serangkaian proses. Pada akhirnya peneliti dapat melakukan metode tersebut secara tepat guna.

Tujuan dari laporan ini agar peneliti dapat melakukan picking horizon, picking fault dan time structure map dari data sumur dan data seismik. Juga terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga peneliti dapat memahami permasalahan – permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pengolahan data Seismik Refleksi. Sehingga dapat menghasilkan data berupa penampang seismic yang siap dilakukan interpretasi.

1.3.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian tutorial Petrel 2 ini untuk mengetahui permasalahan – permasalahan yang muncul pada saat melakukan pengolahan data, sehingga tujuan dari penelitian ini dapat dicapai. Berikut merupakan rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana tahapan atau proses pengolahan data seismik dengan menggunakan software Petrel yang baik dan benar dan data apa sajakah yang digunakan?

2. Bagaimana cara penentuan parameter – parameter dalam melakukan pengolahan data seismik dan data sumur sehingga dapat menghasilkan hasil yang baik?

(10)

4

BAB II DASAR TEORI

2.1. Picking Horizon

Picking Fault dan Picking Horizon merupakan salah satu tahap interpretasi data seismik. Interpretasi dilakukan dengan mempertimbangkan konsep geologi seperti struktur geologi, kemenrusan lapisan Sedangkan interpretasi seismik seperti kemenerusan amplitudo gelombang, low and high amplitude, polaritas seismik dll. Untuk melakukan picking horizon harus dibantu dengan top Marker data sumur, setelah itu dilakukanlah picking Horizon dengan melihat kemenerusan amplitudo. Tahap selanjutnya yaitu picking fault dengan menandai adanya sesar.

(Evan & Yatini, 2019).

Gambar 2. 1. Picking Horizon (Ahmad, 2019)

2.2. Picking Fault

Picking Fault dan Picking Horizon merupakan salah satu tahap interpretasi data seismik. Interpretasi dilakukan dengan mempertimbangkan konsep geologi seperti struktur geologi, kemenrusan lapisan Sedangkan interpretasi seismik seperti kemenerusan amplitudo gelombang, low and high amplitude, polaritas seismik dll. Untuk melakukan picking horizon harus dibantu dengan top Marker data sumur, setelah itu dilakukanlah picking Horizon dengan melihat kemenerusan amplitudo. Tahap selanjutnya yaitu picking fault dengan menandai adanya sesar.

(Evan & Yatini, 2019)

(11)

5 Gambar 2. 2. Picking Fault (Ahmad, 2019)

2.3. Time Structure Map

Time Structure Map merupakan peta struktur waktu yang memiliki domain time yang menunjukan geometri struktur pada bawah permukaan. Input data untuk membuat time structure map yaitu hasil dari picking horizon dari map boundary. Dalam pembuatan peta struktur waktu, terdapat beberapa metode gridding dimana, pemilihan metode gridding harus diperhatikan dengan benar agar peta tersebut dapat mempresentasikan morfologi / geometri bawah permukaan. (Evan & Yatini, 2019).

2.4. Depth Structure Map

Data seismik refleksi merekam Two Way Travel Time (TWT) untuk event refleksi dari surface, padahal informasi fitur – fitur geologi subsurface diperoleh dari seismik data dalam domain waktu. Oleh karena itu,diperlukan proses time to depth conversion sehingga interpretasi fitur –fitur geologi tersebut dapat dilakukan dalam domain kedalaman agar mendekati kondisi yang sebenarnya. Apabila interpretasi dilakukan dalam domain waktu,tingkat ambiguitas serta kesalahan interpretasi akan lebih tinggi dibandingkan bila dilakukan dalam domain kedalaman. Selain itu proses eksploitasi minyak dan gas bekerja dalam domain kedalaman. Maka interpretasi perlu dilakukan dalam domain kedalaman. Proses time to depth conversion menghasilkan depth structure map yang menampilkan garis –garis kontur kedalaman sebagai gambaran kondisi geologi subsurface dalam domain kedalaman. Pada depth structure map terdapat skala warna yang menunjukkan variasi perubahan kedalaman dari daerah yang paling dalam hingga

(12)

6 daerah paling dangkal. Daerah paling dalam ditunjukkan oleh warna ungu sedangkan daerah dangkal ditunjukkan oleh warna merah. (Arista,2020).

(13)

7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Diagram Alir Pengolahan Data

Berikut merupakan diagram alir pengolahan data sumur menggunakan Software Petrel 2 sebagaimana berikut :

Gambar 3. 1. Diagram Alir Pengolahan Data

(14)

8 3.2.Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data

Mengolah data sumur pada Software PETREL 2 dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pertama, menyiapkan software penunjang pada saat melakukan pengolahan data seismik berupa software Petrel. Juga dapat melakukan tinjauan pustaka terkait geologi regional maupun lokal dari lokasi penelitian.

2. Selanjutnya, apabila software Petrel sudah terbuka maka dapat melakukan tahap new project untuk mengawali pengolahan data seismik dengan menggunakan software ini.

3. Kemudian apabila telah melakukan new project dapat melakukan input data yang berisi oleh data Koordinat CSR dan data sumur yang nantinya digunakan untuk proses well seismic tie.

4. Membuka data seismik 3 dimensi yang memiliki extension SEG-Y kedalam software Petrel agar dapat melakukan pengolahan terhadap data seismik tersebut.

5. Melakukan setting scale yang akan digunakan dalam melakukan pengolahan data seismik ini, selain itu juga melakukan setting log data.

Data log yang digunakan terdiri atas Log AI, Log DT, Log GR, Log NPHI dan Log RHOB.

6. Berikutnya dapat melakukan langkah memasukkan data marker. Data Marker digunakan untuk memberi penanda pada setiap batas formasi berdasarkan data logging. Sehingga dapat mempermudah dalam proses well seismic tie nantinya.

7. Melakukan ekstraksi wavelet data seismik dengan menggunakan opsi Annalytical. Tahapan ini berfungis untuk mengekstrak wavelet agar dapat dilakukan well seismic tie.

8. Berikutnya dapat melakukan Well Seismic Tie yaitu pada tahap ini melakukan pengintegrasian antara data seismik dengan domain waktu terhadap data sumur dengan domain kedalaman. Sehingga akan mendapatkan hasil yang dapat diinterpretasi.

(15)

9 9. Melakukan picking horizon dan picking fault pada penampang seismik

yang kemudian dapat membuat surface berupa Time Structure Depth.

10. Melakukan pembahasan terhadap hasil yang diberikan dari data seismik dan sumur yang sudah melalui serangkaian proses pengolahan tersebut.

11. Menarik kesimpulan dari analisa serta data yang didapatkan pada daerah penelitian.

12. Selesai

(16)

10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Picking Horizon dan Fault In Line

Gambar 4. 1. (a) Pempang Inline 100, (b) Penampang Inline 250, (c) Penampang Inline 400, (d) Penampang Inline 550, (e) Penampang Inline 700

Gambar 4.1 merupakan suatu penampang seismik dengan sumbu Inline atau memiliki orientasi sumbu y. Pada penampang seismik inline tersebut dilakukan picking horizon pada daerah yang diduga memiliki potensi keberadaan dari zona target. Selain terdapat picking horizon pada penampang tersebut terdapat picking fault pada daerah – daerah yang diduga terdapat keberadaan struktur berupa sesar.

Penampang seismik inline tersebut terdiri atas 5 buah penampang dengan nilai increment sebesar 150 yang dimulai dari inline 100 hingga inline 700. Pada penampang tersebut daerah yang dilakukan picking horizon merupakan zona truncation. Truncation sendiri memiliki kaitan yang sangat erat terhadap seismic sequence dimana truncation berperan sebagai batas dari sekuen seismik.

(17)

11 Pada inline 100 terlihat kemenerusan horizon yang dilakukan picking terlihat semakin tinggi saat menuju ke kanan. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena pada dasarnya setiap lapisan dibawah permukaan tidak berlapis secara sempurna. Namun, yang menarik untuk dilihat bahwa pada inline 100 terdapat suatu patahan tepat pada daerah yang dikenal sebagai brightspot. Brightspot adalah suatu peristiwa dimana refleksi amplitudo memiliki nilai yang tinggi. Brightspot tersebut dapat menjadi suatu penciri atau pendugaan dari keterdapatan suatu reservoar gas, dimana brightspot tersebut umumnya berasosiasi dengan suatu channel. Selain pada inline 100 brightspot juga dapat ditemukan pada inline 250 namun brightspot tersebut tidak berasosiasi terhadap patahan. Namun pada inline tidak terdapat hanya satu patahan tetapi ditemukan dua buah patahan pada penampang tersebut. Pada patahan kedua yang ditandai dengan warna jingga, terindikasikan berada pada zona antiklin. Sehingga patahan tersebut dapat diduga sebagai suatu jebakan hydrocarbon.

Pada inline 400 dan 550 terlihat zona truncation memiliki pola horizontal yang kurang lebih sama. Namun terdapat perbedaan pada daerah yang diduga terdapat suatu patahan. Inline 400 terlihat memiliki suatu patahan yang berasosiasi terhadap suatu cekungan yang diduga membentuk suatu pola antiklin. Sehingga patahan tersebut dapat diindikasikan membentuk suatu jebakan dan pada inline 550 struktur terlihat tidak berasosiasi terhadap antiklin. Struktur pada inline 550 cenderung hadir akibat adanya proses deformasi sehingga menyebabkan adanya suatu peristiwa patahan. Lalu pada inline 770 kembali ditemukan suatu brightspot yang didukung oleh kehadiran jebakan hydrocarbon. Sehingga diinterpretasikan terdapat potensi hydrocarbon pada daerah tersebut.

Pembentukan lapisan – lapisan tersebut tentunya sama seperti hukum dasar geologi yang menyebutkan bahwa lapisan terbawah merupakan lapisan tertua.

Namun, dikarenakan adanya energi yang menyebabkan terjadinya peristiwa deformasi memungkinkan bahwa lapisan lebih muda berada diatas. Hal tersebut dikenal sebagai suatu struktur berupa lipatan dan lainnya. Deformasi juga berperan besar pada kehadiran struktur sehingga dapat menciptakan suatu jalur bagi hydrocarbon untuk bermigrasi dan akhirnya terjebak.

(18)

12 4.2. Hasil Picking Horizon X Line

Gambar 4. 2. (a) Pempang Xline 380, (b) Penampang Xline 580, (c) Penampang Xline 780, (d) Penampang Xline 980, (e) Penampang Xline 1180

Gambar 4.2 merupakan suatu penampang seismik dengan sumbu Inline atau memiliki orientasi sumbu x. Pada penampang seismik inline tersebut dilakukan picking horizon pada daerah yang diduga memiliki potensi keberadaan dari zona target. Selain terdapat picking horizon pada penampang tersebut terdapat picking fault pada daerah – daerah yang diduga terdapat keberadaan struktur berupa sesar.

Penampang seismik inline tersebut terdiri atas 5 buah penampang dengan nilai increment sebesar 200 yang dimulai dari inline 380 hingga inline 1180. Pada penampang tersebut daerah yang dilakukan picking horizon merupakan zona truncation. Truncation sendiri memiliki kaitan yang sangat erat terhadap seismic sequence dimana truncation berperan sebagai batas dari sekuen seismik.

Penampang xline 380 dan 580 dilakukan picking horizon pada zona truncation, seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya. Terlihat pola horizon yang ditunjukkan pada kedua penampang tersebut cenderung tidak mengalami kenaikan atau membentuk suatu cekungan dan terkesan datar. Selain itu pada kedua penampang tersebut tidak ditemukan adanya suatu struktur yang jelas. Pada xline 780 ditemukan suatu struktur yang memotong pada suatu daerah yang membentuk cekungan. Cekungan tersebut mungkin saja suatu lipatan yang terjadi akibat dorongan tenakan endogen dari bawah sehingga pada lapisan tersebut terjadi stress hingga akhirnya mengalami patahan.

Penampang xline 980 dan 1180 memiliki suatu pola cekungan yang terlihat memiliki hubungan atau kemenerusan. Struktur atau patahan pada cekungan

(19)

13 tersebut dimungkinkan berperan sebagai suatu jebakan hydrocarbon yang dapat mencegah hydrocarbon untuk bergerak. Terlebih adanya suatu penudung yang dikenal sebagai antiklin dapat menjadi suatu penanda adanya suatu jebakan reservoar pada daerah tersebut. Zona Truncation pada xline 1180 terlihat lebih tinggi di sebelah kanan pada horizonnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya suatu pergerakan di bawah permukaan dan dikontrol oleh suatu patahan yang diduga membentuk pola sesar turun.

(20)

14 4.3. Hasil Picking Horizon dan Fault Arbitrary Line

Gambar 4. 3. Penampang Picking Horizon dan Fault Arbitrari Line

Gambar 4.3 merupakan penampang seismik yang sudah dilakukan picking horizon dan picking fault dengan menggunakan Arbitrati Line. Proses picking tersebut dilakukan dengan menggunakan software Petrel dan picking horizon dilakukan pada zona Truncation. Zona tersebut berperan sebagai suatu batas pada sekuen seismik.Picking horizon pada zona truncation dilakukan karena pada daerah tersebut dianggap sebagai daerah yang diduga memiliki interest untuk ditemukan suatu jebakan hydrocarbon.

Pada penampang tersebut selain telah dilakukan picking horizon pada zona truncation dilakukan pula suatu picking fault. Picking Fault ini dilakukan untuk menandai daerah – daerah yang diduga terdapat suatu struktur berupa patahan.

Seperti yang diketahui bahwa pada petroleum system suatu struktur memiliki peran yang sangat penting, sehingga picking fault dilakukan untuk melihat atau menginterpretasi kondisi bawah permukaan yang memungkinkan keterdapatan fluida hydrocarbon. Terdapat dugaan empat buah struktur dimana terdapat satu buah struktur yang tidak sampai kepermukaan yang ditandai oleh garis putus – putus berwarna jingga. Hal tersebut dapat dimungkinkan bahwa struktur tersebut lebih tua dibandingkan lapisan diatasnya. Ketiga struktur yang mencapai permukaan diindikasikan terbentuk setelah kehadiran struktur yang hanya mencapai zona truncation. Pada konteks ini lapisan tersebut terbentuk secara selaras menumpuk diatas zona truncation dan akibat adanya deformasi terbentuk tiga buah struktur yang mencapai ke permukaan.

(21)

15 4.4. Penampang Seismic Time Structure

Gambar 4. 4. Penampang Seismic Time Structure

Gambar 4.4 ini merupakan peta Seismic Time Structure dimana sesuai namanya peta ini memiliki domain waktu yang dapat menggambarkan geometri struktur dibawah permukaan. Pada proses pembuatan peta time structure membutuhkan data berupa picking horizon serta picking fault. Time Structure Map merepresentasikan kontur dengan kedalaman domain waktu. Kontur pada Time Structure Map tersebut terlihat landau disebelah baratdaya dan semakin terjal saat berorientasi ke timurlaut. Pada peta ini dapat melihat penciri dari suatu jebakan hydrocarbon dengan cara melihat closure – closure yang membentuk pola antiklin.

Pola antiklin maupun sinklin dibentuk oleh four-way atau three-way dip closure.

Time Structure Map tersebut memiliki informasi mengenai struktur berupa patahan pada daerah penelitian yang ditandai oleh garis warna hijau yang memanjang. Selain itu peta tersebut memiliki informasi mengenai lokasi dari data sumur yang ditandai oleh lingkaran putih dengan tanda plus ditengahnya. Patahan atau struktur pada Time Structure Map dapat dilihat arah kemenerusannya dimana pada peta tersebut memiliki arah orientasi baratlaut-tenggara.

(22)

16

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan software Petrel 2 untuk proses pengolahan data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

 Tahapan yang dilakukan setelah melakukan well seismic tie adalah picking horizon, picking fault dan membuat time structure map.

Picking Horizon dilakukan pada daerah yang memiliki dugaan keterdapatan potensi dari zona target berupa fluida hydrocarbon. Pada kasus ini picking dilakukan pada truncation yang merupakan suatu batas dari sekuen seismik.

Picking Fault dilakukan pada daerah – daerah yang diduga keterdapatan suatu struktur berupa patahan. Patahan tersebut dapat menjadi indikasi kehadiran dari suatu jebakan hydrocarbon.

Picking dilakukan pada penampang inline dan xline. Dimana pada penampang inline digunakan increment 150 dimulai dari 100 hingga 700.

Lalu pada xline menggunakan increment 200 dimulai dari 380 hingga 1180.

 Zona target atau prospek pada daerah penelitian ditinjau berdasarkan keberadaan struktur yang dapat menjebak atau menjadi channel dari suatu reservoir dan juga ditandai dengan kehadiran antiklin.

Time Structure Map merupakan peta yang menggambarkan geometri struktur dibawah permukaan berdasarkan domain waktu. Umumnya pada time structure map dapat menganalisa keberadaan antiklin maupun sinklin berdasarkan data four-way dan three-way dip closure.

5.2. Saran

Metode Seismik Refleksi dalam hal ini pengolahan dengan software Petrel merupakan salah satu komponen penting dari proses eksplorasi yang menjadi kemampuan utama seorang geofisikawan. Oleh sebab itu, penting bagi seorang Geofisikawan untuk mengerti cara membuat serta mengolah data yang baik dan

(23)

17 benar. Namun, pada pengolahan data sumur dengan menggunakan software Petrel juga diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung seperti laptop yang kompatibel dikarenakan software ini cenderung berat.

(24)

18

DAFTAR PUSTAKA

Anggayana, K., Widayat, H. A., & Widodo, S. (2014). Depositional Environtment of the Sangkarewang Oil Shale, Ombilin Basin, Indonesia . J.Eng.Technol.

Sci.,Vol.46, No.3, 420 - 435.

Arifuddin, I., 2017. Aplikasi Atribut Sweetness Untuk Menentukan Sebaran Reservoar Batu Pasir Pada lapangan Texaco, Meksiko. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Arista, K. Y. (2020). TIME TO DEPTH CONVERSION UNTUK INTERPRETASI DEPTH STRUCTURE MAP HORIZON TOP DURI, BEKASAP, BANGKO, MENGGALA, DAN PEMATANG PADA LAPANGAN “K” CEKUNGAN SUMATERA TENGAH. Jakarta: Universitas Pertamina.

Bachri, S. (2001). Pengukuran Stratigrafi Formasi Brani di Padangganting, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Bandung: Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral.

Caouch,A,Maryy,JL.2006.3-D Land Seismic Surveis:Definition of Geophysical Parameters. pp. 611-630 . Oil & Gas Science and Technology – Rev.

IFP,Paris,Maret,2006.

Cordsen,Andreas,Galbraith .M,Pierce.J.2000.”Planning Land 3-D Seismic Survei”.United States of America : Society of Exploration Geophysicist.

Hasanudin, M. (2005). TEKNOLOGI SEISMIK REFLEKSI UNTUK EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI. Oseana, 1-10.

Hilterman, F., 1997. Seismik Amplitude Interpretation. s.l.:s.n.

Katili, J. (1978). Past and Present Geotectonic Position of Sulawesi's Indonesia.

Tectonophysics.

Koesoemadinata, R. P., & Th, M. (1981). STRATIGRAPHY AND SEDIMENTATION OMBILIN BASIN CENTRAL SUMATRA (WEST SUMATRA PROVINCE) . PROCEEDINGS INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION.

Koning, T. (1985). Petroleum Geology of the Ombilin Intramontane Basin, Est Sumatera. Proceedings Indonesian petroleum Association 14th Annual Convention, 117-137.

(25)

19 Mulyana, B. (2005). Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin Sumatera Barat.

Bulletin of Scientific Contribution, volume 3, No.2, 92-102.

Mulyana, B., & Gani, R. (2015). Litostratigrafi Cekungan Ombilin dalam Kerangka Tectono-Sedimentation Rift Basin. Bulletin of Scienctific Contribution, volume 13, No.2, 93 - 99.

Munadi,S.,2002, Pengolahan Data Seismik Prinsip Dasar dan Metodologi, Universitas Indonesia, Depok.

Philip, S., 2007. Planet yang Bergolak. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Prabowo, dkk. 2016. Amplifikasi dan Atenuasi Gelombang seismic di lapisan Sediman Permukaan. Jurnal Sciencetech Vol 2 No 1 April 2016.

Riyadi, P., 2011. Analisa Kecepatan Data Seismik Refleksi 2D Zona Darat menggunakan Metode Semblance. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sismanto.1996.Pengolahan Data Seismik.Modul ke-2, seri kegiatan seismik eksplorasi.Yogyakarta:Laboratorium Geofisika FMIPA UGM.

Sukmono, S., 2001, Interpretasi Seismik Refleksi, Jurusan Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung.

Sustriamah, 2007. Menentukan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode Seismik Refraksi (Studi Kasus di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jember: FMIPA Universitas Jember.

Situmorang, B., Yulihanto, B., Guntur, H., HIrmawan, R., & Jacob, T. (1991).

Formation of Pull-Apart Basin Along Transcurrent Fault with Specific Reference to Turkmenistan, Uzbekistan and Kazakhstan Central Asia in Tectonic and Resources of Central Asia. Pusat Survei Geologi Bandung.

Stone, D.G.,1994.Designing Seismic Surveys in Two and Three Dimensions.

Volume 5, Society of Exploration Geophysicsts.

Telford, M. W., Geldart, R. E. & Sheriff, 1976. Applied Geophysic. s.l.:Cambridge University Press.

Telford, W. M., L., P. G. & R., E. S., 1991. Applied Geophysics, second edition.

London: Cambridge University Press.

Thirafi, E. H., & Yatini, Y. (2019). Interpretasi Fault Dan HorizonpadaReservoar Berdasarkan Penampang Seismik 2D dan Structure Mapdi Lapangan

(26)

20

“T”Cekungan Jawa Timur Utara. JURNAL MINERAL, ENERGI DAN LINGKUNGAN, 11-19.

Yunafrison, A., Luthfi, M., Witasta, N., & Sufi, M. (2018). ANALSIS PETROFISIKA RESERVOIR BATUPASIR FORMASI AIR BENAKAT, BERDASARKAN DATA LOG, PADA LAPANGAN “PT”, SUMATERA SELATAN. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik Geologi.

(27)

21 PRAKTIKUM SEISMIK REFLEKSI 2021

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA UPN “VETERAN”

YOGYAKARTA

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Andre Azhar Aryansyah Materi : Petrel II

Tanggal : 7 – November – 2021 Asisten : Febbil Zian Fahmi

Asisten,

( Febbil Zian Fahmi )

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI

Referensi

Dokumen terkait

Rekaman data yang diperoleh dari hasil akuisisi data seismik refleksi ini tidak hanya berisi sinyal-sinyal yang dibutuhkan tetapi terdapat pula sinyal gelombang

Telah dilakukan interpretasi sebaran batuan granit di Perairan Utara Pulau Batam menggunakan Metode Seismik Refleksi Single Channel untuk mengetahui keterdapatan

Koreksi atmosferik sebuah citra satelit, pada praktikum ini menggunakan citra satelit Landsat-7 dapat dilakukan menggunakan software PCI Geomatika 2014

Pengukuran pada metode seismik adalah suatu proses konvolusi antara gelombang sumber (source) hasil dari koefisien refleksi yang menghasilkan suatu trace seismik kemudian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh pada penelitian “Pengembangan Modul Praktikum Berbantuan Software Festo Fluidsim pada Mata

Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan software Global Mapper dan Surfer untuk mengidentifikasi struktur geologi panas bumi pada peta DEM wilayah panas bumi sehingga menghasilkan

Laporan Praktikum Hidrodinamika

LAPORAN PRAKTIKUM PEMROGRAMAN WEB 2 MODUL 7 Dosen Pengampu : Ibu Yati Nurhayati, S.Kom, M.Kom... edit_kategori.php Source code