• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pengolahan Data Gayaberat Modul 2

N/A
N/A
UlulAzmi Rais

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Praktikum Pengolahan Data Gayaberat Modul 2"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI UNIVERSITAS PERTAMINA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

GP 11304 - PRAKTIKUM METODE GAYABERAT DAN MAGNETIK

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2023/2024

ULUL AZMI RAIS 101121024 TEKNIK GEOFISIKA

MODUL 2 PENGOLAHAN DATA GAYABERAT

TANGGAL PRAKTIKUM JUMAT, 20 OKTOBER 2023

JAKARTA – INDONESIA

© 2023 – TEKNIK GEOFISIKA

(2)

Nama : Ulul Azmi Rais NIM : 101121024

Tanggal Praktikum : 20 Oktober 2023

I. PENDAHULUAN 1.1. TUJUAN

Tujuan dari praktikum modul 2 dengan judul “Pengolahan Data Gayaberat” adalah sebagai berikut.

1. Menghitung nilai koreksi temporal data gayaberat.

2. Menghitung nilai koreksi parsial data gayaberat.

3. Menghitung nilai densitas bouguer dari lokasi observasi.

4. Melakukan reduksi data gaya berat.

5. Membuat peta kontur anomali medan gravitasi.

1.2. BATASAN MASALAH

 Melakukan perhitungan nilai koreksi data gayaberat pada microsoft exel.

 Membuat peta kontur anomali gravitasi pada software surfer .

 Penentuan nilai densitas bouguer menggunakan metode parasnis.

 Parameter yang digunakan dalam metode parasnis yaitu FAA, ketinggian, dan konstanta parasnis.

 data yang digunakan dalam pembuatan peta kontur medan gravitasi adalah koordinat UTM X dan Y serta nilai CBA.

 Perhitungan koreksi nilai gayaberat harus dilakukan secara runtut dan harus teliti.

 Koreksi temporal harus dihitung perhari, sedangkan koreksi spasial dapat dihitung secara keseluruhan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Gayaberat

Metode gayaberat merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang berdasarkan pada variasi medan gaya berat di permukaan bumi pada setiap titik pengamatan. Pada metode gaya berat, struktur bawah permukaan bumi dapat diselidiki berdasarkan variasi medan gaya berat bumi yang ditimbulkan dari variasi densitas batuan bawah permukaan bumi[1] . prinsip dasar yang digunakan dalam metode gaya berat adalah hukum gravitasi newton.

NILAI

(3)

Survei gravity dengan menggunakan sistem looping, dimana akuisisi data dimulai dan diakhiri di titik yang sama di base. Ukuran dari looping biasanya digunakan untuk mengetahui drift atau pertambahan nilai gravity akibat kelelahan alat. Yang biasanya looping dilakukan dua jam sekali. Untuk base yaitu nilai gravity referensinya harus diketahui sehingga digunakan untuk meminimalisir kesalahan akuisisi data. Pada biasanya titik pengukuran ada yang langsung berbentuk grid dan acak. Untuk susunan pengukuran dipilih tempat yang bebas ari gangguan penyebab noise[4].

Gambar 2.1. Sistem Pengukuran Looping

2.2. Koreksi Data Gayaberat 2.2.1. Koreksi Temporal 1. Koreksi Tidal

Gravitasi di setiap lokasi bumi bervariasi seiring waktu karena tarikan gravitasi Bulan dan Matahari. Meskipun Bulan memiliki massa yang jauh lebih kecil dari Matahari, kedekatannya dengan memberikan pengaruh yang lebih besar. Tarikan gravitasi benda-benda luar angkasa memiliki dua komponen: tarikan aktual dari benda-benda tersebut, dan distorsi yang disebabkan pada bentuk Bumi yang dikenal sebagai pasang bumi padat (Gambar 2.2a).

Yang terakhir menyebabkan perubahan pada radius Bumi beberapa sentimeter, dan menghasilkan perubahan jarak dan massa antara titik pengamatan dan pusat massa Bumi.

Secara kolektif disebut sebagai efek pasang surut dan menghasilkan perubahan gravitasi.

Efek ini bervariasi seiring waktu dan lintang karena variasi posisi Bulan dan Matahari. Efek ini memiliki periode sekitar 12 jam (Gambar 2.2b) dan paling besar terjadi di lintang rendah[2].

(4)

Gambar 2.2

(a) Ilustrasi skematis tentang efek gravitasi Matahari dan Bulan pada pengukuran gravitasi di permukaan Bumi. (b) Pasang Bumi di Toronto (belahan bumi utara) dan Perth (belahan bumi selatan) selama periode 4 hari pada bulan Juni 2005.

Perhatikan periodisitas sekitar 12 jam yang kira-kira sama.

2. Koreksi drift

Koreksi drift diakibatkan karena adanya perbedaan pada pembacaan alat gravity dari station yang sama pada waktu yang berbeda. Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan gravity meter terhadap nilai pembacaan. Koreksi drift ini muncul karena pada saat pengukuran, gravity meter mengalami goncangan, sehingga mengakibatkan titik nol pada alat tersebut bergeser. Cara melakukan koreksi ini yaitu dengan menggunakan metode looping, caranya dengan pengukuran ulang di base station, dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui besar nilai penyimpangannya. Besarnya koreksi drift dapat dirumuskan sebagai berikut[3].

𝐷𝑛=𝑔𝑠𝑡(𝑛)−𝑔𝑠𝑡(1)

𝑇𝑁−𝑇1 (𝑇𝑛− 𝑇1)………(1.1)

Keterangan :

𝐷𝑛 : Drift pada stasiun ke-n

𝑔𝑠𝑡(𝑛) : gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun-n 𝑔𝑠𝑡(1) : gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun-1 TN : waktu pengukuran stasiun akhir loop T1 : waktu pengukuran stasiun awal Tn : waktu pengukuran stasiun ke-n

(5)

2.2.2. Koreksi Spasial

1. Koreksi Lintang (gravitasi Normal)

Variasi gravitasi yang disebabkan oleh perbedaan lintang antara stasiun survei dan stasiun dasar survei karena bentuk bumi yang tidak sepenuhnya bulat dikompensasi dengan koreksi lintang. koreksi lintang adalah gravitasi normal yang dihitung untuk lokasi tersebut.

secara matematis, koreksi lintang dapat ditulis sebagai berikut[5].

………(1.2)

Gambar 2.4. Konsep Koreksi Lintang[5]

Karena gravitasi meningkat menuju kutub (Gambar 2.4b), koreksi ini dikurangkan untuk stasiun yang terletak di sisi kutub dari stasiun dasar dan ditambahkan untuk stasiun yang berada di sisi khatulistiwa[5].

2. Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction)

(6)

Gambar 2.4. Konsep Free Air Correction[5]

Jika pengukuran gravitasi dilakukan di tanah datar dan kemudian, di lokasi yang sama, pengukuran diulang di puncak sebuah tangga tinggi, nilai gravitasi yang diamati akan lebih rendah di puncak tangga tersebut karena adanya peningkatan jarak antara lokasi pengukuran dan pusat massa Bumi, sesuai dengan komponen 1/r2 dalam Persamaan nilai gravitasi.

Perubahan gravitasi dengan ketinggian dikompensasi dengan koreksi udara bebas (gFA) yang diberikan oleh rumus [6]:

𝑔𝐹𝐴 = 0.3086ℎ……….(1.3)

di mana h adalah ketinggian (m) stasiun gravitasi di atas datum (biasanya geoid).

3. Koreksi Bouguer

Koreksi udara bebas hanya memperhitungkan perbedaan ketinggian antara alat ukur dan level datum. Ketika variasi ketinggian disebabkan oleh variasi topografi, seperti biasanya terjadi, massa di antara bukit di atas datum (atau ketiadaannya di lembah di bawah datum) mempengaruhi gravitasi. Ketika stasiun gravitasi berada di atas topografi di atas datum survei, itu berada di atas lapisan batuan yang memberikan massa antara gravimeter dan datum. Lapisan batuan tersebut meningkatkan nilai gravitasi yang terukur. Efek ini dikompensasi oleh koreksi Bouguer (gBOU), yang mengasumsikan bahwa Bumi datar, tidak melengkung, dan bahwa lapisan batuan tersebut adalah slab horizontal dengan kerapatan seragam yang terbentang hingga tak terbatas ke segala arah, yaitu area A dan A’ pada Gambar 2.5[7].

(7)

Gambar 2.5. Konsep koreksi Bouguer[5]

Koreksi bouguer ini dapat dihitung dengan rumus:

𝑔𝐵𝑂𝑈 = 2𝜋𝐺𝜌ℎ

di mana h adalah ketinggian (m) topografi atau ketebalan slab (m), 𝜌 adalah densitas Bouguer (g/cm³), rata-rata densitas slab antara stasiun gravitasi dan level datum, danG adalah konstanta gravitasi universal. Rumus ini dapat disederhanakan menjadi :

𝑔𝐵𝑂𝑈 = 0.04193𝜌ℎ………(1.4)

Koreksi Bouguer ini dikurangkan dari gravitasi udara bebas, dengan memperhatikan bahwa ketinggian bersifat negatif untuk stasiun yang berada di bawah level datum sehingga koreksi Bouguer menjadi negatif. Koreksi Bouguer adalah pendekatan karena tidak memperhitungkan topografi yang berbeda di sekitar stasiun (atas slab datar). Selain itu, pemilihan densitas Bouguer yang tepat bisa menjadi masalah. Densitas kerak rata-rata (2.67 g/cm³) sering digunakan tetapi nilai lain sesuai untuk lingkungan geologi tertentu[5].

4. Koreksi Terrain

Koreksi Bouguer mengasumsikan bahwa batuan yang mengisi interval ketinggian antara level datum dan stasiun adalah slab seragam yang terbentang hingga tak terbatas ke segala arah. Koreksi Bouguer menghilangkan efek massa di zona A dan A’ pada gambar 2.5.

Namun, koreksi ini tidak memperhitungkan massa di atas slab (B), yaitu massa di atas stasiun gravitasi. Sebaliknya, koreksi Bouguer memperhitungkan terlalu banyak massa di wilayah di mana permukaan topografi berada di bawah stasiun, yaitu massa yang tidak ada di mana slab berada di atas permukaan tanah sebenarnya (A’). Koreksi terhadap topografi secara eksplisit mengatasi keterbatasan ini dan oleh karena itu harus digunakan bersama dengan koreksi Bouguer[8].

(8)

III. METODOLOGI

3.1. DATA PENELITIAN

 Data yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah data kuliah lapangan teknik geofisika angkatan 2020 selama 6 hari dari tanggal 2-9 Juli 2023 di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

……….(1.5)

(9)

3.2. PENGOLAHAN DATA

3.2.1. Proses koreski dan reduksi data gayaberat

1. Data yang telah tersedia pada microsoft exel dibuka

2. Nilai gravitasi hasil koreksi tide dihitung dengan mengurangi nilai rata-rata gravitasi yang terbaca pada gravimeter dengan nilai rata-rata tide (graf read avr- tide avr).

3. Nilai koreksi drift dihitung dengan persamaan drift. Kemudian hitung nilai gravitasi yang terkoreksi drift dengan mengurangi nilai gravitasi yang terkoreksi tide dengan nilai korksi drift (terkoreksi drift-koreksi drift).

4. Nilai delta g dihitung dengan mengurangi masing-masing nilai gravitasi yang terkoreksi drift dengan nilai gravitasi yang terkoreksi drift di base. (terkoreksi drift tiap stasiun – terkoreksi drift pada base).

5. Nilai gravitasi absolut pada area observasi dihitung dengan menjumlahkan nilai gravitasi absolut dengan nilai delta g (g ablosut + delta g).

6. Nilai gravitasi normal dihitung dengan persamaan nilai gravitasi normal.

7. Nilai koreksi udara bebas (free air correction) dihitung dengan mengalikan konstanta FAC dengan ketinggian.

8. Nilai gravitasi free air correction anomali (FAA) dihitung dengan nilai gravitasi absolut observasi dikurangi nilai gravitasi normal kemudian di tambah nilai koreksi free air (Gobs Absolute-Grav Normal + FAC).

9. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada data semua hari (day 1 sampai day 6).

10. Selanjutnya melakukan metode parasnis untuk menentukan nilai densitas daerh observasi.

11. Buat satu kolom nilai FAA dari hari pertama sampa hari ke-6.

12. Buat satu kolom ketinggian(h) masing-masing stasiun dar hari pertama sampai hari ke-6.

13. Kalikan nilai ketinggian (h) tersebut dengan konstanta parasnis.

14. Lakukan plot antara nilai FAA dan nilai h kali konstanta parsnis. Sumbu x adalah h x konstanta dan sumbu y adalah nilai FAA.

15. Lakukan regersi linear pada hasil plotingan tersebut. dari regresi tersebut akan didapatkan nilai gradien yang menjadi nilai densitas (rho) daerah observasi.

16. Nilai koreksi bouguer dihitung dengan mengalikan konstanta bouguer, densitas, dan ketingian (konst x rho x tinggi).

(10)

17. Nilai gravitasi Simple Bouguer Anomali (SBA) dihitung dengan mengurangi nilai gravitasi FAA dengan nilai koreksi bouguer (FAA- koreksi bouguer).

18. Nilai koreksi tirrain dihitung untuk masing-masing arah dengan persamaan koreksi tirrain. Kemudian jumlahkan semua nilai koreksi tirrain dari semua arah.

19. Nilai complate bouguer anomali (CBA) dihitung dengan menjumlahkan nilai SBA dengan nilai koreksi tittain (SBA + TC).

3.2.2. Ploting data anomali medan gravitasi 1. Software Sufer dibuka

2. Buat new worksheet dengan mengklik ikon new woeksheet pada menu bagian atas.

3. Masukan nilai nilai pada worksheet tersebut. kolom X adalah UTM X, kolom Y adalah UTM Y dan kolom Z adalah nilai CBA. Kemudian simpan dengan format file .bln.

4. Kembali ke sheet plot.

5. Pilih menu grid kemudian data, lalu masukan data yang sebelumnya disimpan.

Pastikan kolom X, Y, dan Z sudah sesuai lalu klik OK.

6. Akan muncul kotak dialog proses data hingga selesai dan klik OK.

7. Kemudian klik ikon new kontour map. Lalu pilih data yang telah diproses sebelumnya, lalu open. Akan muncul kontour map gravitasi.

8. Untuk menambah warna, masuk pada parameter level, kemudian centang kotak fill countours dan pilih tipe fill colors yang diinginkan.

9. Untuk menambahkan label, centang color scale.

10. Untuk menambahkan titik-titik pengukuran, Pilih ikon new post map. Setelah klik ikon tersebut, ubah type file menjadi all file dan pilih file yang sebelumnya disimpan dengan format bln.

(11)

3.3. DIAGRAM ALIR

3.3.1. Koreski dan reduksi data gayaberat

3.3.2. Peta kontur anomali medan gravitasi

(12)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1. Perhitungan Koreksi Tidal sampai FAA

Dalam memperoleh nilai gravitasi anomali dari pengukuran di lapangan atau complate bouguer anomali (CBA), terdapat 2 jenis koreksi yang harus dilakukan pada data gravitasi yang terbaca di gravimeter yaitu koreksi temporal dan koreksi spasial. Koreksi temporal yaitu akhibat adanya efek tidal (pasang surut) dan drift atau kelahan alat. Koreksi spasial yaitu koreksi yang dilakukan akhibat adanya nilai gravitasi normal yang mencakup seluruh lapisan bumi hinga inti bumi dan akhibat perbedaan topografi. Dalam pengaruh topografi, terdapat beberapa koreksi yaitu koreksi udara bebas (free air correction), koreksi bouguer (bouguer correction), dan koreksi terrain (Terrain Correction).

Gambar 4.1 merupakan proses perhitungan nilai-nilai koreksi data gaya berat yang dilakukan pada microsoft exel. Sebelum menghitung berbagai nilai koreksi tersebut, terdapat beberapa parameter yang sudah dketahui yaitu koordina UTM X dan Y masing-masing stasiun pengukuran, ketinggian titik pengukuran dari sea level, latitude dan longitude dari stasiun pengukuran, nilai ketinggian topografi dari semua arah mata angin dengan titik

(13)

stasiun pengkuran, waktu dilakukan pengukuran, nilai gravitasi yang terbaca di alat ukur (gravimeter), dan besar nilai pasang surut.

Koreksi yang pertama dilakukan adalah koreksi temporal yaitu akhibat tidal dan drift.

Nilai gravitasi akhibat tidal didapat dengan mengurangi nilai gravitasi yang terbaca pada gravimeter dengan nilai tidal. Kemudian dilakuan perhitungan koreksi drift dengan persamaan (1.1). Kemudian akan dihitung perubahan nilai gravitasi akhibat kelelahan alat dengan menghitung perbedaan masing-masing stasiun dengan base. Dari koreksi tidal dan drift yang telah dilakukan, akan diperoleh nilai gravitasi absolut pada masing-masing stasiun titik pengukuran, maka :

𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 = 𝐺 𝑟𝑒𝑎𝑑 − 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑑𝑒 + 𝑑𝑒𝑙𝑡𝑎 𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡

Koreksi selanjutnya adalah koreksi parsial. Pertama menghitung nilai gravitas normal dengan persamaan (1.2), kemudian menghitung nilai koreksi udara bebas dengan persamaan (1.3), dan setelah itu menghitung nilai FAA. Nilai FAA didapat dari nilai graviasti absolute observasi dikurang dengan nilai gravitasi normal dan ditambah nilai koreksi udara bebas(free air), maka :

𝐹𝐴𝐴 (𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐴𝑖𝑟 𝐴𝑛𝑜𝑚𝑎𝑙𝑖) = 𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 − 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 + 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑎𝑖𝑟

Kemudian untuk menghitung nilai koreksi bouguer berdasarkan persamaan (1.4), dibutuhkan nilai 𝜌 atau densitas area observasi. Parasnis adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan nilai densitas tersebut.

Gambar 4.2. Metode Parasnis

Dalam metode parasnis, parameter data yang digunakan adalah nilai FAA dan ketinggian dikali dengan konstanta parasnis. Pada kurva tersebut, sumbu x adalah nilai

(14)

ketinggian dikali dengan konstanta parasnis dan sumbu y adalah nilai FAA. Setelah dilakukan plot, dilakukan regeresi linear dan akan menghasilkan gradien garis lurus. Gradien tersebut merupakan nilai densitas dari area observasi. Dari gambar diketahui bahwa nilai densitas yang didapat adalah 2,775. Nilai tersebut menjadi nilai 𝜌 yang akan digunakan untuk mengitung nilai koreksi bouguer.

Gambar 4.3. Perhitungan koreksi bouguer sampai CBA

Setelah mendapatkan nilai 𝜌 dari metode parasnis, selanjutnya yaitu menghitung nilai simple bouguer dengan persamaan (1.4) kemudian menghitung nilai simple bouguer anomali (SBA) dengan mengurangi nilai FAA dengan nilai simple bouguer, maka:

𝑆𝐵𝐴 = 𝐹𝐴𝐴 − 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑒 𝐵𝑜𝑢𝑔𝑢𝑒𝑟

Selanjutnya menghitung nilai koreksi terrain dengan persamaan (1.5). Niali koreksi terrain dihitung untuk semua arah setelah itu ditotalkan. Terakhir, nilai SBA akan dijumlahkan dengan total nilai koreksi terrain untuk mendapatkan nilai Complate Bouguer Anomali (CBA) seperti pada gambar 4.3, maka:

𝐶𝐵𝐴 (𝐶𝑜𝑚𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝐵𝑜𝑢𝑔𝑢𝑒𝑟 𝐴𝑛𝑜𝑚𝑎𝑙𝑖) = 𝑆𝐵𝐴 + 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑟𝑎𝑖𝑛.

Note : Pada gambar 4.1 sampai 4.3 hanya ditampilkan sebagian data sebagai hasil perhitungan.

(15)

Gambar 4.4. Peta Kontur Anomali Medan Gravitasi

Gambar 4.4 adalah peta kontur anomali medan graviatsi yang dibuat pada software surfer. Data yang digunakan dalam membuat peta kontur tersebut adalah koordinat UTM X dan Y serta nilai CBA. Dari gambar tersebut, dapat diamati persebaran nilai gravitasi pada daerah observasi dengan nilai gravitasi yang bervariasi sesuai dengan warnanya. Pada gambar tersebut terdapat juga tanda plus (+) yaitu titik-titik stasiun pengukuran. Sumbu X dan Y dari gambar dari peta kontur tersebut menunjukan titik koordinat dalam UTM. Pada gambar tersebut terdapat garis-garis kontur yang menghubungkan daerah-daerah dengan nilai gravitasi yang sama. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa daerah tersebut sebagian besar memiliki nilai gravitasi diantara 66 – 78 mgal di tandai dengan warna orange muda,orange tua, hingga warna merah, walaupun terdapat warna lain yang menunjukan nilai gravitasi yang berbeda namun tidak seluas daerah dengan nilai gravitasi antara 66 – 78 mgal tersebut.

(16)

V. PENUTUP 5.1. SIMPULAN

1. Penentuan nilai koreksi gaya berat harus dilakukan secara berurutan dan langkah- langkahnya dapat dilihat pada penglahan data.

2. Nilai densitas bouguer dapat dihitung menggunakan pendekatan parasnis yang mengansumsikan topografi area pengukuran relatif datar. Proses dalam metode parasnis dapat dilihat pada pengolahan data dan pembahasan.

3. Mereduksi data gayaberta berarti melakukan koreksi nilai gravitasi akhibat dari efek temporal dan spasial. Hasil dari reduksi dapat dilihat pada pembahasan.

4. Peta kontur anomali medan graviti dapat dilakukan setelah semua data terkoreksi dengan benar. Langkah-langkahnya dapat dilihat pada pengolahan dan hasilnya pada pembahasan.

5.2. MANFAAT

 Mampu dan memahami koreksi data gayaberat.

 Mampu membedakan koreksi temporal dan spasial.

 Mampu mereduksi data gayaberat.

 Mampu dan memahami proses pembuatan peta kontur anomali gravitasi daerah observasi.

REFERENSI

[1] A, L.P.I.,M. Musta’in, Mukhtashor, dan S.Bachry. 2012. Eksplorasi Parameter Fisik Cekungan Migas di Perairan Blok Ambalat Dengan Metode Gravitasi. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1 (1) : 1-2.

[2] Blakely, R.J. 1995. Potential theory in gravity and magnetic applications. University Press, NY, Cambridge, 441 pp.

[3] Dentith, M., Mudge, S. T. 2014. Geophysics for The Mineral Exploration Geoscientist. Cambridge : University Press, UK, 516 pp

[4] Handayani, L dan Dadan, D.W. 2017. Eksplorasi Gayaberat Untuk Airtanah Dan Topografi Batuan Dasar Di Daerah Serang, Banten. Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan. Vol. 27 (2) : 159.

[5] Hinze, W.J., Ralph R. B. von Frese, Afif H. Saad, 2013. Gravity and Magnetic Exploration: Principles, Practices, and Applications, U.P.H, Cambridge, UK, 501 pp.

[6] Kearey, Brooks, and Hill. 2002. An Introduction to Geophysical Exploration. 3rd ed.

(17)

Blackwell Publishing.

[7] Panjaitan, S dan Subagio. 2014. Pola Anomali Gayaberat Daerah TaliabuMangole Dan Laut Sekitarnya Terkait Dengan Prospek Minyak Bumi dan Gas. Jurnal Geologi Kelautan. Vol. 12 (2) : 67.

[8] Telford, W.M. 2004. Applied Geophysics. New York : Cambridge University Press

Referensi

Dokumen terkait

Modul praktikum ini berisikan materi praktikum struktur data yang telah dipelajari dalam perkuliahan teori, harapannya mahasiswa dapat memahami dan menerapkan struktur

modul praktikum ini merupakan panduan dalam pelaksanaan Praktikum Teknologi Pengolahan Produk Hasil Pertanian pada jurusan Teknologi Hasil Pertanian yang di mana

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, karunia, taufiq serta hidayah-Nya sehingga Modul Praktikum Teknologi Pengolahan Produk Hasil

Laporan praktikum algoritma dan pemrograman modul ke-1 mengenai pengenalan pemakaian Netbeans dan program

Modul pelatihan mengenai pengumpulan dan pengolahan

Laporan akhir mengenai akuisisi dan pengolahan data seismik refleksi untuk modul input data, geometri dan

Laporan mengenai praktikum pengolahan citra menggunakan bahasa pemrograman

Laporan praktikum Sistem Produksi modul II tentang Material Requirement