• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PKM - EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PKM - EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KERJA PRAKTIK

Oleh:

Alya Celiana Dewi 252017023

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG

2023

(3)
(4)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja yang berjudul “EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk.” yang dilaksanakan pada tanggal 30 September 2020 s/d 29 Oktober 2020 di PT Asia Pacific Fibers Tbk.Selama praktik kerja penulis mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan mengenai berbagai hal dalam industri manufaktur terutama pada industri fibers. Apa yang penulis dapatkan tidak lepas dari berbagai pihak yang membantu dan membimbing penulis selama melakukan kegiatan praktik kerja.

Laporan ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Rachmawati S.Dj., M.Env.Stud. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan selama penulisan laporan praktik kerja ini;

2. Bapak Dwi Tegas selaku manager Health Safety Environment yang telah memberikan nasihat dan membantu terlaksananya praktik kerja di PT Asia Pacific Fibers Tbk;

3. Bapak Richo Mauland selaku pembimbing yang berkenan memberikan arahan selama praktik kerja di PT Asia Pacific Fibers Tb;

4. Ibu Maulida Sari yang telah memberikan bimbingan dan membantu dalam pelaksanaan praktik kerja di PT Asia Pacific Fibers Tbk;

5. Seluruh staff dan karyawan di PT Asia Pacific Fibers Tbk;

6. Mama dan Papa yang telah memberikan dukungan moril dan materil demi terselesaikannya laporan praktik kerja ini; dan

7. Rekan-rekan Prodi Teknik Lingkungan Angkatan 2017 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

(5)

iii

Besar harapan penulis agar laporan praktik kerja ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi rekan-rekan mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan Itenas Bandung. Penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki penulisan laporan dimasa yang akan datang.

(6)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Ruang Lingkup ... 3

1.4 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktik ... 4

1.5 Data dan Jenis Data ... 6

1.6 Sistematika Penulisan Laporan ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 9

2.1 Profil Perusahaan ... 9

2.2 Sejarah Perusahaan ... 10

2.3 Visi dan Misi ... 11

2.4 Struktur Organisasi PT Asia Pasific Fibers Tbk ... 12

2.5 Pelaksanaan Kegiatan dan Tenaga Kerja ... 12

2.6 Proses Produksi ... 13

2.7 Produk PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 20

2.8 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 20

2.9 Insinerator PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 22

2.10 Sertifikasi dan Penghargaan Pada PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 23

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 26

3.1 Industri Manufaktur ... 26

3.2 Limbah Industri ... 26

3.3 Limbah B3 ... 27

3.4 Klasifikasi Limbah B3 ... 28

3.5 Identifikasi Limbah B3 ... 31

(7)

v

3.6 Pengelolaan Limbah B3 ... 32

3.6.1 Pengurangan Limbah B3 ... 33

3.6.2 Pengemasan Limbah B3 ... 33

3.6.3 Penyimpanan Limbah B3 ... 35

3.6.4 Pengumpulan Limbah B3 ... 43

3.6.5 Pengangkutan Limbah B3 ... 44

3.6.6 Pemanfaatan Limbah B3 ... 45

3.6.7 Pengolahan Limbah B3 ... 46

3.6.8 Penimbunan Limbah B3... 47

3.7 Tata Cara Pemberian Simbol Limbah B3 dan Pelabelan Limbah B3 ... 47

3.7.1 Simbol Limbah B3 ... 47

3.7.2 Label Limbah B3 ... 53

3.7.3 Pelekatan Simbol Limbah B3 dan Label Limbah B3 ... 55

3.8 Dokumen Limbah B3 ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Umum ... 61

4.2 Identifikasi Sumber Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 62

4.3 Identifikasi Karakteristik Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 64

4.4 Timbulan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 65

4.5 Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 67

4.5.1 Aspek Non Teknis Pengelolaan Limbah B3 ... 68

4.5.2 Pengurangan Limbah B3 ... 70

4.5.3 Pengemasan dan Pewadahan Limbah B3 ... 70

4.5.4 Pengumpulan Limbah B3 ... 74

4.5.5 Penyimpanan Limbah B3 ... 76

4.5.6 Pengangkutan Limbah B3 ... 83

4.5.7 Pemberian Simbol dan Label Limbah B3 ... 87

4.5.8 Pengolahan Limbah B3 ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(8)

vi

LAMPIRAN ... 100

(9)

vii

Tabel 2.1 Bahan Baku dan Bahan Penolong ... 13

Tabel 3.1 Tingkatan Racun B3 ... 31

Tabel 4.1 Pemberian Skor Berdasarkan Penilaian Skala Likert ... 61

Tabel 4.2 Kategori Ketercapaian ... 61

Tabel 4.3 Sumber Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 64

Tabel 4.4 Karakteristik Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 65

Tabel 4.5 Timbulan limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 66

Tabel 4.6 Pihak Ketiga Pengelola Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 68

Tabel 4.7 Peraturan yang Digunakan PT Asia Pacific Fibers Tbk Terkait Limbah B3 ... 69

Tabel 4.8 Jenis Kemasan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 71

Tabel 4.9 Penanggung Jawab Pengemasan Limbah B3 ... 71

Tabel 4.10 Perbandingan Pengemasan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 72

Tabel 4.11 Perbandingan Pengumpulan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 75

Tabel 4.12 Perbandingan Penyimpanan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 79

Tabel 4.13 Daftar Nama Perusanaan Pihak Ketiga ... 83

Tabel 4.14 Perbandingan Pengangkutan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 86

Tabel 4.15 Perbandingan Pengangkutan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 88

Tabel 4.16 Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pengamatan Pengelolaan Limbah B3 ... 92

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahapan Kerja Praktik ... 4

Gambar 2.1 Logo PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 9

Gambar 2.2 Denah PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 10

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 12

Gambar 2.4 Penyimpanan PTA ... 15

Gambar 2.5 Pemindahan PTA bag ke silo ... 16

Gambar 2.6 Pemindahan PTA bulk ke silo ... 16

Gambar 2.7 Proses Produksi Staple Fiber ... 17

Gambar 2.8 Tempat Penyimpanan Poliester Staple Fiber ... 19

Gambar 2.9 Poliester Chips ... 20

Gambar 2.10 Poliester Staple Fiber ... 20

Gambar 2.11 Proses Pengolahan Air Limbah ... 22

Gambar 2.12 Insinerator Manual ... 24

Gambar 2.13 Cerobong Insinerator Manual ... 24

Gambar 2.14 Penghargaan Biru PT Asia Pacific Fibers Tbk... 24

Gambar 2.15 ISO 9001:2008, ISO 14001:2015, ISO 45001:2018 ... 25

Gambar 3.1 Contoh tata ruang fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa gudang ... 37

Gambar 3.2 Kompatibilitas Karakteristik Limbah B3... 39

Gambar 3.3 Contoh Pola Penyimpanan Limbah B3 Menggunakan Kemasan Drum ... 41

Gambar 3.4 Penggunaan Rak Pada Penyimpanan Limbah B3 dengan Kemasan Drum ... 41

Gambar 3.5 Bentuk Dasar Simbol Limbah B3 ... 48

Gambar 3.6 Simbol Limbah B3 Mudah Meledak ... 49

Gambar 3.7 Simbol Limbah B3 Cairan Mudah Menyala ... 50

Gambar 3.8 Simbol Limbah B3 Padatan Mudah Menyala ... 50

Gambar 3.9 Simbol Limbah B3 Reaktif ... 51

Gambar 3.10 Simbol Limbah B3 Beracun ... 51

(11)

ix

Gambar 3.11 Simbol Limbah B3 Korosif ... 52

Gambar 3.12 Simbol Limbah B3 Infeksius ... 52

Gambar 3.13 Simbol Limbah B3 Berbahaya Terhadap Perairan ... 53

Gambar 3.14 Label Limbah B3 ... 53

Gambar 3.15 Label Limbah B3 Kosong ... 55

Gambar 3.16 Label Limbah Penunjuk Wadah ... 55

Gambar 3.17 Pelekatan Simbol Limbah B3 Pada Tempat Penyimpanan ... 58

Gambar 4.1 Grafik Timbulan Limbah B3 PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 67

Gambar 4.2 Form Serah Terima Limbah PT Asia Pacific Fibers Tbk ... 75

Gambar 4.3 Simbol Limbah B3 pada Papan Nama dan TPS ... 77

Gambar 4.4 Akses Masuk TPS dan Tampak dalam TPS ... 77

Gambar 4.5 Saluran dan Bak Penampung Tumpahan Limbah B3 ... 78

Gambar 4.6 Alat Tanggap Darurat TPS ... 78

Gambar 4.7 POS Penyimpanan dan Tanggap Darurat ... 78

Gambar 4.8 Pemindahan Sludge IPAL ke dalam Kendaraan Pengangkut ... 84

Gambar 4.9 Kendaraan Pengangkut PT PPLI ... 85

Gambar 4.10 Proses Pengangkutan Sludge IPAL ... 85

Gambar 4.11 Hasil Pembakaran Insinerator ... 92

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri manufaktur adalah kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan- bahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah lebih besar (Heizer dan Render, 2005) Perseroan Terbatas (PT) Asia Pacific Fibers Terbuka (Tbk) termasuk ke dalam industri manufaktur yang merupakan salah satu perusahaan penghasil poliester terkemuka di Indonesia. Poliester sendiri merupakan salah satu bahan yang paling banyak digunakan dalam industri mode, desain, interior dan industri lainnya. Berdasarkan Annual Report Laporan Tahunan 2019 PT Asia Pacific Fibers Tbk, perusahaan ini menghasilkan produk berupa Polyester Chips dan Polyester Staple Fiber, dengan kapasitas produksi pada Polyester Chips sebanyak 330.400 ton/tahun, dan Polyester Staple Fiber sebanyak 198.000 ton/tahun.

Proses produksi di PT Asia Pacific Fibers Tbk menggunakan bahan baku dan bahan penolong, yang mengandung bahan kimia bersifat mudah terbakar, korosif, eksplosif, beracun, dan logam berat. Setiap bahan baku yang diolah akan menghasilkan produk dan hasil samping berupa limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah cair dan padat yang termasuk ke dalam kategori limbah B3, oleh karena itu perlu adanya penanganan limbah secara tepat agar tidak membahayakan manusia maupun lingkungan.

Berbagai jenis limbah industri B3 yang tidak memenuhi baku mutu, yang dibuang langsung ke lingkungan, merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Untuk menghindari kerusakan tersebut perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Salah satu komponen penting agar program tersebut dapat berjalan adalah dengan diberlakukannya peraturan perundang-undangan lingkungan hidup sebagai dasar dalam menjaga kualitas lingkungan (Setiyono, 2001). Selain itu, peraturan-

(13)

peraturan tersebut akan membuat terciptanya pengelolaan yang baik, karena memiliki standardisasi di setiap tahap kegiatannya.

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang baik, tidak hanya meningkatkan citra perusahaan, namun kesehatan dari pekerja dan lingkungan hidup sekitar akan menjadi baik dan sehat. PT Asia Pacific Fibers telah melakukan pengelolaan limbah B3 terhadap limbah-limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Melalui kerja praktik ini, dilakukan studi evaluasi terkait pengelolaan limbah B3 yang meliputi: pengurangan; pengemasan dan pewadahan;

pengumpulan; penyimpanan; pengangkutan; dan pengolahan limbah B3. Kegiatan studi evaluasi dilakukan dengan membandingkan pengelolaan limbah B3 pada PT Asia Pacific Fibers Tbk dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.12 Tahun 2020 tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;

dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah mengevaluasi pengelolaan limbah B3 di PT Asia Pacific Fibers Tbk, agar dapat meningkatkan citra perusahaan;

kesehatan dan keselamatan karyawan serta masyarat di sekitar perusahaan; dan meningkatkan kualitas lingkungan.

Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sumber, karakteristik dan jumlah limbah yang terdapat di PT Asia Pacific Fibers Tbk;

2. Mengidentifikasi pengelolaan limbah B3 yang dilakukan PT Asia Pacific Fibers Tbk;

3. Membandingkan implementasi pengelolaan limbah B3 yang dilakukan PT Asia Pacific Fibers Tbk dengan peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

(14)

Kehutanan Nomor P.12 Tahun 2020, dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013;

4. Melakukan evaluasi sistem pengelolaan limbah B3 di PT Asia Pacific Fibers Tbk; dan

5. Memberikan saran atau rekomendasi pengelolaan limbah B3 yang sesuai kepada PT Asia Pacific Fibers Tbk berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam pelaksanaan kerja praktik ini sebagai berikut:

1. Wilayah studi yang akan diidentifikasi dalam kerja praktik ini adalah PT Asia Pacific Fibers Tbk Karawang;

2. Limbah B3 yang akan diidentifikasi hanya limbah padat dan cair;

3. Evaluasi pengelolaan limbah B3 di PT Asia Pacific Fibers Tbk dari segi teknis dan non-teknis; dan

4. Peraturan yang digunakan dalam mengevaluasi pengelolaan limbah B3 mengacu pada: Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PerMenLHK) Nomor P.12 Tahun 2020 tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (PerMenLHK) Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3

(15)

1.4 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktik

Gambar 1.1 Tahapan Kerja Praktik

Sumber: Hasil Perencanaan, 2020

Tahapan dari pelaksanaan kerja praktik adalah sebagai berikut.

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari referensi, yang digunakan sebagai dasar perbandingan antara literatur dengan keadaan sebenarnya, dan berkaitan dengan pengelolaan limbah B3. Referensi tersebut berisikan tentang pengelolaan limbah B3. Referensi ini berupa peraturan-peraturan yang telah

(16)

disebutkan pada bagian ruang lingkup. Keluaran dari studi literatur adalah terkumpulnya referensi yang relevan dengan permasalahan yang ada.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan pelaksanaan kerja praktik. Data yang dikumpulkan harus tepat, sehingga didapatkan data yang valid dan relevan. Berikut merupakan dua cara memperoleh pengumpulan data.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan narasumber yang terkait pengelolaan limbah B3; survey lapangan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah B3; dan dokumentasi, agar data yang diperoleh semakin kuat nantinya dalam mengevaluasi pengelolaan limbah B3 di PT Asia Pacific Fibers.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen – dokumen perusahaan yang dipublikasikan. Data tersebut berupa profil perusahaan, proses produksi, timbulan limbah B3 dan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan PT Asia Pacific Fibers Tbk.

3. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan setelah memperoleh data yang diperlukan. Pada tahap ini, data lapangan dikelola secara kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan tujuannya. Setelah pengolahan data, dilakukan analisis dengan mengacu pada literatur hasil studi pustaka, sehingga hasil analisis yang diperoleh dapat menjadi solusi permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan limabah B3 sebagai bahan evaluasi perusahaan.

(17)

Data dan jenis data yang diperlukan terdapat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Data yang Diperlukan

No Data yang

Diperlukan Kegunaan Data Jenis Data Sumber Data

Metode

Persamaan yang Digunakan Pengumpulan

Data Pengolahan Analisis

1

Profil perusahaan;

visi dan misi perusahaan;

sejarah perusahaan;

struktur organisasi;

dan proses produksi.

Untuk

mendeskripsikan gambaran umum perusahaan

Sekunder dan primer

Laporan Tahunan Annual Report 2019 PT Asia Pacific Fibers Tbk;

Laporan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL); observasi dan wawancara

Studi dokumen, observasi dan wawancara

Observasi Deskriptif -

2

Sumber limbah B3 dan timbulan limbah B3 pada bulan Januari - Juni tahun 2020

Untuk mengevaluasi limbah B3 yang dihasilkan oleh perusahaan

Sekunder dan primer

Instruksi Kerja Penanganan Limbah B3;

Laporan Neraca Limbah B3; Sistem Pelaporan Online (SIMPEL) Siraja Limbah dan wawancara

Studi dokumen

dan wawancara Observasi Deskriptif -

3 Pengurangan limbah B3

Untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi pengelolaan limbah B3

Sekunder dan primer

Sistem Pelaporan Online (SIMPEL) Siraja Limbah, observasi dan wawancara

Studi dokumen, observasi dan wawancara

Observasi dan Matematis

Deskriptif -

4 Pengemasan

limbah B3 Komparatif % Skor Eksisting = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

5 Pengumpulan

limbah B3 Komparatif % Skor Eksisting = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

6 Penyimpanan

limbah B3 Komparatif % Skor Eksisting = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

(18)

Data 7 Pengangkutan

limbah B3 Komparatif % Skor Eksisting = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

8 Pengolahan

limbah B3 Deskriptif -

Sumber: Hasil Perencanaan, 2020

(19)

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan pada laporan kerja praktik disusun sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab ini mencakup tentang latar belakang, maksud, tujuan, ruang lingkup, tahapan pelaksanaan kerja praktik, data yang diperlukan, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan

Bab gambaran umum perusahaan berisi tentang profil; visi dan misi; lokasi; struktur organisasi; sumber daya manusia; dan proses produksi.

BAB III Tinjauan Pustaka

Bab tinjauan pustaka menjelaskan teori dan peraturan-peraturan mengenai pengelolaan limbah B3, yang digunakan sebagai bahan perbandingan dalam pengolahan data dan analisis.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas hasil analisis terkait identifikasi sumber; karakteristik; timbulan;

dan hasil evaluasi sistem pengelolaan limbah B3 di PT Asia Pacific Fibers Tbk yang telah dibandingkan dengan peraturan terkait pengelolaan limbah B3.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil evaluasi dan saran perbaikan pengelolaan limbah B3 di PT Asia Pacific Fibers Tbk.

(20)

9

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan

PT Asia Pacific Fibers Tbk adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur, yang merupakan salah satu perusahaan penghasil poliester terkemuka di Indonesia. PT Asia Pacific Fibers Tbk sudah menjadi salah satu yang terbaik dalam menjalankan rangkaian proses produksi poliesternya, mulai dari bahan baku sampai dengan barang jadi, dengan mengutamakan mutu dan konsistensi.

Perusahaan ini menghasilkan produk berupa poliester chips dan poliester staple fiber, dengan kapasitas produksi pada poliester chips sebanyak 330.400 ton/tahun, dan poliester staple fiber sebanyak 198.000 ton/tahun. PT Asia Pasific Fibers Tbk memiliki 2 perusahaan di tempat yang berbeda, yaitu di Karawang dan Semarang.

Perusahaan yang diteliti saat ini, berada di Desa Kiarapayung, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, yang didirikan di atas lahan seluas 50 Ha (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2019). Logo PT Asia Pacific Fibers Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan denah PT Asia Pacific Fibers Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.1 Logo PT Asia Pacific Fibers Tbk

Sumber: PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2019

PT Asia Pacific Fibers Tbk memiliki batas lokasi sebagai berikut.

 Sebelah Utara : Desa Pasir Bogor, Desa Babakan

 Sebelah Timur : PT Fleece, PT Devrindo dan PT Texmaco Jaya

 Sebelah Barat : Sungai Citarum

(21)

 Sebelah Selatan : Lahan Kosong, Sungai Citarum dan Perumahan Karyawan

Gambar 2.2 Denah PT Asia Pacific Fibers Tbk

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

2.2 Sejarah Perusahaan

PT Asia Pacific Fibers Tbk mulai berdiri pada tanggal 15 Februari tahun 1984, yang pada saat itu bernama PT Polysindo Eka Perkasa. Perusahaan tersebut bergerak di bidang industri petrokimia. Pada tahun 1991 mengganti namanya menjadi PT Polysindo Eka Perkasa Tbk dan masuk pada bagian Texmaco Group. Selang beberapa waktu, PT Polysindo Eka Perkasa Tbk berkomitmen untuk berdiri sendiri (terlepas dari Texmaco Group) dan memutuskan untuk mengganti nama menjadi PT Asia Pacific Fibers Tbk, yang mulai efektif sejak bulan November tahun 2009 (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

Produk yang dihasilkan PT Asia Pacific Fibers Tbk meliputi purified terepthalic acid (PTA), poliester chips, staple fiber, filamen yarn, dan performance fabrics.

Hasil produksi dari PT Asia Pacific Fibers Tbk, dipasarkan baik di dalam negeri maupun diekspor di pasar internasional. PT Asia Pacific Fibers Tbk memiliki

PTA Plant

Polimer Plant Fiber

Plant

(22)

fasilitas pabrik PTA, polymer dan fiber yang terletak di Karawang, Jawa Barat; dan fasilitas pabrik benang poliester yang terletak di Semarang, Jawa Tengah (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

PT Asia Pasific Fibers Tbk dalam menjalankan industrinya, mempunyai Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang dibuat berlandaskan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan perundang–undangan yang terkait, dengan tujuan menciptakan hubungan kerja yang kooperatif dan harmonis antara pengusaha dan pekerja. PKB dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengatur hak dan kewajiban antara pekerja dan pihak perusahaan, penyelesaian masalah, serta perbedaan pendapat. Rangkuman dari isi PKB sebagai berikut (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018):

1. “Ketentuan umum”;

2. “Hak dan kewajiban masing-masing pihak”;

3. “Hubungan kerja dengan syarat kerja”;

4. “Tata tertib kerja, pelanggaran dan sanksi”;

5. “Pengupahan dan cuti”;

6. “Jaminan sosial dan kesejahteraan pekerja”;

7. “Keselamatan dan kesehatan kerja”;

8. “Pakaian kerja dan alat kerja”;

9. “Pengembangan organisasi, sumber daya manusia, dan hubungan Industrial”; dan

10. “Berakhirnya hubungan kerja”.

2.3 Visi dan Misi

Dalam perkembangannya, PT Asia Pacific Fibers Tbk memiliki visi dan misi demi menjaga kualitas produksi, sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik.

2.3.1 Visi

PT Asia Pacific Fibers Tbk memiliki visi yaitu “menjadi produsen poliester paling responsif dan inovatif melalui penciptaan nilai bagi pelanggan, karyawan, pemangku kepentingan dan masyarakat” (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2019).

(23)

2.3.2 Misi

PT Asia Pacific Fibers Tbk memiliki misi sebagai berikut (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2019):

 “Menyelaraskan diri dengan kebutuhan global yang terus berubah, melalui produk berstandar internasional”;

 “Memegang komitmen terhadap bisnis pelanggan dan tetap bersaing secara global melalui perbaikan kualitas, layanan pelanggan dan inovasi berkelanjutan”;

 “Menjadi korporasi yang bertanggung jawab dengan komitmen tinggi atas keberlanjutan usaha, dengan menciptakan nilai tambah sosial, lingkungan dan perekonomian”; dan

 “Menjadi mitra dalam kemajuan untuk “sukses bersama” berlandaskan standar etika dan tata kelola perusahaan yang baik”.

2.4 Struktur Organisasi PT Asia Pasific Fibers Tbk

Struktur organisasi PT Asia Pacific Fibers Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT Asia Pacific Fibers Tbk

Sumber: PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2019

2.5 Pelaksanaan Kegiatan dan Tenaga Kerja

Kegiatan PT Asia Pacific Fibers Tbk beroperasi selama 24 jam setiap harinya, dengan pembagian waktu 3 shift sebagai berikut (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

Shift 1 : Pukul 07.00 sampai dengan Pukul 15.00 WIB

Shift 2 : Pukul 15.00 sampai dengan Pukul 23.00 WIB

Shift 3 : Pukul 23.00 sampai dengan Pukul 07.00 WIB

(24)

Selain karyawan yang bekerja dengan sistem shift, terdapat karyawan dengan non shift, yaitu karyawan yang bekerja pada bagian office, dengan jadwal kerja dimulai dari hari Senin sampai dengan hari Jumat, pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Sedangkan pada hari Sabtu dan hari Minggu, merupakan hari libur (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

2.6 Proses Produksi

Dalam proses produksi, PT Asia Pacific Fibers Tbk menggunakan beberapa bahan baku dan bahan penolong (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018). Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan PT Asia Pacific Fibers Tbk dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Bahan Baku dan Bahan Penolong

No Nama Bahan Ton/Tahun Bentuk Kemasan Sifat Asal Bahan Baku

1 Paraxylene 131.784 Cair Truk

Tangki

Mudah

terbakar Impor

2 Acetic Acid 6.970 Cair Truk

Tangki Korosif Impor

3 NPA 75 Cair Truk

Tangki

Mudah

Terbakar Impor

4 Caustic 2.125 Cair Truk

Tangki Korosif Impor

5

Purified Terephthalic

Acid

204.000 Bubuk Bag/

Kontainer Eksplosif Lokal/

Impor

6 Monoethylene

Glycol 94.900 Cair Truk

Tangki

Tidak Berbahaya

Lokal/

Impor Bahan Penolong

1 Manganese

Acetate 38 Bubuk Truk

Tangki Logam Berat Impor

(25)

No Nama Bahan Ton/Tahun Bentuk Kemasan Sifat Asal 2 Cobalt Hydrixide 351 Bubuk Truk

Tangki Logam Berat Impor 3 Hydrobromic

Acid 79 Cair Truk

Tangki

Korosif ;

Beracun Impor 4 Antimony

Triacetate 85 Bubuk Truk

Tangki

Korosif ;

Beracun Impor

5 Cobalt Acetate 43 Bubuk Truk

Tangki

Tidak

Berbahaya Impor 6 Trimetil

Phospate 85 Cair Truk

Tangki

Tidak

Berbahaya Impor 7 Titanium

Dioksida 850 Bubuk Kertas Tidak

Berbahaya Impor

8 Spin Finish Oil 126 Cair Drum Tidak

Berbahaya Impor Sumber: PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018

Terdapat 3 plant proses produksi pada PT Asia Pacific Fibers Tbk untuk menghasilkan produk poliester chips dan poliester staple fiber, yaitu PTA Plant, Polymer Plant dan Fiber Plant. Proses produksi pada setiap Plant adalah sebagai berikut.

A. PTA Plant

Pada PTA Plant, sebelumnya masih beroperasi untuk memproduksi sendiri bahan baku PTA untuk kemudian disalurkan langsung ke Polymer Plant untuk proses produksi selanjutnya, namun sejak tahun 2015 Plant tersebut tidak lagi memproduksi PTA, sehingga Plant tersebut hanya beroperasi menyalurkan bahan baku PTA dari produksi perusahaan lain, baik lokal maupun impor. PTA tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu PTA bag dan PTA bulk. PTA bag memiliki kapasitas 1 ton setiap bag, sedangkan PTA bulk memiliki kapasitas 20 bag setiap peti kemas. Proses menyalurkan PTA ke Polymer Plant dengan dua cara, yaitu PTA bulk dialirkan langsung dari peti kemas menuju tangki silo penampung bahan baku,

(26)

sedangkan PTA bag dipindahkan secara manual menuju tangki silo penampung bahan baku. Tempat penyimpanan PTA dapat dilihat pada Gambar 2.4, serta proses penyaluran PTA bag dan PTA bulk pada PTA Plant dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan Gambar 2.6.

Gambar 2.4 Penyimpanan PTA

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

B. Polymer Plant

Proses ini didesain untuk memproduksi poliester secara terus-menerus dan secara bertahap (batch). Teknologi yang digunakan pada polymer plant adalah John Brown Deutche Engineering. Tepung PTA yang berasal dari PTA plant, diumpankan ke polymer plant dengan menggunakan pneumatic conveying untuk selanjutnya diproses menjadi chips. Bahan baku untuk proses pembuatan poliester, terdiri dari PTA dan ethylene glycol (EG) serta bahan tambahan (addivite) yang terdiri dari (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018):

 “Pigmen titanium dioksida (TiO2), berupa serbuk putih yang berfungsi sebagai penyerap warna”;

“Catalyst antimony asetat (Sb(OAc)3), berupa serbuk yang berfungsi untuk menjaga agar unsur-unsur yang terkandung dalam PTA dapat bereaksi dengan EG secara sempurna”;

“Stabilizer asam posfat (H3PO4), berupa cairan yang berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi degradasi (peguraian dan perubahan warna) polimer yang diakibatkan oleh temperatur tinggi”.

(27)

Gambar 2.5 Pemindahan PTA bag ke silo

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

Gambar 2.6 Pemindahan PTA bulk ke silo

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

Polymer Plant menghasilkan beberapa produk dengan tipe chips sebagai berikut (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018):

 “CDP (Catonic Dyeable Polyester);

 “FD (Full Dull)”;

 “HBR (Home Bright)”;  “SBR (Super Bright)”;

 “RCP (Recycle Popcorn)”;  “RCC (Recycle Chips)”; dan

 “SD (Semi Dull)”;  “FR (Fire Retendant)”

C. Fiber Plant

Fiber Plant merupakan kelanjutan dari proses Polymer Plant. Fungsi dari Fiber Plant adalah memproduksi serat kapas sintesis (syntetic staple fiber) yang

(28)

mengandung 100% poliester (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018). Proses produksi staple fiber dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Proses Produksi Staple Fiber

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

Tahapan proses produksi pada Fiber Plant adalah sebagai berikut.

1. Spinning Line Proses a. Spinning Manifold

Spinning Manifold yaitu proses mengubah lelehan polimer menjadi filamen- filamen dengan ukuran tertentu (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

b. Quencing Air

Quencing Air merupakan proses mendinginkan filamem-filamen menggunakan hembusan udara dengan temperatur 20°C dan kecepatan 1,4 m/s agar filamen tidak saling menempel dan mendapatkan daya elastis tertentu (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

c. Take Up

Take Up adalah proses menyatukan filamen yang sudah didinginkan menjadi sub tow dengan jumlah filamen tertentu (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

d. Traversing

Transversing yaitu proses memindahkan sub tow yang dihasilkan dari proses take up ke dalam suatu box berukuran besar dan ditunggu selama 1 jam, sehingga hasilnya disebut tow yang akan dikirim ke proses selanjutnya (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

(29)

2. Draw Line a. Perendaman

Perendaman merupakan proses menyatukan tow yang terdapat pada beberapa box berukuran besar, kemudian dikirim ke bak pencuci (direndam) untuk mengembalikan kelenturan sehingga pada proses peregangan tow tidak putus (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

b. Peregangan

Peregangan yaitu proses dimana tow yang direndam dengan roll untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

c. Pemanasan

Pemanasan adalah proses memanaskan tow dengan suhu sekitar 200°C, agar tow yang sudah diregangkan tidak kembali lagi menjadi bentuk sebelumnya (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

d. Pemberian Oli

Pemberian Oli merupakan proses melumasi tow dengan oli, agar lentur pada saat proses pengeritingan (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

e. Pengeritingan/Crimper

Pengeritingan adalah proses mengubah tow menjadi crimp tow agar serat tersebut bisa dipintal dalam proses pemintalan benang (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

f. Drying

Driying yaitu proses pengeringan tow sehingga memiliki kandungan air yang sangat sedikit (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

g. Cutting

Cutting merupakan proses pemotongan crimp tow sesusai dengan panjang yang diinginkan, misalnya untuk campuran cotton sepanjang 38 cm (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

h. Bagging

Bagging yaitu proses pengemasan serat pendek (staple packing) dengan berat 350 kg/bag agar lebih efisien dalam proses penyimpanan dan transportasi (PT

(30)

Asia Pacific Fibers Tbk, 2018). Setelah proses pengemasan, bag disimpan pada tempat penyimpanan yang dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Tempat Penyimpanan Poliester Staple Fiber

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

3. Extruder

Extruder adalah memproses ulang chips poliester grade B atau C yang bernilai rendah untuk dijadikan bahan baku spinning dengan kualitas yang baik, proses tersebut dapat juga disebut proses memproduksi ulang (recycle) chips (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

4. Recycle Plant

Recycle Plant (waste line) adalah proses daur ulang dari waste atau produk down grade. Waste ini yang semula bernilai ekonomi rendah jika dijual secara langsung dalam produk waste, akan tetapi setelah diproses di recycle plant, menjadi produk yang disebut popcorn. Selanjutnya, popcorn menjadi bahan yang akan diproses kembali di polymer plant, sehingga menjadi chips poliester yang mempunyai nilai jual tinggi (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

Maka, dengan adanya Recycle Plant, dapat mengurangi produk waste atau produk down grade dengan proses cutting, washing, drying dan granulating.

Proses pada Recycle Plant hanya secara mekanis, tidak ada yang mengandung kimiawi (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

(31)

2.7 Produk PT Asia Pacific Fibers Tbk

PT Asia Pacific Fibers Tbk menghasilkan produk berupa poliester chips dan poliester staple fiber. Poliester chips kemudian diproses dengan spinning untuk membentuk fiber. Sedangkan poliester staple fiber, merupakan produk yang dapat digunakan untuk pembuatan benang, kain, pakaian, peralatan rumah tangga, dan lain-lain yang memiliki keunggulan, salah satunya tidak menyerap kelembaban dan minyak. Produk yang dihasilkan oleh PT Asia Pacific Fibers Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10.

Gambar 2.9 Poliester Chips

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

Gambar 2.10 Poliester Staple Fiber

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

2.8 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT Asia Pacific Fibers Tbk Proses produksi pada PT Asia Pacific Fibers Tbk, akan menghasilkan limbah cair, yang kemudian akan diolah khusus di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Hasil dari pengolahan air limbah tersebut, akan menghasilkan sludge yang termasuk

(32)

dalam kategori limbah B3. Proses pengolahan air limbah pada IPAL dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Proses pengolahan limbah cair dari gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Dump Tank

Dump tank merupakan bak penampungan sementara untuk air limbah yang berasal dari setiap Plant, yang dipindahkan dengan cara dipompa. Setelah itu, air limbah masuk ke anoxic tank untuk diolah ke proses selanjutnya (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

2. Spin Finish Treatment Plant

Spin Finish Treatment Plant merupakan pengolahan air limbah yang berasal dari Fiber Plant. Metode pengolahan dilakukan secara kimia, yaitu dengan pembentukan flok-flok yang diendapkan. Air limbah dan lumpur (sludge) yang terbentuk dipisahkan dengan unit dekanter, hasil air limbah tersebut menuju ke anoxic tank untuk pengolahan selanjutnya, sedangkan lumpur yang dihasilkan (sludge IPAL) termasuk ke dalam limbah B3, yang kemudian ditampung pada drum sebelum diangkut oleh pihak ke-3 pada pengelolaan limbah B3 (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

3. Anoxic Tank

Anoxic tank adalah tempat dimana air limbah disesuaikan pHnya hingga mencapai pH 6. Selanjutnya, air limbah dialirkan ke dalam kolam aerasi (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

4. Aeration A

Aeration A memiliki luas sebesar 4 m x 40 m x 80 m, yang merupakan kolam pengolahan air limbah secara biologis, dengan menggunakan bakteri (lumpur aktif), kemudian diberi udara serta nutreint untuk bakteri. Pada proses ini, COD dan BOD dapat diturunkan hingga 80%. Air limbah yang telah diolah pada kolam aerasi kemudian menuju ke unit clarifier 1 atau 2 untuk pengolahan lebih lanjut (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

(33)

5. Clarifier 1 atau 2

Pada unit clarifier dilakukan fase penjernihan, yang memisahkan antara lumpur aktif dengan limbah cair. Air limbah yang dihasilkan diolah kembali pada kolam aeration B, sedangkan lumpur aktif dipompakan kembali ke kolam aeration A. Terdapat 2 unit clarifier, yaitu 1 unit yang beroperasi dan 1 unit standby (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

6. Aeration B

Aeration B yaitu kolam yang mengolah air limbah secara biologis, dengan menggunakan bakteri (lumpur aktif), kemudian diberi udara serta nutreint untuk bakteri. Pada proses ini, COD dan BOD dapat diturunkan hingga 90%. Luas kolam aeration B sebesar 4 m x 40 m x 80 m (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

7. Monitoring Box

Monitoring box merupakan area pemantauan kualitas dan kuantitas hasil pengolahan limbah cair unit IPAL. Air limbah yang telah diolah, harus memenuhi baku mutu agar tidak mencemari air sungai dan tanah (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018).

Gambar 2.11 Proses Pengolahan Air Limbah

Sumber: PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018

2.9 Insinerator PT Asia Pacific Fibers Tbk

Kegiatan pengolahan limbah padat dan B3 pada perusahaan ini, dengan melakukan pembakaran di insinerator manual, dengan luas area insinerator manual sebesar 198 m2. Insinerator adalah tungku pembakaran pengolah limbah padat, yang

(34)

mengonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas dan abu. Proses pembakaran dengan temperatur lebih dari 800oC untuk mereduksi sampah yang tidak dapat didaur ulang lagi, sehingga mudah terbakar (combustible), serta membunuh bakteri, virus, dan kimia toksik (Latief, 2010).

Proses pembakaran dalam pengelolaan limbah B3, untuk menghilangkan, mengurangi, serta menghancurkan sifat bahaya dan beracun. Insinerator manual digunakan untuk membakar majun terkontaminasi, kemasan TiO2, palet bekas, dokumen, karung bekas dan lain-lain. Insinerator manual beroperasi selama 6 jam setiap harinya.

Insinerator yang digunakan telah memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1, dengan spesifikasi sebagai berikut (PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2018):

 Tipe insinerator : AW-3000

 Kapasitas insinerator : 250 kg/jam

 Suhu ruang bakar 1 : 800oC – 1.000oC

 Suhu ruang bakar II : 800oC – 1.200oC

 Volume ruang bakar I : 34,32 m3

 Volume ruang bakar II : 12,76 m3

 Tinggi cerobong : 19,2 m

 Diameter cerobong : 1,2 m

 Bahan bakar : Solar

 Sistem umpan : Manual

Insinerator manual yang digunakan oleh perusahaan untuk mengolah limbah B3 dapat dilihat pada Gambar 2.12 dan Gambar 2.13.

2.10 Sertifikasi dan Penghargaan Pada PT Asia Pacific Fibers Tbk

Saat ini PT Asia Pacific Fibers Tbk sudah mendapatkan peringkat biru pada Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Periode 2018-2019. Selain itu, PT Asia Pacific Fibers Tbk juga telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008, ISO 14001:2015, ISO 45001:2018.

Sertifikasi yang telah didapat, bertujuan untuk meningkatkan citra perusahaan,

(35)

kredibilitas dan kepercayaan pelanggan. Penghargaan dan sertifikasi yang di peoleh dapat dilihat pada Gambar 2.14 dan Gambar 2.15.

Gambar 2.12 Insinerator Manual

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

Gambar 2.13 Cerobong Insinerator Manual

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

Gambar 2.14 Penghargaan Biru PT Asia Pacific Fibers Tbk

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

(36)

Gambar 2.15 ISO 9001:2008, ISO 14001:2015, ISO 45001:2018

Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020

(37)

26

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Industri Manufaktur

Definisi industri menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misal mesin dan industri manufaktur yaitu industri yang memproduksi barang dengan menggunakan tangan atau mesin.

Manufaktur merupakan perubahan atau transformasi dari yang awalnya berupa bahan baku menjadi sebuah produk. Perubahan dilakukan dengan menggunakan energi dan prosesnya dapat bersifat fisikal maupun kimiawi. Manufacturing adalah satu rangkaian kegiatan yang meliputi desain produk, pemilihan bahan, perencanaan, manufaktur (pembuatan), jaminan kualitas, manajemen, dan penjualan yang dilakukan dalam satu perusahaan (CIRP, 1983).

3.2 Limbah Industri

Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Mahida, 1984).

Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004).

Bahan yang sering ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi, senyawa organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit terurai (Rekalsitran), logam berat yang toksik, padatan tersuspensi, nutrien, mikrobia pathogen, dan parasit (Waluyo, 2010).

Adapun karakteristik limbah adalah sebagai berikut.

(38)

1. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada yang kasar dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi.

2. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, mudah membusuk dan lain-lain.

3. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan (Kristanto, 2004).

3.3 Limbah B3

Limbah bahan berbahaya dan beracun merupakan hasil sisa dari suatu kegiatan proses produksi yang mengandung B3, baik itu dikarenakan sifatnya, konsentrasi atau jumlahnya yang dapat mencemari lingkungan hidup dan membahayakan kesehatan. limbah B3 di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan dikarenakan jumlah industri yang ada semakin banyak. Pembangunan dalam sektor industri tentu menghasilkan dampak positif yaitu menghasilkan suatu produk yang memiliki banyak manfaat dan dampak negatif tentu akan menghasilkan limbah (Darsono, 2013).

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung B3. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, beracun, infeksius, korosif, dan atau beracun (PP No 22 Tahun 2021).

Menurut Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021, kategori bahaya Limbah B3 terdiri atas:

(39)

1. Limbah B3 kategori 1 merupakan Limbah B3 yang berdampak akut dan langsung terhadap manusia dan dapat dipastikan akan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup.

2. Limbah B3 kategori 2 merupakan Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect), dan berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki toksisitas sub-kronis atau kronis

Limbah B3 berdasarkan sumbernya terdiri atas:

a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik.

Sumber limbah tidak spesifik adalah sumber limbah yang menghasilkan limbah yang pada umumnya bukan berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan.Terdapat 43 jenis limbah yang termasuk kelompok ini (Damanhuri, 2010).

b. Limbah B3 dari sumber spesifik.

Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah sisa proses suatu industri atau kegiatanyang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Sumber limbah initerbagi dalam 51 jenis kegiatan yang termasuk kelompok penghasil limbah B3 (Damanhuri, 2010).

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buanagnproduk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan lagi. Terdapat 178 jenis bahan kimia yang termasuk kelompok limbah B3 (Damanhuri, 2010).

3.4 Klasifikasi Limbah B3

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2001, untuk dapat mengelola B3 dengan baik dan benar maka perlu diketahui klasifikasi B3 tersebut. Penjelasan klasifikasi yang dimaksud sebagai berikut.

a. Mudah meledak (explosive), adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 derajat C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Pengujiannya dapat

(40)

dilakukan dengan menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida sebagai senyawa acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.

b. Pengoksidasi (oxidizing)

Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat dilakukan dengan metoda uji pembakaran menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa cairan, senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Dengan pengujian tersebut, suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu pembakaran bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.

c. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable) adalah B3 baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0 derajat C dan titik didih lebih rendah atau sama dengan 35 derajat C.

d. Sangat mudah menyala (highly flammable) adalah B3 baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala 0 derajat C – 21 derajat C.

e. Mudah menyala (flammable) mempunyai salah satu sifat sebagai berikut : 1. Berupa cairan

Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60 derajat C (140 derajat F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode Closed-Up Test.

2. Berupa padatan

B3 yang bukan berupa cairan, pada temperatur dan tekanan standar (25 derajat C, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus

(41)

dalam 10 detik. Selain itu, suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila dalam pengujian dengan metode Seta Closed-Cup Flash Point Test diperoleh titik nyala kurang dari 40 derajat C.

f. Beracun (moderately toxic)

B3 yang bersifat racun bagi manusia akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.

Pengelompokkan tingkatan racun B3 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

g. Berbahaya (harmful) adalah bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.

h. Korosif (corrosive)

B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat antara lain : 1) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;

2) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 derajat C;

3) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

a. Bersifat iritasi (irritant)

Bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.

b. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak lingkungan.

i. Karsinogenik (carcinogenic) adalah sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.

j. Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.

(42)

k. Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika.

Tabel 3.1 Tingkatan Racun B3 Urutan

Kelompok LD50 Derajat

(mg/kg) 1 Amat sangat beracun (extremely toxic) <1

2 Sangat beracun (highly toxic) 1 - 50

3 Beracun (moderately toxic) 51 - 500

4 Agak beracun (slightly toxic) 501 - 5.000

5 Praktis tidak beracun (practically non-toxic) 5001 - 15.000 6 Relatif tidak berbahaya (relatively harmless) > 15.000 Sumber: PP No 74 Tahun 2001

3.5 Identifikasi Limbah B3

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3 adalah mengidentifikasikan limbah dari penghasil tersebut apakah termasuk limbah B3 atau tidak.

Mengidentifikasikan limbah ini akan memudahkan pihak penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah, atau penimbun dalam mengenali limbah B3 tersebut sedini mungkin. Identifikasi limbah B3 bertujuan untuk mengetahui sumber, mengklasifikasi, mengetahui sifat,dan mengetahui potensi dampak limbah B3.

Mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut.

a. Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3 sebagai mana pada lampiran IX Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021, dan apabila cocok dengan daftar jenis limbah B3 tersebut, maka limbah tersebut termasuk limbah B3.

b. Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limah B3 sebagaimana pada lampiran IX Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021 maka diperiksa apakah limbah tersebut memiliki karakteristik: mudah meledak, dan atau

(43)

mudah terbakar, dan atau beracun, dan atau bersifat reaktif, dan atau menyebabkan infeksi, dan atau bersifat korosif.

c. Apabila kedua tahapan tersebut adalah dilakukan dan tidak memenuhi ketentuan limbah B3, maka dilakukan uji toksikologi.

Uji toksikologis digunakan untuk mengetahui nilai akut dan atau kronis limbah. Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengetahui hubungan dosis respon antara limbah dengan kematian hewan uji untuk menetapkan nilai Lethal Dose Fifty (LD-50) adalah dosis limbah yang menghasilkan 50% respons kematian pada populasi hewan uji.

Sedangkan sifat kronis limbah B3 ditentukan dengan cara mengevaluasi sifat zat pencemar yang terdapat di dalam limbah dengan menggunakan metodelogi tertentu (PP No 85 Tahun 1999).

3.6 Pengelolaan Limbah B3

Limbah B3 yang dibuang langsung kedalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri dapat meminimalkan limbah B3 yang dihasilkan dan mencegah masuknya limbah B3 dari luar wilayah Indonesia. Untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari limbah B3 yang dihasilkan maka limbah B3 yang telah dihasilkan perlu dikelola secara khusus (PP No 85 Tahun 1999).

Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan atau penimbunan (PP No 22 Tahun 2021). Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan (PP No 85 Tahun 1999).

(44)

3.6.1 Pengurangan Limbah B3

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengurangan Limbah B3. Pengurangan adalah kegiatan yang perlu dilakukan oleh penghasil limbah B3 untuk mengurangi jumlah dan atau sifat bahaya dan atau racun dari limbah B3 tersebut sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan (PP No 22 Tahun 2021).

Menurut Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021, pengurangan Limbah B3 dilakukan melalui:

a. Substitusi bahan

Substitusi bahan dapat dilakukan melalui pemilihan bahan baku dan/atau bahan penolong yang semula mengandung B3 digantikan dengan bahan baku dan/atau bahan penolong yang tidak mengandung B3.

b. Modifikasi proses

Modifikasi proses dapat dilakukan melalui pemilihan dan penerapan proses produksi yang lebih efisien.

c. Penggunaan teknologi ramah lingkungan.

3.6.2 Pengemasan Limbah B3

Pengemasan Limbah B3 adalah cara menempatkan atau mewadahi Limbah B3 agar mudah dalam melakukan penyimpanan dan/atau pengumpulan dan/atau pengangkutan Limbah B3 sehingga aman bagi lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Pengemasan Limbah B3 harus memberikan suatu kondisi yang sesuai dan berfungsi sebagai pelindung dari kemungkinan perubahan keadaan yang dapat mempengaruhi kualitas Limbah B3 dalam kemasan (PerMenLHK No P.12 Tahun 2020).

Persyaratan mengenai pengemasan Limbah B3 mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.12 Tahun 2020 Tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.

Ketentuan persyaratan Pengemasan Limbah B3 berlaku bagi:

(45)

1. Penghasil Limbah B3, untuk disimpan sementara di tempat Penyimpanan Limbah B3;

2. Pengumpul Limbah B3, untuk disimpan sebelum dikirim ke Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3;

3. Pemanfaat Limbah B3, sebelum dilakukan pemanfaatan Limbah B3;

4. Pengolah Limbah B3, sebelum dilakukan pengolahan Limbah B3; dan 5. Penimbun Limbah B3, sebelum dilakukan penimbunan Limbah B3

Dalam melakukan pengemasan, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

1. Setiap Penghasil Limbah B3 dan/atau Pengumpul Limbah B3 harus mengetahui karakteristik dari setiap Limbah B3 yang dihasilkannya/dikumpulkannya

2. Bagi Penghasil Limbah B3 yang menghasilkan Limbah B3 yang sama secara terus-menerus, maka pengujian karakteristik masing-masing Limbah B3 dapat dilakukan paling sedikit satu kali. Apabila dalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang diperkirakan mengakibatkan berubahnya karakteristik Limbah B3 yang dihasilkan, terhadap masing-masing Limbah B3 hasil kegiatan perubahan tersebut harus dilakukan pengujian kembali terhadap karakteristiknya

3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jenis dan karakteristik Limbah B3 yang akan dikemas.

Prinsip Pengemasan Limbah B3 adalah:

1. Limbah B3 yang tidak saling cocok, atau Limbah B3 dan B3 yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan;

2. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama dilakukan Penyimpanan Limbah B3, maka jumlah pengisian Limbah B3 dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume Limbah B3, pembentukan gas, atau terjadinya kenaikan tekanan;

3. Jika kemasan yang berisi Limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak (pengkaratan atau kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, maka Limbah

(46)

B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi Limbah B3;

4. Terhadap kemasan yang telah berisi Limbah B3 harus diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi Penyimpanan Limbah B3;

5. Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggungjawab Pengelolaan Limbah B3, untuk memastikan tidak terjadinya kerusakan atau kebocoran pada kemasan akibat korosi atau faktor lainnya; dan

6. Kegiatan Pengemasan Limbah B3 dan Penyimpanan Limbah B3 harus dilaporkan sebagai bagian dari kegiatan Pengelolaan Limbah B3.

Pengemasan Limbah B3 tidak diberlakukan bagi:

1. Limbah B3 dari sumber spesifik khusus, contoh: fly ash, bottom ash, mill scale, copper slag, dan steel slag, dll;

2. Peralatan elektronik utuh, seperti kulkas, komputer, televisi, AC, dll; dan 3. Tidak berbentuk fase cair, debu, dross, gram logam, dan cacahan,

Pengemasan limbah B3 dapat menggunakan kemasan sebagai berikut.

1. drum 2. jumbo bag

3. tangki intermediated bulk container (IBC) 4. kontainer

3.6.3 Penyimpanan Limbah B3

Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan Limbah B3 dan dilarang melakukan pencampuran Limbah B3 yang disimpannya. Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3 (PP No 22 Tahun 2021).

Gambar

Gambar 2.2 Denah PT Asia Pacific Fibers Tbk
Gambar 2.14 Penghargaan Biru PT  Asia Pacific Fibers Tbk
Gambar 2.13 Cerobong Insinerator Manual
Gambar 2.15 ISO 9001:2008, ISO 14001:2015, ISO 45001:2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Keberlanjutan 2020 | PT Bank Central Asia Tbk 75 Laporan Keberlanjutan 2020 | PT Bank Central Asia Tbk Inspirasi dalam Perbankan Berkelanjutan Inspirasi Budaya Keberlanjutan

Laporan Keberlanjutan 2020 | PT Bank Central Asia Tbk 69 Laporan Keberlanjutan 2020 | PT Bank Central Asia Tbk Inspirasi dalam Perbankan Berkelanjutan Inspirasi Budaya Keberlanjutan