• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan FP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Laporan FP"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Pengabdian masyarakat bertajuk “Pengendalian Hama Spodoptera frugiperda dengan Feromon Pengganggu Pengupas pada Perkebunan Jagung di Pekon Tritunggal Mulya Kabupaten Pringsewu” ini dilaksanakan untuk menyelesaikan permasalahan Kelompok Tani Setia Bakti yaitu belum tersedianya insektisida yang cukup efektif dalam mengendalikan hama. pengendalian pada tanaman jagung yaitu ulat S armyak. frugiperda. Nilai pre dan post test peserta penyuluhan “Pengendalian Hama Spodoptera frugiperda dengan Feromon Pengganggu Kawin pada Perkebunan Jagung di Pekon Tritunggal Mulya Kabupaten Pringsewu”. Demonstrasikan kepada petani mitra (dalam bentuk demplot) di Desa Tritunggal Mulya untuk menguji efektivitas alat pengganggu perkawinan dalam pengendalian hama S.

Metode dan Tahapan Kegiatan ke Masyarakat

Senyawa ini merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan kesalahan pada proses perkawinan antara ngengat jantan dan betina. Gangguan kawin feromon merupakan produk yang dikemas dalam kantong yang kemasannya mempunyai pori-pori halus, melalui lubang pori tersebut perlahan-lahan feromon keluar ke udara sehingga membentuk awan yang dapat mengganggu peristiwa kawin ngengat (Gambar 2 dan Gambar 3). Dispenser berupa kantong plastik berisi senyawa pengganggu perkawinan telah dipasang di lahan jagung untuk mengganggu proses perkawinan serangga armyak S dewasa.

Prosedur Kerja untuk Mendukung Realisasi Medode yang Ditawarkan

Seluruh peserta diajak turun ke perkebunan jagung untuk melihat langsung pemanfaatan “Pheromone mating disrupt” untuk mengendalikan ulat grayak S. Pada acara ini juga dilakukan diskusi di lapangan, seluruh peserta diberikan kesempatan untuk bertanya. tentang hama ulat grayak dan hama lainnya pada tanaman jagung.

Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengabdian ini adalah

Partisipasi mitra dalam kegiatan desiminasi ini meliputi

Mitra yang menjadi sasaran pengabdian masyarakat ini adalah sekelompok petani jagung yang menghadapi permasalahan serius berupa serangan ulat grayak Spodoptera frugiperda, hama invasif yang baru-baru ini menyerang Lampung. Untuk mengatasi permasalahan mitra maka diperlukan keahlian yang memahami seluk beluk hama dan penyakit tanaman. Keahlian ketua tim adalah Ilmu Hama Tanaman. Selain memberikan informasi bioekologi ulat grayak Spodoptera frugiperda, beliau juga bertugas mengkoordinasikan kegiatan sosialisasi.

Keahlian yang dimiliki oleh anggota Tim-1 adalah Ilmu Hama Tanaman yang bertugas memberikan materi edukasi mengenai pengelolaan ketahanan terhadap ulat grayak Spodoptera frugiperda dan pengendalian hama terpadu (IPM ulat grayak) pada perkebunan jagung serta melakukan pembinaan demplot pemanfaatan hasil perkawinannya. kekacauan. feromon dan perspektif penggunaannya untuk pengelolaan ulat grayak secara berkelanjutan. Keahlian yang dimiliki oleh anggota Tim-2 adalah Ilmu Hama Tanaman yang bertugas memberikan materi edukasi mengenai hama utama tanaman jagung dan teknik pengendaliannya, serta membantu melakukan evaluasi proses penyuluhan dan demplot. Keahlian anggota Tim-3 adalah Ilmu Penyakit Tanaman yang mempunyai tugas memberikan edukasi penyakit tanaman jagung dan penanganannya.

Selain memberikan materi penyuluhan, anggota tim ini juga bertugas mengevaluasi hasil penyuluhan yang dilakukan dengan pre-test sebelum kegiatan penyuluhan dan post-test setelah penyuluhan berakhir, serta membantu ketua tim dalam melakukan kegiatan penyuluhan. persiapan laporan akhir. Dalam kegiatan pengabdian ini turut dilibatkan 2 orang mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Angkatan 2018 FP Unila yang membantu kelancaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Profil Peserta Pengabdian

Melihat usia dan pendidikan anggota Kelompok Tani Setia Bakti yang mengikuti kegiatan tersebut, dapat dikatakan beragam. Petani tersebut sebagian merupakan generasi muda dengan pendidikan SLA, sebagian besar adalah laki-laki paruh baya dengan pendidikan dasar SLP dan SLA, dan selebihnya adalah bapak-bapak petani lanjut usia yang berpendidikan sekolah dasar. Tim pengabdian Pelayanan Perlindungan Tanaman FP Unila yang hadir pada kegiatan tersebut lengkap, terdiri dari satu orang ketua, tiga orang anggota dan dua orang mahasiswa.

Ir. Hamim Sudarsono, M.Sc., bidang keahlian ilmu hama tanaman dengan spesifikasi pestisida, 3) Anggota 2 : Prof. Dr. Dua mahasiswa angkatan 2018 Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Unila dilibatkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini. Mahasiswa yang terlibat merupakan mahasiswa yang telah menyelesaikan dan lulus sebagian besar mata kuliah wajib dan pilihan yang diambil di Program Studi Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Unila.

19 I Gede Swibawa Ketua Tim Relawan FP Unila 20 Hamim Sudarsoni Anggota Tim Relawan FP Unila 21 Purnomo Anggota Tim Relawan FP Unila 22 Titik Nur Aeny Anggota Tim Relawan FP Unila 23 Alfira Rahma Dona Mahasiswa Tim Relawan FP Unila 24 Tiara Oktavia Ketua Tim Relawan FP Unila.

Situasi Pelaksanaan Kegiatan

Selama kegiatan informasi, tercipta suasana keakraban informal, namun berorientasi pada tujuan; Seluruh anggota kelompok tani yang berpartisipasi aktif saling sapa bersama tim kegiatan pengabdian Departemen Proteksi Tanaman FP Unila. Berdasarkan pengalaman anggota tim pengabdi, penyampaian materi dengan menggunakan media seperti LCD menciptakan suasana formal sehingga interaksi antara pengajar dan peserta yaitu anggota kelompok tani terasa formal dan kaku. Suasana sesi diskusi yang dipimpin oleh ketua Tim Pelayanan Perlindungan Tanaman FP Unila ini cukup meriah.

Pada sesi inilah diskusi merebak karena para peternak peserta ingin mengetahui banyak ilmu khususnya tentang ulat grayak FAW, Spodoptera frugiperda. Hamimi menjelaskan, awalnya nama ulat army adalah armaworm, seperti nama aslinya yaitu Armyworm, namun karena tentara di Indonesia tidak menginginkan nama tersebut maka nama army diubah menjadi Armamak yang artinya perampokan geng. 17 gangguan” adalah bahan kimia dalam kantong yang dapat digunakan untuk mencegah ngengat ulat grayak FAW kawin.

Dengan kata lain, pengendalian kumbang FAW dapat dilakukan dengan memasang dispenser “pengganggu perkawinan” di bedengan tanam jagung sejak dini. Pada sesi diskusi ini diungkapkan oleh beberapa petani bahwa serangan cacing tanah FAW pada tanaman jagung mereka yang dipasang dengan bahan tersebut jauh berkurang dibandingkan dengan serangan cacing tanah FAW sebelum percobaan. Dari ungkapan peternak tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan dispenser “pengganggu perkawinan” efektif dalam mengendalikan ulat grayak FAW.

Dalam pemaparannya, Bpk. Sangidun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Pengabdian Masyarakat Unila atas inisiatif kegiatan sosialisasi ini.

Gambar  5.  Pembagian  seminar  kit  oleh  mahasiswa  anggota  Tim  Pengabdian  PTN  FP  Unila dan pengisian daftar hadir peserta
Gambar 5. Pembagian seminar kit oleh mahasiswa anggota Tim Pengabdian PTN FP Unila dan pengisian daftar hadir peserta

Hasil Evaluasi Peningkatan Pengetahuan

Pak Sangidun mencontohkan penggunaan insektisida dengan intensitas tinggi untuk mengendalikan ulat penggerek buah cabai, penggerek ulat (Helicoverpa armigera). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyuluhan dengan topik “Pengendalian Hama Spodoptera frugiperda dengan Feromon Pengganggu Kawin pada Perkebunan Jagung di Pekon. Terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan mengenai pengendalian hama Spodoptera frugiperda dengan feromon pengganggu perkawinan di Pekon. perkebunan jagung, yang dibuktikan lebih dari 70 % setelah mendapat nasehat.

Berdasarkan informasi dari kepala laboratorium POPT, Gadingrejo Pringsewu, permasalahan yang dihadapi petani adalah penggunaan insektisida yang tidak bijaksana. Ulat grayak disebut juga ulat grayak gandum merupakan hama asing invasif yaitu hama asli Amerika yang pertama kali dilaporkan pada tahun 2019 menyerang tanaman jagung di Indonesia. Di Jawa Timur intensitas serangan ulat grayak FAW cukup tinggi yaitu sekitar 55-100 % (Megasari dan Khoiri, 2021).

Kingdom Animalis, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Lepidoptera, Famili Noctuidae, Genus Spodoptera dan Spesies Spodoptera frugiperda J. Ulat grayak FAW tergolong serangga holometabolik, dalam siklus hidupnya mempunyai fase telur, larva, pupa dan imago. Ulat grayak FAW merupakan hama daun yang menyerang banyak jenis tanaman, namun inang utamanya adalah dari famili rumput (Poaceae). 2021) menyatakan bahwa banyak jenis tanaman yang terserang kumbang FAW di Asia antara lain jagung, sorgum, tebu, gandum, beras, millet, jahe, kedelai, tomat, kapas, kubis, kacang tanah, pisang, hijauan rumput dan bayam.

Pada tanaman jagung, larva instar 2-3 masuk ke dalam daun jagung yang masih menggulung, umumnya terdapat beberapa individu larva pada pucuk. 31 Praktik yang baik menjadi dasar penerapan PHT, penggunaan insektisida secara bijaksana berdasarkan pertimbangan ekonomi dan keamanan lingkungan (Prasana et al., 2021). Ulat grayak FAW merupakan hama asing invasif yang menyerang tanaman jagung dan baru-baru ini masuk ke Indonesia.

Gambar 7. Tigak kisaran skor nilai pre-test dan post-test yang diperoeh peserta kegiatan  penyuluhan
Gambar 7. Tigak kisaran skor nilai pre-test dan post-test yang diperoeh peserta kegiatan penyuluhan

Pratik Budidaya Tanaman Sehat

Pengenalan dan Pengelolaan Hama Invasif Spodoptera frugiperda Ulat Grayak PPT disampaikan pada Webinar Propaktani Episode #116, Sabtu 25 September 2021. Biologi dan Pengelolaan Ulat Grayak Jagung Spodoptera frugiperda, PPT disampaikan pada Webinar CropLife Pengelolaan Ketahanan Ulat Grayak Jagung 21 Oktober, Tahun 2021. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di lapangan, terdapat beberapa hama yang menyerang tanaman jagung pada fase vegetatif, antara lain lalat biji (Atherigona sp.), cacing tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.), belatung (Phyllophaga hellen), penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee), dan ulat grayak jagung atau ulat grayak musim gugur (Spodoptera frugiperda).

Lalat benih (Atherigona sp.), hama ini mulai menyerang tanaman seiring pertumbuhannya hingga tanaman berumur sekitar satu bulan. Ulat grayak jagung atau ulat grayak musim gugur (Spodoptera frugiperda, Lepidoptera: Noctuidae) merupakan hama tanaman jagung yang baru masuk ke Indonesia (Bagariang dkk, 2020). 35 frugiperda dapat menimbulkan ancaman terhadap produksi jagung, sehingga studi komprehensif harus dilakukan (Maharani et al., 2019).

Hama yang menyerang tanaman jagung pada fase generatif menurut Zulaiha et al.2012), adalah hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera). Serangga ini muncul di pertanaman pada umur 45-56 hari setelah tanam (HST), bersamaan dengan munculnya bulu tongkol. Berbagai literatur juga melaporkan bahwa hama jagung yang menyerang pada fase vegetatif seringkali juga ditemukan pada fase generatif, misalnya ulat grayak jagung dan penggerek batang. Seperti halnya tanaman budidaya lainnya, pengendalian hama jagung dapat dilakukan dengan memperhatikan cara budidaya, memanfaatkan musuh alami yang ada dan jika terpaksa menggunakan insektisida.

Apabila menggunakan insektisida sebagai langkah terakhir pemberantasan hama jagung, perhatikan petunjuk penggunaan pada kemasan insektisida.

Penyakit Penting pada Tanaman Jagung (Zea maydis)

39 Oleh karena itu, kita harus memahami terlebih dahulu ciri-ciri dan sifat-sifat tanaman yang sehat atau normal. Tanaman dikatakan sehat atau normal apabila tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi fisiologisnya sesuai dengan kemampuannya. Beberapa penyakit tanaman jagung, baik yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri, sudah banyak diketahui petani.

Salah satu penyakit tanaman jagung yang paling penting adalah embun tepung yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora spp. Penyakit lain yang sering menimbulkan permasalahan di beberapa daerah penghasil jagung antara lain penyakit hawar daun (Helminthosporium turccum), busuk pelepah (Rizoctonia solani), dan penyakit api (Ustilago maydis). Gejala penyakit ini mudah dikenali karena pertumbuhan tanaman terhambat dan daun yang biasanya berwarna hijau akan berubah menjadi klorosis, yaitu bercak kuning yang memanjang di sepanjang urat daun dengan batas jelas.

Jamur penyebab penyakit bulai umumnya bertahan hidup secara saprofit, yaitu pada sisa-sisa tanaman, tetapi tidak dapat bertahan hidup di dalam tanah. Beberapa komponen pengendalian yang dapat dilakukan antara lain perlakuan fungisida pada benih jagung (sebagai perlakuan benih), penanaman varietas tahan, pemberantasan tanaman jagung yang terserang.

Gambar

Gambar  5.  Pembagian  seminar  kit  oleh  mahasiswa  anggota  Tim  Pengabdian  PTN  FP  Unila dan pengisian daftar hadir peserta
Gambar  6.  Suasana  sesi  diskusi  antara  tim  pengabdian  kepada  masyarakat  dengan  peserta pengabdaian kepada masyarakat
Gambar 8. Peersentase peningkatan nilai dari pre-test ke post-test setiap individu pesrta
Gambar 7. Tigak kisaran skor nilai pre-test dan post-test yang diperoeh peserta kegiatan  penyuluhan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Application Edge devices Energy source Smart industry Remote control of machines Machines Main power supply Real-time monitoring of machine wear Appropriate sensors Main power