LAPORAN KA ANDAL
PADA TAMBANG ANDESIT PT. TRINUSA BANGUN PERKASA
Oleh :
SYARIFAH AMWAL .T (NIM. 11180980000006)
ACHMAD RAVI (NIM. 11180980000016)
DHUHA AGHNA PUTRI (NIM. 11180980000023)
Dosen Pengampu : A. Silvan Erusani, ST., M.Sc
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTMABANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H/2022 M
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi pertambangan yang sangat tinggi dan dikenal sebagai salah satu negara dengan distribusi hasil pertambangan ke berbagai pulau. Potensi dan keanekaragaman mineral yang luar biasa ini banyak menarik perhatian investor pertambangan, terutama investor asing. Karena perusahaan dijalankan oleh asing atau investor besar, pengusaha Indonesia hanya terlihat oleh mereka yang fokus pada pertambangan. Oleh karena itu, untuk peran tenaga ahli lokal, sudah selayaknya pengusaha lokal mengelola sumber daya mineral di daerahnya. Hal ini karena berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar dan mendorong berkembangnya industri lokal yang dapat mendukung pertambangan. Hasil tambang khususnya yang berasal dari industri metalurgi wajib diolah dan/atau dimurnikan menjadi barang jadi atau setengah jadi untuk menambah nilai tambah.
Ada beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan ketika merencanakan operasi penambangan. Hal itu terlampir dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2022. Rencana lengkap untuk memulai perusahaan pertambangan memerlukan pemahaman yang baik tentang apa arti izin pertambangan, termasuk persyaratan khusus, yaitu:
1. Ketentuan Umum untuk mengetahui tujuan dari sebuah persyaratan,
2. Lingkup Kewenangan dan Pendelegasian sebagai bentuk persyaratan yang harus diajukan di suatu perusahaan tambang mineral dan batubara,
3. Penyelenggaraan Pemberian Perizinan Berusaha,
4. Pembinaan, Pengawasan dan Pelaporan secara benar dan teratur, dan 5. Pendaan sebagai syarat jelas yang diharuskan untuk diketahui
Seperti yang kita ketahui bersama, kegiatan ini merupakan kegiatan yang menggunakan sumber daya alam yang jumlahnya semakin menipis, dan proses penambangan itu sendiri merupakan kegiatan yang berisiko tinggi terhadap lingkungan.
Risiko tinggi ini disebabkan oleh keberadaan bahan tambang ini, yang biasanya dilakukan melalui penambangan kosong. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian yang cermat dan mendalam terhadap dampak yang mungkin timbul saat melakukan kegiatan penambangan.
Hal ini diperlukan agar kegiatan tersebut dapat dimanfaatkan secara ekonomis, serta menghindari dampak lingkungan yang timbul. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan diperlukan untuk mencapai keseimbangan antara manfaat ekonomi dan kapasitas lingkungan. Prinsip pembangunan berkelanjutan adalah kemaslahatan generasi
sekarang dan yang akan datang. Salah satu pendekatan ke arah ini adalah melakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum melaksanakan kegiatan.
1.1.1 Tujuan
a. Kegiatan pertambangan andesit untuk menambah finansial
b. Menambah perolehan devisa negara, melalui realisasi ekspor hasil tambang ; c. Menambah pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari dana bagi hasil tambang;
d. Memberdayakan masyarakat setempat dan sekitarnya.
1.1.2 Manfaat
1. Membantu Pemerintah Republik Indonesia pada umumnya dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Kabupaten Bandung Barat khususnya dalam menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat.
2. Membantu Pemerintah Republik Indonesia dalam pemasukan devisa dari sektor non migas.
3. Memberikan kesejahteraan dan peningkatan pendapatan masyarakat, melalui kegiatan pertambangan khususnya di Kecamatan Cipongkor Desa Karang Sari.
4. Menyerap tenaga kerja, terutama penduduk setempat dan sekitarnya,
Berbagai peraturan dan keputusan badan hukum terkait yang dimaksud dalam penyusunan dokumen AMDAL perencanaan kegiatan pertambangan emas di Kecamatan Laluwatu, Kabupaten Bombana, Negara Jambi, termasuk peraturan perundang-undangan, peraturan presiden, peraturan menteri, dan peraturan perundang-undangan. peraturan pemerintah dan lembaga pemeringkat lingkungan lainnya termasuk undang-undang dan peraturan seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini..:
No. Peraturan
Perundang-undangan Judul
Keterkaitan Dengan Penyusunan
ANDAL A. Undang-undang
1. UU No. 5 Tahun 1960 Ketentuan-
ketentuan Pokok Agraria
Usaha bidang pertambangan bersinggungan erat dengan masalah pertanahan, terutama dalam hal penataan batas dan pembebasan lahan masyarakat, oleh karenanya perlu memperhatikan
ketentuan bidang pertanahan 2. UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja Potensi kecelakaan kerja
pada usaha pertambangan emas perlu mengacu dan memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K-3)
3. UU No. 07 Tahun 1981 Wajib Lapor Ketenagakerjaan
Dalam hal rencana penyerapan tenaga kerja pada usaha pertambangan,
pihak Pemrakarsa
berkewajiban untuk melaporkan rencana penggunaan tenaga kerja kepada dinas /instansi yang berwenang.
4. UU No. 5 Tahun 1990 Konservasi
Sumberdaya Alam
Hayati dan
Ekosistemnya
Salah satu dampak usaha pertambangan emas adalah berkurangnya luas areal berhutan yang menjadi habitat bagi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.
Usaha pertambangan perlu memperhatikan aspek konservasi sumber daya alam hayati dalam rangka memenuhi prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup.
5. UU No. 03 Tahun 1992 Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Ketentuan ini berkaitan erat dengan kewajiban bagi setiap perusahaan untuk memenuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) bagi setiap karyawan di
lingkungan perusahaan.
6. UU No. 5 Tahun 1994 Pengesahan Konvensi Perserikatan
Bangsa Bangsa Mengenai
Keanekaragaman Hayati
Ketentuan-ketentuan
konvensi bidang
keanekaragaman-hayati perlu mendapat perhatian dalam manajemen pertambangan batu-bara, dalam kerangka komitmen terhadap UU No.
5 Tahun 1990
7. UU No. 41 Tahun 1999 Kehutanan Terkait dengan adanya areal pertambangan yang terdapat di dalam areal Hutan.
8. UU No. 21 Tahun 2000 Pembentukan Serikat Pekerja
Terkait dengan aspek ketenagakerjaan menyangkut kegiatan dan hak-hak pekerja tambang.
9. UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan Regulasi bidang ketenagakerjaan juga penting diperhatikan dalam usaha pertambangan, seperti ketentuan tentang jumlah jam kerja, UMR/UMSP, Jamsostek, dll.
10. UU No. 02 Tahun 2004 Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Memiliki keterkaitan erat
dengan aspek
ketenagakerjaan dalam usaha pertambangan
B. Peraturan Pemerintah
1. PP No. 35 Tahun 1991 Sungai Dampak perubahan pola aliran sungai yang dapat ditimbulkan oleh usaha
pertambangan perlu dikelola dengan memperhatikan ketentuan PP ini.
2. PP No. 41 Tahun 1993 Angkutan Jalan Penjelasan sama dan/atau sejalan dengan butir A.7 (di atas)
3. PP No. 85 Tahun 1999 jo PP No. 18 Tahun 1999
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Ketentuan pada PP No.
85/1999 ini terkait dengan
regulasi dalam
pengelolaan/penanganan limbah B3 yang dihasilkan oleh sebuah kegiatan (usaha pertambangan emas), diantaranya limbah oli atau pelumas bekas dari aktivitas perawatan kendaraan operasional dan mesin- mesin dalam operasi tambang emas
4. PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara
Penurunan kualitas udara oleh debu dan kebisingan merupakan salah satu dampak penting pada usaha tambang emas, oleh karenanya perlu dicermati pada studi ANDAL ini dan dalam pengelolaannya harus mengacu kepada ketentuan dalam PP ini.
5. PP No. 25 Tahun 2000 Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Otonom
Penjelasan sama dan/atau sejalan dengan butir A.15 (UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah)
6. PP No. 74 Tahun 2001 Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Sebagian limbah yang dihasilkan oleh operasi tambang emas termasuk kategori B3 (oli/pelumas bekas), oleh karenanya upaya pengelolaan dan penanganannya harus berpedoman pada ketentuan PP No. 74/ 2001 ini.
C. Keputusan/Instruksi Presiden 1. Keppres No. 04
Tahun 1980
Wajib Lapor Karyawan
Keppres ini memiliki keterkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk menyampaikan informasi karyawan (tenaga kerja) kepada pemerintah.
2. Keppres No. 32 Tahun 1990
Pengelolaan Kawasan Lindung
Ketentuan ini mengatur tentang pengalokasian areal untuk kawasan lindung, seperti kawasan sempadan sungai, 200 m dari radius danau atau sumber air, areal dengan kemiringan di atas 40% (sangat curam), dsb.
3. Keppres No. 22 Tahun 1993
Penyakit Akibat Kerja
Ketentuan ini mengatur tentang penanganan,
pencegahan dan
penanggulangan penyakit yang diakibatkan oleh kerja.
Penjelasan yang relevan terkait pula dengan ketentuan Jamsostek (UU No.3/1992).
4. Keppres No. 25 Tahun 2001
Tim Koordinasi Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin, Penyalahgunaan
BBM serta
Perusahaan Instalasi
Ketenagalistrikan dan
Keppres ini perlu diperhatikan perusahaan agar tidak terlibat pada usaha ilegal di bidang pertambangan atau perdagangan hasil tambang (penyelundupan emas)
Pencurian Aliran Listrik
5. Inpres No. 02 Tahun 2008
Penghematan Energi dan Air
'Kebijakan Pemerintah' ini memiliki keterkaitan dengan usaha tambang emas sebagai salah satu bentuk pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang keberadaannya semakin menyusut (tidak dapat diperbarui), oleh karenanya perlu dilakukan upaya penghematan energi, termasuk emas sebagai bahan-baku
sumber energi.
6. Inpres No.16 tahun 2011
Peningkatan Pengendalian Kebakaran
Sebagai acuan dalam pengendalian kebakaran
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI 1.1. Deskripsi Kegiatan
Memperhatikan harga komoditas batu pecah (membelah /agregat) dalam mendukung Era Pembangunan Infrastruktur di dalam negeri, khususnya Jawa Barat yang sedang meningkatkan infrastruktur pembangunan, antara lain pembangunan jalan dan bendungan yang akan dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sarana pengairan/irigasi, maka PT. Trinusa Bangun Perkasa bermaksud untuk ikut serta dan berperan aktif dalam Era Pembangunan Infrastruktur tersebut khususnya dalam penyediaan barang bahan galian batuan andesit dengan melakukan eksplorasi dan membuka lokasi batuan andesit seluas 11 hektar yang terletak di Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Setelah mendapatkan penetapan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP), selanjutnya PT. Trinusa Bangun Perkasa mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi pada lokasi tersebut di atas yang kemudiandikabulkan dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor:545/Kep.417–BPMPPT/2014 per tanggal 3 September 2014.
1.2. Rincian Pembangunan
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi batuan andesit PT. Trinusa Bangun Perkasa seluas 11 hektar secara administratif terletak di Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.Sedangkan letakgeografis wilayah IUP Eksplorasi batuan andesit PT. Trinusa Bangun Perkasa Kecamatan Cipongkor terletak di wilayah Barat dari Ibukota Kabupaten Bandung Barat, secara geografis berada di antara 6° 3,73' – 7° 1,031' Lintang Selatan dan 107°1,10' – 107° 4,40' Bujur Timur pada ketinggian 700 – 1500 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah ±79,96 km2.. Secara administratif, wilayah Kecamatan Cipongkor secara langsung antara lain:
Di sebelah utara dengan Kecamatan Cipatat dan Kabupaten Cianjur, Di sebelah Selatan dengan Kecamatan Rongga dan Kecamatan Sindangkerta, Di sebelah Barat dengan Kecamatan Gunung Halu, dan Di sebelah Timur dengan Kecamatan Cililin dan Kecamatan Batujajar.Kecamatan Cipongkor merupakan daerah bukan pesisir namun memiliki lahanyang pinggiran kota dan memiliki banyak aliran sungai yang mengakibatkan sebagian besarluas wilayahnya dimanfaatkan untuk pertanian. penggunaan lahan dibedakan atassawah (30%), lahan bukan sawah (59%), dan lahan non pertanian (11%).
Lahan bukansawah antara lain berupa tegalan/kebun dan perikanan, sedangkan lahan non pertanianantara lain berupa pemukiman, bangunan, dan fasilitas lainnya. Sementara itu, tata gunalahan di sekitar rencana lokasi penambangan batuan andesit.
1.3. Tahapan Penambangan 1.3.1. Pra Konstruksi
a. Sosialisasi
Melakukan mediasi dengan tokoh msyarakat dan warga terkena dampak.
Memberikan Informasi yang jelas dan lengkap tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan serta memfasilitasi pertemuan untuk dengar pendapat Warga yang diundang merupakan representasi dari warga yang diwakili, khususnya warga yang terkena dampak langsung
b. Pengadaan dan penyewaan lahan
Proses pengadaan lahan langsung antra pemrakarsa dengan pemilik/ penggarap, tidak melalui prantara, Pengukuran batas pemilikan lahan oleh BPN. Proses pengadaan lahan dilakukan secara transparan dengan jadawal yang telah disepakati Selama proses pengadaan lahan belum selesai maka lahan yang akan dibebaskan masih dapat digunakan untuk kegiatan pertanian atau fungsi sebelumnya Harga ditentukan berdasarkan musyawarah dengan mempertimbangkan NJOP dan harga pasar yang berlaku.
c. Eksplorasi dan studi kelayakan
Kegiatan eksplorasi andesit dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : 1. Penelitian geologi
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui batas penyebaran secara lateral, termasuk mengumpulkan segala informasi geologi dan pemetaan topografi.
Peta topografi pada tahap ini berskala 1 : 500 2. Penelitian geofisika
Penelitian yang umum dilakukan berupa pendugaan geolistrik, yaitu penelitian berdasarkan sifat tahanan jenis batuan. Kegiatan ini diselaraskan dengan data
geologi permukaan ataupun bawah permukaan. Hasil interpretasi disajikan dalam bentuk penampang geologi yang didasarkan kepada hasil pengolahan data pengukuran geolistrik dengan menghubungkan setiap titik duga satu dengan yang lainya. Keadaan geologi ini akan memperlihatkan penyebaran, baik secara vertikal maupun lateral pada suatu penampang. Pendugaan geolistrik secara umum akan menyajikan data lapisan tanah pucuk dan lapisan andesit
3. Pemboran
Kegiatan ini dilakukan untuk pengecekan secara rinci data endapan bagi keperluan perhitungan cadangan
4. Pengambilan contoh
Kegiatan ini dimaksudkan untuk keperluan analisis laboratorium dan mekanika batuan
5. Perhitungan cadangan
Perhitungan cadangan yang terdapat di daerah penyelidikan dilakukan dengan cara metoda penampang (cross section method) yang sangat cocok untuk batuan yang penyebarannya homogen serta ketebalannya relatif merata.
Volume cadangan dihitung per luas penampang yang dimensinya adalah di antara dua luas daerah penampang dan ketebalan pada titik-titik eksplorasi di sekelilingnya.
d. Perizinan
Perizinan yang akan dilakukan yaitu meliputi izin usaha pertambangan eksplorasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati, izin usaha pertambangan berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2009, izin penggunaan dan pemanfaatan ruang, izin pembebasan lahan, serta perizinan lainnya terkait operasi kegiatan penambangan andesit.
1.3.2. Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga Kerja
Melaksanakan kerja sama dengan instansi yang yang menangani ketenaga kerjaan (dinas tenaga kerja) dalam semua prosesi informasi penerimaan tenaga kerja konstruksi.
b. Mobilisasi Perakatan dan Material
c. Persiapan Lahan untuk Tambang
Persiapan lahan dilakukan dengan memotong pepohonan di sekitar area, pembabatan hingga sampai akar-akarnya, serta pembakaran hutan. Agar tetap menjaga lingkungan dan menghindarkan dampak buruk bagi warga sekitar. Untuk itu perlu memperhatikan kondisi tanah sebelum melakukan pembakaran atau mengecek jenis pohon yang akan ditebang
d. Konstruksi Fasilitas dan Infrastruktur
Guna kelancaran dalam kegiatan pelaksanaan baik secara administrasi maupun operasional maka diperlukan infrastruktur, seperti jalan dan bagunan kantor dengan mempertimbangkan aspek keamanan. Saran lain yang akan dibuat yaitu penggalian dan perbaikkan jalan tambang, kantor tambang, mesh karyawan, bengkel, stockpile dan crushing plant, tempat penimbunan/penyimpanan tanah tertutup dan kolam pengendapan, pengadaan air bersih,mushola, rumah genset,instalasi air, penyimpanan bahan bakar, bak control.
1.3.3. Operasi
a. Land Clearing
Land clearing dilakukan dengan memotong pepohonan di sekitar area, pembabatan hingga sampai akar-akarnya, serta pembakaran hutan. Agar tetap menjaga lingkungan dan menghindarkan dampak buruk bagi warga sekitar. Untuk itu perlu memperhatikan kondisi tanah sebelum melakukan pembakaran atau mengecek jenis pohon yang akan ditebang.
b. Pengupasan Tanah Penutup
Pengupasan tanah pucuk (top soil), lalu Penggalian dan pemindahan lapisan penutup.
c. Penambangan Andesit
Metode penambangan yang biasa diterapkan terhadap andesit adalah tambang terbuka (quarry). Bentuk topografi bahan galian umumnya berbentuk bukit, dan penambangan dimulai dari puncak bukit (top hill type) ke arah bawah (top down) secara bertahap membentuk jenjang (bench).
1.3.4. Pasca Operasi
a. Pemutusa Hubungan Kerja
Proses PHK dilakukan scara bertahap dengan penginformasian pada pekerja dalam waktu yang cukup sehingga ada penyiapan diri untuk kegiatan/pekerjaan lain setlah PHK
b. Penutupan Tambang dan Pembongkaran Alat
Menempatkan petugas untuk mangatur arus pada saat masuk/keluar akses yang bermuara Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk lalulintas pagi hari, yaitu jam 08.00-17.00. Penggunaan jenis kendaraan dengan jumlah as (sumbu kendaraan) minimal 6 sumbu (low bed trailer) untuk mengakut mesin-mesin indutri penambangan, Memperbaiki kerusakan jalan yang sifatnya sementara, namun tidak membahayakan penggunaan jalan lain, khususnya di jalan lingkungan.
c. Reklamasi Akhir dan Pemgembalian Alat
Penanaman jenis-jenis pepohonan yang telah dipilih untuk memperkaya jenis- jenis pohon yang ada yang dapat hidup di lingkungan gambut, Melakukan
revegatasi sesuai dengan luas lahan yang digunakan. Melakukan pendekatan pendekatan kepada masyarakat melalui Bina Lingkungan. Alat-alat yang sudah tidak dipergunakan lagi pada tahap operasi akan dipindahkan dari tapak proyek ke lokasi lain yang membutuhkan. Pembawaan alat ini yang jalannya lambat akan diangkut dengan trailer.
d. Matriks Interaksi Dampak Potensial dengan Komponen Tahapan Pertambangan
Komponen Lingkungan
Pra Konstruksi Konstruksi
1 2 3 4 5 6 7 8
GEOFISIK
Kebisingan ✓
Penurunan
Kualitas Udara ✓ ✓
Kualitas Air Getaran Perubahan
Topografi Lahan ✓
BIOLOGI
Flora ✓
Fauna ✓
SOSIAL Kesempatan
Kerja ✓ ✓ ✓ ✓
Peluang Usaha ✓ ✓
Konflik sosial ✓ ✓ Perfektif positif
masyarakat ✓ ✓
Pertumbuhan Ekonomi Perubahan Jumlah Penduduk Perubahan Kepemilikan Lahan
Sifat dan Persepsi Masyarakat
KESEHATAN MASYARAKAT Kecelakaan
Kerja ✓ ✓ ✓ ✓
Limbah Domestik Limbah Padat
Limbah B3 Kesehatan Masyarakat
BAB III METODOLOGI Keadaan Lapangan
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi batuan andesit PT. Trinusa Bangun Perkasa seluas 11 hektar secara administratif terletak di Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.Sedangkan letakgeografis wilayah IUP Eksplorasi batuan andesit PT. Trinusa Bangun Perkasa Kecamatan Cipongkor terletak di wilayah Barat dari Ibukota Kabupaten Bandung Barat, secara geografis berada di antara 6° 3,73' – 7° 1,031' Lintang Selatan dan 107°1,10' – 107°
4,40' Bujur Timur pada ketinggian 700 – 1500 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah ±79,96 km2.
Eksplorasi Sumur Uji
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan di daerah penelitian yaitu dengan eksplorasi langsung sumur uji. Terdapat 50 titik sumur uji yang tersebar di lokasi penelitian dengan jarak antar titik sumur uji ±30 meter. Pola titik penggalian sumur uji yang dilakukan berbentuk bujur sangkar. Penggalian sumur uji dilakukan dengan rata-rata kedalaman 7.4 meter, dengan lubang terdangkal 4.3 meter dan lubang terdalam 7,3 meter. Profil yang terdapat dari hasil penggalian terdiri dari tanah penutup, dan bijih bauksit. Selanjutnya, data hasil eksplorasi tersebut akan digunakan sebagai basis data acuan dalam pembuatan model geologi untuk menentukan bentuk dan sebaran bijih bauksit, estimasi sumberdaya dan perancangan tambang yang akan dilakukan.
Sumberdaya
Diperoleh sumber daya andesit (hipotetik) dengan volume sebesar 2.717.000 m3 atau 6.792.500 ton.
Cadangan
Peta Blok Perhitungan Cadangan Batuan Andesit PT. Trinusa Bangun Perkasa. Dengan cadang 6.792.500 ton.
Kualitas
Potensi batuan andesit pada daerah penyelidikan menempati hampir seluruh (±97% dari total luasan) daerah penyelidikan dengan sebaran mulai dari arah utara ke selatan, serta dari timur ke barat.
Geoteknik
Uji geoteknik yang d laukan adalah dipilih 2 buah sampel yang representatif untuk dianalisis Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Andesit PT. Trinusa Bangun Perkasa – Karang Sari, Cipongkor di Laboratorium Pusat Sumber Daya Air, Bandung
BAB IV
PRAKIRAAN DAMPAK BESAR DAN PENTING 1.4. Dampak Potensial Geofisika
a) Kebisingan
Dampak kebisingan ini terjadi pada saat tahap konstruksi, operasional, dan pasca operasional. Peningkatan kebisingan bersumber dari aktivitas mobilisasi alat dan material konstruksi, land clearing dan aktivitas lainnya. Pada tahap konstruksi kebisingan ini bersumber dari alat-alat berat yang dioperasikan dan aktivitas konstruksi itu sendiri. Memgakibatkan gangguan pendengaran, aktifitas sehar-hari masyarakat akibat kebisingan suara dari alat.
b) Kualitas Udara
Dampak kualitas udara terjadi pada saat tahap konstruksi, operasional dan pasca operasional.Kawasan tersebut berdebu, karena debu kendaraan itu dapat mengganggu kesehatan seperti pernafasan dan iritasi pada mata. Dan jarak pandang dapat terganggu oleh debu. Dampak penurunan kualitas udara berupa peningkatan kandungan partikel debu, akan bertambah parah bila terjadi pada musim kemarau atau musim kering.
c) Kualitas Air
Dampak Kualitas air dapat terjadi pada saat tahap konstruksi, operasional dan pasca operasional. Dapat menyebabkan kualitas kadar air menurun akibat penumpukan tailing untuk pembangunan serta material lainnya yang dapat larut oleh air selama hujan akan dapat berpengaruh terhadap kualitas air.
d) Getaran
Dampak getaran terjadi pada saat tahap konstruksi dan operasional. Dapat menghambat aktifitas orang yang ada di dalam bangunan tersebut akibat adanya getaran seperti getaran pada tanah atau aktifitas kendaraan yang lewat.
e) Perubahan Topografi Lahan
Dampak yang terjadi dari perubahan topografi lahan pada saat tahap konstruksi, operasional, pasca operasional. Lahan yang semulanya bagus menjadi merubah bentuk lahan semula akibat aktifitas pertambangan tersebut, sehingga berpotensi terjadinya longsor.
1.5. Dampak Potensial Biologi a) Flora
Dampak terjadi pada tahap konstruksi, operasional dan pasca operasional.
Terjadinya penggundulan lahan, akibat aktifitas pertambangan. Dan banyaknya pohon yang ditebang saat proses land clearing, pembuatan jalan.
b) Fauna
Dampak yang terjadi pada fauna adalah tahap konstruk-pasca operasional.
Banyaknya tempat tinggal yang binatang yang hilang. Hal ini disebabkan perubahan tutupan lahan yang terjadi selama pembangunan dan pengoperasian infrastruktur pembangunan jalan dan pengelolaan lahan sementara, namun diperkirakan akan merusak habitat hewan.
1.6. Dampak Potensial Sosial
a) Kesempatan Kerja, Pendapatan Masyarakat dan peluang usaha.
Terjadi pada tahap Pra konstruksi-Pasca Operasional. Kualifikasi perekrutan tenaga kerja dimulai dari tenaga lapangan dan spesialis. Kesempatan kerja ini penting bagi masyarakat setempat untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Pada tahap konstruksi, peluang usaha yang memungkinkan adalah pengadaan bahan dan bahan, sedangkan pada tahap operasional, sembako dan perumahan serta transportasi dapat disediakan untuk pekerja.
b) Sosial Ekonomi
Terjadi pada tahapan Konstruksi-Pasca Operasional. Salah satu sumber pengaruh kecemburuan sosial adalah kegiatan rekrutmen selama fase konstruksi dan operasi. Kecemasan dan kecemburuan muncul ketika penduduk lokal tidak memiliki pekerjaan dan imigran mendapatkan pekerjaan di perusahaan.
4. Dampak Potensial Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan di setiap proses tahapan pertambangan. Karena dampak yang diakibat kan oleh kegiatan pertambangan sangat lah berbahaya jika tanpa perlengkapan dan persiapan yang matang. Sehingga dapat meminimalisir hal yang mengganggu kesehatan masyarakat itu sendiri.
BAB V
PELAKSANA STUDI 5.1. Pemrakarsa
Nama Perusahaan : PT. TRINUSA BANGUN PERKASA Bidang Usaha/Kegiatan : PENAMBANGAN BATU ANDESIT
Lokasi Proyek : DESA KARANG SARI, KECAMATAN CIPONGKOR, KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT.
5.2. Penyusun
a. Nama dan Alamat Instansi
Nama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Alamat : Jl. Cempaka Raya, Jakarta 55231 E-mail : [email protected]
b. Penanggung Jawab Studi
Nama : Dr. Dharmawan Abdiansyah, S.T, M.T
Jabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
E-mail : [email protected] 5.3. Biaya Studi
a. Konsultasi Masyarakat
- Jasa tenaga ahli : 14%
- Survey lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 15%
- Dokumentasi/pelaporan : 4%
b. Penyusunan KA-ANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL
- Tenaga ahli : 22%
- Survey lapangan dan analisis laboratorium : 24%
- Proses persetujuan dokumen :15%
- Dokumentasi/administrasi : 5% +
TOTAL 100%
5.4. Waktu Studi
KEGIATAN BULAN KE
I II III IV V VI VII VIII
a. Perjanjian ke institu terkait
b. Koordinasi dengan pemerintah setempat PENGUMUMAN PUBLIK
a. Memasang pengumuman di desan dan kecamatan b. pengumpulan data dan tanggapan masyarakat
KONSULTASI MASYARAKAT a. Koordinasi dengan pemerintah setempat b. Konsultasi Masyarakat di desa / kecamatan c. Pengolahan data hasil konsultasi masyarakat d. Pengolahan data hasil diskusi konsultasi e. Penyusunan data sekunder
PENYUSUNAN KA ANDAL a. Penulisan draft KA ANDAL
b. Penyempurnaan KA ANDAL
c. Penyerahan KA ANDAL ke pemrakarsa d. Penyerahan KA ANDAL ke komisi penilaian AMDAL
e. Presentasi KA ANDAL di komisi penilaian AMDAL f. Penyempurnaan dan Persetujuan KA ANDAL
DAFTAR PUSTAKA
J. Koggel, 2006, “Industrial Minerals and Rocks”, Society for mining, metallurgy, and exploration, inc, Colorado, USA;
Hogentogler, & Terzaghi, 1929," Interrelationship of load, road and subgrade AASHTO Soil Classification System ", Public Roads, USA;
Komite Cadangan Mineral Indonesia, PERHAPI & IAIG, 2017, “Kode Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya, Mineral, dan Cadangan Mineral Indonesia”, KCMI, PERHAPI & IAIG, Jakarta;
P. Partanto, 2000, “Tambang Terbuka”, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung, Bandung;