• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan kerja praktek - Repository UNUGHA Cilacap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "laporan kerja praktek - Repository UNUGHA Cilacap"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

1

Latar Belakang

Tujuan Kerja Praktek

Lokasi Pelaksanaan Kerja Praktek

Batasan Masalah

Sistematika Penulisan

5

Sejarah PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia

Toyota Motor Manufacturing Indonesia merupakan bagian dari perusahaan besar yaitu Toyota Motor Corporation (TMC), Jepang. Diawali dengan berdirinya PT Toyota Astra Motor (PT.TAM), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif. Toyota Astra Motor telah berperan penting dalam perkembangan industri otomotif Indonesia dan penciptaan lapangan kerja, termasuk di industri pendukungnya.

Untuk meningkatkan kualitas produk dan kemampuan produksi, dibuka pabrik di Karawang pada tahun 1998 dengan menggunakan teknologi terkini di Indonesia. Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang disingkat TMMIN adalah perusahaan perakit kendaraan Toyota dan eksportir kendaraan serta suku cadang Toyota. Selain itu TMMIN juga memiliki 3 pabrik yaitu di kawasan Sunter I, Sunter II dan Karawang. Pabrik Karawang) berada di permukaan tanah.

Proses produksi di pabrik Karawang meliputi stamping, pengelasan dan pengecatan. Pabrik Sunter memproduksi suku cadang dan komponen mesin untuk pasar domestik dan ekspor.

Proses Produksi Dies

  • Proses Pembuatan Desain (Design Process)
  • Proses Pembuatan CAD/CAM (CAD/CAM Process)
  • Proses Pembuatan Model Poly (Polymodel Process)
  • Proses Casting
  • Machining Process
  • Finishing Process
  • Try Out Process

Pada proses ini selain pembuatan model die juga dilakukan proses perbaikan model die sebelumnya yang ingin digunakan untuk desain die yang baru. Proses pembuatan CAD dan CAM merupakan proses pemasukan data yang nantinya akan langsung dikirim (ditransfer) ke mesin Kikukawa yang selanjutnya akan diproses di polymodel. Proses polimodel merupakan proses pembuatan model awal dari komponen cetakan tunggal (cetakan atas, cetakan bawah dan permukaan) yang dicetak dari bahan styrofoam.

Ini adalah aktivitas untuk kualitas keluaran yang dibuat selama proses pengeditan. Ini adalah aktivitas di mana divisi proses saat ini dan divisi proses selanjutnya bernegosiasi untuk memastikan bahwa model yang dibuat pada proses saat ini dapat dilanjutkan pada proses berikutnya. Proses pengecoran merupakan suatu proses dimana cetakan yang terbentuk pada proses polimodel diolah kembali sehingga terbentuklah salah satu bagian model cetakan yang sama berbentuk besi.

Pada proses ini model die yang masih menggunakan material styreofoam akan melakukan proses selanjutnya yaitu. Model cetakan akan dicat terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke tahap proses pengecoran berikutnya. Tujuan pengaplikasian cat adalah untuk menutupi model agar pada saat proses pengecoran model yang ingin dibentuk tidak tercampur dengan pasir.

Pada proses ini, model yang telah dicat dengan cat khusus akan dilapisi dengan pasir kuarsa (pasir anti panas). Pada proses ini pola yang terbentuk dari besi akan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang masih menempel pada bagian-bagian pola dengan cara melemparkan butiran-butiran baja kecil ke arah pola agar kotoran-kotoran tersebut hilang pada pola yang baru terbentuk. Pada proses ini, komponen model penutup baru (atas, bawah dan permukaan) yang dibentuk dari besi memerlukan beberapa proses tambahan yang hanya dapat dilakukan pada proses ini.

Merupakan proses editing pada area model atau permukaan yang nantinya akan disambungkan pada panel yang akan dicetak. Merupakan proses pengerjaan profil suatu model atau permukaan yang nantinya akan disambungkan pada panel yang akan dicetak. Proses ini merupakan proses pemesinan pembuatan lubang atau biasa disebut dengan proses radial/tab/boring.

Proses ini merupakan suatu proses dimana model die hasil proses pemesinan akan dilanjutkan pada proses perakitan dengan komponen pembantu lainnya, yang selanjutnya akan dilanjutkan pada proses uji coba. Merupakan suatu proses untuk menghaluskan sisi atau permukaan cetakan yang tidak dapat dicapai dengan pemesinan.

18

  • Pengertian Proyek
  • Ciri-ciri Proyek
  • Jenis-jenis Proyek
  • Penjadwalan Proyek
  • CPM (Critical Path Method)
  • Langkah Metode CPM

Menurut Handoko dalam Dimyati dan Nurjaman (2014), dalam proses identifikasi jalur kritis ada beberapa istilah atau arti yang digunakan, yaitu sebagai berikut. Waktu paling awal (tercepat) suatu aktivitas dapat dimulai, dengan mempertimbangkan perkiraan waktu aktivitas dan persyaratan urutan kerja. Waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu kegiatan tanpa menunda penyelesaian seluruh proyek, atau sama dengan LS + Expected Activity Time.

Dalam metode CPM, terdapat dua perkiraan waktu dan biaya untuk setiap aktivitas dalam jaringan. Arti dari jalur kritis adalah apabila kegiatan-kegiatan yang berada pada jalur kritis mengalami penundaan, maka total waktu penyelesaian proyek dengan sendirinya juga akan tertunda. Dalam perencanaan jaringan, ada beberapa kemungkinan yang dapat timbul dari hubungan antar aktivitas yang tersusun dalam rantai, rangkaian aktivitas yang sesuai dengan logika ketergantungan, yaitu.

Pada langkah ini hubungan antar kegiatan yang telah disusun pada Tabel 4.3 di atas disusun dalam diagram rantai atau jaringan dengan urutan sebagai berikut. Jalur kritis pada proyek VTV ini merupakan jalur yang terdiri dari beberapa kegiatan yang apabila terjadi penundaan akan mengakibatkan penundaan secara umum. Dari kedua perhitungan tersebut dapat diketahui jalur kritis yang dapat dihitung dengan istilah float/slack yaitu slack dalam melakukan suatu kegiatan.

Setelah diperoleh hasil perhitungan CPM bolak-balik, langkah selanjutnya adalah menghitung free float dan total float untuk mencari jalur-jalur yang merupakan jalur kritis. Jalur kritis merupakan jalur yang terdiri dari sejumlah kegiatan dalam kerangka proyek, yang apabila mengalami keterlambatan maka akan menyebabkan tertundanya keseluruhan proyek. Dari tabel diatas terlihat bahwa jalur kritis merupakan kegiatan yang mempunyai nilai free float dan total float sama dengan 0.

Dari tabel tersebut, sebagai indikasi bahwa kegiatan proyek merupakan jalur kritis, maka kegiatan jalur kritis yang tercetak merah akan dijelaskan pada jaringan jalur kritis sebagai berikut. Pada jaringan diatas diperoleh hasil durasi pengerjaan proyek dengan menggunakan CPM adalah 164 hari dan jalur kritis terletak pada jalur A, B, D, E, F, G, H, I, J, K, L , M, N, O, P , Q, R, S, T, dan U. Perhatikan kegiatan yang dianggap kritis jika terjadi penundaan, dan kegiatan yang dapat ditunda untuk mempersingkat waktu pelaksanaan proyek.

24

Pengumpulan Data

  • Deskripsi Kegiatan
  • Durasi

Seluruh data yang digunakan adalah seluruh aktivitas kerja dan waktu dalam proses kerja di PT. Dalam pembuatan laporan hasil pekerjaan proyek, data diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara dengan koordinator lapangan. Instruksi dalam proses pengendalian jadwal proyek, digunakan untuk membuat jadwal yang dibuat dengan menggunakan metode CPM.

Beberapa jadwal yang direncanakan dalam proses pengendalian atau pelaksanaan ini mengalami perubahan seiring berjalannya pelaksanaan proyek, pengamatan menunjukkan bahwa tidak semua kegiatan dapat dilaksanakan dan dilaksanakan sesuai jadwal yang direncanakan. Penambahan aktivitas seperti perubahan desain atau proses selanjutnya yang terkait dapat menyebabkan perubahan jadwal yang direncanakan dan tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan pada jalur kritis. Pada langkah ini, ruang lingkup proyek dinilai dan diidentifikasi dengan mendeskripsikan dan membaginya menjadi kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek.

Dalam pengerjaan proyek VTV, perusahaan berpedoman pada rencana yang telah disusun berdasarkan kegiatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diketahui waktu penyelesaian proyek yang dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai dengan Oktober 2018 ini adalah 34 minggu atau 228 hari. Durasi setiap kegiatan diambil dari masterplan bagian manajemen pengendalian proyek ulang tahun dalam bentuk Gantt chart.

Tabel 4.1 Data Kegiatan Proyek
Tabel 4.1 Data Kegiatan Proyek

Pengolahan Data

  • Menggunakan Metode CPM (Critical Path Method)
    • Hubungan Antar Kegiatan Proyek
    • Mengidentifikasi Jalur Kritis (Critical Path)

Perhitungan ke depan dilakukan untuk menentukan start paling awal (ES) dan finish awal (EF), sedangkan perhitungan mundur digunakan untuk menentukan start paling lambat (LS) dan finish paling lambat (LF). Pada perhitungan maju, perhitungan berpindah dari kejadian awal ke kejadian terminal, yaitu perhitungan waktu tercepat dan waktu tercepat terjadinya peristiwa. Tujuannya adalah untuk menghitung waktu paling lambat suatu kejadian, dan waktu paling lambat dimulai dan selesainya kegiatan (TL, LS dan LF), atau dimaksudkan untuk mengetahui waktu dan tanggal paling lambat mulai dan selesainya proyek masing-masing. kegiatan tanpa menunda masa penyelesaian proyek.

Peran total float dan free float dalam penjadwalan aktivitas non-kritis mengikuti dua aturan umum, yaitu. Jika total perjalanan sama dengan perjalanan bebas, aktivitas non-kritis dapat dijadwalkan di mana saja antara ES dan LF masing-masing. Jika pelampung bebas lebih kecil dari total pelampung, maka waktu mulai kegiatan yang tidak kritis dapat ditunda ke waktu mulai sedini mungkin untuk kegiatan tersebut.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah sebagai berikut. Sebaiknya perusahaan menggunakan perencanaan jaringan dengan metode CPM (Critical Path Method) untuk memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang dianggap berakibat fatal bagi pelaksanaannya. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode CPM, perusahaan dapat menghemat waktu 64 hari dan efisiensi waktu dapat dicapai dengan menggunakan perencanaan jaringan.

Tabel 4.3 Data Urutan Kegiatan
Tabel 4.3 Data Urutan Kegiatan

39

Kesimpulan

Saran

Gambar

Tabel 4.1 Data Kegiatan Proyek
Tabel 4.2 Durasi Kegiatan
Tabel 4.3 Data Urutan Kegiatan
Gambar 4.1 Jaringan Kerja  Sumber : PT. TMMIN, tahun 2018
+3

Referensi

Dokumen terkait

fluorescens 10586r showed that the toxicity level in the nematode treated biopile was significantly less than the control biopile during this experiment Figure 3.This suggests that the