LAPORAN KUNJUNGAN
“ STUDI LAPANGAN KE KEJULASI”
OLEH :
NAMA : DWI RENDRA GRAHA PUTRA NIM : 2110252011
KELAS : SPT PROT A
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2024
BAB I. PENDAHULUAN
A. Sistem Pertanian Terpadu dan KejuLasi
Sistem pertanian terpadu adalah metode pertanian yang memadukan pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan dalam satu lahan. Pertanian terpadu menjadi solusi untuk meningkatkan keberlanjutan sektor pertanian.
Dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal, sistem ini dapat mengurangi limbah, meningkatkan produktivitas, dan menjaga keseimbangan ekologi. KejuLasi adalah sebuah usaha yang berlokasi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, merupakan contoh nyata penerapan sistem pertanian terpadu
KejuLasi adalah sebuah destinasi wisata edukasi yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Berbasis pada pertanian dan peternakan terpadu. Kejulasi memadukan konsep pertanian terpadu dalam kegiatan sehari- harinya. Tempat ini mengombinasikan pertanian, peternakan, dan teknologi ramah lingkungan untuk menciptakan sebuah sistem yang efisien dan berkelanjutan.
KejuLasi menawarkan pengalaman edukasi yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga petani dan masyarakat umum..
Pada tanggal 28 September 2024, mahasiswa/i Universitas Andalas Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, mengadakan kunjungan atau studi lapangan ke KejuLasi, sebuah pusat wisata edukasi di Nagari Lasi, Kabupaten Agam. Studi lapangan ini diikuti oleh mahasiswa/i dari 2 kelas yaitu Proteksi A dan Proteksi B mata kuliah Sistem Pertanian Terpadu (SPT). Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk mempelajari bagaimana KejuLasi mengelola peternakan dan pertanian secara berkelanjutan serta memanfaatkan limbah ternak untuk berbagai kebutuhan produktif lainnya. Melalui kunjungan dan studi lapangan ini mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana KejuLasi dapat memadukan aktivitas peternakan sapi perah, produksi keju, serta pertanian organik, dengan pendekatan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip sistem pertanian terpadu (integrated farming system).
B. Pembuatan Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari penguraian bahan-bahan organik oleh mikororganisme (Warjoto, dkk., 2018). Pupuk kompos organik
merupakan pupuk ramah lingkungan yang memiliki ragam manfaat seperti:
meningkatkan kesuburan tanah, sebagai pemantap agregat tanah, sumber hara untuk tanah dan tanaman serta dapat meningkatkan produktivitas lahan dalam jangka panjang (Puspadewi, dkk., 2016). Pupuk kompos dapat dibuat pada kondisi lingkungan aerob dan anaerob. Kompos aerob dihasilkan dari penguraian bahanbahan organik dengan adanya oksigen (udara) yang menghasilkan produk utama yaitu karbon dioksida, air dan panas (Nur, dkk., 2016). Sedangkan, kompos anaerob adalah penguraian bahan organik tanpa adanya oksigen yang dilakukan dalam wadah tertutup dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk membantu proses dekomposisi bahan organik. Produk dari kompos anaerob adalah metana, karbon dioksida dan asam organik (Siboro, dkk., 2013).
Pupuk kompos terdiri dari pupuk kompos padat dan pupuk kompos cair (pupuk organik cair). Pupuk organik cair mengandung unsur hara yang dapat diserap dengan mudah oleh tanaman dan cepat larut dalam tanah (Wahida &
Suryaningsih, 2016). Proses pembuatan kompos dapat dilakukan dengan penambahan bioaktivator yang berperan untuk menguraikan bahan organik menjadi unsur-unsur N, P, K, Ca, Mg yang dikembalikan ke tanah dan unsur hara CH4 dan CO2 yang dapat diserap oleh tanaman (Rahmawanti & Dony, 2014). Salah satu bioaktivator yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah Effective Microorganism-4 (EM-4). Definsi EM-4 menurut Jalaluddin, dkk. (2016) adalah kultur campuran variasi mikroorganisme seperti bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi aktinomisetes dan jamur fermentasi yang beperan untuk memperbanyak varietas mikroorganisme tanah. Penambahan biokativator EM-4 dalam pembuatan kompos berfungsi untuk mempercepat proses pembusukan dan dapat menghilangkan bau yang muncul selama proses pengomposan (Dahlianah, 2015). Pengolahan sampah menjadi pupuk kompos memiliki manfaat ganda yaitu masyarakat dapat mengolah sampah dengan tepat guna dan meningkatkan nilai jual dari sampah yang telah diubah menjadi pupuk kompos (Anwar, dkk., 2019).
C. Pembuatan keju
Susu merupakan bahan pangan yang terdiri berbagai nutrisi dengan
proporsi yang seimbang. Penyusun utamanya adalah air, protein, lemak, laktosa, mineral dan Vitamin-vitamin. Kandungan nutrisi yang tinggi ini akan mudah rusak karena adanya kontaminasi mikrobia. Pada sisi lain, kandungan nutrisi tinggi dapat dimanfaatkan sebagai substrat bagi mikrobia bakteri asam laktat untuk menghasilkan produk yang diinginkan seperti keju (Widodo, 2003).
Susu dihasilkan dari hewan ternak seperti sapi, kerbau dan kambing.
Susu yang dihasilkan peternak hanya dapat dijual ke koperasi/pabrik susu dan diolah sendiri menjadi susu siap minum. Terdapat permasalahan mendasar yang menimpa peternak susu, yaitu daya tahan susu yang rendah/
mudah rusak, posisi tawar peternak terhadap harga susu lemah dan sedikitnya daya serap produksi susu oleh pabrik/koperasi serta minimnya pengetahuan peternak terhadap olahan susu. Disisi lain peternak sapi perah senantiasa menginginkan agar susu yang diproduksi sapi perah yang dipeliharanya dapat dimanfaatkan seutuhnya tanpa ada yang mengalami kerusakan ataupun terbuang percuma.
Meningkatnya kebutuhan dan konsumsi keju dalam negeri perlu diimbangi dengan produksi keju, utamanya yang berbahan dasar susu sapi yang diproduksi oleh peternak lokal, dengan teknologi dan bahan-bahan yang disesuaikan atau yang tersedia secara lokal. Susu merupakan cairan berbentuk koloid agak kental yang berwarna putih sampai kuning, tergantung jenis hewan, makanan dan jumlah susu. Susu diperoleh dari hasil sekresi normal kelenjar susu pada hewan sehat secara teratur dan sekaligus. Apabila dalam volume yang agak besar, susu tampak sebagai cairan berwarna putih atau kuning padat (opague), namun apabila dalam suatu lapisan yang tipis (volume yang sedikit) akan tampak transparan. Pemisahan lemak susu menyebabkan warnanya menjadi agak kebiruan (Rizal, 1988).
D. Budidaya Stroberi Organik
Stroberi (Fragaria sp.) merupakan jenis buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mempunyai banyak manfaat. Stroberi disukai banyak orang karena warnanya yang menarik dan rasanya yang segar. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pertanian yang semakin maju, kini stroberi mendapat perhatian pengembangannya di daerah beriklim tropis
termasuk Indonesia.
Media tanam dengan bahan organik yang umum digunakan untuk budidaya stroberi yaitu campuran cocopeat dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Media tanam tersebut mengandung C organik yang tinggi, namun ketersediaan hara makro lainnya seperti N¸ P, dan K masih rendah.
Padahal unsur-unsur hara tersebut sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman dan kebutuhannya tidak dapat digantikan oleh unsur lainnya, sehingga perlu adanya manajemen pemupukan yang efektif.
Pemupukan dengan pupuk anorganik mampu menyuplai unsur hara makro dalam jumlah yang banyak, namun apabila pupuk anorganik digunakan terus menerus dapat mencemari lingkungan, terlebih lagi karena buah stroberi memiliki kulit luar yang tipis tentunya menjadi riskan untuk dikonsumsi bila buah terpapar residu pupuk anorganik. Oleh karena itu, perlunya pemanfaatan dan pengembangan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati untuk mengurangi dosis pemakaian pupuk anorganik terutama hara makro nitrogen yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman stroberi sehingga aka kan menghasilkan buah stroberi yang berkualitas.
E. Biogas dari ternak
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerob atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia, ternak, limbah domestic (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobic. Kandungan utama dalam biogas adalah Metan dan Karbon dioksida (CO2). Biogas memanfaatkan proses pencernaan yang dihasilkan oleh bakteri methanogen yang produknya berupa gas Metana (CH4). Biogas juga dapat memberikan hasil samping berupa pupuk kompos yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas tanah karena sangat kaya akan sumber organic.
Biogas merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan, dihasilkan melalui proses anaerobic digestion dari limbah biomassa (kotoran hewan). Secara umum penyusun utama biogas adalah CH4 (50 - 70%), CO2 (20 - 40%) dan gas- gas lain meliputi CO, H2S, NH3, H2, N2 , O2 dan uap air dll. Biomassa sebagai energi sekarang diperlukan untuk menggantikan sumber
energi tidak terbarukan (energi fosil) dunia yang jumlahnya sangat terbatas dan untuk mengurangi emisi gas-gas yang dapat menyebabkan global warming. Bahan bakar gas (BBG) seperti biogas mempunyai emisi lebih rendah, biodegradable dan dianggap ramah terhadap lingkungan.
Biogas dapat dihasilkan dengan bantuan mikroorganisme dengan mengubah biomassa yang jumlahnya melimpah dan masih belum banyak dimanfaatkan dengan maksimal di Indonesia. Strategi kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kajian tersedianya bahan baku kotoran sapi yang dimiliki masyarakat desa Jumput yang berpeluang untuk dijadikan energi terbarukan. Mengingat masyarakat desa kebanyakan beternak sapi, sehingga untuk keberlanjutan proses pembuatan biogas nanti kebutuhan.
BAB II. METODE KUNJUNGAN
Kegiatan kunjungan ini dilaksanakan dengan observasi langsung dan wawancara dengan para praktisi di KejuLasi. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1. Demonstrasi Pembuatan Kompos
Mahasiwa/i melihat dan mempraktekan bagaimana limbah organik seperti kotoran sapi, dedaunan dan serbuk gergaji yang diolah menjadi kompos yang digunakan untuk menyuburkan tanah di kebun stroberi organik.
2. Pengolahan Keju dari Susu Sapi
Dalam sesi ini, mahasiwa/i belajar proses pembuatan keju dari susu sapi yang dihasilkan dari peternakan di KejuLasi. Proses ini mencakup pemanasan susu, fermentasi hingga terbentuknya keju.
3. Kunjungan ke Kebun Stroberi Organik
Mahasiwa/i mengunjungi kebun stroberi yang dikelola secara organik, di mana tidak menggunakan pestisida kimia. Pupuk kompos yang dihasilkan dari kotoran sapi diaplikasikan ke tanaman sebagai pupuk alami.
4. Penggunaan Biogas dari Kotoran Sapi
Kotoran sapi yang tidak digunakan untuk kompos diolah menjadi biogas.
Biogas ini digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk kebutuhan operasional peternakan dan rumah tangga di sekitar kawasan.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Demonstrasi Pembuatan Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk organik yang dihasilkan dari hasil penguraian bahan-bahan organik seperti sisa makanan, daun, rumput, kotoran hewan, dan limbah pertanian. Penguraian ini terjadi secara alami melalui proses biologis yang melibatkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan cacing tanah. Hasil akhirnya adalah bahan yang kaya nutrisi dan bertekstur halus yang disebut kompos. Kompos sangat bermanfaat sebagai pupuk karena mengandung nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Selain itu, kompos juga membantu meningkatkan struktur tanah, retensi air, dan kehidupan mikroba tanah, yang semuanya mendukung pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Demonstrasi pembuatan pupuk kompos
Di KejuLasi, proses pembuatan pupuk kompos dilakukan secara alami menggunakan bahan-bahan organik yaitu, kotoran sapi, dolomit, bongkol pisang, aram sekam, serbuk gergaji, hijauan (titonia) dan EM4. Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan, langkah-langkah pembuatan pupuk kompos di sana adalah sebagai berikut, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos diambil dari sisa-sisa organik yang ada di lingkungan peternakan seperti kotoran sapi,dan dedaunan. Di KejuLasi, bahan utama yang digunakan adalah kotoran sapi, yang berasal dari peternakan sapi perah mereka. Bahan-bahan organik tersebut dicampur dengan proporsi yang tepat agar proses dekomposisi berjalan dengan baik. Ketebalan maksimal yaitu 30-40 cm untuk memudahkan
pengadukan. Pengadukan dilakukan 2 kali, sekali seminggu dibalikkan agar tercampur sempurna. Bahan-bahan yang telah tercampur tersebut disimpan di dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung.
2. Pembuatan Keju
Di KejuLasi, proses pembuatan keju dilakukan secara tradisional namun dengan langkah-langkah yang terstruktur untuk menghasilkan keju berkualitas dari susu sapi segar yang langsung diproduksi di peternakan.
Proses pembuatan keju dimulai dengan pengambilan susu segar dari sapi perah yang ada di KejuLasi. Susu ini diperah secara langsung dan kemudian disaring untuk memastikan kebersihannya sebelum digunakan dalam proses pembuatan keju. Susu kemudian dipanaskan pada suhu tertentu untuk membunuh bakteri patogen yang mungkin ada tanpa merusak kualitas susu. Setelah itu ditambahkan garam, rennet dan asam sitrat. Garam berfungsi sebagai pengawet alami dan penambah rasa asin pada keju. Sedangkan rennet berfungsi untuk memisahkan susu menjadi gumpalan padat (curd) dan cairan (whey). Setelah melalui proses pematangan yang tepat, keju siap untuk dinikmati.
Pembuatan keju mozarella
3. Kunjungan Ke Kebun Stroberi Organik
Di kebun stroberi organik, pupuk kimia digantikan oleh kompos organik dari limbah ternak. Hal ini menciptakan lingkaran pertanian terpadu yang memperbaiki kualitas tanah, meningkatkan produksi tanaman, serta menjaga kesehatan lingkungan dan produk pertanian. Untuk mengendalikan serangan hama dan patogen, juga digunakan bahan bahan alami tanpa campuran bahan kimia.
Kebun stroberi organik
Kebun stroberi organik di KejuLasi dikelola dengan prinsip-prinsip pertanian organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk mendukung pertumbuhan stroberi, kebun ini menggunakan pupuk kompos dan pupuk organic cair yang dibuat dari kotoran sapi dan sisa-sisa tanaman di peternakan. Pupuk kompos ini memberikan nutrisi penting tanpa menggunakan bahan kimia sintetis, sehingga tanah tetap sehat dan subur. Pengelolaan hama dilakukan dengan cara alami, seperti menggunakan predator alami atau tanaman pendamping yang dapat mengusir hama. Mereka menghindari penggunaan pestisida kimia dan lebih mengandalkan metode pengendalian hayati atau bahan alami untuk menjaga tanaman tetap sehat. Sementara untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh patogen seprti jamur, digunakan belerang yang disemprotkan pada tanaman.
4. Pemanfaatan Kotoran Sapi Sebagai Biogas
Di KejuLasi, kotoran sapi dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan melalui proses pembuatan biogas. Pemanfaatan ini tidak hanya membantu mengurangi limbah peternakan, tetapi juga memberikan manfaat energi bersih yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kotoran sapi yang dihasilkan dari peternakan sapi perah dikumpulkan secara teratur. Kotoran ini mengandung bahan organik yang dapat diuraikan oleh bakteri anaerob untuk menghasilkan gas metana. Kotoran sapi kemudian dimasukkan ke dalam tangki kedap udara yang disebut digester. Di dalam digester, bakteri anaerob memecah bahan organik dalam kondisi tanpa oksigen.
Proses fermentasi ini menghasilkan gas metana (CH₄) sebagai produk utama, bersama dengan karbon dioksida (CO₂). Gas metana yang dihasilkan dikumpulkan di bagian atas digester dan disalurkan ke tangki penyimpanan atau langsung ke sistem pipa untuk digunakan. Biogas ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, pemanasan, atau bahkan pembangkit listrik. Setelah proses fermentasi selesai, sisa-sisa bahan organik yang tidak terurai sepenuhnya akan tersisa dalam bentuk lumpur yang disebut slurry. Slurry ini masih kaya nutrisi dan dapat digunakan sebagai pupuk organik berkualitas tinggi untuk kebun stroberi organik atau tanaman lain di KejuLasi.
Kotoran sapi yang proses menjadi biogas
Pemanfaatan kotoran sapi sebagai biogas tidak hanya menyediakan energi bersih, tetapi juga mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah ternak yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari air tanah dan udara, tetapi dengan mengubahnya menjadi biogas, masalah ini dapat diatasi. Pemanfaatan biogas ini membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca.
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kunjungan ke KejuLasi sangat bagus dalam memberikan wawasan tentang pentingnya sistem pertanian terpadu dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan efisiensi sumber daya dan keberlanjutan. Praktik-praktik yang dilakukan, seperti pembuatan kompos, produksi keju, pertanian organik, dan pemanfaatan biogas, semuanya saling terintegrasi untuk mengurangi limbah, meningkatkan produktivitas, dan menjaga keseimbangan lingkungan. Sistem pertanian terpadu ini patut menjadi contoh bagi pengembangan pertanian berkelanjutan di Indonesia.
B. Saran
Diharapkan petani dan pelaku usaha pertanian di daerah sumatera barat terutama di kota padang agar dapat mengadopsi sistem pertanian terpadu seperti yang diterapkan di KejuLasi. Pemerintah juga diharapkan memberikan dukungan lebih besar dalam hal pelatihan, teknologi, dan pembiayaan agar model pertanian terpadu dapat diterapkan secara luas.
LAMPIRAN
Dokumentasi kegiatan
Dokumentasi Keterangan
Pembuatan pupuk kompos
Pembuatan keju mozarella
Wawancara dengan petani terkait bagaimana mengelola kebun stroberi organic
Tempat mengelola kotoran sapi menjadi biogas