LAPORAN TUGAS BESAR
PERENCANAAN PELABUHAN BULK CARGO CILEGON BANTEN
“Dibuat untuk memenuhi Mata Kuliah Pelabuhan”
Disusun Oleh:
IFAN FAHRIZAL 41155020180034 FAJRI AGUS SETIAWAN 41155020180048 ANNISA DIAJENG FN 41155020190011 AGUNG FADILLAH 41155020190025 MOCH RIZAL S 41155020190030
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk dan hidayahNya Laporan Perencanaan Jembatan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Laporan Perencaan Jembatan ini merupakan hasil dari menjalankan program kegiatan mata kuliah yang diberikan sesuai dengan yang dipelajari dan mengacu pada tugas besar dan fungsi yang diemban.
Didalam Laporan ini kami membahas tentang Perencanaan Jembatan dan Laporan ini juga menjadi salah satu syarat pemenuhan tugas besar Perencanaan Jembatan.
Bandung,23 Januari 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...ii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. LATAR BELAKANG ...1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN...2
1.3. GAMBARAN LOKASI PERENCANAAN PELABUHAN ...2
BAB II LANDASAN TEORI ...3
2.1. PELABUHAN ...3
2.2. KLASIFIKASI PELABUHAN ...3
2.3. DERMAGA ...6
2.4. PEMILIHAN TIPE DERMAGA ...7
2.5. JENIS DERMAGA ...9
2.6. DATA KAPAL...14
2.7. TINJAUAN PELAYARAN ...17
2.8. TOPOGRAFI DAN BATIMETRI...20
2.9. DATA GELOMBANG ...21
2.10. PASANG SURUT ...24
2.11. ARUS ...24
2.12. DATA PENYELIDIKAN TANAH ...25
BAB III PENGUMPULAN DATA ...28
3.1. DATA DERMAGA ...28
3.2. DATA ANGIN ...29
3.3. DATA PASANG SURUT ...31
BAB IV PEMBAHASAN ...32
4.1. PENENTUAN LOKASI DERMAGA ...32
4.2. DESAIN DERMAGA ...32
4.2.1. DATA DIMENSI TRESTEL...33
4.2.2. DATA PASANG SURUT ...34
4.2.3. ELEVASI APRON DERMAGA ...35
4.2.4. PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM PELABUHAN ...35
4.2.5. PENETAPAN DIMENSI STRUKTUR...36
4.3. PERHITUNGAN GAYA SANDAR ...38
4.4. PERHITUNGAN KOEFISIEN EKSENTRISITAS...38
4.5. PERENCANAAN DERMAGA ...39
4.5.1. KOEFISIEN KEKARASAN DAN BENTUK ...39
4.5.2. ENERGI DAN SANDARAN ...39
4.5.3. RUMUS GAYA BENTURAN KAPAL ...39
4.5.4. GAYA MORING AKIBAT ANGIN ...39
4.5.5. KEDALAMAN DRAFT/AIR KAPAL ...39
4.5.6. FENDER...39
4.6. PERENCANAAN BOLLARD ...40
4.6.1. PENEMPATAN BOLLARD ...40
4.6.2. BEBAN GEMPA ...40
BAB V HASIL SAP...42
5.1. GAMBAR-GAMBAR SAP...42
5.2. PENULANGAN BALOK...44
BAB VI PENUTUP...49
6.1. SARAN...49
6.2. KESIMPULAN ...49
LAMPIRAN ...50
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang
memiliki13.487 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni,yang menyebar disekitar khatulistiwa. Posisi Indonesia di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara SamudraHindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km²dan luas perairannya 3.257.483 km².
Sebagai wilayah kepulauan, keberadaan sarana transportasi laut dan fasilitas penunjangnya seperti pelabuhan dan dermaga di Indonesia sangat penting perannya untuk menunjang kelancaran kebutuhan akan transportasi dan pengiriman barang bagi masyarakat mengingat banyak daerah dipisahkan oleh laut.
Pelabuhan (port) dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran (crane) untuk bongkar muat barang, Gudang laut ( transito ) dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya, dan Gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau
pengapalan.
Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atau bahkan antar negara dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, atau bahkan antar negara, benua dan bangsa.
Dengan fungsinya tersebut maka pembangunan pelabuhan harus dapat di pertanggungjawabkan baik secara sosial ekonomis maupun teknis.
Setelah beberapa studi di atas dilakukan, selanjutnya ditetapkan lokasi secara umum dermaga, fungsi utama pelabuhan, dan jenis serta volume barang yang dilayani. Langkah berikutnya adalah membuat studi pendahuluan dan layout dermaga dalam persiapan untuk membuat penyelidikan lapangan yang lebih lengkap guna mengumpulkan semua informasi yang diperlukan di dalam pembuatan perencanaan akhir dermaga.
Laporan ini memuat mengenai pekerjaan Perencanaan Pelabuhan Bulk Cargo 15.000 DWT di Cilegon, Banten
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui lebih luas lagi tentang pelabuhan, merencanakan suatu dermaga, dan memenuhi salah satu persyaratan kelulusan mata kuliah pelabuhan.
1.3. Gambaran Lokasi Perencanaan Pelabuhan
Pekerjaan Perencanaan Pelabuhan Container Ship di pantai Cilegon, Banten.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pelabuhan
Pelabuhan merupakan tempat bongkar muat barang atau naik turunnya penumpang, dan sebagai pintu gerbang bagi keluar masuknya barang atau penumpang dari daerah pulau satu ke pulau yang lain, yang terpisah oleh lautan.
Pelabuhan mempunyai peran penting dari sisi ekonomi, social dan politik, karena dapat membuka daerah yang terisolasi dan terciptanya sistim transportasi, sehingga menimbulkan arus barang dan penumpang.
Perencanaan pembangunan pelabuhan membutuhan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang matang untuk memutuskan pembangunan suatu pelabuhan. Keputusan pembangunan pelabuhan biasanya didasarkan pada pertimbngan-pertimbangan ekonomi, politik, dan teknis.
Ketiga dasar pertimbangan tersebut saling berkaitan, tetapi biasanya yang paling menentukan adalah pertimbangan ekonomi. Pembuatan pelabuhan secara ekonomis harus layak, yang berarti penghasilan yang diperoleh pelabuhan harus bisa menutupi biaya investasi maupun biaya operasi dan pemeliharaan untuk jangka waktu tertentu untuk mendapat keuntungan.
2.2. Klasifikasi Pelabuhan
1. Berdasarkan Penyelenggaraanya
Pelabuhan Umum
Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum. Penyelenggaraan Pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah melalui unit penyelenggraan pemerintah seperti BUMN.
Pelabuhan Khusus
Pelabuhan khusus yaitu Pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan sendri guna menunjang kegiatan tertentu.
Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun swasta, yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut.
2. Berdasarkan Pengusahaanya
Pelabuhan yang diusahakan
Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki Pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang serta kegiatan lainnya.
Pelabuhan yang tidak diusahakan
Status ini biasanya diterapkan pada Pelabuhan kecil yang hanya merupakan tempat singgah kapal tanpa fasilitas bongkar muat,bea cukai, dan sebagainya.
3. Berdasarkan pembentukannya
Pelabuhan alam
Tidak memerlukan pengerukan kolam dan perlindungan terhadap gelombang.
Pelabuhan setengah alam
Bila dibutuhkan dibangun breakwater pada Sebagian tempat
Pelabuhan buatan
Memerlukan breakwater dan pengerukan kolam 4. Berdasarkan penggunaannya
Pelabuhan ikan
Pelabuhan ikan menyediakan tempat bagi kapal-kapal ikan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan dan memberikan pelayanan yang diperlukan. Berbeda dengan Pelabuhan umum dimana semua kegiatan seperti bongkar muat barang,
pengisian perbekalan, perawatan dan perbaikan ringan yang
dilakukan di dermaga sama, pada Pelabuhan ikan sarana dermaga disediakan secara terpisah untuk berbagai kegiatan.
Pelabuhan minyak
Pelabuhan minyak biasanya tidak membutuhkan dermaga atau pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertical yang besar, tetapi cukup dengan jembatan atau tambahan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan kedalaman air yang dibutuhkan, aktivitas bongkar muat dapat dilakukan, aktivitas bongkar muat dapat dilakukan dengan pompa melalui pipa
Pelabuhan barang
Adalah Pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat
perpindahan barang melalui proses bongkar muat barang dari kapal menuju tempat tujuan dan sebaliknya.
Pelabuhan barang memiliki dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat barang seperti crane mengangkut barang. Fasilitas reparasi dan Gudang penyimpanan dalam skala yang memadai.
Pelabuhan penumpang
Pelabuhan ini berperan sebagai prasarana transportasi bermuatan manusia. Pelabuhan penumpang biasanya
dilengkapi dengan terminal penumpang sebagai stasiun yang melayani berbagai aktivitas yang berhubungan dengan
kebutuhan orang yang berpergian.
Pelabuhan campuran
Pada umumnya pencampuran pemaikan hanya terbatas pada pelayanan penumpang dan barang. Pelabuhan ini umumnya merupakan Pelabuhan local yang berada di pulau- pulau kecil di Indonesia.
Pelabuhan militer
Pelabuhan militer hanya dikhususkan bagi kegiatan yang bersifat kemiliteran. Pelabuhan ini memiliki wilayah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan Gerakan cepat kapal- kapal perang
5. Berdasarkan luas kegiatannya
Pelabuhan internasional hub
Merupakan Pelabuhan utama primer dan berperan sebagai Pelabuhan internasional yang terbuka untuk perdagangan luar negeri dan berfungsi sebagai alih muat barang antarnegara.
Pelabuhan internasional
Merupakan Pelabuhan utama sekunder dan berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan pusat distribusi peti kemas nasional dan pelayanan angkutan peti kemas
internasional
Pelabuhan nasional
Merupakan Pelabuhan utama tersier dan berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional
Pelabuhan regional
Merupakan Pelabuhan penumpang primer dan berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari ke Pelabuhan utama dan Pelabuhan penumpang.
Pelabuhan local
Merupakan pebgumpan sekunder dan berperan sebagai tempat pelayanan penumpang didaerah terpencil, terisolasi, perbatasan,daerah perbatasan yang hanya didukung oleh metode transportasi laut.
2.3. Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk
dan menarik-turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.
Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau
meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang dengan aman, cepat dan lancar. Di belakang dermaga terdapat halaman cukup luas. Di halaman dermaga ini terdapat apron, gudang transit, tempat bongkar muat barang dan jalan.
2.4. Pemilihan Tipe Dermaga
Dermaga dibangun untuk melayani kebutuhan tertentu. Pemilihan tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dermaga penumpang atau barang yang biasa berupa barang satuan, curah atau cair), ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut, dan tang paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang paling ekonomis. Pemilihan tipe dermaga didasarkan pada tinjauan berikut ini :
1. Tinjauan Topografi Daerah Pantai
Di perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak
diperlukan perngerukan yang besar. Sedang di lokasi di mana kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang pancang di perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembutan wharf adalah lebih tepat.
Di suatu daerah yang akan dibangun daerah industry dekat pantai, di mana daerah daratan rendah maka diperlukan penimbunan dengan menggunakan pasir hasil pengerukan di laut. Untuk menahan tanah timbunan diperlukan dinding penahan tanah.
Dinding penahan tanah tersebut dapat juga digunakan sebagai dermaga dengan menambah fasilitas tambatan, bongkar-muat,
perkerasan di halaman dermaga, dan sebagainya. Dermaga ini disebut bulkhead wharf (wharf penahan tanah).
2. Jenis Kapal yang Dilayani
Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah mempunyai konstruksi yang ringan disbanding dengan dermaga barang potongan (general cargo), karena dermaga tersebut tidak memerlukan peralatan bongkar muat barang yang besar (kran), jalan kereta api, gudang-gudang, dsb. Untuk melayani kapal tersebut pengguna pier akan lebih ekonomis.
Oleh karena itu minyak yang dikeluarkan dari kapal pada satu titik (tempat pengeluaran minyak) dengan menggunakan pipa, maka lebar dan panjang dermaga dapat diperpendek. Untuk itu diperlukan dolphin guna mengikat bagian haluan dan buritan kapal. Dermaga yang melayani barang potongan dan peti kemas menerima beban yang besar di atasnya, seperti kran, barang yang dinongkar-muat, peralatan transportasi (kereta api, truk). Untuk keperluan tersebut dermaga tipe Wharf akan lebih cocok.
Untuk kapal tanker atau kapal barang curah yang sangat besar, pembuatan dermaga untuk menerima kapal tersebut menjadi tidak ekonomis karena diperlukan kedalaman perairan yang sangat besar, sementara kapal sebesar itu jarang menggunakan pelabuhan.
Untuk melayani kapal tersebut dibuat tambatan di lepas pantai, dan bongkar-muat barang dilakukan oleh kapal yang lebih kecil atau
menggunakan pipa bawah laut.
Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga.
Pada umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar daripada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding penahan tanah lebih menguntungkan.
Tetapi, apabila tanah dasar berupa karang pembuatan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan pier akan lebih murah
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berhimpit dengan garis pantai atau agak menjorok ke laut. Wharf
dibangun apabila garis kedalaman laut hampir merata dan sejajar dengan garis pantai. Wharf biasanya digunakan suatu halaman terbuka yang cukup luas untuk menjamin kelancaran angkutan barang. Perencanaan wharf harus memperhitungkan tambatan kapal, peralatan bongkar muat barang dan fasilitas transportasi darat. Karakteristik kapal yang akan berlabuh mempengaruhi transportasi darat.
Karakteristik kapal yang akan berlabuh mempengaruhi panjang wharf dan kedalaman yang diperlukan untuk merapatnya kapal.Menurut strukturnya wharf dapat dibedakan menjdai dua macam yaitu :
a. Dermaga konstruksi terbuka di mana lantai dermaga didukung oleh tiang-tiang pancang.
b. Dermaga konstruksi tertutup atau solid, seperti dinding massa, kaison, turap, dan dinding penahan tanah.
2.5. Jenis Dermaga
Sesuai dengan kebutuhan yang akan dilayani, pemilihan jenis dermaga yang akan diuraikan dalam penulisan ini adalah jenis dermaga untuk kebutuhan kapal container. Pada dasarnya pelabuhan barang harus mempunyai perlengkapan-perlengkapan berikut ini :
1. Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau setidak-tidaknya 80 % dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan dibongkar muat melalui bagian muka, belakang dan di tengah kapal.
2. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian diangkat dengan crane masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan crane dan barang diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.
3. Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga.
4. Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari dank ke gudang serta mempunyai fasilitas untuk reparasi.
Sebelum barang dimuat dalam kapal atau setelah diturunkan dari kapal, maka barang muatan tersebut ditempatkan pada halaman
dermaga. Bentuk halaman dermaga tergantung pada jenis muatan yang bisa berupa :
a. Barang-barang potongan (general cargo) yaitu barang- barang yang dikirik dalam bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang dibungkus dalam peti, karung, drum, dan sebagainya.
b. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu bara, biji-bijian, minyak, dan sebagainya.
c. Peti kemas (container), yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim. Karena ukurannya teratur dan sama, maka penempatannya akan lebih dapat diatur dan
pengankutannyapun dapat dilakukan dengan alat tersendiri yang lebih efisien.
1. Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat seperti jalan raya dan kereta api, sedemikian sehingga barang-barang dapat diangkut dari pelabuhan dengan mudah dan cepat.
2. Pelabuhan berada disuatu lokasi yang mempunyai daerah belakang ( daerah pengaruh ) subur dengan populasi penduduk yang cukup padat.
3. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup.
4. Kapal-kapal mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama menuggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi bahan bakar.
5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (crane, dsb) dan Gudang-gudang penyimpanan barang.
6. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi dan memperbaiki kapal-kapal.
Untuk memenuhi syarat tersebut pada umunya pelabuhan mempunya bangunan-bangunan berikut :
1. Pemecah Gelombang (Break water)
Yang berfungsi untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Gelombang besar datang dari laut lepas akan dihalang oleh bangunan ini. Ujung pemecah gelombang ( Mulut gelombang harus berada diluar gelombang pecah). Apabila daerah perairan sudah terlindungi secara alami, maka tidak
perlukan pemecah gelombang.
2. Alur pelayaran
Berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan keluar atau masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunya
kedalaman dan lebar yang cukup untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan. Apabila laut dangkal maka harus dilakukan pengerukan guna mendapatkan kedalaman yang dibutuhkan.
3. Kolam pelabuhan
Merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh untuk melakukan bongkar muat , melakukan gerakan untuk memutar ( dikolam putar ), dsb. Kolam pelabuhan harus terlindung dari gangguan gelombang dan mempunyai kedalaman yang cukup.
Dilaut yang dangkal diperlukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang direncanakan.
4. Dermaga
Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatkan kapal dan menambatkannnya pada waktu bongkar muat barang. Ada 2 macam dermaga yaitu yang berada digaris pantai dan sejajar dengan pantai yang disebut Whraf dan yang menjorok ( tegak lurus ) pantai disebut pier atau jetty. Pada pelabuhan barang, dibelakang dermaga harus terdapat halaman yang cukup luas untuk menempatkan barang-barang selama menunggu pengapalan atau angkutan kedarat. Dermaga ini juga dilengkapi dengan kran atau alat bongkar muat lainnya untuk mengangkut barang dari dan kapal.
5. Alat penambat
Digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapat di dermaga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat ke dermaga. Alat penambat bisa diletakkan di dermaga atau atau di perairan yang berupa pelampung penambat. Pelampung penambat ditempatkan di dalam dan di luar perairan pelabuhan. Bentuk lain dari pelampung penambatan adalah dolphin yang terbuat dari tiang-tiang yang dipancang dan dilengkapi dengan alat penambat.
6. Gudang lini I dan lapangan penumpukan terbuka, yang terletak dibelakang dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus menunggu pengapalan atau yang dibongkar dari kapal sebelum dikirim ke tempat tujuan. Gudang lini I digunakan untuk menyimpan barang berharga yang memerlukan perlindunngan terhadap cuaca dan hujan. Sedangkan lapangan penumpukan terbuka digunakan untuk menyimpan barang-barang besar, berat ( mesin, besi, pipa, dll ) yang tidak mudah hilang dan rusak akibat cuaca dan hujan. Untuk barang-barang yang mengganggu,
berbahaya, mudah terbakar, beracun, mudah meledak, dan lain- lain harus ditumpuk di gudang khusus, bahkan terhadap barang berhaya kelas 1 ( bahan peledak ), harus langsung dikeluarkan dari daerah kerja pelabuhan.
7. Gedung terminal untuk keperluan administrasi.
8. Fasilitas bahan bakar untuk kapal.
9. Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk membawa kapal masuk atau keluar pelabuhan.Untuk kapal besar, keluar atau masuknya kapal dari ke atau pelabuhan tidak boleh dengan kekuatan ( mesin )nya sendiri, sebab perputaran baling-baling kapal dapat
menimbulkan gelombang yang akan mengganggu kapal-kapal yang sedang melakukan bongkar muat barang. Untuk itu kapal harus dihela oleh kapal tunda, yaitu kapal kecil bertenaga besar yang dirancang khusus untuk menunda kapal.
10. Peralatan bongkar muat barang seperti crane darat ( gantry crane ), kran apung, kendaraan untuk mengangkat atau
memindahkan barang seperti fortklift, straddle, sidelift truck, dsb.
Fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal dan muatan kapal seperti terminal penumpang, ruang tunggu, karantina, bea cukai, imigrasi, dokter pelabuhan, keamanan dsb.
2.6. DATA KAPAL
Daerah yang diperlukan untuk pelabuhan tergangtung pada karakteristik kapal yang akan berlabuh. Pengembangan pelabuhan di masa mendatang harus meninjau daerah perairan untuk alur, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat pembuangan bahan pengerukan, daerah daratan yang diperlukan untuk penempatan, penyimpanan dan
pengangkutan barang-barang. Kedalaman dan lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan.
Kuantitas angkutan (trafik) yang diharapkan menggunakan pelabuhan juga menentukan apakah alur untuk satu jalur atau dua jalur.
Luas kolam pelabuhan dan panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang akan berlabuh. Untuk keperluan
perencanaan pelabuhan tersebut, maka berikut ini diberikan dimensi dan ukuran kapal secara umum.
Tabel 2.6. Karakteristik Kapal
Sesuai dengan penggolongan pelabuhan dalam empat sistem pelabuhan, maka kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan tersebut juga disesuaikan.
Tabel 2.6.1 Dimensi kapal pada pelabuhan
(B = lebar kapal, d = tinggi bagian kapal terendam, Lpp = panjang kapal, Loa = panjang kapal dari muka air)
2.7. TINJAUAN PELAYARAN
Pelabuhan yang akan dibangun harus mudah dilalui oleh kapal-kapal yang akan menggunakannya. Pelayaran suatu kapal dipengaruhi oelh factor-faktor alam. Seperti angin,gelombang dan arus dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada badan kapal. Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga dapat dibedakan menjadi gaya leteral dan vertical. Gaya lateral meliputi gaya benturan kapal pada dermaga, gaya tarik kapal dan gaya gempa,edangkan gaya vertical adalah berat sendiri bangunan dan beban hidup.
1. Gaya Benturan Kapal
Pada waktu merapat ke dermaga, kapal masih mempunyai kecepatan sehingga akan terjadi benturan anatra kapal dengan dermaga. Dalam perencanaan dianggap bahwa bentursn msksium terjadi apabila kapal bermuatan penuh menghantam dermaga pada sudut 10º terhadap sisi depan dermaga. Gaya benturan kapal harus ditahan dermaga tergantung pada energi benturan yang diserap oleh sistem fender yang dipasang pada dermaga.
Gaya benturan bekerja secara horizontal dan dapat dihitung berdasarkan energi benturan. Hubungan antara gaya dengan energi benturan tergantung pada tipe fender yang digunakan. Besar energi diberikan oleh rumus berikut ini :
E = W v2
2g x Cm Ce Cs Cc Dengan :
E = energi benturan(ton meter)
V = komponen tebak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada saat membentur dermaga(m/d)
W = displacement(berat) kapal
g = percepatan gravitasi Cm = koefisien massa Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan(diambil 1)
C = koefisien bentuk dari tambatan(diambil 1)
2. Gaya Akibat Angin
Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan Gerakan kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga. Apabila arah angin menuju ke dermaga, sedang jika arahnya meninggalkan dermaga akan menyebabkan tarikan kapal pada alat penambat(bollard). Besar gaya angin tergantung pada arah hembusan angin dan dapat dihitung dengan rumus berikut :
- Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah Haluan(
Rw = 0.42 QaAw
- Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah buturan(
Rw = 0.50 QaAw
- Gaya lateral apabila angin datang dari arah lebar(
Rw = 1.10 QaAw
Dimana :
Qa = 0.063 V2 Dengan :
Rw = gaya akibat angin(kg) Qa = tekanan angin(kg/m2) V = kecepatan angin(m/d)
Aw = proyeksi bidang yang tertiup angin(m2)
Seperti hanlnya angin,arus yang bekerja pada bagian kapal yang terendam air juga akan menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang kemudian diteruskan pada dermaga dan alat penambat(bollard).
Besar gaya yang ditimbulkan oleh arus diberikan oleh persamaan berikut ini :
- Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah Haluan Rf = 0.14 SV2
- Gaya tekanan karena arus yag bekerja dalam arah sisi kapal Rf = 0.50 p CV2 B’
Dengan :
Rf = gaya akibat arus(kgf)
S = luas tampang kapal yang terendam air(m2) P = rapat massa air laut , p = 104.5(kgf d/m4) C = koefisien tekanan arus
V = kecepatan arus(m/d)
B’ = luas sisi kapal di bawah muka air(m2)
4. Gaya Tarikan Kapal pada Dermaga
Gaya angin dan arus pada kapal dapat menyebabkan gaya benturan pada dermaga atau gaya tarik pada alat penambat(bollard) yang ditemaptkan pada dermaga. Gaya tarikan ini dihitung dengan cara berikut:
A. Gaya tarikan kapal pada bollard diberikan dalam tabel. Untuk berbagai ukuran kapal dalam GRT. Selain gaya tersebut yang bekerja secara horizontal, bekerja juga gaya vertical sebesar ½ dari nilai yang tercantum pada tabel
B. Gaya tarik kapal pada bitt diberikan dalam tabel untuk berbagai ukuran kapal dalam GRT yang bekerja dalam semua arah
C. Gaya tarik kapal dengan ukuran yang tidak tercantum dalam tabel tersebut(kapal dengan bobot kurang dari 200 ton dan lebih dari 100.000 ton) dan fasilitas penambatan pada cuaca buruk harus ditentukan dengan memperhatikan cuaca dan kondisi laut, kontruksi alat penambat dan data pengukuran gaya tarikan.
Nilai dalam kurung adalah untuk gaya pada tambatan yang dipasang di sekitar tengah kapal yang mempunyai tidak lebih dari 2 tali pengikat .
2.8. Topografi dan Batimetri
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industry. Apabila daerah daratan sempit, maka pantai harus cukup luas dan dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan
penimbunan pantai tersebut. Daerah yang akan digunakan untuk perairan pelabuhan harus mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal-kapal bisa masuk ke pelabuhan.
Di sebagian besar perairan Indonesia, tinggi pasang surut tidak lebih dari 2 m sehingga digunakan pelabuhan terbuka. Untuk pelayaran, kapal- kapal memerlukan kedalaman air yang sama dengan sarat (draft) kapal ditambah dengan suatu kedalaman tambahan. Kedalamn air untuk
pelabuhan didasarkan pada frekuansi kapal-kapal dengan ukuran tertentu yang masuk ke pelabuhan. Jika kapal-kapal terbesar masuk ke pelabuhan hanya satu kali dalam beberapa hari, maka kapal tersebut hanya boleh masuk pada waktu air pasang.
2.9. Data Gelombang
Gelombang merupakan factor penting di dalma perencanaan Pelabuhan.
Gelombang di laut bisa dibangkitkan oleh angin(gelombang angin), gaya tarik matahari dan bulan(pasang surut),letusan gunung berapi atau gempa di laut(tsunami), kapal yang bergerak, dan sebagainya. Di antara beberapa bentuk gelomang yag paling penting dalam perencanaan Pelabuhan adalah gelombang angin(untuk selanjutnya disebut gelombang)dan pasang surut.
Gelombang digunakan untuk merencanakan bangunan-bangunan
Pelabuhan seperti pemecah gelombang,studi ketenangan di Pelabuhan, dan fasilitas-fasilitas Pelabuhan lainnya. Gelombang tersebut akan menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan Pelabuhan. Selain itu,gelombang juga bisa menimbulkan arus dan transport sedimen di daerah pantai. Layout Pelabuhan harus di rencanakan sedemikian rupa sehingga sedimentasi di Pelabuhan dapat dihindari.
Data gelombang dapat dilakukan dengan du acara yaitu :
a) Dengan pengukuran langsung di lapangan
b) Dengan peramalan gelombang dari data angin. Peramalan gelombang diamksudkan mengalih-ragamkan(transformasi) data angin menjadi data gelombang. Berdasarkan pada kecepatan angin,lama hembus
angin, dan fetch, dilaukan peramalan gelombang dengan menggunakan grafik peramalan gelombang .
Dari grafik tersebut apabila Panjang fetch(F), factor tegangan angin(UA) dan durasi diketahui, maka tinggi dan periode gelombang signifikan dapat dihitung. Peramalan gelombang dapat dihitung dengan Langkah-langkah sebagai berikut :
a) Kumpulkan data angin 10 tahun terakhir
b) Data angin meliputi : kecepatan dan arah angin. Data angin yang diperlukan untuk peramalan gelombang adalah data di permukaan laut pada lokasi pembangkitan.
c) Tentukan Panjang fetch dan durasi angin bertiup d) Tentukan tegangan angin UA (wind-stress) Rumus : UA = UW
UL
Dimana Uw adalah kecepatan angin di laut dan UL adalah kecepatan angin di darat
e) Gunakan grafik pada yang sebelumnya peramalan gelombang utu menentukan Hs(Tinggi gelombang signifikan) dan Ts(waktu
gelombang signifikan)
f) Hs dan Ts yang didapat masih tinggi gelombang di laut dalam, jadi masih perlu dianalisis menjadi tinggi gelombang rencana(HD) dengan koefisien refraksi dan shoaling
g) Setelah itu akan diperoleh nilai HD dan T
2.10. Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari.
Pengetahuan tentang pasang surut adalah penting di dalam perencanaan Pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi(pasang) dan
terendah(surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan Pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah
gelombang,dermaga, dan sebagainya ditentukan oleh elevasi muka air pasang,sementara kedalaman alur pelayaran Pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. Gambar dibawah ini menunjukkan contoh hasil pencatatan muka air laut sebagai fungsi waktu(kurva pasang surut)
2.11. Arus
Air laut selalu dalam keadaan bergerak. Arus laut bergerak tak ubahnya
gravitasi bulan dan matahari mengakibatkan naik turunnya air laut dan biasa disebut sebagai fenomena pasang surut laut.
Arus laut tercipta karena adanya pemanasan di beberapa bagian bumi oleh radiasi sinar matahari. Air yang lebih hangat akan”mengembang”, membuat sebuah kemiringan(slope) terhadap daerah sekitarnya yang lebih dingin, dan akibatnya air hangat tersebut akan mengalir ke arah yang lebih rendah yaitu ke arah kutub yang lebih dingin daripada ekuator.
Interaksi ombak dengan arus bertentangan yang kuat akan menjurus kepada fenomena sekatan ombak dimana aliran ombak terhenti oleh arus yang mengalir dari arah bertentangan. Ombak yang merambat beserta dengan arus memiliki ketinggian ombak yang menurun manakala rambatan menentang arus akan meningkatkan ketinggiannya kecuali apabila kelajuan arus melebihi separuh kelajuan gugusan ombak, maka ombak tersebut tidak lagi merambat malah ketinggiannya bertambah sehingga hilang
kestabilannya lalu memecah. Apabila ombak bertemu dengan arus yang bergerak dalam arah bertentangan,kelajuan gugusan ombak tersebut menurun dan mengakibatkan penambahan kepada ketinggian ombak.
Sekiranya kelajuan arus tersebut adalah tinggi, kelajuan gugusan ombak boleh berkurangan sehingga nilai sifat atau terhenti.
2.12. Data Penyelidikan Tanah
Data penyelidikan tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar daripada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding penahan tanah lebih menguntungkan.
Daya dukung tanah merupakan salah satu factor penting dalam perencanaan pondasi beserta struktur di atasnya. Daya dukung tanah yang diharapkan untuk mendukung pondasi adalah daya dukung yang mampu
memikul beban struktur sehingga pondasi mengalami penurunan yang masih berada dalam batas toleransi. Tanah memiliki sifat untk meningkatkan
kepadatan dan kekuatan gesernya apabila mendapat tekanan berupa beban.
Apabila beban yang bekerja pada tanah pondasi telah mealmpaui daya dukung batasnya,tegangan geser yang ditimbulkan di dalam tanah
melampaui ketahanan geser pondasi, maka akan terjadi keruntuhan geser pada tanah pondasi.
Tujuan dari analisis daya dukung adalah untuk mempelajari
kemampuan tanah dalam mendukung beban pondasi dan struktur di atasnya.
Daya dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam perancangan pondasi adalah :
1. Factor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya daya dukung harus dipenuhi
2. Penurunan pondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan. Khusus untuk penurunan tak seragam(differential settlement) harus tidak mengakibatkan kerusakan struktur
Menentukan daya dukung tanah :
- Analisa Terzaghi , asumsi Terzaghi dalam menganalisis daya dukung :
a. Pondasi memanjang tak terhingga
b. Tanah di dasar pondasi dianggap homogen c. Berat tanah di atas pondasi dapat diganti dengan
beban terbagi rata sebesar q=D x, dengan D adalah kedalaman dasar pondasi, adalah berat volume tanah di atas dasar pondasi
d. Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan
e. Dasar pondasi kasar
f. Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linear
g. Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam keadaan elastis dan bergerak Bersama-sama dengan dasar pondasinya
h. Pertemuan antara sisi baji dengan dasar pondasi membentuk sudut sebesar sudut gesek dalam tanah.
i. Berlaku prinsip superposisi
Terzaghi memberikan pengaruh factor bentuk terhadap daya dukung ultimit yang didasarkan pada analisis pondasi memanjang, yang diterapkan pada bentuk pondasi yang lain :
Pondasi bujur sangkar :
q.U = 1.3c x NC +PoNq+0.4ƴ x B x N
Pondasi lingkaran :
q.U = 1.3c x NC +PoNq+0.3ƴ x B x N
Pondasi empat persegi Panjang :
q.U = cNC( 1+0.3 B/L) +PoNq+0.5ƴ x B x N(1-0.2B/L)
BAB III
PENGUMPULAN DATA
3.1. Data Dermaga
Berdasarkan data yang telah diteliti dan dihitung dengan seksama, telah didapat data-data sebagai berikut :
Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal shingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang denga naman,cepat dan lancer. Di Pelabuhan uni terjaid perpindahan moda transportasi yaitu dari angkutan darat ke angkutan air dan sebaliknya.
Barang dibongkar dari kapal dan diturunkan di dermaga. Selanjutnya barang tersebut diangkut langsung dengan menggunakna truk atau kereta api ke tempat tujuan, atau disimpan di Gudang atau lapangan
penumpukkan terbuka sebelum dikirim ke tempat tujuan. Demikian pula sebliknya, barang-barang dari pengirim ditemaptkan di Gudang atau lapangan penumpukkan sebelum dimuat ke kapal dan diangkut ke Pelabuhan tujuan.
Penanganan muatan di Pelabuhan dilakukan di terminal pengapalan yang menanganinya tergantung pada jenis muatan yang diangkut. Jenis muatan ini adalah muatan curah/lepas(bulk cargo). Muatan
curah/lepas(bulk cargo) ini menampung berupa butiran padat salah satu utamanya adalah batubara.
Beberapa Pelabuhan di Indonesia telah dilengkapi dengan
(quaigantri crane), seperti Pelabuhan tanjong priok,tanjong mas,tanjong perak,belawan,makasar dan Panjang di lampung. Pada Pelabuhan yang belum dilengkapi dengan quai gantry crane,bongkar muat peti kemas dilakukan dengan menggunakan kran kapal.
Berikut adalah contoh terminal yang curah padat penanganan curah kering dengan menggunakan belt conveyor, sedangkan pembongkaran barang curah kering dapat ditangani dengan crane yang dilengkapi dengan grab/clamshalle dan diangkut melalui belt conveyor.
3.2. Data Angin
Data angin yang digunakan dalam tugas ini berasal dari Distribusi Kecepatan dan Arah Angin 1983-2002 Lokasi Serang Banten
Distribusi Kecepatan dan Arah Angin J am-jaman 1983-2002
Lokasi: Serang
J enis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 56.42% Tidak Tercatat = 1.60%
3.3. Data Pasang Surut
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi Pelabuhan merupakan studi awal yang harus dipenuhi dalam perencanaan Pelabuhan. Oleh karena itu, ada
beberapa kriteria umum yang harus dipenuhi antara lain :
1. Lokasi rencaa berada pada angin, gelombang dan arus yang tidak terlalu besar.
2. Lokasi rencana berada pada potensi sedimen yang tidak terlalu besar
3. Jarak Pelabuhan terhadap kedalaman yang diperlukan tidak terlalu jauh
Untuk kondisi lokasi perencanaan Pelabuhan yang telah
ditetapkan saat ini mungkin tidak bisa memenuhi semua kriteria lokasi Pelabuhan yang seharusnya, namun lokasi tersebut sudah dianggap yang paling optimal.
Dengan kriteria diatas, perencana memilih lokasi di pantai Cilegon, Banten.
4.2. Desain Dermaga
Direncanakan suatu dermaga dengan data-data sebagai berikut : 1. Kecepatan arus = 0.2 m/detik(pada 0.2 D dan 0.6 D)
2. Beam(B) = 21 m
3. Draft(D) = 9.5 m
4. Panjang kapal (LOA) = 165 m 5. Container Ship = 15000 DWT
Dengan data diatas didapat dimensi dermaga : - Panjang dermaga
Didapat Panjang dermaga 200 m - Lebar dermaga
Dermaga direncanakan dapat memenuhi kebutuhan manuver truk, maka lebar dermaga :
L = 20 m
Denah dermaga :
4.2.1. Data Dimensi Trestle
Direncanakan bentuk dan ukuran trestle sesuai
kebutuhan yang ada dengan Panjang 200 m dan lebar trestle 8 m
4.2.2. Data Pasang Surut
j. Muka air terendah(LWS) : -0.6935 m k. Muka air tertinggi(HWS) : 0.6211 m
Jadi beda tinggi air pasang surut(t)= LWS-HWS
= -0.6935-0.6211
= 1.3146 m Dimana : LWL = Muka air laut terendah
HWL = Muka air laut tertinggi Kapasitas daya angkut(DWT) = 15000 ton
No Nama Beban Jenis Jumlah
1 Beban Hidup PBI Beban Hidup 3 T/M2
2 Bollard Beban Mati 450 kN
3 Beban Fender Beban Mati 440 kN
4 Beban Benturan Beban Hidup 6.13 T 5 Gaya Akibat Angin Beban Hidup 147 T 6 Gaya Akibat Arus Beban Hidup 431.185 kg 7 Beban Container
Crane
Beban Hidup 840 T
4.2.3. Elevasi Apron Dermaga
Menentukan elevasi lantai dermaga diatas HWS berdasarkan besarnya pasang surut air laut dan kedalaman rencana
4.2.4. Penentuan Kedalaman Kolam Pelabuhan
Penentuan kedalaman kolam Pelabuhan pada perencanaan dermaga Cilegon ini yaitu 11m mengikuti elevasi kontur yang ada
Maka dilakukan control terhadap draft maksimum dari kapal 15000 DWT berdasarkan max. draft kapal yang bertambat
ditambah dengan jarak aman(0.8m-1m) dibawah ujung bagian bawah kapal
4.2.5. Penetapan Dimensi Struktur 1. Dimensi Plat
Lantai dermaga berfungsi sebagai penerima beban yang langsung bekerja diatasnya. Beban yang diterima beserta beban sendiri diteruskan ke balok dibawahnya. Pada lantai terdapat boulder untuk menempatkan kapal. Diatas lantai bekerja beban hidup,mati dan terpusat.
Perhitungan dimensi plat lantai dermaga dapat dihitung dengan persamaan berikut :
a. Tebal plat dermaga
Ts>100+(0.4 x 5000) = 300mm 300mm>200mm
Maka direncanakan plat dermaga dengan tebal 300mm
2. Dimensi balok
Direncanakan dimensi balok dermaga terdiri dari balok melintang,balok memanjang dan balok tepi.
Perencanaan awal dimensi balok dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
Selain itu untu control kelangsingan balok sebagai berikut
3. Balok memanjang
4. Balok melintang
5. Dimensi tiang
4.3. Perhitungan Gaya Sandar a. Dihitung Panjang garis air
Lpp=bulk cargo(Panjang kapal)=200Lp Lpp =200 m
E =cm x Ce x Cc x Cs(mv2/2)
= 4.59 ton
4.4. Perhitungan Koefisien Eksentrisitas
4.5. Perencanaan Dermaga
I = ¼ x LOA = ¼ x 165 = 41.25 4.5.1. Koefisien Kekerasan dan Bentuk
Cs = 1 dan Cc= 1 4.5.2. Energi dan Sandaran
E = Cm x Ce x Cc x Cs(mv2/2)
= 4.59 ton
4.5.3. Rumus Gaya Benturan Kapal
E = w x v2
2g x Cm x Cb x Cs x Cc Cm = 1+phi/2Cb x D/B
Cb = w/lpp x B x D Ce = 1/1+(1/R)^2
4.5.4. Gaya Moring Akibat Angin Pa = 6.67 kg/m2
- Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah Haluan(=0 º) Rw = 0.42Qa Aw= 391.171 kg = 39 kg
- Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah buturan(=90 º) Rw = 1.1QaAw = 465.68012 kg = 46 kg
- Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah buturan( =180º)
- Rw = 0.5Qa Aw = 1024.49626 kg = 102 kg 4.5.5. Kedalaman draft/Air kapal
= 1.1. nilai Cc = 5 Draft = 9.5 4.5.6. Fender
R = 440 kN
= 33
1. Menghitung jumlah fender Panjang dermaga/jarak antar fender
= 200/15
= 13.33 atau 13
4.6. Perencanaan Bollard
Besarnya beban tambat yag digunakan sebagai beban tambatan reencana adalah beban yang bekerja pada bollard akibat angin dan arus kemudian dipilih yang paling dominan dari
beberapa beban tersebut.
4.6.1. Penempatan Bollard
Bollard ditempatkan sepanjang dermaga dengan jarak 20 m dengan jumlah 10 bollard
4.6.2. Beban Gempa
Untuk respon spectra dari wesite lini beta yang disediakan pusjatan diketahui untuk tanah sedang garis warna hijau :
BAB V HASIL SAP
5.1. Gambar – Gambar SAP
5.2. Penulangan Balok 5.2.1. Penulangan Balok B1
Lokasi : Tumpuan dan Lapangan Balok Memanjang : 900 x 600 1. Gaya
- Momen Ultimate = 2424 kN.m
- Geser = 5613 kN.m
- Torsi = 112 kN.m
- Axial = 94 kN.m
2. Section Property
- Tinggi (H) = 900 mm - Lebar (b) = 600 mm - Luas (A) = 540000 mm2
- Keliling = 3000 mm
- Selimut = 50 mm
3. Material
a. Beton
- Kuat tekan (fc) = 40 Mpa
- β1 = 0.85
b. tulangan utama
- kuat leleh(fy) = 400 Mpa
- diameter tulangan utama(D-as) = 29 mm
- luas total tulangan utama(as) = 9247.28 mm2 - jumlah tulangan utama(N-as) = 14 btg
- jarak tulangan dari serat tekan(d)= 850 mm c. tulangan Sengkang
- diameter tulangan Sengkang(Dv)= 13 mm - jumlah tulangan Sengkang(Nv) = 18 btg - jarak tulangan Sengkang (s) = 100 mm - luas total tulangan Sengkang(Av)= 2389.18 mm2 4. perhitungan kapasitas balok
1. kapasitas tumpuan dan lapangan
- tinggi blok tekan beton(a) = 181.32 mm - kapasitas momen(Mn) = 2808.73 kN.mm
- factor reduksi = 0.90
- kapasitas momen izin = 2527.86 kN.m
- momen ultimate = 2424 kN.m
- cek kapasitas = OK
- kebutuhan tulangan minimum 1 = 2015.95 mm2 - kebutuhan tulangan minimum 2 = 1785.00 mm2 - tulangan yang di pakai = 9247.28 mm2 - jumlah tulangan dibutuhkan = 14
- rasio(kapasitas/kebutuhan) = 1.04 - konfigurasi tulangan = 14D29
2. Kapasitas geser
- Kapasitas geser tulangan (Vs) = 8123.22 kN
- Factor reduksi = 0.75
- Kapasitas geser total = 6092.41 kN
- Geser ultimate = 5613 kN
- Cek kapasitas = OK
- Spasi maksimum(SNI) = 4778.36 mm
- Cek spasi maximum = OK
- Rasio(kapasitas/kebutuhan) = 1.45
- Konfigurasi tulangan geser = 18D13-100 3. Kapasitas torsi balok
- Tcr = 204.92 kN
- Tu = 51.23 kN
- Cek kebutuhan torsi = torsi diabaikan
Lokasi : Tumpuan dan Lapangan Balok Melintang 600 x 450
1. Gaya
- Momen Ultimate = 522.8 kN.m
- Geser = 1279 kN.m
- Torsi = 18 kN.m
- Axial = 97 kN.m
2. Section Property
- Tinggi (H) = 600 mm - Lebar (b) = 450 mm - Luas (A) = 270000 mm2
- Keliling = 2100 mm
- Selimut = 50 mm
3. Material a. Beton
- Kuat tekan (fc) = 40 Mpa
- β1 = 0.85
b. tulangan utama
- kuat leleh(fy) = 400 Mpa
- diameter tulangan utama(D-as) = 29 mm
- luas total tulangan utama(as) = 3963.12 mm2 - jumlah tulangan utama(N-as) = 6 btg
- jarak tulangan dari serat tekan(d)= 550 mm c. tulangan Sengkang
- diameter tulangan Sengkang(Dv)= 13 mm - jumlah tulangan Sengkang(Nv) = 8 btg - jarak tulangan Sengkang (s) = 100 mm - luas total tulangan Sengkang(Av)= 1061.86 mm2 4. perhitungan kapasitas balok
1. kapasitas tumpuan dan lapangan
- tinggi blok tekan beton(a) = 103.61 mm - kapasitas momen(Mn) = 789.76 kN.mm
- factor reduksi = 0.90
- kapasitas momen izin = 710.79 kN.m
- momen ultimate = 522.8 kN.m
- cek kapasitas = OK
- kebutuhan tulangan minimum 1 = 978.33 mm2 - kebutuhan tulangan minimum 2 = 866.25 mm2 - tulangan yang di pakai = 3963.12 mm2 - jumlah tulangan dibutuhkan = 6
- rasio(kapasitas/kebutuhan) = 1.36
- Panjang penyaluran(Ld) = 40 D 2. Kapasitas geser
- Kapasitas geser tulangan (Vs) = 2336.09 kN
- Factor reduksi = 0.75
- Kapasitas geser total = 1752.07 kN
- Geser ultimate = 1279 kN
- Cek kapasitas = OK
- Spasi maksimum(SNI) = 2831.62 mm
- Cek spasi maximum = OK
- Rasio(kapasitas/kebutuhan) = 1.83 - Konfigurasi tulangan geser = 8D13-100
3. Kapasitas torsi balok
- Tcr = 73.18 kN
- Tu = 18.30 kN
- Cek kebutuhan torsi = torsi diabaikan
BAB VI PENUTUP
4.7. Kesimpulan
Dari hasil Analisa Desain Struktur Dermaga Bulk Cargo sebagai brikut :
1. Dari Analisa penetapan letak dan dimensi ditetapkan sebagai berikut
a. Dengan analisis kapal 15000 DWT diperoleh elevasi aprol yaitu +3.31 mLWS dengan Panjang dermaga 200 m dan lebar 20 m
b. Plat lantai pada dermaga yaitu 450 mm c. Dimensi balok dermaga
Balok B1 memanjang 90 cm x 60 cm
Balok B2 melintang 60 cm x 45 cm 4.8. Saran
Diperlukan Kembali kemahiran dalam menggunakan software SAP 2000.
LAMPIRAN
Gaya Sandar
Gaya akibat gelombang
Gaya akibat angin
Gaya arus
Pembebanan
Pondasi